Anda di halaman 1dari 10

Menyikapi kejahatan sosial Narkoba di Indonesua Dari keputusan menjadi pengharapan

DARI KEPUTUSAN MENUJU PENGHARAPAN

Nota Pastoral tentang Narkoba

Konferensi Waligereja Indonesia 2014

Dalam Rangka Menyikapi Kejahatan Sosial

Narkoba di Indonesia

1. Kejahatan Sosial Narkoba Merupakan Masalah Kita.


Sebagai Warga Gereja Kita tidak Semestinya Bersikap Cuci Tangan Pada Hari
Studi yang diadakan dalam rangka Sidang Konferensi Waligreja Indonesia (KWI)
Tanggal 5 dan 6 November 2013, kami para uskup yang tergabung dalam KWI,
berusaha untuk belajar bersama mengenai masalah yang melanda masyarakat
indonesia yaitu NARKOBA. Kita umat katolik diundang untuk ikut aktif dalam usaha
pencegahan dan pemberantasan penyalah gunaan peredaran gelap narkoba. Kita jug
didesak untuk mengusahakan rehabilitas untuk para korban penyalah gunaan narkoba
itu. Kita semua diajak untuk merintis suatu gerakan dalam dan bersama masyarakat
indonesia melawan penyalah gunaan dan peredaran gelap narkoba : gerakan yang
melawan jaringan peredaran dan penyalah gunaan narkoba, karena jaringan
kejahatan tersbut hanya mencari keuntungan dengan cara mencelakakan sesama,
gerakan yang meneguhkan komunitas manusiawi anatar – kita, gerakan yang terpadu
dalam hormat dan penuh kepercayaan satu sama lain.
Semangat utama perlawanan terhadap narkoba kita ungkapkan dengan seruan:
‘katakan TIDAK kepada penyalah gunaan narkoba! Bangun komunitas yang sehat
dan saling percaya”.
2. Narkoba, suatu kisah nasional

“narkoba” adalah singkatan dari “narkotika, psikotropika dan bahan adiktif


lainnya”. Beribu-ribu tahun yang lalu, para tabib memakai narkotika untuk
mengurangi rasa sakit dalam proses pengobatan para penderita. Narkoba juga dipakai
oleh dokter untuk meredakan kegelisahan denyut jantung atau sebaliknya memacu
kerja jantung. Dalam bidsng kesehatan jiwa, psikiater memakai narkoba untuk terapi
bagi gangguan kejiwaan. Segala penggunaan narkoba dalam contoh-contoh diatas
dapat dipertangunggung jawabkan secara profesional oleh para dokter dan perawat
didunia medis.

Namun selain penggunaan yang profesional dalam proses penyembuhan,


bahan narkoba banyak pula disalah gunakan oleh anggota masyarakat yang tidak
bertanggung jawab. Penyalah gunaan narkoba berarti menggunakan narkoba dipakai
secara gelap tanpa pengawasan medis dan oleh karena itu berdampak mengacaukan
kehidupan, merusak kepribadian dan tanggung jawab sosial para pengguna.
Akibatnya, pengguna narkoba ilegal ini mengalami kecanduan yang selain merusak
badan dan mentalnya juga merusak hubungan-hubungan sosialnya ditengah keluarga
dan masyarakat. Seperempat dari jumlah pecandu adalah para pelajar dan mahasiswa,
sedangkan tiga seperempatnya adalah pekerja dan aktifitas lainnya.

Cara mendapatkan obat-obatan terlarang itu kepada berbagai macam: mereka


sering dengan resep yang meredakan rasa tertekan. Sementara pecandu dari kalangan
kurang mampu secara ekonomi menghisap lem-lem berbagai merek, pencandu dari
kelompok yang mampu secara ekonomi menghisap atau menggunakan opium dan
heroin yang bersifat depresan, yang sudah berabad-abad diproduksi diasia tenggara
disebut “emas” (thailand, myanmar, dan laos) dan “bulan sabit emas” ( pakistan, iran,
dan afganistan). Di indonesia semua kegiatan “ mengimpor mengekspor,
memproduksi, menanam, menyimpan, mengedarkan, dan atau menggunakan
narkotika tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama serta
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan “ dikategorikan sebagai tindakan
pidana narkotika”.

