Abstrak: Penelitian ini berfokus pada tokoh Minke sebagai salah satu tokoh
utama dalam serial terakhir Tetralogi Buru. Penelitian ini menerapkan teori
strukturalisme murni dalam membahas kedudukan Minke. Tujuan penelitian
ialah mendeskripsikan kedudukan tokoh Minke dalam novel Rumah Kaca
karya Pramoedya Ananta Toer. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif dan menggunakan pendekatan struktural. Sumber data
penelitian adalah novel Rumah Kaca dengan data berupa kutipan kalimat
atau paragraf sesuai masalah. Teknik pengumpulan data yang digunakan
ialah teknik analisis dokumenter. Hasil penelitian kedudukan tokoh Minke
sebagai berikut (1) Minke sebagai aktivis (2) Minke sebagai suami (3)
Minke sebagai tahanan politik (4) Minke sebagai pendiri S.D.I (5) Minke
sebagai jurnalis (6) Minke sebagai pengarang (7) Minke sebagai tokoh
masyarakat (8) Minke sebagai pemimpin redaksi Medan (9) Minke sebagai
bekas tahanan politik (10) Minke sebagai anak angkat Sanikem Le Boucq.
Abstract: This study focuses on Minke figures as one of the main characters
in the series last Buru Quartet. This research applies the theory of pure
structuralism in discussing the position of Minke .The purpose of this study
was to describe the position of Minke character in the novel Rumah Kaca
Pramoedya Ananta Toer. This study used a qualitative descriptive method
and structural approach. The data source is a novel Rumah Kaca study
with the data in the form of quotations sentence or paragraph, as the issue.
Data collection techniques used is a documentary analysis techniques.
Minke character notch research results as follows (1) Minke as activists (2)
Minke as husbands (3) Minke as political prisoners (4) Minke as the
founder of SDI (5) Minke as a journalist (6) Minke as an author (7) Minke
as community leaders (8) Minke as chief editor of Medan (9) Minke as a
former political prisoner (10) Minke as a foster child Sanikem Le Boucq.
umah Kaca merupakan bagian keempat dari Tetralogi Pulau Buru. Ketiga
R buku lainnya terdiri dari, pertama Bumi Manusia, kedua Anak Semua
Bangsa, dan ketiga Jejak Langkah. Rumah Kaca menceritakan reaksi balik
pemerintahan Hindia Belanda melawan kebangkitan perlawanan meluas di tanah
1
2
jajahan mereka. Rumah Kaca adalah prosa fiksi karangan Pramoedya Ananta Toer
yang ditulis dan diceritaulang oleh pengarangnya semasa mendekam sebagai
tahanan di Pulau Buru. Novel ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1988 dan
telah diterjemahkan kedalam beberapa bahasa asing di luar negeri.
Secara garis besar berikut pemaparan ringkas keempat seri Tetralogi Buru
tersebut. Pemaparan ini bertujuan untuk melihat perbedaan Rumah Kaca yang
dipilih sebagai objek penelitian. Buku pertama dalam Tetralogi Pulau Buru ini
yakni Bumi Manusia menceritakan babak pertama dari kehidupan Minke dalam
dunia pergerakan nasional di Hindia. Dalam Bumi Manusia diceritakan tentang
kisah cinta Minke dan Annelies anak dari Herman Mellema dan Nyai Ontosoroh.
Di sini Minke digambarkan sebagai tokoh yang mencintai ilmu pengetahuan
dengan mengagumi Eropa sebagai gurunya dan menginginkan kehidupan modern
sesungguhnya di Hindia-Belanda. Buku kedua yakni Anak Semua Bangsa masih
menceritakan tentang Minke sebagai tokoh utama yang ikut merasakan sendiri
kehidupan bangsanya yang selalu tertindas oleh kekuasaan kolonial. Di buku
kedua ini Minke mulai melakukan perlawanan lewat tulisannya untuk membantu
pribumi.
Buku ketiga yakni Jejak Langkah menceritakan Minke yang dengan usaha
sendiri telah membuat organisasi Syarikat Priyayi dan Sarikat Dagang Islam serta
memimpin langsung harian Medan Priaji. Di sini diceritakan bagaimana usaha
Minke untuk membangkitkan pribumi dari kalangan atas hingga bawah untuk
bangkit melawan dengan boikot dan hukum. Buku keempat Rumah Kaca,
memperlihatkan usaha kolonial memukul semua kegiatan kaum pergerakan dalam
sebuah operasi pengarsipan yang rapi. Novel Rumah Kaca memperlihatkan Tuan
Pangemanann—pejabat Gubernur Jenderal Hindia sebagai komandan yang
memimpin usaha pembubaran S.D.I dan penghilangan pengaruh ajaran Minke.
Alasan dipilihnya Rumah Kaca sebagai objek penelitian pertama; Rumah
Kaca sebagai karya sastra yang merepresentasikan sejarah Indonesia. Kedua; dari
segi keunikan cerita, Rumah Kaca tidak lagi bercerita tentang perjuangan Minke
namun hasil dari perjuangan tersebut. Hasil pergerakannya melawan pemerintah
kolonial berupa ajaran boikot dan resiko dari pergerakannya ialah pembuangan.
Selama pengasingan inilah Minke diamati oleh Pangemanann melalui tulisannya.
Keunikan lainnya terletak pada peralihan pusat penceritaan. Jika tiga buku
sebelumnya penceritaan berpusat pada Minke maka pada buku keempat ini beralih
pada tokoh Jacques Pangemanann.
Alasan pemilihan tokoh Minke adalah untuk melihat eksistensi Minke lewat
pengamatan dan penilaian Jacques Pangemanann. Apabila di seri Tetralogi Pulau
Buru sebelumnya watak Minke dapat dilihat secara langsung tapi tidak dalam
Rumah Kaca. Gagasan Minke dan pemikirannya yang terdapat dalam naskahnya
diulas dan dinilai oleh Pangemanann. Dari penilaian Pangemanann inilah akan
3
dilihat bagaimana kedudukan dan pandangan Minke. Minke adalah seorang anak
Bupati B yang mendapat pendidikan Eropa dan memiliki hak Previlage
Levigatum (hak khusus bagi bangsawan Jawa). Nama Minke didapat dari gurunya
sewaktu masih di bangku ELS, kata Minke merupakan kata lain dari monkey.
Nama ini terus digunakannya hingga dewasa. Ia memulai karir jurnalistiknya dari
menulis advertensi pada koran-koran lelang milik Eropa berlanjut menjadi penulis
di koran besar Surabaya sampai pada akhirnya mendirikan harian Medan Prijaji.
Penelitan ini menerapkan pendekatan struktural. Pendekatan struktural
biasa disebut juga dengan pendekatan objektif yakni pendekatan penelitiaan sastra
yang mendasarkan pada karya sastra tersebut secara keseluruhan (otonom).
Penelitian sastra seharusnya bertolak dari interprestasi dan analisis karya sastra itu
sendiri (Wellek dan Warren, 1989:157). Pendekatan yang bertolak dari dalam
karya sastra itu disebut pendekatan objektif. Analisis struktural adalah bagian
yang terpenting dalam merebut makna di dalam karya sastra itu sendiri.
Penekanan strukturalis adalah memandang karya sastra sebagai teks mandiri.
Penelitian dilakukan secara objektif, yaitu menekankan aspek intrinsik karya
sastra (Endraswara, 2003: 25).
