Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOPOROSIS

1. Pengkajian
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status
kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan
penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik dan riwayat psikososial.
a. Anamnese
b. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal
masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai
identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
c. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung
jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan,
pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
d. Riwayat Kesehatan
Dalam pengkajian riwayat kesehatan, perawat perlu mengidentifikasi adanya :
1) Rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian bawah), leher,dan pinggang
2) Berat badan menurun
3) Biasanya diatas 45 tahun
4) Jenis kelamin sering pada wanita
5) Pola latihan dan aktivitas
6) Pola aktivitas sehari-hari
Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga, pengisian
waktu luang dan rekreasi, berpakaian, makan, mandi, dan toilet. Olahraga dapat
membentuk pribadi yang baik dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu, olahraga
dapat mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi. Lansia memerlukan aktifitas yang
adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktifitas tubuh memerlukan interaksi
yang kompleks antara saraf dan muskuloskeletal.
2. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Inspeksi : Ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang
Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi : Cuaca resonan pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Pada kasus lanjut usia, biasanya didapatkan suara ronki
b. B2 ( Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan pusing.
Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema yang
berkaitan dengan efek obat.
c. B3 ( Brain)
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat mengeluh
pusing dan gelisah.
1) Kepala dan wajah : ada sianosis
2) Mata : sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
3) Leher : biasanya JVP dalam normal
Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan halus
merupakan indikasi adanya satu fraktur atau lebih, fraktur kompresi vertebra
d. B4 (Bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem
perkemihan.
e. B5 ( Bowel)
Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi namun perlu di kaji frekuensi,
konsistensi, warna, serta bau feses.
f. B6 ( Bone)
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis. Klien osteoporosis sering
menunjukan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan dan berat
badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri
spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra spasme otot, deformitas
tulang.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan
skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.
c. Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh.
d. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang berhubungan
dengan kurang informasi, salah persepsi.

4. Intervensi
a. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra, spasme otot, deformitas
tulang.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan nyeri berkurang.
Kriteria Hasil : Klien akan mengekspresikan nyerinya, klien dapat tenang dan istirahat
yang cukup, klien dapat mandiri dalam perawatan dan penanganannya secara sederhana.

Intervensi Rasional

Pantau tingkat nyeri pada punggung, nyeri Tulang dalam peningkatan jumlah
terlokalisasi atau menyebar pada abdomen trabekular, pembatasan gerak spinal.
atau pinggang. Skala nyeri 7-9 yaitu nyeri
berat.

Kaji obat-obatan untuk mengatasi nyeri : Keyakinan klien tidak dapat menoleransi
obat yang adekuat atau tidak adekuat untuk
Aspirin
mengatasi nyerinya.
Phenyl-butazone

- Naproxen

- Ibuprofen
- Diclofenac

- Piroxicam

- Tenoxicam

- Celecoxib

- Lumiracoxib

Ajarkan pada klien tentang alternative lain Alternatif lain untuk mengatasi nyeri,
untuk mengatasi dan mengurangi rasa pengaturan posisi, kompres hangat dan
nyerinya. sebagainya.

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan


skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam, diharapkanklien mampu
melakukan mobilitas fisik.
Kriteria hasil : Klien dapat meningkatan mobilitas fisik ; klien mampu melakukan
aktivitas hidup sehari hari secara mandiri.

Intervensi Rasional

· Kaji tingkat kemampuan klien yang · Dasar untuk memberikan alternative


masih ada. dan latihan gerak yang sesuai dengan
kemapuannya.

· Rencanakan tentang pemberian · Latihan akan meningkatkan


program latihan : pergerakan otot dan stimulasi sirkulasi
darah
ü Bantu klien jika diperlukan latihan

ü Ajarkan klien tentang aktivitas hidup


sehari hari yang dapat dikerjakan
ü Ajarkan pentingnya latihan.