Dalam rangka melaksanakan tanggung jawab atas kepentingan umum dan


kesejahteraan bersama, negara wajib:

- Menata produksi, peredaran serta penggunaan narkotika dalam undang-undang.


- Mewajibkan dan menyediakan rehabilitas bagi pengguna yang adiktif .
- Menyertakan penyalah gunaan dan peredaran gelap narkotika sebagai tindakan
kriminal dan mengusutkan.

“ dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyalah gunaan peredaran


gelap narkotika dan rekursor narkotika, dengan undang-undang No. 35 tahun 2009
tentang narkotika dibentuk badan narkotika nasional” (pasal 64, No. 1) untuk
“memperdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalah gunaan dan peredaran
gelap narkotika dan rekursor narkotika” (pasal 70E) dan pasal 104-108 tentang peran
serta masyarakat sementara pasal 111-148 KUHP menetapkan pidana perihal
penyalah gunaan narkotika dan peredaran gelap serta tentang penyelenggaraan
terhadap aturan produksi narkoba dengan mengenakan hukuman berat termasuk
hukuman mati. produksi dan pengedaran gelap narkoba menjadi masalah sosial.
Kegiatan memproduksi dan mengedarkan narkoba mengacaukan hidup bersama
kegiatan tersebut menjadi kasus hukum. Memakai narkoba juga menjadi probema
moral yang sangat serius karena penyalah gunaan narkoba mengancam kehidupan
yang bersamangat dan menyebabkan hilangnya rasa dan suasana damai sejahtera.
Pembuatan dan pengedaran narkoba secara melanggar hukum menjadi kejahatan
sosial karena berakibat mencelakakan hidup manusia.

3. Narkoba tak terkendali


menurut suatu ikhtisar yang disusun oleh BNN, pada tahun 2011 tergambar
jelas bahwa 1 dari 17 orang indonesia yang berumur sampai 59 tahun pernah
memakai bahan-bahan yang disebut narkoba.

Dalam satu tahun, mereka mengeluarkan biaya dari beberapa ratus ribu rupiah
samapaii beberapa ratus juta rupiah untuk membeli narkoba. Uang yang bereder
disekitar masalah narkoba mencapai sekitar 50 triliun, termasuk yang dipakai untuk
memebeli narkoba dan biaya sosian lainnya. Candu mauapun ganja, juga shabu dan
ekstasi LSD ( Lisergat Dietilamida –zat yang membuat halusinasi), sangat merusak
tubuh manusia. Zat-zat itu mengakibatkan perubahan pada otak dan jaringan syaraf
sedemikian rupa sehingga orang semakain memusatkan perhatian pada dirinya
sendiri.

Narkoba dapat menghasut atau melanda pada semua profesi, semua tingakat
ekonomi,suku, agama dan status sosial termasuk para pegawai negeri dan swasta, para
pedagang, wiraswasta, dan mahasiswa. Menurut survai yang dilakukan oleh BNN
pada tahun 2011, harga satu gram shabu ialah satu juta dua ratus ribu rupiah.

Ganja yang ditanam di indonesia masih berhasil dideteksi dan disita oleh yang
berwajib, namun heroit dan kukain, shabu dan ekstasi beredar dan dijual secara
terkendali peredaran narkotika masih sulit dikendalikan mengingat hanya sisisuply
(pasokan) yang menjadi perhatian utama sedangkan para pemakai atau korban belum
secara maksimal dikelola atau direhabilitasi. Survai pada tahun 2011 menyebutkan
bahwa 5% samapi sebanyak-banyaknya 60% dari kasus peredaran gelap dalam satu
wilayah dapat diungkap dan diadukan.

