Anda di halaman 1dari 12

Profesionalisasi Kepala Sekolah

08APR
Latar belakang
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena
pendidikan salah satu penentu mutu Sumber Daya Manusia. Dimana dewasa ini keunggulan suatu
bangsa tidak lagi ditandai dengan melimpahnya kekayaan alam, melainkan pada keunggulan Sumber
Daya Manusia (SDM). Dimana mutu Sumber Daya Manusia (SDM) berkorelasi positif dengan mutu
pendidikan, mutu pendidikan sering diindikasikan dengan kondisi yang baik, memenuhi syarat, dan
segala komponen yang harus terdapat dalam pendidikan, komponen-komponen tersebut adalah
masukan, proses, keluaran, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana serta biaya.

Mutu pendidikan tercapai apabila masukan, proses, keluaran, guru, sarana dan prasarana serta biaya
apabila seluruh komponen tersebut memenuhi syarat tertentu. Namun dari beberapa komponen tersebut
yang lebih banyak berperan adalah tenaga kependidikan yang bermutu yaitu yang mampu menjawab
tantangan-tantangan dengan cepat dan tanggung jawab. Tenaga kependidikan pada masa mendatang
akan semakin kompleks, sehingga menuntut tenaga kependidikan untuk senantiasa melakukan berbagai
peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Pendidikan yang bermutu sangat
membutuhkan tenaga kependidikan yang professional.

Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepemimpinan
kepala sekolah yang merupakan salah satu pemimpin pendidikan. Karena kepala sekolah merupakan
seorang pejabat yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber
organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dengan keprofesionalan kepala sekolah ini pengembangan profesionalisme tenaga kependidikan mudah
dilakukan karena sesuai dengan fungsinya, kepala sekolah memahami kebutuhan sekolah yang ia pimpin
sehingga kompetensi guru tidak hanya mandeg pada kompetensi yang ia miliki sebelumnya, melainkan
bertambah dan berkembang dengan baik sehingga profesionalisme guru akan terwujud.

Menjadi Kepala Sekolah Profesional idealnya harus memahami secara komprehensif bagaimana kinerja
dan kemampuan manajerialnya dalam memimpin sebuah sekolah sehingga sekolah itu
bernuansa sekolah yang berbudaya. Kualitas SDM sangat dipengaruhi oleh pendidikan. Dengan
demikian bidang pendidikan adalah bidang yang menjadi tulang punggung pelaksanaan pembangunan
nasional. Tujuan pendidikan, khususnya di Indonesia adalah membentuk manusia seutuhnya yang
Pancasilais (UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003), dimotori oleh pengembangan afeksi. Tujuan khusus ini
hanya bias ditangani dengan ilmu pendidikan bercorak Indonesia sesuai dengan kondisi Indonesia dan
dengan penyelenggaraan pendidikan yang memakai konsep sistem.

Oleh karena itu Kepala sekolah harus : a. memiliki wawasan jauh kedepan (visi) dan tahu tindakan apa
yang harus dilakukan (misi) serta paham benar tentang cara yang akan ditempuh (strategi); b. memiliki
kemampuan mengkoordinasikan dan menyerasikan seluruh sumberdaya terbatas yang ada untuk
mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan sekolah (yang umumnya tak terbatas); c. memiliki
kemampuan mengambil keputusan dengan terampil (cepat, tepat, cekat, dan akurat); d. memiliki
kemampuan memobilisasi sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan dan yang mampu menggugah
pengikutnya untuk melakukan hal-hal penting bagi tujuan sekolahnya; e. memiliki toleransi terhadap
perbedaan pada setiap orang dan tidak mencari orang-orang yang mirip dengannya, akan tetapi sama
sekali tidak toleran terhadap orang-orang yang meremehkan kualitas, prestasi, standar, dan nilai-nilai; f.
memiliki kemampuan memerangi musuh-musuh kepala sekolah, yaitu ketidakpedulian, kecurigaan, tidak
membuat keputusan, mediokrasi, imitasi, arogansi, pemborosan, kaku, dan bermuka dua dalam bersikap
dan bertindak.

Dasar Hukum Profesi


Dasar hukum yang melandasi profesionalisasi kepala sekolah yaitu :

 Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990


 PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN
2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH
 PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG
PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH
REPORT THIS AD

Konsep Dasar Profesi Kepala Sekolah


Paradigma baru manajemen pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas secara efektif dan efisien,
perlu didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam hal ini, pengembangan SDM
merupakan proses peningkatan kemampuan manusia agar mampu melakukan pilihan-pilahan. Proses
pengembangan SDM tersebut harus menyentuh berbagai bidang kehidupan yang tercermin dalam
pribadi pimpinan, termasuk pemimpin pendidikan, seperti kepala sekolah.

Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu “Kepala” dan “Sekolah” kata kepala dapat diartikan ketua atau
pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga di
mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat
diartikan pemimpin sekolah atau suatu lembaga di mana tempat menerima dan memberi pelajaran.
Wahjosumidjo (2002:83) mengartikan bahwa: “Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru
yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau
tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.
Sementara Rahman dkk (2006:106) mengungkapkan bahwa “Kepala sekolah adalah seorang guru
(jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan structural (kepala sekolah) di sekolah”.

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan
kualitas pendidikan. Sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa:
“Kepala sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah,
pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pememliharaan sarana dan
prasarana”.

Namun kenyataan dilapangan masih banyak kepala sekolah yang tidak menjalankan tugas dan fungsinya
sebagai pemimpin pendidikan ini disebabkan karena dalam proses pengangkatannya tidak ada
trasnfaransi, rendahnya mental kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya motivasi dan semangat
serta kurangnya disiplin dalam melakukan tugas, dan seringnya datang terlambat serta banyak faktor
penghambat lainnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang mengimplikasikan rendahnya
produktivitas kerja kepala sekolah yang berimplikasi juga pada mutu (input, proses, dan output)

Kepala sekolah merupakan peimipin formal yang tidak bisa diisi oleh orang-orang tanpa didasarkan atas
pertimbangan tertentu. Untuk itu kepala sekolah bertangggung jawab melaksanakan fungsi-fungsi
kepemimpinan baik yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan maupun dalam
mencipatakan iklim sekolah yang kondusif yang menumbuhnkan semangat tenaga pendidik maupun
peserta didik. Dengan kepemimpinan kepala sekolah inilah, kepala sekolah diharapakan dapat
memberikan dorongan serta memberikan kemudahan untuk kemajuan serta dapat memberikan inspirasi
dalam proses pencapaian tujuan.

Kepala sekolah diangkat melalui prosedur serta persyaratan tertentu yang bertanggung jawab atas
tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan yang
mengimplikasikan meningkatkanya prestasi belajar peserta didik. Kepala sekolah yang professional akan
berfikir untuk membuat perubahan tidak lagi berfikir bagaimana suatu perubahan sebagaimana adanya
sehingga tidak terlindas oleh perubahan tersebut. Untuk mewujudkan kepala sekolah yang professional
tidak semudah memabalikkan telapak tangan, semua itu butuh proses yang panjang.

REPORT THIS AD
Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya yang diterapkan dunia
pendidikan, sehingga menuntut penguasaan kepala sekolah secara professional. Untuk itu kepala
sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melasnakan pengembangan pendidikan secara terarah dan
berkesinambungan.

Peningkatan profesionalisme kepala sekolah perlu dilaksankan secara berkeinambungan dan terencana
dengan melihat permaslahan-permasalahan dan keterbatasan yang ada. Sebab kepala sekolah
merupakan pemimpin pendidikan yang juga bertanggung jawab dalam meningkatkan profesionalisme
tenaga kependidikan lainnya. Kepala sekolah yang professional akan mengetahui kebutuhan dunia
pendidikan, dengan begitu kepala sekolah akan melakukan penyesuaian-penyesuaian agar pendidikan
berkembang dan maju sesuai dengan kebutuhan pembangunan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Profesionalisasi Kepala Sekolah


A. Tugas dan tanggung jawab
Sergiovanni (1991) membedakan tugas kepala sekolah menjadi dua, yaitu tugas dari sisi administrative
process atau proses administrasi, dan tugas dari sisi task areas bidang garapan pendidikan. Tugas
merencanakan, mengorganisir, meng-koordinir, melakukan komunikasi, mempengaruhi, dan
mengadakan evaluasi merupakan komponen-komponen tugas proses.

Program sekolah, siswa, personel, dana, fasilitas fisik, dan hubungan dengan masyarakat merupakan
komponen bidang garapan kepala sekolah dasar. Di sisi lain, sesuai dengan konsep dasar pengelolaan
sekolah, Kimbrough & Burkett (1990) mengemukakan enam bidang tugas kepala sekolah dasar, yaitu
mengelola pengajaran dan kurikulum, mengelola siswa, mengelola personalia, mengelola fasilitas dan
lingkungan sekolah, mengelola hubungan sekolah dan masyarakat, serta organisasi dan struktur sekolah.

Berdasarkan landasan teori tersebut, dapat digarisbawahi bahwa tugas-tugas kepala sekolah dasar dapat
diklasifikasi menjadi dua, yaitu tugas-tugas di bidang administrasi dan tugas-tugas di bidang supervisi.

Tugas di bidang administrasi adalah tugas-tugas kepala sekolah yang berkaitan dengan pengelolaan
bidang garapan pendidikan di sekolah, yang meliputi pengelolaan pengajaran, kesiswaan, kepegawaian,
keuangan, sarana-prasarana, dan hubungan sekolah masyarakat. Dari keenam bidang tersebut, bisa
diklasifikasi menjadi dua, yaitu mengelola komponen organisasi sekolah yang berupa manusia, dan
komponen organisasi sekolah yang berupa benda.

