Disusun oleh:
2010
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Persaingan dalam lingkup industri, baik industry barang maupun jasa sangat ketat.
Peningkatan-peningkatan produksi dalam berbagai cara sangat dibutuhkan. Hal ini
berguna untuk meningkatkan pendapatan dan eksistensi perusahaan di mata konsumen.
Merupakan tugas seorang manajer agar karyawan memiliki semangat kerja, moral
yang tinggi serta ulet dalam bekerja. Biasanya karyawan yang puas dengan apa yang
didapatkan dari perusahaan akan memberikan lebih dari apa yang diharapkan dan ia akan
terus berusaha memperbaiki kinerjanya. Sebaliknya karyawan yang memiliki kepuasan
kerja yang rendah, cenderung melihat pekerjaan sebagai hal yang menjenuhkan dan
membosankan, sehingga ia bekerja dengan terpaksa dan asal-asalan. Untuk itu sudah
menjadi keharusan bagi perusahaan untuk mengenali faktor-faktor apa saja yang
membuat karyawan puas bekerja dalam perusahaan. Dengan tercapainya kepuasan kerja
karyawan, produktivitas pun akan meningkat.
BAB II
PEMBAHASAN
Ketika seorang individu bekerja pada suau organisasi maka hasil kerja yang ia
selesaikan akan mempengaruhi terhadap tingkat produktivias organisasi. Oleh karena itu,
pandangan dan juga perasaan individu terhadap pekerjaannya harus tetap terjaga pada sisi
positif dari pekerjaannya dengan kata lain individu tersebut harus memiliki dan menjaga
kepuasan kerjanya agar produktivitasnya dapat terus ditingkatkan.
Adapun pengertian kepuasan kerja menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
• Wexley dan Yukl : mengartikan kepuasan kerja sebagai “the way an employee feels
about his or her job”. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan
dirinya atau pekerjaannya. dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan
yang menyokong atau tidak menyokong dalam diri pegawai yang berhubungan dengan
pekerjaan maupun kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan
melibatkan aspek-aspek seperti upaya, kesempatan pengembangan karier, hubungan
dengan pegawai lain, penempatan kerja, dan struktur organisasi. Sementara itu,
perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain berupa umur, kondisi
kesehatan, kemampuan dan pendidikan.
• Handoko : Keadaan emosional yang menyenangkan dengan mana para karyawan
memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang
terhadap pekerjaannya. Ini dampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan
dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.
• Stephen Robins : istilah kepuasan kerja merujuk kepada sikap umum seorang individu
terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja
tinggi menunjukan sikap yang positif terhadap kerja itu; seseorang yang tidak puas
dengan pekerjaannya menunjukan sikap yang negative terhadap pekerjaan itu. Karena
pada umumnya apabila orang berbicara mengenai sikap karyawan, lebih sering mereka
memaksudkan kepuasan kerja.
• Marihot Tua Efendi : kepuasan kerja didefinisikan dengan hingga sejauh mana
individu merasakan secara positif atau negative berbagai macam faktor atau dimensi
dari tugas-tugas dalam pekerjaannya.
• Greenberg dan Baron : mendeskripsikan kepuasan kerja sebagai sikap positif atau
negatif yang dilakukan individu terhadap pekerjaan mereka.
• Gibson : menyatakan kepuasan kerja sebagai sikap yang dimiliki para pekerja tentang
pekerjaan mereka. Hal itu merupakan hasil dari persepsi mereka tentang pekerjaan.
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual. Setiap
individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang
berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan dengan
keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut. Jadi
secara garis besar kepuasan kerja dapat diartikan sebagai hal yang menyenangkan atau
yang tidak menyenangkan yang mana pegawai memandang pekerjaannya.
Menurut Herzberg seperti yang dikutip oleh Suryana Sumantri (2001:83), cirri
perilaku pekerja yag puas adalah mereka yang mempunyai motivasiyang tinggi untuk
bekerja, mereka lebih senang dalam melakukan pekerjaannya, sedangkan ciri pekerja
yang kurang puas adalah mereka yang malas berangkat kerja ke tempat bekerja, dan
malas dalam elakukan pekerjaannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah cara seorang pekerja
merasakan pekerjaannya. Kepuasan keja merupakan generalisasi sikap-sikap terhadap
pekerjaannya yang didasarkan atas aspek-aspek pekerjaannya bermacam-macam.
Hasil adalah sesuatu yang dianggap bernilai oleh seorang karyawan yang
diperoleh dari pekerjaannya seperti gaji/upah, keuntungan sampingan, symbol,
status, penghargaan dan kesempatan untuk berhasil atau aktualisasi diri.
Sedangkan orang selalu membandingkan dapat berupa seseorang di perusahaan
yang sama, atau di tempat lain atau bisa pula dengan dirinya di masa lalu.
Menurut teori ini, setiap karyawan akan membandingkan rasio input hasil orang
lain. Bila perbandingan itu dianggap cukup adil, maka karyawan akan merasa
puas. Bila perbandingan ini tidak seimbang tetapi menguntungkan bisa
menimbulkan kepuasan, tetapi bisa pula tidak. Tetapi bila perbandingan itu tidak
seimbang akan menimbulkan ketidakpuasan
Prinsip dari teori ini adalah bahwa kepuasan dan ketidakpuasan kerja
merupakan dua hal yang berbeda. Menurut teori ini, karakteristik pekerjaan dapat
dikelompokkan menjadi dua kategori, yang satu dinamakan Dissatisfier atau
hygiene factors dan yang lain dinamakan satisfier atau motivators.
f. Company Policies and Practices adalah kebijakan yang dilakukan adil bagi
karyawan.
k. Moral values adalah nilai-nilai moral yang dimiliki karyawan dalam melakukan
pekerjaannya seperti rasa bersalah atau terpaksa.
p. Social Status adalah derajat sosial dan harga diri yang dirasakan akibat dari
pekerjaan.