Historitas teori strukturalisme murni dalam ilmu sastra lahir dan berkembang
melalui tradisi formalisme. Artinya hasil-hasil yang dicapai melalui tardisi-tradisi
formalisme sebagian besar dilanjutkan dalam strukturalisme. Menurut Jeans
Piaget (dalam A. Teeuw 2013:94) dalam pengertian struktur terkandung tiga
gagasan pokok, yaitu: (a) Gagasan keseluruhan (wholenes); bagian-bagian atau
anasirnya menyesuaikan diri dengan seperangkat kaidah intrinsik yang
menentukan baik keseluruhan struktur maupun bagian-bagiannya. (b) Gagasan
transformasi/perpindahan (transformation); struktur itu menyanggupi prosedur
transformasi yang terus-menerusmemungkinkan pembentukan bahan-bahan baru.
(c) Regulasi diri (self regulation); tidak membutuhkan hal-hal dari luar dirinya
untuk mempertahankan prosedur transformasinya.
Dari konsep dasar di atas, dapat dinyatakan bahwa dalam rangka studi sastra
strukturalisme menolak campur tangan pihak luar. Jadi, memahami karya sastra
berarti memahami unsur-unsur atau anasir yang membangun struktur.
Dalam strukturalisme konsep fungsi memegang peranan penting. Artinya
unsur-unsur sebagai ciri khas teori tersebut dapat berperanan secara maksimal
semata-mata dengan adanya fungsi, yaitu dalam rangka menunjukkan
antarhubungan unsur-unsur yang terlibat. Oleh karena itulah dikatakan bahwa
struktur lebih dari sekedar unsur-unsur dan totalitasnya, karya sastra lebih dari
sekedar pemahaman bahasa sebagai medium, karya sastra lebih dari sekedar
penjumlahan bentuk dan isinya. Antarhubungan dengan demikian merupakan
kualitas energitas unsur (Ratna, 2013:76)
4
METODE
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian kualitatif
selalu bersifat deskriptif, artinya data yang dianalisis dan hasilnya berbentuk
deskripsi fenomena. Data yang dikumpulkan dalam penelitian deskriptif adalah
berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka (Moleong 2011:11). Alasan
memilih metode deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan kedudukan tokoh
Minke dalam novel Rumah Kaca. Penelitian dengan menggunakan metode
deskriptif menggambarkan hasil pengamatan data secara apa adanya sesuai hasil
analisis data. Pemilihan metode ini dikarenakan hasil akhir dari penelitian ialah
pendeskripsian terhadap hasil analisis dengan pendekatan struktural tanpa ada
rekayasa dari peneliti.
Bentuk penelitian ini ialah kualitatif, Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada
saat sekarang. Penelitian kualitatif memusatkan perhatian kepada pemecahan
masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif (mencoba
menerangkan suatu peristiwa atau gejala).
5
Data adalah semua informasi atau bahan deskriptif yang berupa uraian
data, ungkapan pernyataan, dan kata-kata tertulis,. Data tersebut tersebut harus
dikumpulkan untuk memberikan jawaban terhadap masalah yang dikaji. Data
dalam penelitian ini adalah kata, kalimat, dan ungkapan dalam setiap paragraf
pada novel Rumah Kaca yang mengandung pendeskripsian mengenai kedudukan
tokoh Minke.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik
studi dokumenter. Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari
sumber manusia atau human resources, melalui observasi dan wawancara. Akan
tetapi ada pula sumber bukan manusia, non human resources, diantaranya
dokumen, foto dan bahan statistik. Studi dokumen yang dilakukan oleh para
peneliti kualitatif, posisinya dapat dipandang sebagai “nara sumber”.
(5) Minke sebagai jurnalis (6) Minke sebagai pengarang (7) Minke sebagai tokoh
masyarakat (8) Minke sebagai pemimpin redaksi Medan (9) Minke sebagai bekas
tahanan politik (10) Minke sebagai anak angkat Sanikem Le Boucq.