Tugas di bidang supervisi adalah tugas-tugas kepala sekolah yang berkaitan dengan pembinaan guru
untuk perbaikan pengajaran. Supervisi merupakan suatu usaha memberikan bantuan kepada guru untuk
memperbaiki atau meningkatkan proses dan situasi belajar mengajar. Sasaran akhir dari kegiatan
supervisi adalah meningkatkan hasil belajar siswa.

Sebagai seorang pejabat formal, kepala sekolah mempunyai tanggung jawab terhadap atasan, sesama
rekan kepala sekolah atau lingkungan terkait, dan kepada bawahan. Dalam hal ini Wahjosumidjo
menjelaskan dalam bukunya yang berjudul “Kepemimpinan Kepala Sekolah” sebagai berikut: kepala
sekolah sebagai pemimpin suatu lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab kepada 3 pihak yaitu :

REPORT THIS AD

1. Kepada atasan Seorang kepala sekolah mempunyai atasan yaitu atasan langsung dan atasan yang
lebih tinggi. Karena kedudukannya yang terikat kepada atasan atau sebagai bawahan, maka seorang
kepala sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
 Wajib loyal dan melaksanakan apa yang digariskan oleh atasan;
 Wajib berkonsultasi atau memberikan laporan mengenai pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya;
 Wajib selalu memelihara hubungan yang bersifat hirarki antara kepala
 sekolah dan atasan.
2. Kepada sesama rekan kepala sekolah atau instansi terkait untuk menjaga hubungan dan menjalin
kerja sama yang baik untuk meningkatkan kualiats pendidikan lembaga yang dipimpinnya maka kepala
sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain :
 Wajib memelihara hubungan kerja sama yang baik dengan para kepala sekolah yang lain;
 Wajib memelihara hubungan kerja sama yang sebaik-baiknya dengan lingkungan baik dengan
instansi terkait maupun tokoh-tokoh masyarakat dan BP3.
3. Kepada bawahan Kepala sekolah berkewajiban menciptakan hubungan yang sebaik-baiknya dengan
para guru, staf, dan siswa. Sebab esensi kepemimpinan adalah kepengikutan atau orang yang
mempunyai loyalitas untuk mempengaruhi bawahannya.Selain itu kepala sekolah harus mengembangkan
sumber daya para guru dan staf dengan membuat program-program peningkatan kualitas para guru dan
staf sehinga bisa menjadi guru dan staf yang professional. Penyediaan sarana dan prasarana yang
memadai juga harus dilakukan kepala sekolah untuk menunjang kreatifitas anak didik. Pada umumnya
kepala sekolah menggunakan gaya gabungan antara pembagian tugas dan hubungan manusiawi.
Pembagian tugas merupakan strategi kepala sekolah yang lenih mengutamakan setiap tugas dapat
dilaksanakan dengan baik oleh masing-masing elemen yang terlibat dalam lembaga yang dipimpinnya.
Sedangkan gaya hubungan manusiawi lebih mengutamakan pemeliharaan manusiawi dengan masing-
masing tenaga pendidikan.
Untuk itu kepala sekolah harus mengetahui tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Adapaun tugas-tugas
dari kepala sekolah seperti yang dikemukakan Wahjosumidjo sebagai berikut:

 Kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan (responsible and accountable).
Keberhasilan dan kegagalan pihak bawahan adalah suatu pencerminan langsung keberhasilan atau
kegagalan seorang pemimpin. Dengan demikian kepala sekolah bertanggungjawab atas segala
tindakan yang dilakukan oleh para guru, siswa, staf dan wali murid tidak dapat dilepaskan dari
tanggung jawab kepala sekolah.
 Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah harus mampu menghadapi
persoalan (managers balance competing goals and set priorities). Dengan segala keterbatasan,
seorang kepala sekolah harus dapat mengatur pemberian tugas secara tepat. Bahkan ada kalanya
seorang kepala sekolah harus dapat menentukan prioritas bilamana terjadi konflik antara kepentingan
bawahan dengan kepentingan sekolah.
 Kepala sekolah harus berpikir secara analitik dan konsepsional (must think analytically and
konceptionally). Konsep ini berarti menuntut setiap kepala sekolah harus dapat memecahkan
persoalan melalui suatu analisis kemudian menyelesaikan persoalan dengan satu solusi yang feasible.
Demikian pula dengan kepala sekolah harus mampu melihat setiap tugas sebagai satu keseluruhan
yang saling berkaitan. Memandang persoalan yang timbul sebagai bagian yang tak terpisahkan dan
satu keseluruhan.
 Kepala sekolah sebagai politisi (politicians) Sebagai seorang politisi berarti kepala sekolah harus
selalu berusaha untuk meningkatkan tujuan organisasi serta mengembangkan progam jauh ke depan.
Untuk itu sebagai seorang politisi kepala sekolah harus mampu membangun hubungan kerja sama
melalui pendekatan persuasi atau kesepakatan (compromise). Peran kecakapan politis seorang
kepala sekolah dapat berkembang secara efektif apabila:
REPORT THIS AD

a. Dapat dikembangkan prinsip jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing.