· Bantu kebutuhan untuk beradaptasi · Aktifitas hidup sehari-hari secara


dan melakukan aktivitas hidup sehari hari. mandiri

· Peningkatan latihan fisik secara · Dengan latihan fisik :


adekuat :

ü Dorong latihan dan hindari tekanan


ü Masa otot lebih besar sehingga
pada tulang seperti berjalan
memberikan perlindungan pada
ü Instruksikan klien untuk latihan selama osteoporosis
kurang lebih 30menit dan selingi dengan
ü Program latihan merangsang
istirahat dengan berbaring selama 15
pembentukan tulang
menit

ü Hindari latihan fleksi, membungkuk


tiba– tiba,dan penangkatan beban berat

ü Gerakan menimbulkan kompresi vertical


dan fraktur vertebra.

3. Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan


ketidakseimbangan tubuh.

· Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam Cedera

tidak terjadi

· Kreteria Hasil : Klien tidak jatuh dan fraktur tidak terjadi, Klien dapat

menghindari aktivitas yang mengakibatkan fraktur

Intervensi Rasional

· Ciptakan lingkungan yang nyaman : · Menciptakan lingkungan yang aman


ü Tempatkan klien pada tempat tidur dan mengurangi risiko terjadinya
rendah kecelakaan.

ü Amati lantai yang membahayakan klien

ü Berikan penerangan yang cukup

ü Tempatkan klien pada ruangan yang


tertutup dan mudah untuk diobservasi

ü Ajarkan klien tentang pentingnya


menggunakan alat pengaman di ruangan.

· Berikan dukungan ambulasi sesuai · Ambulasi yang dilakukan tergesa-


dengan kebutuhan : gesa dapat menyebabkan mudah jatuh.

ü Kaji kebutuhan untuk berjalan

ü Konsultasi dengan ahli therapist

ü Ajarkan klien untuk meminta bantuan


bila diperlukan

ü Ajarkan klien untuk berjalan dan keluar


ruangan

· Bantu klien untuk melakukan · Penarikan yang terlalu keras akan


aktivitas hidup sehari-hari secara hati-hati. menyebabkan terjadinya fraktur.

· Ajarkan pada klien untuk berhenti · Pergerakan yang cepat akan lebih
secara perlahan, tidak naik tanggga, dan memudahkan terjadinya fraktur kompresi
mengangkat beban berat. vertebra pada klien osteoporosis.

· Ajarkan pentingnya diet untuk · Diet kalsium dibutuhkan untuk


mencegah osteoporosis : mempertahankan kalsium serum,
mencegah bertambahnya kehilangan
ü Rujuk klien pada ahli gizi
tulang. Kelebihan kafein akan
ü Ajarkan diet yang mengandung banyak meningkatkan kalsium dalam urine.
kalsium Alcohol akan meningkatkan asidosis yang
meningkatkan resorpsi tulang
ü Ajarkan klien untuk mengurangi atau
berhenti menggunakan rokok atau kopi

· Ajarkan tentang efek rokok · Rokok dapat meningkatkan


terhadap pemulihan tulang terjadinya asidosis

· Observasi efek samping obat- · Obat-obatan seperti diuretic,


obatan yang digunakan fenotiazin dapat menyebabkan pusing,
megantuk, dan lemah yang merupakan
predisposisi klien untuk jatuh

4. Kurangnya pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang


berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi.

· Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan

klien memahami tentang penyakit osteoporosis dan program

terapi.

· Kriteria hasil : Klien mampu menjelaskan tentang penyakitnya, mampu

menyebutkan program terapi yang diberikan, klien tampak tenang.

Intervensi Rasional

· Kaji ulang proses penyakit dan · Memberikan dasar pengetahuan


harapan yang akan datang dimana klien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi.

· Ajarkan pada klien tentang faktor- · Informasi yang diberikan akan


faktor yang mempengaruhi terjadinya membuat klien lebih memahami tentang
osteoporosis penyakitnya

· Berikan pendidikan kepada klien · Suplemen kalsium ssering


mengenai efek samping penggunaan obat mengakibatkan nyeri lambung dan distensi
abdomen maka klien sebaiknya
mengkonsumsi kalsium bersama makanan
untuk mengurangi terjadinya efek samping
tersebut dan memperhatikan asupan cairan
yang memadai untuk menurunkan resiko
pembentukan batu ginjal