4. Wajarkah “pecandu disebut’ korban’ “?


Seorang pecandu adalah korban. Ia menjadi korban dari bandar dan mengedar
serta sikap coba-coba yang ceroboh. Dengan sering kali mereka mencoba narkoba
karena berbagai alasan: tertekan oleh masalah keluarga, dikejar oleh tekanan kerjaan
yang tidak selesai, dihantui oleh tekanan tugas yang tidak ia kuasai atau oleh berbagai
alasan lainnya, ia mencari penyelesaian dengan memakai narkoba.
Pelajar yang kecanduan akan makin jarang masuk sekolah dan akhirnya
meninggalkan sekolah. Karyawan yang kecanduan lambta atau cepat akan mangkir
dari pekerjaan, lekas kehilangan pekerjaan, sukar mendapatkan pekerjaan dan lebih
berbahaya lagi karena akan dapat menimbulkan perilaku korupsiuntuk memenuhi
kebutuhan akan narkoba. Penyalah gunaan narkoba mengakibatkan meningkatnya
takaran kebutuhan narkotika. Hidup pecandu terancam bahaya maut dan
membahayakan sesama karena iapun menjadi umpan bagi calon pemakai lainnya.
Tanpa perlindungan dan bimbingan orang lain, ia tidak mampu membebaskan diri
dari perangkapnya. Ia harus ditolong.
Memakai narkoba menjadi perkara tabu dalam lingkungan kita dan mereka
yang kena, lengkap dengan seluruh keluarganya menjadi korban yang dikucilkan.
Sekali dicap dengan stikma narkoba, mereka tidak jarang dikeluarkan dari sekolah
atau disishkan dari tempat kerja sehingga seluruh keluarga ditawan dalam isolasi
sosial. Jika kondisi masyarakat tetap demikian mustahilah mereka dapat
membebaskan diri kembali dari perangkap narkoba.
5. Rehabilitasi Korban yang Tersingkir dikembalikan, Diresosialisasi
Diperkiraan 700 ribu pemakai teratur narkoba yag membutuhkan bantuan
sesamanya agar menemukan jalan pulang kembali sebagai anggota masyarakata yang
mandiri dan bertanggung jawab. Mereka memerlukan lingkungan yang bersikap
melindungi dari godaan dan cemooh. Selanjutnya dibutuhkan pembinaan dan
penyampingan yang rutin agar keluarga dan lingkungan sosial menghapus stikma
dari mantan pecandu, serta melibatkanya kembali dalam kebersamaan. Jika anak,
ayah atau ibbu sudah dapat dipulihkan dari akibat buruk narkoba, maka seluruh
keluarga itu harus dibantu sedemikian rupa agar bangkit, karena acapkali, mereka
harus mulai lagi dari titik nol, dalam kemiskinan finensial tanpa peluang.
Di indonesia BNN membawahi 100 pusat rehabilitasi publik milik pemerintah,
dengan daya tarik 2150 orang. Ada pula 150 buah rumah rehhabilitas yang dikelola
swasta, pesantren islam dan asrama kristiani, yang dapat menampung 40000 orang.
Sejauh kami tahu, sampai saat ini baru 8 buah tempat rehabilitasi yang dikelola dan
diasuh oleh lembaga gereja katolik.
6. Perhatian kepada sesama manusia

Seharusnyalah kita ingat bahwa orang yang kecanduan narkoba ialah sesama
manusia bagi kita. Semestinya tergerak melihat penderitaan mereka, dan melakukan
sesuatu agar mereka dapat kembali mandiri, merdeka dari narkoba dan kembali
mampu memikul tanggung jawab dalam kebersamaan. Pantaslah kita mengingat hal
ini: jangan sampai kebersamaan kita dirusak oleh perangap narkoba yang menjerat
salah satu dari kita.

Nasehat moral menyatakan “ peliharalah hidup yang rapuh yang ada dalam
tanganmu janganlah kamu memusnahkannya!”.

Katekismus gereja katolik menyatakan: “ kehidupan dan kesehatan merupakan


karunia berharga, yang dipercayakan allah kepada kita. Kita harus memelihara dan
merawatnya dengan cara yang bijaksana dan sesama itu juga memperhatikan
kebutuhan orang lain dan kesejahteraan umum.” Jadilah pembela kehidupan-sebab
hidup adalah karunia.