b. Terbetuknya aliasi atau koalisi, seperti organisasi profesi, OSIS, BP3.
c. Terciptanya kerja sama (cooperation) dengan berbagai pihak sehingga aneka macam aktivitas dapat
dilaksanakan.
 Kepala sekolah berfungsi sebagai pengambil keputusan yang sulit (make difficult decisius). Tidak ada
satu organisasi pun yang berjalan mulus tanpa problem. Demikian pula sekolah sebagai suatu
organisasi tidak luput dari persoalan: kesulitan dana, persoalan pegawai, perbedaan pendapat
terhadap kebijakan yang telah ditetapkan oleh kepala sekolah dan masih banyak lagi. Apabila terjadi
kesulitan-kesulitan seperti tersebut di atas, kepala sekolah diharapkan berperan sebagai orang yang
menyelesaikan persoalan yang sulit tersebut.

B. Kualifikasi yang disyaratkan


LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2007 TANGGAL 17
APRIL 2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

1. Kualifikasi Umum Kepala Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut:


 Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan atau
nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi;
 Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun;
 Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang sekolah masing-
masing, kecuali di Taman Kanak-kanak /Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA; dan
 Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS
disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.

2. Kualifikasi Khusus Kepala Sekolah/Madrasah meliputi:


 Kepala Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) adalah sebagai berikut:
a. Berstatus sebagai guru TK/RA;

b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru TK/RA; dan

c. Memiliki sertifikat kepala TK/RA yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.

 Kepala Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) adalah sebagai berikut:


REPORT THIS AD

a. Berstatus sebagai guru SD/MI;

b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SD/MI; dan

c. Memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.

 Kepala Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) adalah sebagai berikut:

a. Berstatus sebagai guru SMP/MTs;

b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs; dan

c. Memiliki sertifikat kepala SMP/MTs yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.

 Kepala Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) adalah sebagai berikut:

a. Berstatus sebagai guru SMA/MA;

b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA; dan

c. Memiliki sertifikat kepala SMA/MA yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.

 Kepala Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) adalah sebagai berikut:

a. Berstatus sebagai guru SMK/MAK;

b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK; dan


c. Memiliki sertifikat kepala SMK/MAK yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.

REPORT THIS AD

 Kepala Sekolah Dasar Luar Biasa/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa/Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa (SDLB/SMPLB/SMALB) adalah sebagai berikut:

a. Berstatus sebagai guru pada satuan pendidikan SDLB/SMPLB/SMALB;

b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SDLB/SMPLB/SMALB; dan

c. Memiliki sertifikat kepala SLB/SDLB yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.

 Kepala Sekolah Indonesia Luar Negeri adalah sebagai berikut:

a. Memiliki pengalaman sekurang-kurangnya 3 tahun sebagai kepala sekolah;

b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru pada salah satu satuan pendidikan; dan

c. Memiliki sertifikat kepala sekolah yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.

C. Kompetensi Kepala Sekolah


Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah baik itu prestasi akademis dan non akademis,
dibutuhkan kompetensi kepala sekolah yang sangat mumpuni. Dengan kompetensi tersebut apa yang
dinginkan oleh masyarakat dan orangtua murid yakni tercapainya keberhasilan pendidikan di sekolah
dapat terwujud, sehingga sekolah dengan apa yang dimiliki dapat berjalan dari berbagai bidang.

Agar dapat mengelola sekolah secara professional, pemimpin pelaksana (kepala) sekolah dituntut
memiliki serangkaian keahlian. Keahlian kepala sekolah menurut Permendiknas 13/ 2007 tentang
Standar Kepala sekolah/madrasah adalah:

1. Keahlian Kepemimpinan (Leadership)


Sebagai pemimpin, kepala sekolah harus mampu memimpin diri sendiri dan orang lain. Seseorang yang
memiliki jiwa kepemimpinan biasanya memiliki mental yang teguh, memegang prinsip dan tidak mudah
menyerah.

Potensi tersebut ada pada setiap orang tergantung pada kemauan dan kesempatan untuk
mengembangkan diri. Seseorang yang mampu mengembangkan potensi tersebut akan muncul
kewibawaannya saat memimpin, sehingga kata-katanya didengar dan arahannya diikuti oleh orang lain.

2. Keahlian Mendidik (Edukatif)


REPORT THIS AD

Idealnya, kepala sekolah berasal dari guru, orang yang memiliki pengalaman pendidikan dan/atau
pekerjaan sebagai pengajar atau pendidik. Pengalaman tersebut memungkinkan kepala sekolah
menghayati peran, fungsi dan tugas-tugas pendidik.

Dengan begitu, dia dapat membimbing dan mengarahkan guru dan siswa dalam konteks mendidik. Itulah
sebabnya, seorang kepala sekolah dituntut mampu berperan sebagai pendidik.

3. Keahlian Managemen
Proses pembelajaran di sekolah dibatasi oleh waktu, tenaga, sarana dan biaya, padahal wali murid
sebagai konsumen memiliki tuntutan yang harus dipenuhi melalui proses tersebut. Karena itulah, kepala
sekolah dituntut mampu berperan sebagai manager, yaitu pengelola seluruh program, asset, tenaga, dan
keuangan sekolah agar mampu mengantarkan pada target-target kerja secara efektif.Kunci keberhasilan
kepala sekolah dalam mengelola managemen sekolah terletak pada kemampuan perencanaan (planning
skill). Dalam konteks managemen bahkan dinyatakan bahwa ketepatan perencanaan adalah separo
keberhasilan.
Melalui perencanaan, kepala sekolah, guru dan semua pihak memahami target-target kerja yang harus
dicapai dalam kurun waktu tertentu. Untuk mencapai target tersebut, kepala sekolah mengorganisasikan
program sekolah, program pembelajaran, tenaga guru dan pegawai, sarana, dan keuangan sekolah.

4. Keahlian Administrasi
Administrasi merupakan ruh kerja dalam organisasi modern. Bahkan saat ini diyakini bahwa kalitas
administrasi mencerminkan kualitas kerja seseorang. Melalui administrasi yang baik kepala sekolah
mampu memonitor keberhasilan dan kegagalan, peningkatan atau penurunan kinerja, keuntungan dan
kerugian.
Sebagai seorang manager, kepala sekolah dituntut menguasai administrasi sekolah dan administrasi
pembelajaran. Atas data-data administrasi itulah kepala sekolah mengambil sikap dan kebijakan sekolah.

5. Keahlian Supervisi
Sebagai manager pelaksana, kepala sekolah harus mampu melakukan pengawasan atau kontrol
(supervisi) terhadap cara kerja dan hasil kerja bawahannya. Supervisi berperan melengkapi pemahaman
terhadap data-data administrasi.

Supervisi berperan penting sebagai pengendali mutu pembelajaran dan layanan pendidikan. Sebagai
supervisor kepala sekolah dengan sendirinya mutlak harus mampu melakukan tugas-tugas supervise.

6. Keahlian Motivasi
Sebagai pemimpin, kepala sekolah harus pribadi yang motivatif. Dia mampu berperan sebagai motivator,
yang menyemangati dan membesarkan hati guru, pegawai, siswa dan wali murid agar bekerja dan
mendukung tercapainya tujuan sekolah.Oleh karena itu, kepala sekolah harus terdiri dari orang-orang
yang memiliki positif thinking, baik terhadap dirinya, orang lain dan keadaan yang dihadapi. Kepala
sekolah tak akan mampu berperan sebagai motivator bilamana dia hanya seorang yang suka berkeluh-
kesah dan penuh prasangkan buruk (negative thinking).
REPORT THIS AD

D. Prospek pengembangan karier


Suatu jabatan dapat diduduki oleh seorang pegawai dalam rangka perkembangan kariernya, baik secara
vertikal, horizontal, maupun diagonal dengan memperhatikan syarat-syarat jabatan yang telah ditentukan.
Selama bertahun-tahun jenjang karier guru masih menerapkan pendekatan birokrasi, di mana guru
diposisikan sebagai jabatan awal sebelum menempati jabatan yang lebih tinggi seperti wakil kepala
sekolah, kepala sekolah, pengawas, dan pejabat di kantor dinas pendidikan. Karena penugasan dalam
birokrasi organisasi didasarkan atas kualifikasi teknis,pegawai berpikir bahwa pekerjaan sebagai karier.
Di mana orientasi karier dipelihara, sesuai dengan pernyataan Max Weber (Hoy & Miskel, 2001:80)
berikut: “there is a system of promotion according to seniority, achievement, or both. Promotion is
dependent on the judgement of superiors.” Dalam pandangan ini tahapan jabatan diartikan sebagai
jabatan karier, dan jika dapat dipelihara maka seseorang sudah menempati jabatan puncak tidak akan
turun lagi ke jabatan terdahulu.
Untuk mengembangkan profesionalisme, mengembangkan kemampuan baru, untuk menambah variasi
tugas dan tanggung jawab, menerima tantangan baru, dan mengenal teman sejawat. Keyakinan bahwa
kepala sekolah cerdas dan kreatif dapat tertarik untuk memimpin dan secara keseluruhan kepmimpinan
berkualitas dapat dikembangkan melalui tahapan karier dengan tanggung jawab dan alokasi
penghargaan yang berbeda. Sesuai dengan kewenangan pemerintah dalam pembinaan profesionalisme
kepala sekolah, maka pemerintah perlu segera menyusun standar pembinaan profesionalisme kepala
sekolah. Standar tersebut dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk melaksanakan pembinaan
kepala sekolah.