iv. Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

1. Nyeri berhubungan · Memantau tingkat nyeri S : Klien mengatakan


dengan dampak sekunder dari pada punggung, nyeri nyeri berkurang
fraktur vertebra, spasme otot, terlokalisasi atau menyebar
O :Dapat melakukan
deformitas tulang. pada abdomen atau pinggang.
perawatan secara
Skala nyeri 7-9 yaitu nyeri
mandiri dan
berat.
penanganannya
· Mengajarkan pada secara sederhana.
klien tentang alternative lain
A : Masalah teratasi
untuk mengatasi dan
sebagian
mengurangi rasa nyerinya.
P : Intervensi
· Mengkaji obat-obatan
dilanjutkan :
untuk mengatasi nyeri.
· Pantau tingkat
- Aspirin
nyeri pada punggung,
- Phenyl-butazone nyeri terlokalisasi
atau menyebar pada
- Naproxen
abdomen atau
- Ibuprofen pinggang. Skala nyeri
- Diclofenac 7-9 yaitu nyeri berat.

- Piroxicam · Ajarkan pada


klien tentang
- Tenoxicam
alternative lain untuk
- Celecoxib mengatasi dan

- Lumiracoxib mengurangi rasa


nyerinya.
· Merencanakan pada
klien tentang periode istirahat · Kaji obat-

adekuat dengan berbaring obatan untuk

dalam posisi telentang selama mengatasi nyeri.


kurang lebih 15 menit - Aspirin

- Phenyl-
butazone

- Naproxen

- Ibuprofen

- Diclofenac

- Piroxicam

- Tenoxicam

- Celecoxib

- Lumiracoxib

· Rencanakan
pada klien tentang
periode istirahat
adekuat dengan
berbaring dalam
posisi telentang
selama kurang lebih
15 menit

2. Hambatan mobilitas fisik · Mengkaji tingkat S : Klien mengatakan


berhubungan dengan disfungsi kemampuan klien yang masih sudah bisa
sekunder akibat perubahan ada. beraktivitas kembali
skeletal (kifosis), nyeri
· Merencanakan tentang O : Dapat
sekunder atau fraktur baru.
pemberian program latihan : beraktivitas secara
mandiri
ü Membantu klien jika
diperlukan latihan A : Masalah teratasi

ü Mengajarkan klien tentang P : Intervensi


aktivitas hidup sehari hari dihentikan
yang dapat dikerjakan

ü Mengajarkan pentingnya
latihan.

· Membantu kebutuhan
untuk beradaptasi dan
melakukan aktivitas hidup
sehari hari.

· Meningkatan latihan
fisik secara adekuat :

ü Mendorong latihan dan


hindari tekanan pada tulang
seperti berjalan

ü Menginstruksikan klien
untuk latihan selama kurang
lebih 30menit dan selingi
dengan istirahat dengan
berbaring selama 15 menit

ü Menghindari latihan fleksi,


membungkuk tiba– tiba,dan
penangkatan beban berat

3. Risiko cedera · Menciptakan S : Klien mengatakan


berhubungan dengan dampak lingkungan yang nyaman : sudah bisa
sekunder perubahan skeletal beraktivitas
ü Menempatkan klien pada
dan ketidakseimbangan tubuh
tempat tidur rendah O : Dapat
menghindari aktivitas
ü Mengamati lantai yang
yang mengakibatkan
membahayakan klien
fraktur
ü Memberikan penerangan
A : Masalah teratasi
yang cukup
P : Intervensi
ü Menempatkan klien pada
dihentikan
ruangan yang tertutup dan
mudah untuk diobservasi

ü Mengajarkan klien tentang


pentingnya menggunakan alat
pengaman di ruangan.

· Memberikan dukungan
ambulasi sesuai dengan
kebutuhan :

ü Mengkaji kebutuhan untuk


berjalan

ü Mengkonsultasi dengan
ahli therapist

ü Mengajarkan klien untuk


meminta bantuan bila
diperlukan

ü Mengajarkan klien untuk


berjalan dan keluar ruangan

· Membantu klien untuk


melakukan aktivitas hidup
sehari-hari secara hati-hati.

· Mengajarkan pada
klien untuk berhenti secara
perlahan, tidak naik tanggga,
dan mengangkat beban berat.