Panggilan dan tugas memelihara hidup berarti bahwa masing-masing dari kita
ikut memprihatinkan dan ikut memperhatikan bahwa dala, lingkungan kita ini, hidup
harus berlangsung dan diteruskan secara manusiawi.
Jadilah pembela kehidupan sebab hidup adalah panggilan.

Hidup adalah rahmat, yakni hidup kebangkitan yang oleh allah dan Bapa
Tuhan yesus kristus mau ditanamkan dalam lingkungan kita. Rahamat paskah itu
dianugrahkan bukan saja supaya kita memelihara rahmat dalam hati kita. Rahamat
menjadi hidup kalau hidup ini menular dalam suatu budaya kehidupan.

Jadilah pembela kehidupan-sebab hidup adalah rahmat.

Dengan higiene, gaya hidup sehat, kita memelihara tubuh kita dan mencegah
penyakit menular kedalam rumah kita. Dengan ugahari ( tahu batas), kita mencegah
minuman keras merusak organ dalam badan kita.

Hanyan dala peri kemanusiaan, bersama orang lain, hidup kita sungguh
menjadi hidup, dan oleh sebab itu: jadilah pembela kehidupan sebab hidup
membutuhkan solidaritas.

7. Pedoman
a. Rawatlah orang sakit
Kalau orang menderita radang tenggorokan kita membantu mengobatinya
supaya ia dapat bicara kembali. Begitu pula halnya dengan para pecandu.
Mereka adalah orang sakit yang butuh kita perawat agar pulih dan bisa
kembali berperan dalam kehidupan bersama. Seharusnyalah kita tidak
mendiamkan masalah narkoba sama seperti kita tidak dapat mendiamkan
masalah demam berdarah dan penyakit lain dalam lingkungan kita.
b. Bicaralah dengan orang disampingmu
Lahirnya anak cacat bukan lagi bahan omongan antar tetangga. Kini orang
teah belajar saling membantu supaya orang cacatpun ikut serta dalam hidup
bersama. Begitu pula narkoba bukan lagi perkara tabu yang membuat orang
malu melainkan ssudah menjadi yang berdamapak pada kepentingan bersama.
c. Jagalah agar kota dan desa kita aman.
Supaya hidup bersama sejahtera, maka tak pernah boleh orang memanfaatkan
orang lain untuk mencari keuntungan sendiri. Hendaklah dicegah dan dipidana
orang yang menipu dan menjerat orang lain dengan hutang berbunga lipat.
Hak untuk bicara wajib dibarengi larangan utuk menfitnah. Sama dengan itu
semua, orang yang secara gelap mengedarkan narkoba, wajib kita laporkan.
Semoga aparat penegak hukum memperlakukan orang itu secara manusiawi
dan adil.
Semua orang diharapkan ikut bekrja sama dalam proses rehabilitasi ini. Umat
katolik dan lembaga-lembaga geraja katolik diharapkan sumbangan nyatanya
yaitu mengusahakan tempat dan proses rehabilitasi bagi para korban narkoba.
d. Jagalah hidup dan kesehatanmu
Umat beriman yang juga percaya hidupnya adalah anugrah allah yang diminta
untuk dipelihara dan dikembangkan bukannya dirusak. Penyalah gunaan
narkoba merupakan sikap tidak bertanggung jawab akan hidup. Hidup yang
seharusnya dipelihara yang dikembangkan, justru dirusak secara tak
dipertanggung jawab. Hal ini jelas bertentangan dengan hukum kodrat dan
moral kristiani. Oleh karena itu kita harus tegas terhadap penyalah gunaan
narkoba.
8. Melawan kejahatan sosial dengan mengandalkan moral sosial
Jika kesejahteraan masyarakat dirongrong demi kepentingan segelintir orang,
maka terjadilah kejahatan sosial. Kejahatan sosial pula jika hidup dan kesehatan para
warga diancam. Walaupun kejahatan sosial narkoba mencekeram dimana-mana
namun naluri sosial kita sebagai manusia, mendorong kita untuk tidak membiarkan
sesama dalam kawanan kita dilumpuhkan. Naluri sosial kita ini wajar. Kawanan
