PLASENTA PREVIA
DOSEN PEMBIMBING :
Shinta Wahyusari,S.kep.,Ns.,M.Kep,Sp,Kep.Mat
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
NAMA NIM
1. Robiatul adawiyah 14201.09.17048
2. Rofiqotus sa’adah 14201.09.17049
3. Hozaimatul hilalia 14201.09.17021
4. Mushtafa 14201.09.17039
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala
limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini,
dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia,
pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni Nabi
Muhammad SAW.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di STIKES
Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul “ PLASENTA PREVIA “
dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok pesantren
Zainul Hasan Genggong
2. Dr H.Nur Hamim, S.Kep.,Ns.M.Kep,Sp,Kep.Mat sebagai ketua STIKES Hafshawaty
Zainul Hasan Genggong
3. Shinta wahyusari,S.kep.,Ns.,M.Kep,Sp,Kep.Mat sebagai Ketua Prodi S1 Keperawatan
4. Rizka Yunita ,S.kep.,Ns.,M.kep Sebagai Wali Kelas Prodi S1 Keperawatan
5. Shinta wahyusari,S.kep.,Ns.,M.Kep,Sp,Kep.Mat dan Rizka Yunita ,S.kep.,Ns.,M.kep
sebagai Dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Maternitas.
Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak
dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.
2
DAFTAR ISI
Cover..........................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
kematian maternal di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Pada Tahun 1992 yaitu 421
per 100.000 kelahiran hidup, Pada tahun 1995 yaitu 373 per 100.000 kelahiran hidup dan
menurut SKRT tahun 1998 tercatat kematian maternal yaitu 295 per 100.000 kelahiran
hidup. Diharapkan PJP II (Pembangunan Jangka Panjang ke II) (2019) menjadi 60 - 80
per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah
perdarahan (40- 60%), infeksi (20-30%) dan keracunan kehamilan (20-30%), sisanya
sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan.
Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan
perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang
kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa,
solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas. Plasenta previa adalah plasenta yang
implantasinya tidak normal, sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum;
kasus ini masih menarik dipelajari terutama di negara berkembang termasuk Indonesia,
karena faktor predisposisi yang masih sulit dihindari, prevalensinya masih tinggi serta
punya andil besar dalam angka kematian maternal dan perinatal yang merupakan
parameter pelayanan kesehatan. (Sofian,2011).
Masalah apa yang dialami oleh pasien dengan pp?==> sehingga harus dibahas
secara detail
5
1. Untuk menambah informasi kepada mahasiswa pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya mengenai plasenta previa.
2. Untuk menambah literatur bacaan mahasiwa pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya.
1.4 Manfaat
Dari tujuan penulisan diatas dapat diambil manfaat makalah yaitu sebagai berikut:
1. Bagi institusi Pendidikan, hasil makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan
bagi mahasiswa dalam pegembangakan pengetahuan dan dapat di jadikan sebagai
referensi atau sumber informasi untuk melakukan pembelajaran dan bahan bacaan
bagi mahasiswa pda umumnya.
2. Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai materi tentang plasenta
previa.
3. Bagi Penulis. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang plasenta previa.
4. Bagi Ibu Hamil. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan kepada ibu hamil
khususnya tentang fisiologi, ketidaknyamanan, dan kebutuhan selama kehamilan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Angka kejadian plasenta previa
adalah 0,4 – 0,6 % dari keseluruhan persalinan.
Plasenta previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir ( prae = di deapan ; vias =
jalan ). Jadi yang dimaksud ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali
hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum. Plaenta previa merupakan
suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir untuk bayi (ostium uteri
interrnum). Plasenta previa artinya “plasenta di depan” (previa = depan), artinya plasenta
berada lebih “depan”dari pada janin yang hendak keluar. Angka kejadiannya sekitar 3-6 dari
1000 kehamilan.
Secara sederhana, rahim berbentuk segitiga terbalik, atau bisa juga dibayangkan seperti
daun waru (clover) terbalik dengan tangkai di bawah. Bagian tangkai ini berbentuk seperti
tabung atau corong (dikenal sebagai leher rahim), biasanya agak kekiri atau kekanan sedikit,
tetapi tidak sampai meluas kebagian bawah apalagi meutupi jalan lahir.
