Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Robi Hendra, S.Pd.,
M.Pd. pada mata kuliah Pengantar Pendidikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang hakikat manusia dan perkembangannya bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Robi Hendra, S.Pd., M.Pd. selaku dosen mata kuliah
Pengantar Pendidikan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hakikat Manusia......................................................................................... 2
2.2 Wujud Sifat Hakikat Manusia....................................................................................... 2
2.3 Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan Dinamikanya......... 4
2.4 Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia................................................................... 5
2.5 Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya............................................................................ 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................................... 7
3.2 Saran............................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................... 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung
dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang
mempengaruhi individu. Manusia yang merupakan makhluk hidup dengan akahl budi memiliki
potensi untuk terus melakukan pengembangan. Sifat pengembangan manusia menunjukkan sisi
dinamisnya, artinya perubahan terjadi terus menerus pada manusia. Tidak ada yang tidak
berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Salah satu pengembangan manusia, yaitu melalui
pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu sifat hakikat manusia?
2. Bagaimana bentuk perwujudan sifat hakikat manusia?
3. Bagaimana dimensi hakikat manusia?
4. Bagaimana pengembangan dimensi hakikat manusia?
5.Bagaimana sosok manusia Indonesia seutuhnya?

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui pengertian sifat hakikat manusia, perwujudan sifat hakikat manusia
Perwujudan sifat hakikat manusia, dimensi hakikat manusia, pengembangan dimensi hakikat
manusia dan sosok manusia Indonesia seutuhnya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sifat Hakikat Manusia

Sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil membedakan
manusia dari hewan, meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama dilihat
dari segi biologisnya. Bentuknya (misalnya orang hutan), bertulang belakang seperti manusia,
berjalan tegak dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan, menyusui anaknya dan
pemakan segala. Bahkan carles darwin (dengan teori evolusinya) telah berjuang menemukan
bahwa manusia berasal dari primat atau kera tapi ternyata gagal karena tidak ditemukan bukti-
bukti yang menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai bentuk ubah dari primat atau kera.
Disebut sifat hakikat manusia karena secara haqiqi sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan
tidak terdapat pada hewan.

Karena manusia mempunyai hati yang halus dan dua pasukannya. Pertama, pasukan yang
tampak yang meliputi tangan, kaki, mata dan seluruh anggota tubuh, yang mengabdi dan tunduk
kepada perintah hati. Inilah yang disebut pengetahuan. Kedua, pasukan yang mempunyai dasar
yang lebih halus seperti syaraf dan otak. Inilah yang disebut kemauan. Pengetahuan dan
kemauan inilah yang membedakan antara manusia dengan binatang.

Keberadaan manusia dari sejak kelahirannya terus mengalami perubahan – perubahan,


baik secara fisik maupun psikologis. Melalui pendidikan manusia berharap niali – nilai
kemanusiaan diwariskan, bukan sekedar di wariskan melainkan menginternalisasi dalam watak
dan kepribadian. Nilai – nilai kemanusiaan menjadi penuntun manusia untuk hidup
berdampingan dengan manusia lain. Upaya pendidikan melalui internalisasi nilai – nilai
kemanusiaan menuntun untuk memanusiakan manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi
kebutuhan manusia. Berbagai upaya dan peralatan dilakukan manusia untuk meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan hidupnya dengan jalan menerapkan pengetahuan.

2.2 Wujud Sifat Hakikat Manusia

Wujud dari sifat hakikat manusia yang tidak dimiliki oleh hewan yang dikemukakan
oleh faham eksistensialisme dengan maksud menjadi masukan dalam membenahi konsep
pendidikan yaitu:

1. Kemampuan Menyadari Diri


Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki manusia maka manusia
menyadari bahwa dirinya memiliki ciri kas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan
manusia dapat membedakan dirinya dan membuat jarak dengan orang lain dan lingkungan

2
di sekitarnya. Yang lebih istimewa lagi manusia dikaruniai kemampuan membuat jarak diri
dengan dirinya sendiri, sehingga manusia dapat melihat kelebihan yang dimiliki serta
kekurangan-kekurangan yang terdapat pada dirinya. Kemampuan memahami potensi-potensi
dirinya seperti ini peserta didik harus mendapat pendidikan dan perhatian yang serius dari
semua pendidik supaya dapat menumbuh kembangkan kemampuan mengeluarkan potensi -
potensi yang ada pada dirinya.

2. Kemampuan Bereksistensi
Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan manusia menempatkan diri dan dapat
menembus atau menerobos serta mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya.
Sehingga manusia tidak terbelenggu oleh tempat dan waktu. Dengan demikian manusia
dapat menembus ke sana dan ke masa depan.
Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar agar belajar
dari pengalamannya, mengantisipasi keadaan dan peristiwa, belajar melihat prospek masa
depan dari sesuatu serta mengembangkan imajinasi kreatifnya sejak masa kanak-kanak.