gajahpun melindungi dan membantu teman sesama anggota kawanan yang terluka.
Daya terbesar yang kita miliki ialah naluri untuk memelihara keturunan.
Naluri ini merupakan daya dorong yang besar untuk memelihara dan
mengasuh anak-anak dalam keluarga. Karena kita makhluk sadar moral dan tahu
harga diri, kita tidak smapai hati membiarkan diri atau pribadi lain dipakai untuk
tujuan yang merusak martabat kita. Kami kagum pada tekad kreatif para pendidik,
agar orang muda binaan mereka tidak samapi ditipu oleh janji murahan. Pengedar
narkoba. Kita mendorong para pendidik dan pendamping orang muda agar
bersemangat membina orang muda supaya mampu mandiri menjadi penerus generasi
kita yang lebih baik. Pantaslah orang mengecam produksi, pengedaran, penyalah
gunaan sebagai kejahatan sosial yang harus diberantas. Ada gairah yang mamapu
melawan praktik amoral dan tetap ada gairah untuk memelihara hidup; gairah
masyarakat tetap ada untuk memelihara kehidupan yang ternyata ada dalam tangan
tanggung jawab kita; gairah untuk mengembangkan kehidupan dan menjaganya agar
tidak rusak karena kita sendiri salah langkah.
9. Memandang masalah narkoba dengan perspektif kedepan
kita mengakui keprihatinan sosial ini dan berusah agar narkoba tidak
diproduksi dan tidak diedarkan secara bertanggung jawab dan supaya tidak terjadi
penyalah gunaan narkoba. Kita memiliki tanggung jawab moral yaitu mendukung
gairah hidup bersama agar tetangga yang terkena narkoba tidak disingkirkan tetapi
dapat menggumuli perjuangan menuju cita-cianya. Istilah “masalah sosial” dan
sebutan “kejahaan-kejahatan” hedaknya kita ucapkan kepala tengah memandang
kemasa depan. Namun dalam keyakinan kita, orang yang terperangkap dalam
penderitaan narkoba tersebut selalu dapat ditolong. Perilaku yang menyebabkan
penderitaan itu sangat bisa diperbaiki.
10. Moral sosial digugah oleh injil dan iman
Warta injil selalu baru sewaktu kita mendengarkannya. Warta injil selalu baru
karena menggugah para pengikut Kristus untuk menghidupkan rasa tanggung jawab
mereka ditengah dunia. Kerajaan allah tidak jauh dan allah mengetuk pintuk hati kita.
“ berbaliklah dan percya pada kabar gembira!” Kalau kabar gembira sudah sampai
pada hati kita, kita kita tidak punya alasan lagi utnuk terus mengeluh mengenai
kejahatan narkoba.
Dengan iman kita mampu meneruskan tekad-Nya” bukan orang sehat yang
memperlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini:
Yang Ku hendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan” (Mat 9, 12-13-.,12,7)
Hanya jika orag asing ditampung, orang sakit dirawat, orang dalam tahanan
dikunjungi, maka allah beserta kita dan dalam kebersamaan dengan allah itu semua
orang dapat diikut sertakan dalam kehidupan-Nya.
11. Gereja diperlukan supaya mengumat
Kisah seorang beriman adalah sekaligus kisah berumat. Abraham berangkat
dari tanah airnya utntuk menemukan suatu tanah terjanji karena allah menjanjikan
kepadanya. Allah berjanji bahwa keturunan abraham akan menjadi umat yang besar.
Ia, allah membutuhkan umat! Dari negeri pembuangan, allah merebut dan
membebaskan keturunan abraham karena membutuhkan suatu umat, yang memegang
perintah-perintah allah dan menjadi agen-Nya diantara bangsa manusia. (bdk. UI.8,1-
2). Dengan undang-undang dasar yang kita sebut 10 firman, umat allah dibentuk-Nya
agar bersatu, rukun, guyup.
