Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENYEBARAN AJARAN SYIAH DI INDONESIA

Disusun sebagai tugas mata kuliah aqidah islam oleh :

Nama : Diyah Ayu Herdianti Putri Utami


Stambuk : 092 2018 0075
Kelas : D1

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MALASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiat Allah SWT karena atas rahmat dan Ridho nya kita
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Penyebaran syiah di Indonesia sebagai tugas mata
kuliah aqidah islam

Kami berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak dan data
dipergunakan sebagaimana mestinya. Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan kekuatan
keadaan kita semua dan mudah-mudahan di masa yang akan datang dapat terlaksana dengan
lancar dan lebih baik lagi.

Makassar, 01 Desember 2018

Penyusun

Diyah Ayu HPU

NIM: 09220180075

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 4

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Syiah (‫ )شيعة‬merupakan salah satu aliran dalam islam yang memiliki jumlah pengikut
terbesar nomor dua setelah aliran sunni (ahlussunnah Wal jama’ah atau yang biasa
disingkat ASWAJA). Dalam kenyataannya, kedua aliran tersebut memiliki kontroversi
hubungan yang bermula sejak awal perpecahan di antara pengikut bani Umayyah dan
pengikut Ali Bin Abi Thalib, baik secara politis maupun ideologisnya. Aliran ini timbul sebagai
akibat dari ketidakpuasan sebagian kalangan terkait dengan kepemimpinan umat islam
setelah Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam wafat. Menurut mereka, seharusnya penerus
kepemimpinan umat islah pasca wafatnya Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam adalah
keturunan Nabi, seperti Ali Bin Abi Thalib, dan bukan Umar Bin Khattab, Abu Bakar Ash-
Shiddiq, serta Utsman Bin Affan.
Di Indonesia, Suryadharma Ali selaku menteri agama, di gedung DPR pada 25 Januari 2012
menyatakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Kementerian Agama menyatakan Syiah
bukan Islam, mengingatkan kepada bangsa Indonesia agar tidak terkecoh oleh propaganda
Syiah dan perlunya umat Islam Indonesia memahami perbedaan prinsip ajaran Syiah
dengan Islam. "Menag juga mengatakan Kemenag mengeluarkan surat edaran no.
D/BA.01/4865/1983 tanggal 5 Desember 1983 tentang hal ihwal mengenai golongan Syiah,
menyatakan Syiah tidak sesuai dan bahkan bertentangan dengan ajaran Islam."

1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang ajaran syiah dan
bahaya ajaran syiah terhadap akidah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Penyebaran Syiah di Indonesia

Gelombang penyebaran Syiah di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga. Masing-masing


menempati waktu, memiliki ciri khas penyebaran, dan mengonversi orang-orang dengan
tipikal tertentu.

Gelombang Pertama

Gelombang pertama terjadi sebelum Revolusi Iran tahun 1979. Pada gelombang pertama
ini, orang-orang Syiah—dai atau bukan dai—terbilang sulit untuk diketahui. Terlebih lagi,
mereka menjalankan taqiyah yang itu menjadi bagian penting agama mereka. Karena itu,
para pemeluk Syiah pada masa itu bersifat sangat tertutup dan betul-betul menyembunyikan
keyakinan Syiah mereka dari orang-orang sekitar. Alih-alih berdakwah secara
terangterangan, orang-orang Syiah tersebut lebih memilih mendakwahkan Syiah kepada
orang-orang terdekat mereka, seperti kepada anggota keluarga sendiri. Lagi pula, yang
terpenting bagi waktu itu adalah bagaimana mereka tetap eksis sebagai seorang Syiah,
meski dalam hati atau meski di tengah keluarga. Jelas saja, karena laku taqiyah khas Syiah
itu, memperkirakan sedikit atau banyak orang yang memeluk Syiah pada gelombang
pertama ini menjadi sebuah kemustahilan.