1. Ganjaran yang pantas, Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan
promosi yang mereka persepsikan sebagai adil,dan segaris dengan pengharapan
mereka. Pemberian upah yang baik didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat
keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan
dihasilkan kepuasan. tidak semua orang mengejar uang. Banyak orang bersedia
menerima baik uang yang lebih kecil untuk bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan
atau dalam pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih
besar dalam kerja yang mereka lakukan dan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang
manakutkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan; yang
lebih penting adalah persepsi keadilan. Serupa pula karyawan berusaha mendapatkan
kebijakan dan praktik promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan.
Oleh karena itu individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi
dibuat dalam cara yang adil (fair and just) kemungkinan besar akan mengalami
kepuasan dari pekerjaan mereka.
2. Kerja yang secara mental menantang,Kebanyakan Karyawan menyukai
pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan
keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan
balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja
secara mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang menantang menciptakan
kebosanan, tetapi terlalu banyak menantang menciptakan frustasi dan perasaan gagal.
Pada kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalamai
kesenangan dan kepuasan.
3. Kondisi kerja yang mendukung,Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik
untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-
studi memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak
berbahaya atau merepotkan. Temperatur (suhu), cahaya, kebisingan, dan faktor
lingkungan lain seharusnya tidak esktrem (terlalu banyak atau sedikit).
4. Rekan kerja yang mendukung, Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar
uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja
juga mengisi kebutuhan akan sosial. Oleh karena itu bila mempunyai rekan sekerja
yang ramah dan menyenagkan dapat menciptakan kepuasan kerja yang meningkat.
Tetapi Perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari kepuasan.
5. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan, Pada hakikatnya orang yang tipe
kepribadiannya kongruen (sama dan sebangun) dengan pekerjaan yang mereka pilih
seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat
untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar
kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena sukses ini,
mempunyai kebolehjadian yang lebih besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi dari
dalam kerja mereka.
1. Terhadap Produktivitas
2. Ketidakhadiran (Absent)
Menurut Porter dan Steers, ketidakhadiran sifatnya lebih spontan dan kurang
mencerminkan ketidakpuasan kerja. Tidak adanya hubungan antara kepuasan kerja
dengan ketidakhadiran. Karena ada dua faktor dalam perilaku hadir yaitu motivasi
untuk hadir dan kemampuan untuk hadir.
Sedangkan berhenti atau keluar dari pekerjaan mempunyai akibat ekonomis yang
besar, maka besar kemungkinannya berhubungan dengan ketidakpuasan kerja.
Menurut Robbins (1998), ketidakpuasan kerja pada pekerja dapat diungkapkan dalam
berbagai cara misalnya selain dengan meninggalkan pekerjaan, mengeluh,
membangkang, mencuri barang milik perusahaan/organisasi, menghindari sebagian
tanggung jawab pekerjaan mereka dan lainnya.
d. Kesetiaan (loyality) yaitu menunggu secara pasif samapi kondisi menjadi lebih
baik termasuk membela perusahaan terhadap kritik dari luar.
Karena pekerjaan yang mereka senang kerjakan daripada yang membosankan akan
membuat orang menjadi lebih puas.
Orang yang percaya bahwa sistem pengupahan/penggajian tidak jujur cendrung tidak
puas dengan pekerjaannya.
Misalnya dengan melakukan perputaran pekerjaan (job rotation), yaitu sebuah sistem
perubahan pekerjaan dari salah satu tipe tugas ke tugas yang lainnya (yang disesuaikan
dengan job description). Cara kedua yang harus dilakukan adalah dengan pemekaran (job
enlargement), atau perluasan satu pekerjaan sebagai tambahan dan bermacam-macam
tugas pekerjaan. Praktek untuk para pekerja yang menerima tugas-tugas tambahan dan
bervariasi dalam usaha untuk membuat mereka merasakan bahwa mereka adalah lebih
dari sekedar anggota dari organisasi.
Perubahan sistem pembayaran ini dilakukan dengan berdasarkan pada keahliannya (skill-
based pay), yaitu pembayaran dimana para pekerja digaji berdasarkan pengetahuan dan
keterampilannya daripada posisinya di perusahaan. Pembayaran kedua dilakukan
berdasarkan jasanya (merit pay), sistem pembayaran dimana pekerja digaji berdasarkan
performancenya, pencapaian finansial pekerja berdasarkan pada hasil yang dicapai oleh
individu itu sendiri. Dan pembayaran yang ketiga adalah Gainsharing atau pembayaran
berdasarkan pada keberhasilan kelompok (keuntungan dibagi kepada seluruh anggota
kelompok).
PENUTUP
Kesimpulan
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual. Setiap
individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang
berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan dengan
keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut. Jadi
secara garis besar kepuasan kerja dapat diartikan sebagai hal yang menyenangkan atau
yang tidak menyenangkan yang mana pegawai memandang pekerjaannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah cara seorang pekerja
merasakan pekerjaannya. Kepuasan keja merupakan generalisasi sikap-sikap terhadap
pekerjaannya yang didasarkan atas aspek-aspek pekerjaannya bermacam-macam.
DAFTAR PUSTAKA
Kenneth, N.Wexley, dkk. 2003. Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia. Jakarta:
PT Rineka Cipta