Keberhasilan seseorang dalam suatu pekerjaan bukanlah sesuatu yang diperoleh secara tiba-tiba atau
secara kebetulan, namun merupakan suatu proses panjang dari tahapan perkembangan karier yang
dilalui sepanjang hayatnya, mulai dari usaha memperoleh kesadaran karier, eksplorasi karier, persiapan
karier hingga sampai pada penempatan kariernya.

Tylor & Walsh (1979) menyebutkan bahwa kematangan karier individu diperoleh manakala ada
kesesuaian antara perilaku karier dengan perilaku yang diharapkan pada umur tertentu. Adapun yang
dimaksud dengan perilaku karier yaitu segenap perilaku yang ditampilkan individu dalam usaha
menyiapkan masa depan untuk memperoleh kematangan kariernya.

Analisis SWOT Jabatan Kepala Sekolah


Analisis SWOT adalah instrument perencanaaan strategis yang klasik. Dengan menggunakan kerangka
kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman, instrument ini memberikan cara
sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini
menolong para perencana apa yang bisa dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh
mereka.Manajer adalah orang yang melaksanakan fungsi kerja sama dengan orang-orang, sementara
pemimpin menghubungkan antara yang memimpin dengan bawahan sehingga membuat organisasi
berkembang dan bersinergi (Michael, Macooby. 2009).

Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu
masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar)
yaitu Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats. Metode ini paling sering digunakan dalam metode
evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan. Analisis SWOT hanya menggambarkan
situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah. Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:
REPORT THIS AD

1. Strengths (kekuatan)
Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada.
Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep
bisnis itu sendiri. Adapun kondisi kekuatan yang ada pada kepala sekolah itu sendiri adalah :

– Potensi Kepala Sekolah


Setiap kepala sekolah memiliki potensi dan perhatian yang cukup tinggi terhadap peningkatan kualitas
pendidikan di sekolah. Perhatian tersebut harus ditujukkan dalam kemauan dan kemampuan untuk
mengembangkan diri dan sekolahnya secara optimal.

– Harapan terhadap kualitas pendidikan


Kepala sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen pendidikan mempunyai harapan yang
tinggi untuk meningkatkan kualitas pendidikan, serta komitmen, dan motivasi yang kuat untuk
meningkatkan mutu sekolah yang optimal. Harapan yang tinggi dari berbagai dimensi sekolah merupakan
faktor dominan yang menyebabkan sekolah selalu dinamis untuk melakukan perbaikan secara
berkelanjutan (continuous quality improvement).
2. Weakness (kelemahan)
Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang
ada.Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau
konsep bisnis itu sendiri. Adapun kondisi kelemahan yang ada pada kepala sekolah itu sendiri adalah :

– Wawasan kepala sekolah yang masih sempit


– Rendahnya produktivitas kerja
– Belum tumbuhnya budaya mutu
3. Opportunities (peluang)
Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan
peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan
pemerintah, kondisi lingkungan sekitar. Faktor dominan peluang kepala sekolah dalam paradigma baru
manajemen pendidikan mencakup :

– Gerakan peningkatan kualitas pendidikan yang dicanangkan pemerintah


Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan baik secara konvesional maupun
inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi setelah diamanatkan dalam Undang-Undang Sisdiknas bahwa
tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui peningkatan kualitas
pendidikan.

REPORT THIS AD

– Sosialisasi peningkatan kualitas pendidikan


Pada saat ini, pihak Depertemen Pendidikan Nasional telah melakukan sosialisasi peningkatan kualitas
pendidikan di berbagai wilayah kerja, baik dalam pertemuan-pertemuan resmi maupun melalui pelatihan
awal yang berkaitan dengan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS). Hal ini
merupakan faktor pendukung, sehingga para kepala sekolah dapat memahami manajemen peningkatan
mutu pendidikan, serta operasinya di sekolah masing-masing.

– Organisasi formal dan informal


Di lingkungan pendidikan sekolah pada berbagai wilayah Indonesia, dari Sabang sampai Merauke
umumnya telah memiliki organisasi formal terutama yang berhubungan dengan profesi pendidikan seperti
Kelompok Kerja Pengawasan Sekolah (KKPS), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), Musyawarah
Kepalah Sekolah (MKS), Dewan Pendidikan, dan Komite Sekolah. Organisasi-organisasi tersebut sangat
mendukung tumbuh kembangnya kepala sekolah profesional yang mampu melakukan berbagai
terobosan dalam peningkatan kualitas pendidikan di wilayah kerjanya.

– Organisasi profesi
Organisasi profesi pendidikan sebagai wadah untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan kualitas
pendidikan seperti KKPS, K3S, MKS, Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP), PGRI, Forum Peduli Guru (FPG), dan ISPI (Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia) sudah
terbentuk hampir di seluruh Indonesia, dan telah menyentuh berbagai kecamatan. Organisasi profesi
tersebut sangat mendukung kepala sekolah profesional yang mampu peningkatan kinerjanya dan
prestasi belajar peserta didik menuju peningkatan kualitas pendiodikan nasional.

4. Threats (ancaman)
Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau
konsep bisnis itu sendiri. Adapun faktor penghambat (ancaman) kepala sekolah profesional untuk
meningkatkan kualitas pendidikan mencakup :

– Sistem politik yang kurang stabil

Sistem politik yang kurang stabil dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, telah menimbulkan
berbagai masalah dalam hidup dan kehidupan di masyarakat, merupakan factor penghambat tumbuhnya
kepala sekolah professional. Wakil-wakil rakyat di dewan yang lamban dan plin-plan dalam mengambil
suatu prakarsa, dan selalu menunggu demonstrasi masyarakat dalam mengmbil suatu keputusan
merupakan suatu system politik yang kurang stabil dan kurang menguntungkan. Kondisi semacam ini
sangat mewarnai berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan, beserta komponen-komponen yang
tercangkup didalamnya. Pengembangan sumber daya pembangunan melalui system pendidikan yang
memadai perlu ditunjang oleh system politik yang stabil.

REPORT THIS AD

– Pengangkatan kepala sekolah yang belum transparan

Hal merupakan salah satu faktor penghambat tumbuh kembangkan kepala sekolah professional. Hasil
kajian menunjukkan bahwa pengangkatan kepala sekolah dewasa ini belum atau tidak melimbatkan
pihak-pihak mesyasarakat mengenai jabatan kepala sekolah selama 4 tahun dan setelahnya itu dapat
dipilih kembali untuk satu periode berikutnya, belum dapat dilaksanakan. Hal tersebut secara langsung
merupakan penghambat tumbuhnya kepala sekolah professional yang mampu mendorong visi menjadi
aksi dalam peningkatan kualitas pendidikan.
– Kurang sarana dan prasarana

Seperti perpustakaan, laboratorium, bengkel (workshop), pusat sumber belajar dan perlengkapan
pembelajaran sangat menghambat tumbuhnya kepala sekolah professional. Hal ini terutama berkaitan
dengan kemampuan pemerintah untuk melengkapinya masih kurang. Disamping itu, walaupun
pemerintah sudah melengkapi buku-buku pedoman dan buku-buku paket namun dalam pemanfaatannya
masih kurang. Beberapa kasus menunjukkkan banyaknya paket yang belum didayagunakan secara
optimal untuk kepentingan pembelajaran, baik guru maupun oleh peserta didik.
– Rendahnya kepercayaan masyarakat

– Birokrasi

Birokrasi yang masih dipengaruhi feodalisme dimana peara penjabat lebih suka dilayani daripada
melayani masih masih melekat di lingkungan Dinas pendidikan. Kebiasaan lain seperti lemahnya
mengambil prakarsa (inisiatif) serta selalu menunggu juklak dan juknis tidak menunjang bagi tumbuh
kembangnya kepala sekolah professional untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Disamping itu dalam
lingkungan sekolah perilaku kepemimpinan kepala sekolah cenderung kurang transparan dalam
mengelolah sekolahnya. Hal ini menyebabkan kurang percayanya tenaga kependidikan terhadap kepala
sekolah, sehinggan dapat menurunkan kinerja dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Di
samping kurang mandiri, hambatan lain yang memperlemah kinerja kepala sekolah adalah kurang
adanya rasa krisis, rasa memilki, rasa penting terhadap kualitas pendidikan, sehingga menyebkan
lemahnya tanggung jawab, yang dapat menurunkan partisipasi dalam kegiatan sekolah.

Masalah Dalam Menerapkan Standar Kompetensi


Dalam menerapan standar nasional pendidikan, salah satu komponen yang perlu ditetapkan standarnya
adalah kepala sekolah sebagai bagian dari tenaga kependidikan. Bagaimana kepala sekolah
menerapkan standar dalam mengembangkan kompetensi kepemimpinannya pada tingkat satuan
pendidikan? Karena kepala sekolah sebagai pimpinan, maka ia harus berperan untuk menetapkan
standar pada dirinya sendiri dengan menggunakan rujukan standar nasional pendidikan atau
menetapkan standar yang lebih tinggi dari itu.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan pada sebuah sekolah, semua peran serta stakeholder (pemangku
kepentingan) baik pemerintah, masyarakat maupun guru harus bahu membahu. Disamping itu peran
tenaga kependidikan haruslah menjadi tulang punggung utama. Dan sebuah institusi pendidikan yang
dikatakan bermutu dapat dilihat dari prosentase kelulusan yang tinggi, banyaknya lulusan yang diterima
di perguruan tinggi, sekolah yang aman, nyaman dan kondusif, tenaga pendidik yang berkualitas dan
banyak indikator-indikator lainnya. Dan yang tidak kalah pentingnya untuk menghasilkan pendidikan yang
bermutu pada sebuah sekolah adalah peran seorang kepala sekolah sebagai top manager. Namun pada
saat ini, banyak sekali kita menyaksikan seorang kepala sekolah yang gagal memimpin sekolah yang
dipimpinnya menjadi sekolah yang bermutu. Sehingga muncul pendapat dari beberapa guru bahwa
“sekolah tanpa guru tidak akan jalan tetapi sekolah tanpa kehadiran kepala sekolah asalkan ada guru
maka sekolah tetap jalan”. Jadi saat ini kehadiran seorang kepala sekolah dianggap sudah tidak terlalu
berpengaruh.