3. Kata hati
Kata hati juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara hati, pelita
hati dan sebagainya. Kata hati adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik
atau benar dan yang buruk atau salah bagi manusia sebagai manusia. Untuk melihat
alternatif mana yang terbaik perlu didukung oleh kecerdasan akal budi. Orang yang
memiliki kecerdasan akal budi disebut tajam kata hatinya. Kata hati yang tumpul agar
menjadi kata hati yang tajam harus ada usaha melalui pendidikan kata hati yaitu dengan
melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar orang memiliki keberanian
berbuat yang didasari oleh kata hati yang tajam, sehingga mampu menganalisis serta
membedakan mana yang baik atau benar dan buruk atau salah bagi manusia sebagai manusia

4. Moral
Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan maka
yang dimaksud moral adalah perbuatan itu sendiri. Moral dan kata hati masih ada jarak
antara keduanya. Artinya orang yang mempunyai kata hati yang tajam belum tentu moralnya
baik. Untuk mengetahui jarak tersebut harus ada aspek kemauan untuk berbuat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa moral yang singkron dengan kata hati yang
tajam merupakan moral yang baik. Sebaliknya perbuatan yang tidak singkron dengan kata
hatinya merupakan moral yang buruk atau rendah.

5. Tanggung jawab
Sifat tanggung jawab adalah kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari
perbuatan yang menuntut jawab yang telah dilakukannya. Wujud bertanggung jawab
bermacam-macam. Ada bertanggung jawab kepada dirinya sendiri bentuk tuntutannya
adalah penyesalan yang mendalam. Tanggung jawab kepada masyarakat bentuk tuntutannya
adalah sanksi-sanksi sosial seperti cemoohan masyarakat, hukuman penjara dan lain-lain.
Tanggung jawab kepada tuhan bentuk tuntutannya adalah perasaan berdosa dan terkutuk.

3
6. Rasa kebebasan
Rasa kebebasan adalah tidak merasa terikat oleh sesuatu tetapi sesuai dengan
tuntutan kodrat manusia. Artinya bebas berbuat apa saja sepanjang tidak bertentangan
dengan tuntutan kodrat manusia. Jadi kebebasan atau kemerdekaan dalam arti yang
sebenarnya memang berlangsung dalam keterikatan.

7. Kewajiban dan Hak


Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul karena manusia itu sebagai
makhluk sosial, yang satu ada hanya karena adanya yang lain. Tidak ada hak tanpa
kewajiban. Kewajiban ada karena ada pihak lain yang harus dipenuhi haknya. Sebaliknya
Kewajiban ada oleh karena ada pihak yang harus dipenuhi haknya.

8. Kemampuan Menghayati Kabahagiaan


Kebahagiaan adalah merupakan integrasi dari segenap kesenangan, kegembiraan,
kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman-pengalaman pahit dan penderitaan. Proses dari
kesemuanya itu (yang menyenangkan atau yang pahit) menghasilkan suatu bentuk
penghayatan hidup yang disebut bahagia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah perpaduan dari usaha, hasil
atau takdir dan kesediaan menerimanya.

2.3 Dimensi - Dimensi Hakikat Manusia Serta Potensi, Keunikan, dan Dinamikanya

1. Dimensi Keindividuan
(Lysen, Individu dan Masyarakat: 4) Setiap anak manusia yang dilahirkan telah
dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain atau menjadi dirinya sindiri. Inilah
sifat individualitas. Karena adanya individualitas itu setiap orang mempunyai kehendak,
perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat dan daya tahan yang berbeda-beda. Setiap
manusia memiliki kepribadian unik yang tidak dimiliki oleh orang lain.Kesanggupan untuk
memikul tanggung jawab sendiri merupakan cirri yang sangat esensial dari adanya
individualitas pada diri manusia.

2. Dimensi Kesosialan
Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas demikian dikatakan Mj Langeveld
(1955 : 54) Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa setiap anak dikaruniai benih
kemungkinan untuk bergaul. Artinya setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada
hakikatnya di dalamnya ada unsur saling memberi dan menerima. Adanya dimensi
kesosialan pada diri manusia tampak jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya
dorongan untuk bergaul setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Manusia hanya
menjadi menusia jika berada diantara manusia. Tidak ada seorangpun yang dapat hidup
seorang diri lengkap dengan sifat hakekat kemanusiaannya di tempat yang terasing. Sebab
seseorang hanya dapat mengembangkan sifat individualitasnya di dalam pergaulan sosial
seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi
dengan sesamanya.

4
3. Dimensi Kesusilaan
Kesusilaan adalah kepantasan dan kebaikan yang lebih tinggi. Manusia itu dikatakan
sebagai makhluk susila. Drijarkoro mengartikan manusia susila sebagai manusia yang
memiliki nilai-nilai, menghayati, dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan.
Agar manusia dapat melakukan apa yang semestinya harus dilakukan, maka dia harus
mengetahui, menyadari dan memahami nilai-nilai. Kemudian diikuti dengan kemauan atau
kesanggupan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.

4. Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluq religius. Mereka percaya bahwa di luar
alam yang dapat dijangkau oleh indranya ada kekuatan yang menguasai alam semesta ini.
Maka dengan adanya agama yang diturunkan oleh tuhan manusia menganut agama tersebut.
Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluq yang lemah
sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama demi keselamatan
hidupnya. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan agama. Disinilah
tugas orang tua dan semua pendidik untuk melaksanakan pendidikan agama kepada anaknya
atau anak didiknya.

2.4 Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia

Pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan.


Pengembangannya dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Pengembangan yang Utuh


Pengembangan yang utuh yaitu apabila pengembangan dimensi hakikat manusia itu
terjadi secara utuh antara jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualan, kesosialan,
kesusilaan dan keberagamaan, antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Semua
dimensi-dimensi tersebut harus mendapat layanan dengan baik, tidak terjadi pengabaian
terhadap salah satunya dalam hal ini dimensi keberagamaan menjadi tumpuan dari ketiga
dimensi yang lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi
hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap seluruh dimensi
hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara selaras. Maka secara
totalitas dapat membentuk manusia yang utuh. Sempitnya pengembangan yang utuh dapat
dilihat dari berbagai segi yaitu wujud dimensi dan arahnya.
a.Dari Wujud Dimensinya
Keutuhan yang terjad iantara aspek jasmani dan rohani,antara dimensi
keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan, antara aspek kognitif, afektif dan
psikomotor. Pengembangan aspek jasmaniah dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya
mendapat pelayanan secara seimbang.
Pengembangan dimensi keindivudualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagaman dikatakan
utuh jika semua dimensi tersebut mendapat layanan dengan baik,tidak terjadi pengabaian
terhadap salah satunya. Dalam hal ini pengembangan dimensi keberagamaan menjadi
tumpuan dari ketiga dimensi yang disebut terdahulu. Pengembangan domain kognitif,
afektif, dan psikomotor dikatakan utuh jika ketiga-tiganya mendapatkan pelayanan yang
berimbang.

5
b.Dari Arah Pengembangan
Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat diarahkan kepada
pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan secara
terpadu. Keempat dimensi tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dapat
disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai
pembinaan terpadu terhadap dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan
berkembang secara selaras.

2. Pengembangan yang Tidak Utuh


Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi
didalam proses pengembangan jika ada dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk
ditangani, misalkan dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi
keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif.
Demikian pula secara vertikal ada domain tingkah laku yang terabaikan penanganannya.
Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak
manta . Pengembangan semacam ini merupakan pengembangan yang patologis.

2.5 Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya

Sosok manusia Indonesia seutuhnya telah dirumuskan di dalam GBHN mengenai arah
dan pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan di
dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat
Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah,
seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan, ataupun kepuasan batiniah seperti pendidikan,
rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat, yang bertanggung jawab, atau rasa keadilan,
melainkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara keduanya sekaligus batiniah.
Selanjutnya juga diartikan bahwa pembangunan itu merata di seluruh tanah air, bukan hanya
untuk golongan atau sebagian dari masyarakat. Selanjutnya juga diartikan sebagai keselarasan
hubungan antara manusia dengan tuhannya, antar sesame manusia, antara manusia dengan
lingkungan alam sekitarnya, keserasian hubungan antara bangsa-bangsa, dan juga keselarasan
antar cita-cita hidup di dunia dengan kebahagian di akhirat.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada hakekat nya manusia adalah sebagai mahkluk tuhan yang maha esa, diciptakan
dalam bentuk yang paling sempurna. Manusia adalah makhluk spiritual yang akan menjalani
fase-fase peristiwa kehidupan baik sebelum lahir, sekarang maupun setelah mati. Spiritual
merupakan aspek non-fisik yang mampu memberikan kekuasaan manusia untuk lebih dari
sekedar hidup.
Sifat hakikat manusia dan segenap dimensinya hanya dimiliki oleh manusia dan tidak
terdapat pada hewan.ciri-ciri yang khas tersebut membedakan secara prinsipil dunia hewan
dan manusia.
Semua sifat hakikat manusia dapat dan harus di tumbuh kembangkan melalui
pendidikan.berkat pendidikan maka sifat hakikat manusia dapat ditumbuh kembangkan secara
selaras dan berimbang sehingga menjadi manusia yang utuh.

3.2 Saran

Sebagai civitas akademik yang berpendidikan, sebaiknya mahasiswa memahami


pengertian hakekat manusia dan dapat menerapkan hakekat mansusia di dunia pendidikan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Mudyahardjo,Redja.1998.PengantarIlmuPendidikan.Bandung:PT RajaGrafindo Persada

Tirtahardja Umar dan La Sulo.2012.PengantarPendidikan.Jakarta:Rineka Cipta

http://anaksaketianjoy.blogspot.com/2016/12/sosok-manusia-indonesia-seutuhnya.html

Anda mungkin juga menyukai