Pembahasan
Tokoh dalam cerita fiksi menduduki posisi penting yang membawa alur
cerita. Tokoh mengemban tugasnya masing-masing yang sangat berpengaruh
terhadap jalannya cerita. Tokoh yang terbagi atas tokoh utama atau sentral dan
tokoh tambahan dapat dilihat dari kedudukannya dalam sebuah cerita. Tokoh
utama tentunya menjadi fokus cerita yang digambarkan pengarang. Kehidupan
dalam cerita tentunya tentang seputar pengalaman hidup sang tokoh utama
tersebut. Dalam menentukan tokoh utama tentunya diperlukan pembacaan teks
secara cermat.
Kedudukan tokoh utama biasanya tergambar dengan jelas dan menjadi
fokus cerita. Penggambaran tokoh ini bisa melalui pemaparan secara langsung dan
secara tidak langsung yakni pendeskripsian watak tokoh secara eksplisit.
Berdasarkan hasil analisis inilah diketahui kedudukan tokoh Minke sebagai tokoh
utama yang dapat dilihat dari hasil uraian berikut.
1. Minke sebagai Aktivis
luas hingga ke daratan Afrika. Ajaran nasionalis Sun Yat Sen diserapnya dan
dijadikan sebagai dasar terbentuk organisasi S.D.I. Hal ini adalah bentuk
kekagumannya terhadap Sun Yat Sen, presiden pertama Republik Cina. Sun Yat
Sen berhasil membebaskan Cina dari kekuasaan feodalisme dan imperialisme dan
membentuk pemerintahan baru yang modern dan berdaulat. Meniru tokoh
panutannya, Minke ingin mengubah Hindia yang kolonial dengan membentuk
organisasi dan mempersenjatai anggotanya dengan ajaran boikot. Gambaran sosok
Minke secara umum dapat dilihat pada kutipan berikut. Profil Minke ini diperoleh
Pangemanann lewat berbagai penelusuran dari berbagai dokumen yang dipelajari.
belum merasa pasti akan adanya hubungan antara penembakan atas diri
Suurhof” (Toer, 2011:581-582).
“Ia pernah mengatakan pada salah seorang temannya: orang boleh pandai
setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam
masyarakat dan dari sejarah” (Toer, 2011:473).
memilih cara agar tidak dilupakan oleh masyarakat dan sejarah lewat menulis.
Alasan inilah yang menyebabkan kecintaannya terhadap dunia menulis.
“Orang Jamiatul Khair. Jadi masih ada orang yang mencintainya. Orang
Jamiatul Khair. Nama apakah itu? Rasa-rasanya aku pernah tahu” (Toer,
2011:616).
“Dalam keadaan sakit parah itu Raden Mas Minke dibawa kembali oleh
Goenawan pulang ke rumahnya dan meninggal dunia dalam
perawatannya” (Toer, 2011:593).
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran terhadap
penelitian selanjutnya yakni sebagai berikut. (1) Peneliti berharap penelitian
lanjutan tentang karya Pramoedya Ananta Toer terus berlanjut dan semakin luas.
Hal ini dikarenakan karya-karya Pramoedya termasuk karya sastra angkatan 45
16
yang berkualitas dan telah diakui dunia. (2) Penelitian ini dapat dijadikan referensi
bagi peneliti lain karena penelitian ini menggunakan pendekatan struktural yang
sangat mengutamakan teks. (3) Penelitian tentang novel Rumah Kaca dapat
dilanjutkan dengan menggunakan berbagai teori dan pendekatan lain sesuai
keahlian si peneliti. (4) Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan ajar guru
sebagai contoh menganalisis unsur intrinsik sebuah novel.
DAFTAR RUJUKAN
Aminudin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Jakarta : CV. Sinar Baru.
Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra Epistemologi, Model,
Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: CAPS.
Luxemburg, Jan Van, Meikel Basl, Willem G Westeijn. 1986. Pengantar Ilmu
Sastra (terj. Dick Hartoko), Jakarta: Gramedia.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1994. Teori Kesusastraan. (Terj. Melani
Budianta) Jakarta: Gramedia.