· Mengajarkan
pentingnya diet untuk
mencegah osteoporosis :

ü Merujuk klien pada ahli


gizi

ü Mengajarkan diet yang


mengandung banyak kalsium

ü Mengajarkan klien untuk


mengurangi atau berhenti
menggunakan rokok atau kopi

· Mengajarkan tentang
efek rokok terhadap
pemulihan tulang

· Mengobservasi efek
samping obat-obatan yang
digunakan
4. Kurangnya pengetahuan · Mengkaji ulang proses S : Klien mengatakan
mengenai proses osteoporosis penyakit dan harapan yang sudah memahami
dan program terapi yang akan datang tentang penyakit
berhubungan dengan kurang osteoporosis dan
· Mengajarkan pada
informasi, salah persepsi. program terapi
klien tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi O : Pengetahuan
terjadinya osteoporosis klien jadi bertambah

· Memberikan A : Masalah teratasi


pendidikan kepada klien
P : Intervensi
mengenai efek samping
dihentikan
penggunaan obat

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai penyakit degeneratif dan metabolik,
termasuk osteoporosis akan menjadi problem muskolokeletal yang memerlukan perhatian
khusus, terutama dinegara berkembang, termasuk indonesia. Pada tahun 1990, ternyata jumlah
penduduk yang berusia 55 tahun atau lebih mencapai 9,2%, meningkat 50% dibandingkan survey
tahun 1971. Dengan demikian, kasus osteoporosis dengan berbagai akibatnya, terutama fraktur
diperkirakan juga akan meningkat ( Sodoyo, 2009 ).

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti
berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit
yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan
mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan
kerapuhan tulang (Tandra, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:

1. Determinan Massa Tulang

2. Determinan penurunan Massa Tulang

Osteoforosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara faktor genetic dan faktor
lingkungan. Faktor genetic meliputi, usia jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah
melahirkan. Faktor lingkungan meliputi, merokok, alkohol, kopi, defisiensi vitamin dan gizi,
gaya hidup, mobilitas, anoreksia nervosa dan pemakaian obat-obatan. Kedua faktor diatas akan
menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang, peningkatan
pengeluaran kalsium bersama urin, tidak tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi
tulang menjadi lebih cepat yang selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak dari
pada pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan massa tulang total yang disebut
osteoporosis.

Manifestasi osteoporosis :

1. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata

2. Rasa sakit oleh karena adanya fraktur pada anggota gerak

3. Nyeri timbul mendadak

Pemeriksaan Diagnostik

1. Radiologis

2. CT-Scan

Penatalaksanaannya dengan Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang
sepanjang hidup, dengan pengingkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat
melindungi terhadap demineralisasi skeletal. Terdiri dari 3 gelas vitamin D susu skim atau susu
penuh atau makanan lain yang tinggi kalsium (mis keju swis, brokoli kukus, salmon kaleng
dengan tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan asupan kalsium yang mencukupi perlu
diresepkan preparat kalsium(kalsium karbonat).
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah
patah.Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra torakalis
dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur colles pada
pergelangan tangan.

Diagnosa yang timbul :

1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra spasme otot, deformitas
tulang.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan


skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.

3. Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan


ketidakseimbangan tubuh.

4. Kurangnya pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang


berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi.

B. SARAN

Bagi orang yang mengalami osteoporosis sebaiknya melakukan diet kaya kalsium dan vitamin D
yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup, dengan pengingkatan asupan kalsium pada
permulaan umur pertengahan dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal. Terdiri dari 3
gelas vitamin D susu skim atau susu penuh atau makanan lain yang tinggi kalsium (mis keju
swis, brokoli kukus, salmon kaleng dengan tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan asupan
kalsium yang mencukupi perlu diresepkan preparat kalsium (kalsium karbonat), sering
berolahraga dan pola hidup sehat.

Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kelompok
meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah yang kelompok buat
dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Tandra, H, 2009. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Osteoporosis Mengenal,

Mengatasi dan Mencegah Tulang Keropos. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Sudoyo, Aru dkk. 2009. Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3 Edisi 5. Jakarta : Internal

Publishing

Junaidi, I, 2007. Osteoporosis - Seri Kesehatan Populer. Cetakan Kedua : Penerbit PT

Bhuana Ilmu Populer

Suryati, A, Nuraini, S. 2006. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. Vol.2. Jakarta

Anonim, 2013/05. www.debyrahmad.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai