PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang ibu, 27 tahun, datang ke tempat praktek seorang dokter beberapa waktu
lalu dengan keluhan menelan sakit sudah empat hari ini, tenggorokan terasa gatal
dan sakit setengah mati, selain itu badan penderita terasa hancur. Radang semacam
ini sudah dirasakan dua kali dalam sebulan ini, dan sering sekali kena flu.
Dari pemeriksaan jasmani didapatkan keadaan umum dan kesadaran baik, tekanan
darah normal, nadi normal baik dari jumlah denyut maupun isi nadi, fekwensi
pernafasan normal, dan suhu sedikit meningkat. Selain itu didapatkan adanya
radang pada tenggorokan dan kelainan seperti kupu-kupu yang berwarna merah
coklat “Butterfly Rash”, di pipi kedua dan hidung dan radang amandel. Dari hasil
pemeriksaan yang panjang dan seksama akhirnya ibu tersebut divonis menderita
penyakit Systemic Lupus Erythethematosus.
Gejala yang umum ditemukan terbagi atas gejala kulit, gejala sistemik dan gejala
laboratorium. Gejala kulit yang ditemukan terutama ditemukannya ruam kupu –
kupu (Butterfly rash) di kedua pipi dan hidung pada hampir 70% kasus. Selain itu
biasanya penderita Systemic Lupus Erythematosus akan sangat sensitif terhadap
paparan sinar matahari pagi yang mengandung sinar ultra violet atau pada
pemakaian lampu ultra violet. Pada bagian tubuh yang terpapar sinar matahari
dapat pula timbul ruam kulit berbentuk bundar dan berwarna kemerahan. Selain itu
akan timbul sariawan berulang atau sariawan kambuhan, yang kadang kala
dipandang sepele oleh penderita. Gejala sistemik yang timbul akan segera terjadi
bila penderita tidak segera diobati dengan baik dan dalam jangka waktu lama.
Gejala sistemik yang mulai terlihat biasanya dimulai dari radang sendi berulang
dan berat sehingga sering disalah artikan sebagai penyakit Asam Urat atau
Rheumatik.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Definisi
B. Anatomi Fisiologi
C. Etiologi
1. Faktor genetik
2. Faktor hormonal
3. Autoantibodi
4. Faktor lingkungan
a. Faktor fisik/kimia
1) Amin aromatic
2) Hydrazine
3) Obat-obatan(prokainamid, hidralazin, klorpromazin, isoniazid,
fenitoin,penisilamin)
b. Faktor makanan
c. Agen infeksi
1) Retrovirus
2) DNA bakteri/endotoksin
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik secara umum yang sering timbul pada pasien SLE adalah rasa
lelah, malaise, demam, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan
(Hahn, 2005).
1. Sistem Muskuloskeletal
Artralgia, artritis (sinovitis), pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri
ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
2. Sistem integument
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang
melintang pangkal hidung serta pipi.Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi
atau palatum durum.
4. Sistem pencernaan
5. Sistem pernafasan
6. Sistem vaskuler
7. Sistem perkemihan
8. Sistem saraf
Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh
bentuk penyakit neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.
Manifestasi klinik secara umum yang sering timbul pada pasien SLE :
F. Patofisiologi
Penyakit SLE yang terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan
yangmenyebabkan peningkatan autoimun yang berlebihan. Gangguan imuno
regulasiini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik,
hormonal(sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi
selama usiaproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar
termal). Obat-obattertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid,
klopromazin dan beberapapreparat antikonvulsan di samping makanan seperti
kecambah alfalfa turut terlibatdalam penyakit SLE akibat senyawa kima
atau obat-obatan. Pada SLE,peningkatan produksi autoimun diperkirakan
terjadi akibat fungsi sel T-supresoryang abnormal sehingga timbul
penumpukan komples imun dan kerusakanjaringan. Inflamasi
akanmenstimulasi antigen yang selanjutnya akan merangsangpembentukan
antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali
SNG ONO PATWE NE
https://kupdf.net/download/makalah-askep-sledocx_5a67261ee2b6f548573f93ea_pdf
G. Klasifikasi Diabetes Melitus
Menurut Hasdianah, dkk (2014), Penyakit Lupus dapat diklasifikasikan menjadi
3macam yaitu discoid lupus, sistemic lupus erythematosus, dan lupus
yangdiinduksi oleh obat :
1. Discoid Lupus
Lesi berbentuk lingkaran atau cakram dan ditandai oleh batas eritema
yangmeninggi, skuama, sumbatan folikuler, dan telangiektasia.Lesi ini timbul
dikulit kepala, telinga, wajah, lengan, punggung, dan dada.Penyakit ini
dapatmenimbulkan kecacatan karena lesi ini memperlihatkan atrofi dan
jaringanparut di bagian tengahnya serta hilangnya apendiks kulit secara
menetap.
2. Sistemic Lupus Erythematosus
SLE merupakan penyakit radang atau inflamasi multisistem yang
disebabkanoleh banyak faktor dan dikarakterisasi oleh adanya
gangguan disregulasisistem imun berupa peningkatan sistem imun dan
produksi autoantibodi yangberlebihan.Terbentuknya autoantibodi terhadap
dsDNA, berbagai macamribonukleoprotein intraseluler, sel-sel darah, dan
fosfolipid dapat menyebabkankerusakan jaringan melalui mekanisme
pengaktivan komplemen.
3. Lupus yang diinduksi oleh obat
Lupus yang disebabkan oleh induksi obat tertentu khususnya pada
asetilatorlambat yang mempunyai gen HLA DR-4 menyebabkan asetilasi obat
menjadilambat, obat banyak terakumulasi di tubuh sehingga memberikan
kesempatanobat untuk berikatan dengan protein tubuh. Hal ini direspon
sebagai bendaasing oleh tubuh sehingga tubuh membentuk kompleks antibodi
antinuclear (ANA) untuk menyerang benda asing tersebut.
obat – obatan yang biasa digunakan pada SLE adalah sebagai berikut:
2. Korticosteroid
Cara kerja steroid pada SLE adalah melalui mekanisme antiinflamasi dan
amunosuprefh dari berbagai jenis steroid yang paling sering digunakan adalah
pprednison dan multipred nisinosolon. Pada SLE yang ringan yang tidak dapat
dikontrol oleh NSAID dan antimalaria, diberikan prednison 2,5 mg samapai 5
mg,. Dosis ini ditingkatkan 20% 1 sampai 2 minggu tergantung dari respon
klinis.Pada SLE yang akut dan yang mengancam jiwa langsung diberikan
steroid, NSAID dan antimalariatidak efektif pada keadaan itu. Manifestasi
serius SLE yang membaik de ngan steroid antara lain: vaskulitis, dermatitis
berat miocarditis, lupus pneumonitis, glomerulonefritis, anemia haomolitik,
neufropati perifer dan kasus lupus.Pada SLE aktif dan berat, terdapat beberapa
regment pembenan steroid:
a. Regmen I : daily oral short acting {predmison, prednisolon,
multiprednisolon} dosis: 1-2mg/kgBB/hari dimulai dari dosis terbagi, lalu
diturunkan secara bertahap sesuai dengan perbaikan klinis dan laboratories.
Regimen ini sangat cepat mengontrol penyakit ini, 5-10 hari untuk
manifestasi hamatologis atau saraf atau vaskulitis, 3-10 minggu untuk
glumerulonefritis
3. Antimalaria
Efektifitas antimalaria terhadap SLE yang mengenai kulit dan sendi telah
lama diketahui dan obat ini telah dianggap sebagai obat pilihan pertama untuk
cara mengganggu pemoresan antigen dimakrofag dan sel pengaji antigen yang
lain dengan peningkatan PH di dalam vakuolalisosomal. Juga menghamabat
dan mengabsorbsi sinar UV, bebera penelitian melaporkan bahwa antimalaria
dapat menurunkan kolestrol total, HDL, LDL. Pada penderita SLE yang
menerima steroidmaupun yang tidak. Terdapat 3 obat antimalaria yang
tersedia, hidroksikolokulin. Dosis 200-400mg/hari, klorokuin dan efek
sampingnya lebih ringan. Efek samping antimalaria yang paling sering adalah
efek pada saluran pencernaan, kembung, mual dan muntah. Efek samping lain
adalah timbulnya ruam, toksisitas retin dan neurologis
4. Methoreksat
Methoreksat adalah antagonis folat yang jika diberikan dalam dosis untuk
penyakit rematik efek imunosupresifinyalebih lemah dari pada obat alkilating
atau zat hioprin . methorekxate dosis rendah mingguan 7,5-15mg, efektif
sebagai “steroid spring agent” dan dapat diterima baik oleh penderita,
terutama pada manifestasi klinis dan muskluskletal.
Efek samping yang paling seringdipakai adalah: lekopenia, ulkus oral, toksisitas
gastrointestinal dan hepaktotoksitas. Untuk pemantauan efek samping diperlukan
pemeriksaan darah lengkap, tes fungsi ginjal dan hepar pada penderita dengan
efek samping gastrointestinal, pemberian asam folat 5mg tiap minggu akan
mengurangi efek tersebut.