Patokan jalan lahir ini adalah otium uteri internum (OUI), yaitu mulut rahim bila dilihat
dari bagian dalam rahim. Kalau dilihat dari luar, dari arah vagina, disebut ostium uteri
eksternum primigravida tua, bekas seksio sesare, bekas aborsi, kelainan janin dan leiomioma
uteri. (Sofian, 2011)
2.2 Klasifikasi
Kasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu :
1) Plasenta previa totalis, apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.
2) Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.
7
3) Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan.
4) Plasenta previa letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen
bawah uterus, akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir, pinggir
plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm di atas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan
teraba pada pembukaan jalan lahir .
Karena klasifikasi ini tidak didasarkan pada keadaan anatomic melainkan
fisiologik, maka klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Umpamanya plasenta previa
totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa parsialis
pada pembukaan 8 cm (Prawirohardjo, 2011).
8
mendekat atau menutupi ostium uteri internum. Endometrium yang kurang baik juga
dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat
yang rendah dekat ostium uteri internum. Plasenta previa juga dapat terjadi pada
plasenta yang besar dan yang luas, seperti pada eritroblastosis, diabetes melitus, atau
kehamilan multipel. (Sondakh J.S Jenny, 2013).
2.5 Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga dan mungkin juga
lebih awal oleh karena mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan
mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal
9
yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian. dari uteri. Dengan melebarnya
isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit
banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua pada tapak plasenta.
Demikian pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada
bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi akan terjadi perdarahan yang
berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruang intervillus dari plasenta. Oleh karena
fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previa betapa pun
pasti kan terjadi (unavoidable bleeding). Perdarahan di tempat itu relative dipermudah dan
diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan
kuat karena elemen otot yang dimilikinya minimal, dengan akibat pembuluh darah pada
tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti karena terjadi
pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta dimana
perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan
segmen bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan
mengulang kejadian perdarahan. Demikian perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab
lain (causeless). Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri (pain-less).
Pada plasenta yang menutupi seluruh uteri internum perdarahan terjadi lebih awal dalam
kehamilan karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu
ostium uteri internum. Sebaliknya pada plasenta previa parsialis atau letak rendah
perdarahan baru akan terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan
pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya.
Perdarahan yang pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30 minggu, tetapi lebih
separuh kejadiannya pada kehamilan 34 minggu ke atas. Berhubung tempat perdarahan
terletak pada dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir
keluar rahim dan tidak membentuk hematom retroplasenta yang mampu merusak jaringan
lebih luas danmelepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian
sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang tipis mudah
diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat lebih kuat pada
dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan inkreta bahkan plasenta perkreta
yang pertumbuhan vilinya bisa sampai menembus buli-buli dan ke rectum bersama plasenta
previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah
bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah robek oleh sebab
kurangnya elemen otot yang terdapat disana. Kedua kondisi ini berpotensi meningkatkan
kejadian perdarahan pasca persalinan pada plasenta previa, misalnya dalam kala tiga karena
plasenta sukar melepas dengan sempurna (retensio plasenta) atau setelah uri lepas karena
segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik
10
2.6 Patway
Kehamilan ganda riwayat oborsi riwayat insisi uterus riwayat kelahiran oborsi kehamilan > 35
Plasenta lebih besar Vaskularisasi uterus tempat di blastosit berimplentasi plasenta memperluaskan perm
Ukaan
Plasenta previa
Resiko infeksi
Pendarahan volume darah menurun Gangguan perfusi
jaringan (ibu)
Hipoksia jaringan/
Gangguan perfusi
organ pada janin
jaringan uteri
Resiko tinggi plasenta (janin)
cedera (janin)
11
2.7 Manifestasi klinis
Tanda dan Gejala
Perdarahan pada vagina dengan nyeri
Perdarahan berulang
Warna perdarahan merah segar
Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
Timbulnya perlahan lahan
Waktunya terjadi saat hamil
His biasanya tidak ada
Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
Denyut jantung janin ada
Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
Presentasi mungkin abnormal
Menurut FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah :
1. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang.
2. Darah biasanya berwarna warna segar.
3. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.
4. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin.
5. Perdarahan pertama (firtbleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali
bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya
(reccurent bleeding) biasanya lebih banyak. (Ratnawati, 2012)
2.8 Komplikasi
a. Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena
perdarahan, plasensitis dan endometris pasca persalinan. Pada janin biasanya terjadi
persalinan premature dan komplikasinya seperti afiksia berat.
b. Perdarahan post partum dan syok, karena kurang kuatnya kontraksi segmen bawah rahim,
infeksi dan trauma pada uterus serviks.
c. Terjadinya infeksi
d. Laserasi servik, robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan.
e. Plasenta akreta, terjadi ketika pembuluh darah pada plasenta tumbuh terlalu dalam dan
melekat pada dinding rahim.
f. Prematuritas atau lahir mati pada bayi
g. Prolaps tali pusat, kondisi dimana tali pusar bayi keluar terlebih dahulu sebelum si bayi
lahir.
12
2.9 Pemeriksaan Penunjang
USG, pemeriksaan dilakukan untuk penentuan lokasi plasenta dan tidak menimbulkan
bahaya radiasi paada janin
Pemeriksaan Hb, Hematokrit,, COT, Gol darah, bila akan dilakukan operasi perlu
diperiksa faktor pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula darah sewaktu.
Pemeriksaan dalam pada saat akan dilakukan operasi, hasil pemeriksaan dalam teraba
plasenta di sekitar ostium uteri internum. (Norma,2013)
Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat melalui: Radiografi,
Radioisotop,
2.10 Diagnosis
Jika plasenta previa terdeteksi pada akhir tahun pertama atau trimester kedua, sering kali
lokasi plasenta akan bergeser ketika rahim membesar. Ini dapat dilakukan pemeriksaan USG.
Beberapa wanita mungkin bahkan tetap tidak terdiagnosis sampai persalinan, terutama dalam
kasus-kasus plasenta previa sebagian (Faiz, 2003).
a) Anamnesis
Pada anamnesis dapat dinyatakan beberapa hal yang berkaitan dengan
perdarahan antepartum seperti umur kehamilan saat terjadinya perdarahan, apakah
ada rasa nyeri, warna dan bentuk terjadinya perdarahan, frekuensi serta
banyaknya perdarahan. Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu
berlangsung tanpa rasa nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida
(Prawirohadjo, 2007).
b) Pemeriksaan luar
Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit,
darah beku dan sebagainya. Jika telah berdarah banyak maka ibu kelihatan
anemis (Prawirohardjo, 2006).
Palpasi
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah, sering
dijumpai kesalahan letak janin, bagian terbawah janin belum turun,
apabila letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung
(floating) atau mengolak di atas pintu atas panggul (Sheiner, 2001).
c) Ultrasonografi
Menegakkan diagnosa plasenta previa dapat pula dilakukkan dengan
pemeriksaan ultrasonografi. Penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata
sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya, dan tidak
rasa nyeri (Prawirohadjo, 2006). USG abdomen selama trimester kedua
13
menunjukkan penempatan plasenta previa. Transvaginal Ultrasonografi dengan
keakuratan dapat mencapai 100% identifikasi plasenta previa. Transabdominal
ultrasonografi dengan keakuratan berkisar 95% .
Dengan USG dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta
terhadap ostium. Bila jarak tepi kurang dari 5 cm disebut plasenta letak rendah.
Bila tidak dijumpai plasenta previa, dilakukan pemeriksaan inspekulo untuk
melihat sumber perdarahan lain.
d) Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal
dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila
perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus
dicurigai. (Nugroho, 2011).
2.11 Penatalaksanaan
a) Konservatif bila : Kehamilan kurang 37 minggu, perdarahan tidak ada atau tidak
banyak 9 Hb masih dalam batas normal, tempat tinggal pasien dekat dengan RS (
dapat menempuh perjalanan dalam waktu 1 menit.
Perawatan konservatif berupa:
Istirahat
Memberikan hematinik dan spasmolitik untuk mengatasi anemia
Memberikan antibiotik bila ada indikasi
Pemeriksaan USG, Hb, dan Hematokrit
b) Penanganan aktif bila : Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan, umur
kehamilan 37 minggu atau lebih, anak mati. Penderita dipersiapkan untuk
pemeriksaan dalam diatas meja operasi yakni dalam keadaan siap operasi. Bila pada
pemeriksaan dalam didapatkan:
Plasenta Previa marginalis
Plasenta Previa letak rendah
Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang,
kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya sedikit,
maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drop oksitosin pada partus per vagina,,
bila gagal drip sesuai dengan protap terminasi kehamilan. Bila terjadi perdarahan
banyak, lakukan seksio sesar.
14
c) Penanganan pasif
Tiap perdarahan triwulan III yang lebi dari show harus segera dikirim ke RS tanpa
dilakukan suatu manipulasi/UT.
Apabila perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartus, kehamilan belum
cukup 37 Minggu/berat badan janin kurang dari 2.500 gram persalinan dapat
ditunda dengan istirahat, obat-obatan; spasmolitik, progestin/progesteron,
observasi teliti.
Siapkan darah untuk transfusi darah, kehamilan dipertahankan setau mungkin
supaya tidak prematur.
Bila ada anemia, transfusi dan obat-obatan penambah darah.
d) Ekspektatif
Dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar
baginya kecil sekali. Sikap Ekspektatif tertentu hanya dapat dibenarkan jika keadaan
ibu baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali. Dahulu ada anggapan
bahwa kehamilan dengan plasenta Previa harus segera diakhiri untuk menghindari
perdarahan yang fatal. Namun, sekarang ternyata terapi menunggu dapat dibenarkan
dengan alasan sebagai berikut:
Perdarahan pertama pada plasenta previa jarang fatal
Untuk menurunkan kematian bayi karena prematuritas.
Syarat bagi terapi Ekspektatif ialah bahwa keadaan ibu dan anak masih baik (BB-nya
normal) dan perdarahan tidak banyak. (Norma, 2013).
15
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PLASENTA PREVIA
I. Data Subjektif
A. Biodata atau Identitas Klien dan Suami
Yang perlu dikaji yaitu nama,umur,agama,suku,pendidikan,pekerjaan,alamat,
begitu juga dengan identitas suami serta keluarga terdekat yang biasa
dihubungi,yang dipergunakan untuk mengenalklien.
Biasanya pada umur ditemui antara wanita-wanita yang berusia kurang dari 19
tahun, hanya 1 dari 1500 yang mengalami plasenta previa. Satu dari 100 wanita
yang berusia lebih dari 35 tahun akan mengalami plasenta previa. Wanita lebih
dari 35 tahun, 3 kali lebih berisiko
B. Keluhan Utama
Alasan mengapa klien tersebut dating ke rumah sakit dan apa yang dirasakan oleh
klien
Biasanya yang ditemui pada plasenta previa ibu mengeluh dengan perdarahan
pervaginam tanpa rasa sakit, tanpa sebab apapun, kadang perdarahan terjadi
sewaktu bangun tidur pagi hari tanpa disadari tempat tidur sudah penuh darah dan
darahnya bewarna merah segar.
C. Riwaya Perkawinan
Kemungkinan diketahui status perkawinan, umur waktu kawin, berapa lama
kawin baru hamil
D. Riwayat Menstruasi
Yang ditanyakan adalah HPHT untuk menentukan taksiran persalinan, siklus,
lama,banyakanya,bau,warna,dan apakah nyeri waktu haid, serta mendapatkan
haid pertama kalinya.
E. Riwayat Obstetric Yang Lalu
Pada kehamilan yang lalu :
1. Mengetahui kemungkinan klien pernah mengalami mual,muntah,atau perdarahan.
2. Kemungkinan klien pernah mengalami riwayat plasenta previa sebelumnya,
beresiko 12 kali lebih besar.
3. Kemungkinan klien pernah operasi sesar sebelumnya, pada wanita – wanita yang
pernah menjalani operasi sesar sebelumnya, maka sekitar 4 dari 100 wanita
tersebut akan mengalami plasenta previa. Resiko akan makin meningkat setelah
mengalami empat kali atau lebih operasi sesar (pada wanita – wanita yang pernah
4 kali atau lebih menjalani operasi sesar, maka 1 dari 10 wanita ini akan
mengalami plasenta previa).
16
4. Kemungkinanan jumlah kehamilan klien sebelumnya yang terlalu banyak.
Plasenta previa terjadi pada 1 dari 1500 wanita yang baru pertama kali hamil.
Bagaimanapun, pada wanita yang telah 5 kali hamil atau lebih, maka resiko
terjadinya plasenta previa adalah 1 diantara 20 kehamilan.
5. Pada multiparitas, apalagi bila jaraknya singkat. Secara teori plasenta yang baru
berusaha mencari tempat selain bekas plasenta sebelumnya.
6. Kemungkinan klien pernah hamil dengan janin lebih dari satu ( seperti kembar
dua atau kembar tiga ).
7. Pada persalinan yang lalu, kemungkinan klien pernah mengalami riwayat
tindakan medis yang dilakukan pada uterus, seperti dilatasi dan kuretase atau
aborsi medisinalis.
F. Riwayat Kehamilan Sekarang
Kemungkinan klien merasakan mual,muntah dan perdarahan (tanpa rasa sakit dan tanpa
sebab apapun dan bewarna merah segar). Kemungkinan kapan merasakan gerakan janin
pertama kali dirasakan, apakah ibu telah melakukan kunjungan antenatal dengan tenaga
kesehatan, apakah ibu sudah mendapatkan imunisasi TT dan tablet Fe dan biasanya belum
adanya tanda-tanda persalinan.
G. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu: mengetahui kemungkinanklien pernah
mendapatkanpenyakit jantung, hipertensi, DM, dan operasi dinding rahim.
b. Riwayat kesehatan sekarang:mengetahui kemungkinan klien sedang menderita
penyakit jantung, hipertensi, DM, dan penyakit lainya. Seperti: adanya gangguan
anatomis/tumor pada rahim sehingga mempersempit permukaan bagi penempelan
plasenta, dan perdarahan.
H. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan anggota keluarga klien ada yang menderita penyakit jantung, asma,
TBC, hipertensi, DM, penyakit keturunan, dan riwayat kehamilan kembar.
I. Riwayat Kontrsepsi
Mengetahui apakah klien sudah pernah atau tidak menggunakan alat kontrasepsi.
J. Riwayat Seksualitas
Apakah ibu mengalami masalah selama berhubungan atau tidak.
K. Riwayat Sosial Ekonomi dan Budaya
Kemungkinan hubungan klien dengan suami, keluarga dan masyarakat baik,
kemungkinan ekonomi yang kurang mencukupi, adanya kebudayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan klien.
L. Riwayat Spiritual
17
Mengetahui ibadah agama dan kepercayaan yang dilakukan klien dengan baik dan
dapat berpengaru terhadap kestabilan emosional ibu.
M. Riwayat Psikologi
Mengetahui kemungkinan adanya tanggapan klien dan keluarga tentang tanda-
tanda bahaya dalam kehamilan dan persalianan ini. Kemungkinan klien cemas
dan gelisah dengan kehamilannya.
N. Kebutuhan Dasar
Kemungkinan klien membutuhkan dukungan dan semangat dari suami dan
keluarga, pemenuhan nutrisi, eliminasi, personal hiegene dan sebagainya.
Kelas III
a) Kehilangan darah sekitar 1800-2100 cc atau 30-35% dari volume total
b) Terjadi penurunan tekanan darah
c) Nadi meningkat antara 120-160/me
d) Ujung jari bertambah dingin, lemas dan kulit pucat.
Kelas IV
a) Kehilangan darah sekitar 2400-3000 cc/40-
18
b) Nadi sangat meningkat antara 160-180/menit.
c) Nadi pada pergelangan tangan dan lutut tidak teraba
d) Tekanan darah perifer tidak dapat diukur
e) Kesadaran menurun akibat iskemia sistem saraf pusat
f) Terjadi gangguan ginjal dengan oliguria sampai anuria
g) Keadaan syok hipovolemik sulit untuk ditolong karena telah terjadi kegagalamn sistem
kardiovaskular.
h) Bagian ujung jari sangat dingin dan kulit pucat.
B. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Yaitu periksa secara pandang, dengan head to toe dari kepala sampai kaki,
dimana: kepala (kebersihan, rambut, muka, biasanya pada konjungtiva klien
terlihat pucat, hidung, mulut, dan telinga), leher (apakah ada pembesaran kelenjar
tiroid atau limfe), payudara (apakah simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol
atau tidak dan pengeluaran kolostrum), pembesaran perut sesuai dengan usia
kehamilan, apakah ada luka bekas operasi, ekstremitas kemungkinan dalam batas
normal atau tidak ada kelainan, dan pada genitalia apakah ada varices, oedema,
kebersihannya kemungkinan-kemungkinan ada perdarahan.
b. Palpasi
Leopold I : TFU dalam cm, pada fundus kemungkinan teraba bagian kepala,
bokong atau lainnya.
Leopold II : Pada dinding perut klien sebelah kiri atau kanan kemungkinan teraba
punggung, anggota gerak atau bokong, kepala
Leopold III : Pada bagian terbawah kemungkinan teraba kepala, bokong ataupun
yg lain
Leopold IV : Kemungkinan bagian terbawah janin belummasuk PAP. Sering
dijumpai kesalahan letak janin (lintang, sunsang, terendah miring). Dinding
abdomen tidak tegang atau kaku sehingga mudah melakukan pemeriksaan janin
dengan palpasi. Dan tidak ada rasa nyeri saat dilakukan palpasi.
c. Auskultasi
Dapat mengunakan fundoskopi laenek, untuk mendengar detak jantung janin
Menggunakan doppler sehingga detak jantung janin dapat didengar oleh ibu
Merekam detak jantung janin dengan menggunakan CTG (kardiotografi)
Hasil pemantauan detak jantung janin, tergantung dari jumlah dan
cepatnya kehilangan darah maternal sehingga dapat memengaruhi sirkulasi
retroplasenter yang selanjutnya akan langsung mempengaruhi nutrisi dan
19
pertukaran O2/CO2 intraplasenter. Dengan demikian, pada janin di dalam
uterus dapat terjadi:
Tidak terjadi perubahan apapun karena terjadi perdarahan kelas I sehingga
masih dapat dikompensasi oleh ibu
Terjadi asfiksia ringan sampai berat, yang dapat direkam oleh CTG intermiten
atau terus menerus.
Keadaan anemia begitu berat sehingga janin tidak mungkin ditolong lagi.
d. Perkusi
Mengetahui kemungkinan reflek patella kiri dan kanan positif atau negative.
Pemeriksaan inspekulo
Untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum
atau dari kelainan cervix dan vagina.
Pemeriksaan dalam
Sejak penggunaan ultrasonografi secara luas dalam bidang obstetri,
kehamilan dengan perdarahan tidak terlalu banyak dilakukan pemeriksaan dalam,
tujuannya untuk mengurangi kemungkinan bertambahnya perdarahan. Jika
dilakukan biasanya dilakukan di atas meja operasi dan siap untuk segera
mengambil tindakan. Walaupun begitu, kita harus berhati-hati karena bahaya
yang sangat besar, dapat menyebabkan perdarahan yang hebat, infeksi,
menimbulkan his dan kemudian terjadi partus prematur.
C. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
1. Pemeriksaan darah lengkap
Untuk mendapatkan gambaran keadaan darah
Persiapan untuk memberikan transfusi
2. Pemeriksaan urin lengkap
Mengetahui kemungkinan ditemukannya protein urin atau glukosa urin, aceton
urin.
Perhatikan jumlah urin setiap jam karena perdarahan banyak akan menimbulkan
oliguria dan anuria.
Hasil lainnya akan menunjukkan kemungkinan terjadinya gangguan ginjal
3. USG
Penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata lebih cepat, tidak menimbulkan
bahaya radiasi bagi ibu dan janin dan tidak menimbulkan rasa nyeri. Terlihat
penanaman plasenta di segmen bawah rahim. Pemeriksaan USG ini dilakukan
empat kali selama kehamilan agar implantasi plasenta dengan plasenta previa
sudah dapat diketahui.
20
4. CTG
Mengetahui denyu jantung janin, bervariasidari normal sampai asfiksia.
5. Sitrografi
Mengetahui apakah terjadi plasenta previa, dengan mula-mula kandungan kemih
dikosongkan, lalu masukan 40cc larutan NaCl 12,5% kepala janin ditekan kearah
pintu atas panggul. Bila jarak kepala dan kemih berselisih dari 1 cm,
kemungkinan terdapat plasenta previa.
D. DIAGNOSA MASALAH
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan.
Resti defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
Kecemasan berhubungan dengan keadaan yang dialami.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri perut
E. PERENCANAAN
1) Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
2) KIE Observasi banyaknya perdarahan pervaginam dan tanda-tanda vital, ganti
pembalut bila basah, pantau gerakan janin
3) Anjurkan ibu teknik relaksasi untuk memberikan rasa nyaman pada ibu dan meminta
keluarga untuk memberikan dukungan psikologis pada ibu.
4) Jelaskan pada ibu bahwa ibu tidak dapat melaksanakan persalinan secara normal
tetapi harus secara operasi (seksio sesarea) karena ada plasenta yang menutupi jalan
lahir.
F. PELAKSANAAN
1) Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan tentang kondisinya saat ini, kehamilan
ibu mengalami komplikasi dimana plasenta atau ari-ari menutupi jalan lahir.
2) Mengobservasi banyaknya perdarahan dan tanda-tanda vital, segera ganti pembalut
bila sudah basah, dan selalu memantau gerakan janin. Jika ada perubahan seperti
tidak ada gerakan atau gerakan kurang aktif seperti biasanya maka lakukan tindakan.
3) Menjelaskan pada ibu untuk beristirahat total atau tiram baring, beritahu ibu untuk
tidak melakukan pekerjaan yang berat, seperti mencuci pakaian, mengangkat air,
mengepel, menyapu, dll. Dan menjelaskan kepada ibu untuk lebih sering miring ke
kiri pada saat tidur untuk memberikan oksigenisasi penuh kepada janinnya.
4) Mengajarkan ibu untuk teknik relaksasi untuk memberikan rasa nyaman pada ibu dan
meminta kelurga untuk memberikan dukungan psikologis pada ibu.
21
5) Menjelaskan pada ibu tentang kebutuhan gizi dan nutrisi pada ibu hamil,
menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan menu seimbang,
memberikan ibu tablet Fe dengan dosis 2x sehari selama 14 hari dan vitamin C
dengan dosis 3 x sehari, jika nafsu makan berkurang maka makan dengan cara porsi
sedikit tapi sering agar pemasukan cairan dan nutrisi seimbang karena adanya
perdarahan.
6) Menjelaskan pada ibu bahwa ibu tidak dapat melaksanakan persalinan secara normal
tetapi harus secara seksio sesarea karena ada plasenta yang menutupi jalan lahir.
G. EVALUASI
1) Ibu mengerti tentang kondisi kehamilannya saat ini, bahwa ibu mengalami sebuah
komplikasi dalam kehamilannya dimana plasenta atau uri berada pada bagian bawah
rahim ibu hamil 32 minggu, TFU pertengahan pusat-Px, DJJ (+), bagian terbawah
janin belum masuk PAP.
2) Ibu mengerti apa yang ia lakukan jika terjadi perdarahan atau komplikasi kembali
dan ibu mengerti tentang perdarahan yang ia alami.
3) Ibu mengerti tentang pentingnya istirahat total atau tirah baring untuk mengurangi
terjadinya perdarahan
4) Ibu mengerti tentang kebutuhan nutrisi dan gizi bagi ibu hamil
5) Ibu mengerti tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi.