Di Indonesia sendiri, pada tanggal 21 Juni 1976, berdiri Yayasan Pesantren Islam Bangil
atau sering disebut YAPI Bangil. Lembaga ini didirikan oleh Husein al-Habsyi (1921—1994)
yang pernah belajar kepada Abdul Qadir Balfaqih, Muhammad Rabah Hassuna, Alwi bin
Thahir al-Haddad, dan Muhammad Muntasir al-Kattani di Malaysia. Pesantren YAPI Bangil
pun kemudian dikenal sebagai lembaga pendidikan Syiah tertua di Indonesia. Sudah sejak
Husein al-Habsyi masih hidup, para santri di pesantren itu diajarkan secara khusus akidah
Syiah. Untuk mengimbangi pelajaran fikih berdasarkan mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan
Hanbali, mereka diberikan juga pelajaran tentang fikih Syiah. Bisa dikatakan, santri-santri
Pesantren YAPI Bangil yang kemudian banyak berdakwah di berbagai tempat di Indonesia.

Gelombang Kedua

Gelombang kedua penyebaran Syiah di Indonesia dimulai setelah Revolusi Iran meletus.
Pada gelombang kali ini, banyak orang yang menjadi Syiah karena didorong intelektualitas
mereka. Konversi menjadi Syiah pun banyak terjadi di tengah kalangan mahasiswa dan
dosen. Salah seorang staf Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) waktu itu, Nabhan
Husain, pernah mengatakan bahwa dakwah kampus yang sedang marak-maraknya pada
1970-an dan 1980-an mendorong banyak mahasiswa tertarik mempelajari
pemikiranpemikiran Syiah.

Gelombang Ketiga

Awal gelombang ketiga penyebaran Syiah tidak dapat dipastikan waktu tepatnya. Meski
demikian, gelombang ketiga itu muncul ketika kebutuhan akan fikih Syiah makin mendesak.

2
Hal ini wajar, sebab merebaknya pemikiranpemikiran Syiah di kalangan mahasiswa dan di
kota-kota besar di Indonesia tidak diimbangi oleh menyebarnya tulisan-tulisan dan kajian-
kajian tentang fikih Syiah. Ketika muncul seranganserangan mendiskreditkan Syiah karena
memiliki praktik-praktik ibadah yang berbeda dengan Islam, mereka tidak siap
menerimanya. Pada saat bersamaan, alumni-alumni Qumdar I Indonesia mulai kembali k e
tanah air dan mendakwahkan Syiah.

2.2 Aliran Syiah


1. Syi’ah Imamiyah Itsna Atsariyah

Ini merupakan kelompok aliran syi’ah yang terbesar saat ini. Beberapa negara yang menjadi
komunitas terbesar aliran ini adalah Iran, Bahrain, Irak, Azerbaijan, serta Lebanon. Nama
lain dari aliran ini adalah Imam Dua Belas, Syi’ah Imami, atau Syi’ah Ja’fari. Subutan Imam
Dua Belas berasal dari doktrin yang mereka percayai terkait dengan keduabelas imam yang
merupakan pemimpin suci sekaligus mendapatkan otoritas langsung dari Allah SWT.
Keduabelas imam tersebut adalah :

 Ali Bin Abi Thalib


 Hasan Bin Ali
 Husein Bin Ali
 Zainal Abidin
 Muhammad Al- Baqir
 Ja’far Al- Sadiq
 Musa Al- Kadzim
 Ali Al- Rida
 Muhammad Al- Taqi
 Ali Al- Hadi
 Hasan Al- Askari
 Muhammad Al- Mahdi

Untuk kitab fiqih, aliran syi’ah ini menggunakan fiqih Ja’fariyah.