12. Melawan narkoba: membangun kepercayaan dengan mengulurkan keprcayaan
Kejahatan narkoba telah meruntuhkan kepercayaan-kita. Padahal, kepercayaan satu
sama lain adalah ruang diamana orang dapat hidup bersama dan kepercayaan antar
kita menjadi dasar agar kita dapat bersama-sama mengusahakan kepentingan bersama.
Jika kita mau memberantas narkoba di lingkunagn dan kampung kita, maka perlulah
kita bersam-sama melakukannya. Kita mau memulihkan mereka yang sakit karena
narkoba. Namun apakah sudah menyediakan tempat yang aman? Adakah orang
cerdas, mampu dibidnang ini yang bersedia mendampingi yang paling utama, jika kita
mau mengusahakan anak-anak tumbuh mandiri.
Kepercyaan dibangun hanya dengan mengulurkan dan menawarkan kepercayaan
kepada sesama. Dengan tekad baru kita ikut membangun kepercayaan dengan
menawarkan kepercayaan:
a. Keluarga-keluarga menyediakan waktu untuk ber-dekat-hati;
b. Umat dikampung menjaring dan melibatkan orang muda, agar mereka melihat
jalan ke masa depan;
c. Lingkungan mendukung kelurga yang menjadi korban narkoba agar bangkit;
d. Sekolahsekolah katolik melatih kesetiakawanan, terbuka dan penuh perhatian;
e. Pusat parogi mengusahakan adanya ruang biacara yang rama-aman bagi korban
narkoba dan mengusahakan pelayanan teman yang paham bagi para korban itu;
f. Bersama-sama kita berusah auntuk meresosialisasi korban, buakn
menyingkirkannya.
 lembaga-lembaga dan yayasan pendidikan katolik kami himbau supaya
menaruh perhatian kusus bagi ancaman dikalangan anak-anak dan remaja. Jangan
smapai anak-anak dan kaum remaja tergoda untuk coba-coba atau terdesak oleh
suatu jaringan suatu pengguna dan pengedar.
 Komisi Pendidikan hendaknya bersedia mengkomunikasikan lembaga-
lembaga pendidikan program-program yang berlagsung bersam pengalaman-
pengalaman disekolah-sekolah.
 Komisi kepemudaan harap megusahakan, agar aktifitas kepemudaan paroki
dan keuskupan dapat bergabung pada perhatian, program dan bagi para
remaja.
 Komisi Kelurga hendaknya ikut serta secara aktif dalam usaha melawan
kejahatan narkoba. Dalam semua usaha membangun lingkungan kepercayaan
diandalkan keluarga dan kekuatannya.
 Alangkah baikya karya pastoral paroki menyediakan saran yang dapat
menyampaikan pesan: “ kalau keluargamu menjadi korban jangan takut, kami
dapat membantu!” umpamanya seksi pastoral keluarga dalam paroki
diharappkan dapat merujuk keluarga pada suatu pos pertolongan pertama yang
selanjutnya akan merujuk pada suatu pos wajib lapor yang dekat dengan usaha
rehabilitasi.
 Bersama ini kami minta kepada lembaga-lembaga kesehatan katolik ( terutama
yang bergabung dalam Persatan karya Darma Kesehatan Indonesia) untuk
memberikan bantuan medik bagi para pecandu dan mengembangkan usaha –
usah rehabilitasi korban narkoban.
 Komisi untuk Keadilan dan Perdamaian hendaknya mencari kemungkinan
dan membuka jalan agar didirikanlah panti rehabilitasi yang profesional.
 Sekretariat Jendral Konferensi Wali Gereja Indonesia akan mendampingi
usaha-usaha tersebut dengan membuat suatu tugas khusus.
 Para imam, biarawan-biarawati, para orang tua dan para tokoh masyarakat
hendaknya mau mempelajari dan mamahami bahaya penyalah gunaan narkoba
dan menjadi tempat bagi umat untuk mengadu tentang penyalah gunaan
narkoba serta mengarahkan umat agar mau melapor bila terjadi penyalah
gunaan narkoba di kalangannya.

Anda mungkin juga menyukai