6) Ibu mau mengikuti saran bidan untuk melakukan persalinan secara seksio sesarea.
22
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada masa kehamilan , hampir seluruh tubuh wanita hamil mengalami perubahan.
Untuk itu, perwatan prenatal yang baik sangat penting untuk mencegah timbulnya
komplikasi yang menyertai kehamilan. Status kesehatan ibu hamil merupakan modal dasar
kesehatan dan pertumbuhan generasi penerus, sehingga perlu perhatian serius untuk
menurunkan tingkat kematian ibu dan bayi. Angka kematian ibu (AKI) merupakan
indikator pelayanan kesehatan di suatu daerah.Plasenta previa merupakan plasenta yang
letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum).
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapafaktor
yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekasoperasi rahim (bekas
sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksirahim (radang panggul), kehamilan
ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim. Gejala yang paling sering
terjadi pada plasenta previa berupa pendarahan jadi kejadian yang paling khas pada
plasenta previa adalah pendarahan tanpa nyeri biasanya baru terlihat setelah trimester
kedua atau sesudahnya.
3.2 Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Sondakh J.S Jenny, M.Clin.Mind. Asuhan Kebidanan Persalinann & Bayi Baru Lahir. 2013.
Penerbit: Erlangga
Ratnawati Ana,A.Per.Pend.,S.Kep.,M.Kep, 2012 Asuhan Keperawatan Maternitas.Yogyakarta.
Penerbit: Pustaka Baru Press.
Norma, Nita, dkk, 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan Kasus. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Nugroho, Taufan, 2011. Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Mose, dkk 2012. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Patologi, Edisi 3. Jakarta : EGC.
Winkjosastro, Hanifa, dkk.2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sofian,A,2011. Sinopsis Obstetri, Edisi 3, jilid 1. Jakarta : EGC.
24
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PLASENTA PREVIA
I. Data Subjektif
a. Biodataatauidentitaskliendansuami
Yang perludikajiyaitunama, umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, alamat,
begitujugadenganidentitassuamisertakeluargaterdekat yang bias dihubungi, yang
dipergunakanuntukmengenalklien.
Biasanya pada umurditemuiantara wanita-wanita yang berusia kurang dari 19 tahun,
hanya 1 dari 1500 yang mengalami plasenta previa. Satu dari 100 wanita yang berusia
lebih dari 35 tahun akan mengalami plasenta previa. Wanita lebih dari 35 tahun, 3 kali
lebih berisiko
b. Keluhanutama
Alasanmengapaklientersebutdatangkerumahsakitdanapa yang dirasakanolehklien
Biasanya yang ditemuipadaplasentapreviaibumengeluh dengan perdarahanpervaginam
tanpa rasa sakit, tanpa sebab apapun, kadang perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur
pagi hari tanpa disadari tempat tidur sudah penuh darah dan darahnya bewarna merah
segar.
c. Riwayatperkawinan
Kemungkinandiketahui status perkawinan, umurwaktukawin, berapa lama
kawinbaruhamil.
d. Riwayatmenstruasi
Yang ditanyakanadalah HPHT untukmenentukantaksiranpersalinan, siklus, lama,
banyakanya, bau, warna, danapakahnyeriwaktuhaid,
sertamendapatkanhaidpertamakalinya.
e. Riwayat obstetric yang lalu
Pada kehamilan yang lalu,
1. Mengetahui kemungkinan klien pernah mengalami mual, muntah, atau perdarahan.
2. Kemungkinanklienpernahmengalami riwayat plasenta previa sebelumnya, beresiko 12
kali lebih besar.
3. Kemungkinan klien pernah operasi sesar sebelumnya, pada wanita – wanita yang
pernah menjalani operasi sesar sebelumnya, maka sekitar 4 dari 100 wanita tersebut
akan mengalami plasenta previa. Resiko akan makin meningkat setelah mengalami
empat kali atau lebih operasi sesar ( pada wanita – wanita yang pernah 4 kali atau
25