2. Syi’ah Ismailiyah

Ini merupakan pecahan pengikut syi’ah selain syiah Imamiyah. Istilah Ismailiyah yang
dipergunakan aliran ini berasal dari nama Isma’il Bin Ja’far yang bertindak sebagai imam
suci penerus Ja’far Al Sadiq. Perbedaan yang mendasar dari Syi’ah Imamiyah dan Syi’ah
Ismailiyah adalah terletak pada salah satu nama imam yang mereka yakini, di mana syi’ah
Ismailiyah menganggap bahwa Isma’il Bin Ja’far merupakan imam, dan bukan Musa Al-
Kadzim sebagaimana keyakinan para pengikut Syi’ah Imamiyah.

3. Syi’ah Zaidiyah

Nama Zaidiyah yang dipergunakan oleh pengikut aliran ini berasal dari Nama Zaid Bin Ali.
Syi’ah ini juga dikenal dengan sebutan syi’ah lima, karena aliran ini hanya mempercayai
adanya lima imam, bukan dua belas. Pengikut aliran syi’ah Zaidiyah mayoritas berada di
negara Yaman. Aliran ini merupakan aliran syi’ah terbesar kedua setelah syi’ah imamiyah.
Para pengikut aliran ini mempercayai bahwa seluruh keturunan Hasan bin Ali atau Husein
bin Ali bisa menjadi Imam apabila mereka dapat memenuhi berbagai persyaratan.

3
2.3 Hakikat Ajaran Syi’ah

Aliran Syi’ah juga biasa disebut dengan nama syi’ah Ali yang artinya pengikut atau
pendukung Ali Bin Abi Thalib yang merupakan Khalifah keempat sejak wafatnya Rosulullah
Sholallahu Alaihi Wassalam. Itu artinya, ajaran tersebut telah ada sejak kekhalifahan Ali Bin
Abi Thalib. Akan tetapi yang cukup mengherankan adalah ajaran ini sifatnya tertutup,
sehingga data-data yang berkenaan dengan ajaran syi’ah sangat sulit untuk didapatkan oleh
beberapa pihak. Selain itu, agar ajaran syi’ah tersebut dapat lebih mudah diterima di hati
masyarakat, para tokoh aliran lebih menyukai menyebarkan ajaran mereka dengan
bertamengkan ajaran Ahlusunah Wal Jama’ah.

Akidah yang dimiliki oleh pengikut aliran syi’ah telah dianggap menyimpang dan
bertentangan dari ajaran islam dan merupakan bahaya syiah , seperti :

1. Pengikut ajar syi’ah menganggap bahwa Al-Qur’an yang menjadi pegangan bagi kaum
muslimin memiliki perbedaan dengan Al-Qur’an yang dimiliki oleh ahlul bait. Salah satu
ahli hadist dari kalangan syiah yang bernama Muhammad bin Murtadha Al-Kasyi dalam
Tafsir Ash-Shaafi, 1:33 menyatakan bahwa “Tidaklah tersisa bagi kami untuk berpegang
pada satu ayat pun dari Alquran. Hal ini disebabkan setiap ayat telah terjadi pengubahan
sehingga berlawanan dengan yang diturunkan Allah. Dan tidaklah tersisa dari Alquran
satu ayat pun sebagai argumentasi. Maka tidak ada lagi faedahnya, dan faedah untuk
menyuruh dan berwasiat untuk mengikuti dan berpegang dengan Alquran ….”
2. Aliran ini telah mengkafirkan para sahabat Nabi Sholallahu Alaihi Wassalam, terutama
Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar Bin Khattab radhiallahu ‘anhuma. Bahkan pengikut
ajaran syiah melaknat kedua sahabat Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam tersebut di
dalam do’a mereka. Berikut do’a kaum tersebut :

4
،‫ اللذين خالفا أمرك‬،‫ وابنتيهما‬،‫ وإفكيهما‬،‫ وطاغوتيهما‬،‫ وجبتيهما‬،‫ اللهم العن صنمي قريش‬،‫ وآل محمد‬،‫اللهم صل على محمد‬
‫وحرفا كتابك‬ ّ ،‫ وقلبا دينك‬،‫ وعصيا رسولك‬،‫ وجحدوا إنعامك‬،‫وأنكروا وحيك‬
Artinya “Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad.
Ya Allah, laknat bagi dua berhala Quraisy (Abu Bakr dan Umar pen.), Jibt dan Thaghut,
kawan-kawan, serta putra-putri mereka berdua. Mereka berdua telah membangkang
perintah-Mu, mengingkari wahyu-Mu, menolak kenikmatan-Mu, mendurhakai Rasul-Mu,
menjungkir-balikkan agama-Mu, merubah kitab-Mu…..dst.”
3. Aliran ini tidak mempergunakan riwayat Ahlusunnah yang menjadi referensi kedua
setelah Al-Qur’an di dalam ajaran mereka. Akan tetapi ajaran ini memiliki sumber hadist
mereka sendiri seperti al-kaafi, Man La Yahdhuruh Al-Faqih, Tahdzib Al-Ahkam, Al-
Istibshar, dan lain sebagainya. Tentu saja hal ini sangat bertentangan dengan hadist
Nabi Sholallahu Alaihi Wassalam berikut :
‫أوصيكم بتقوى هللا والسمع والطاعة وإن عبد حبشي فإنه من يعش منكم يرى اختالفا كثيرا وإياكم ومحدثات األمور فإنها ضاللة‬
‫فمن أدرك ذلك منكم فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ‬
Artinya “Aku nasihatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan
taat walaupun (yang memerintah kalian) seorang budak Habsyi. Orang yang hidup di
antara kalian (sepeninggalku nanti) akan menjumpai banyak perselisihan. Waspadailah
hal-hal yang baru, karena semua itu adalah kesesatan. Barangsiapa yang
menjumpainya, maka wajib bagi kalian untuk berpegang teguh kepada sunahku dan
sunah Al-Khulafa Ar-Rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah ia erat-erat dengan
gigi geraham.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan lainnya)
4. Penganut aliran ini seringkali melakukan perbuatan yang melampaui batas terhadap
imam-imam mereka. Bahkan mereka juga dapat menuhankan pemimpin mereka
tersebut. Intinya adalah penganut ajaran syi’ah menganggap bahwa seorang imam
memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari para Nabi (kecuali Nabi Muhammad
Sholallahu Alaihi Wassalam). Hal ini sebagaimana tertera di dalam beberapa riwayat
dalam Al- kaafi, seperti :
‫ام إِذَا شَا َء أ َ ْن َي ْعلَ َم أ ُ ْعل َِم‬ ِ ْ ‫َّللا ) عليه السالم ( قَا َل ِإ هن‬
َ ‫اْل َم‬ َ ‫ع ْن أ َ ِبي‬
ِ ‫ع ْب ِد ه‬ َ
Artinya “Dari Abu Abdillah (‘alaihissalam), ia berkata, “Sesungguhnya seorang imam jika
ia ingin mengetahui, maka ia akan mengetahui.” (Al-Kaafi, 1:258)
5. Syi’ah telah menganggap bahwa Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam telah gagal
dalam membimbing umatnya, dan Beliau Sholallahu Alaihi Wassalam dianggap telah
menyembunyikan sebagian risalah yang diamanatkan kepadanya. Hal ini sebagaimana
tertuang dalam Nahju Khomaini hal. 46 yang menyatakan bahwa “Sungguh semua Nabi
telah datang untuk menancapkan keadilan di dunia, akan tetapi mereka tidak berhasil.
Bahkan termasuk Nabi Muhammad, penutup para Nabi, dimana beliau datang untuk
memperbaiki umat manusia, menginginkan keadilan, dan mendidik manusa – tidak
berhasil dalam hal itu….”
6. Mereka yang menjadi pengikut aliran syi’ah telah menganggap bahwa golongan
ahlusunnah adalah kafir.
7. Cara beribadah pengikut ajaran syi’ah memiliki perbedaan yang cukup besar dengan
kaum ahlusunnah. Adapun beberapa perbedaan tersebut di antaranya adalah :

 Rukun islam bagi umat islam ada lima, yaitu Syahadat, Sholat, Puasa, Zakat dalam
islam, dan Haji. Sedangkan rukun islam bagi pengikut syi’ah juga ada lima, yaitu
Sholat, Puasa, Zakat, Haji, dan Wilayah.
 Rukun Iman bagi umat islam ada enam, yaitu Iman Kepada Allah, Iman Kepada
Malaikat, Iman Kepada Kitab-Kitab, Iman Kepada Para Rasul, Iman Kepada hari
qiamat, dan Iman Kepada Qadha Qadar. Sedangkan rukun iman bagi pengikut syi’ah
ada lima, yaitu Tauhid, Nubuwah (Kenabian), Imamah, Keadilan, dan al-Ma’ad
(Qiamat).
 Pengikut syi’ah tidak meyakini tentang keabsahan shalat jum’at.
 Dalam menjalankan sholat, para pengikut syi’ah tidak mengakhiri sholat mereka
dengan mengucapkan salam seperti sholat pada umumnya, akan tetapi mereka
biasanya mengakhiri sholat dengan memukul kedua pahanya beberapa kali.

5
 Syi’ah tidak mengakui kebenaran tentang kewajiban shalat wajib lima waktu, akan
tetapi hanya tiga waktu saja.
 Dalam berdzikir, pengikut syi’ah tidaklah menyebut nama Allah SWT, akan tetapi
yang mereka sebut-sebut adalah nama Husain, Fatimah, atau ahlu bait lainnya.
 Pengikut ajaran syi’ah sangat jarang membaca Al- Qur’an, dan jika mereka
melakukannya itu hanya sebagai bentuk kamuflase semata, karena sesungguhnya
mereka tidak mempercayai Al- Qur’an. Bagi mereka Al- Qur’an yang benar adalah di
tangan Al- Mahdi.
 Pada saat berpuasa, pengikut ajaran syi’ah tidak akan segera berbuka puasa setelah
mendengarkan adzan magrib. Mereka memiliki pandangan yang sama dengan kaum
Yahudi yang berbuka puasa ketika bintang-bintang telah bermunculan di langit.

2.4 Bahaya Doktrin Syiah

Syi’ah memiliki akidah yang berbahaya bagi kaum muslimin, salah satu di antaranya adalah
dengan adanya doktrin berbahaya yang dimiliki oleh aliran tersebut terutama bagi umat
muslim, yaitu doktrin taqiyah. Dalam aliran syiah, doktrin taqiyah tersebut dipergunakan
terutama ketika pengikut dari aliran tersebut merupakan kaum minoritas dalam suatu
masyarakat, di mana hal ini dipergunakan sebagai upaya bagi golongan tersebut untuk
menyembunyikan jati diri mereka sebenarnya, yaitu dengan berbohong atau mengelabui,
serta mengecoh umat muslim.

Jadi intinya adalah bahwa taqiyah merupakan merupakan prinsip hidup bagi aliran syiah.
Selain itu, para pengikut syiah telah meyakini bahwa taqiyah merupakan salah satu bentuk
amal sholeh yang dapat menjadi sumber untuk mendapatkan pahala bagi mereka, di mana
dengan melakukan kebohongan telah mereka anggap sebagai amal ibadah mulia yang
nantinya dapat meningkatkan derajat mereka.

Adapun tujuan dari penggunaan doktrin taqiyah tersebut di antaranya adalah :

 Untuk melindungi diri para pengikut syiah dari adanya ancaman yang berasal dari
luar, yaitu dengan menyembunyika jati diri mereka yang sebenarnya.
 Untuk melindungi hakikat aliran syiah di tengah-tengah masyarakat, yaitu dengan
menyamarkannya.
 Untuk menyudutkan aliran lain yang memiliki paham yang bertentangan dengan
syiah.

Lalu, siapakah sebenarnya yang menjadi sasaran bagi aliran syiah tersebut?

Untuk menyembunyikan jati diri atau hakikat syiah, para pengikut aliran tersebut bisa saja
memiliki seribu wajah. Mereka terbiasa melakukan kebohongan dan berdusta di segala
tempat dan di setiap waktu. Hal ini mereka gunakan demi untuk membangun citra positif
aliran tersebut di mata masyarakat, salah satunya adalah untuk membangun kesan
bahwasannya aliran tersebut merupakan golongan minoritas yang tertindas. Sasaran
mereka tentu saja bukan sesama pengikut syiah, akan tetapi kebohongan tersebut mereka
tujukan kepada golongan atau kelompok yang lebih besar yang bertentangan dengan syiah,
terutama kaum muslimin ahlussunnah wal jama’ah. Dalam bukunya yang berjudul Al-
Makasib Al-Muharramah, seorang ahli syiah bernama Khomaini mengatakan bahwa kaum
muslimin (selain pengikut syiah) tidaklah memiliki kehormatan sama sekali, sama seperti
kaum kafir.

Peringatan dari para ulama tentang kedustaan syiah

6
Sifat dasar pembohong yang menjadi prinsip hidup aliran syiah menjadikan para ulama
selalu mengingatkan kaum muslimin akan bahaya dari kedustaan tersebut. Para ulama
dapat mengenali aliran tersebut dari ciri khas yang mereka miliki, yaitu gemar berbohong
dan berdusta. Di dalam karyanya yang berjudul Al-Fashl fi Al-Milal wa Al-Ahwa wa An-Nihal,
seorang tokoh bernama Ibnu Hazm menyatakan bahwa “Rafidhah (syiah) adalah kelompok
yang pertama kali muncul 25 tahun setelah meninggalnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam… dan itulah kelompok yang sangat persis dengan Yahudi dan Nasrani dalam hal
berdusta dan melakukan kekufuran.”

Semasa hidupnya, aliran syiah telah mengklaim bahwa dirinya adalah pengikut ahlul bait,
akan tetapi pada dasarnya mereka hanyalah golongan para pendusta. Berikut ini beberapa
perbuatan atau tindakan yang dalam ajaran islam tidak diperbolehkan, akan tetapi bagi
pengikut syiah, perbuatan tersebut boleh dilakukan, seperti :

1. Diperbolehkannya kawin kontrak (nikah Mut’ah) di mana perbuatan ini sebenarnya


adalah sama dengan perbuatan zina.
2. Melaknat sahabat, istri, serta beberapa orang terdekat Nabi Muhammad Sholallahu
Alaihi Wassalam seperti Abu Bakar Ash- Shiddiq, Umar Bin Khattab, Aisyah, dan
beberapa istri Beliau Sholallahu Alaihi Wassalam lainnya.
3. Pernyataan yang menyebutkan bahwa Al- Qur’an telah mengalami banyak
perubahan. Artinya bahwa kitab suci Al- Qur’an yang selama ini menjadi pegangan
hidup bagi umat muslim bukanlah kitab suci yang asli yang telah diwahyukan oleh
Allah SWT kepada Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam.
4. Adanya ajaran yang mengandung makna bahwa para Imam dan orang-orang yang
sholeh memiliki posisi yang tinggi, layaknya Tuhan.
5. Aliran Syiah selalu mengajarkan pengikutnya untuk berbuat dusta atau menyebarkan
kebohongan.

7
BAB III
PENUTUP

Sifat dasar pembohong yang menjadi prinsip hidup aliran syiah menjadikan para ulama
selalu mengingatkan kaum muslimin akan bahaya dari kedustaan tersebut. Para ulama
dapat mengenali aliran tersebut dari ciri khas yang mereka miliki, yaitu gemar berbohong
dan berdusta. Oleh karena itu untuk menghindari terkena ajaran syiah sebagai umat muslim
kita harus selalu berpegang teguh pada Al quran dan Hadist.

Anda mungkin juga menyukai