REPORT THIS AD

Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena seorang yang ditunjuk menjadi kepala sekolah pada umunya hanya
memenuhi persyaratan administrasi saja dan memiliki kemampuan dasar diantaranya :

1. Kemampuan Administrasi
Hal ini dapat kita lihat pada salah satu contoh kecil saja, seperti tidak memiliki program kerja yang jelas,
sering mengadakan rapat namun hasilnya tidak jelas. Dan tidak memiliki agenda rapat yang teratur
padahal rapatnya memakan waktu berjam-jam. Ketika keluar dari ruang rapat para guru masih bertanya-
tanya apa yang kita kerjakan tadi? Apa keputusannya? Walaupun ada keputusan yang dihasilkan, tapi
jarang sekali terlaksanakan dengan baik. Disamping itu banyak kita temui pembuatan SK yang berulang-
ulang karena keliru nama, NIP, tujuan, tugas, mata pelajaran, dan lain-lain yang seharusnya hal ini tidak
perlu terjadi jika kepala sekolah lebih teliti.

2. Kemampuan Kurikulum
Kita sering menjumpai guru yang kebingungan pada saat berada di kelas karena mengajari peserta didik
dengan mata pelajaran yang ia sendiri tidak menguasainya, yang pada akhirnya terjadilah PBM dan KBM
bohong-bohongan karena kepala sekolah menyerahkan pembagian tugas mengajar kepada wakil bidang
kurikulum tanpa mempertimbangkan kemampuan yang bersifat kecenderungan. Disamping itu dalam hal
pendelegasian tugas-tugas tertentu kepada seseorang berdasarkan senang atau tidak senang (pilih-pilih
tebu) Kemudian penempatan guru di kelas-kelas tertentu pada mata pelajaran yang sama tanpa
mempertimbangkan keadaan, situasi dan suasana kelas karena ada kelas yang harus mendapat
perhatian khusus.

3. Kemampuan Memimpin
Setiap guru memiliki masalah yang berbeda dengan latar belakang yang berbeda. Kadang-kadang tugas
guru sering terganggu karena yang bersangkutan sedang menghadapi masalah dari rumah dan terbawa
sampai ke sekolah. Dan mungkin saja ada guru yang sering tidak hadir karena ada sesuatu masalah.
Oleh pimpinan, guru yang seperti itu langsung di cap guru pemalas atau guru yang tidak mampu
mengajar, hal ini sangat keliru. Menghadapi kasus yang seperti inilah diperlukan peran kepala sekolah
sebagai orang yang tut wuri handayani, mengayomi, kadang-kadang sebagai bapak, membimbing, dan
sekaligus mengarahkan.

Standar Kompetensi Kepala Sekolah


Kompetensi minimal yang wajib kepala sekolah miliki menurut Permendiknas Nomor 13 tahun 2007
terhimpun pada dalam lima kompetensi (1) kepribadian, (2) manajerial, inovatif, bekerja keras, dan (3)
kewirausahaan, (4) supervisi dalam rangka meningkatkan mutu profesi pendidik, dan memiliki
kompetensi (5) sosial.

Kepribadian berindikator berakhlak mulia, menjadi teladan, berkepribadian sebagai pemimpin, memiki
keinginan kuat mengembangkan diri, terbuka, mengendalikan diri dalam menghadapi masalah, dan
memiliki bakat sebagai pemimpin pendidikan.

– Kepala sekolah memiliki kecakapan manajerial memiliki berbagai indikator cakap membuat rencana,
mengembangkan sekolah sesuai kebutuhan, memanfaatkan sumber daya secara optimal, mengelola
perubahan untuk mendukung pembelajaran efektif, mengembangkan sekolah yang kondusif dan inovatif,
memanfaatkan sumber daya manusia dan sarana secara optimal, membangun hubungan , mengelola
peserta didik, mengembangkan kurikulum yang akuntabel, transparan, dan efisien, mengelola sistem
informasi dengan manfaatkan teknologi, melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan.

REPORT THIS AD

– Kepala sekolah menciptakan inovasi dan bekerja keras sebagai kompetensi kewirausahaan. Memiliki
motivasi yang kuat untuk sukses, mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala, dan, memiliki naluri
kewirausahaan dalam mengembangkan kegiatan produksi atau jasa.

– Kepala sekolah berkompeten dalam melaksanakan supervisi akademik dan manajerial.


Menggunakan teknik dan pendekatan yang tepat dalam rangka meningkatkan mutu profesi pendidik.
Memiliki kompetensi sosial meliputi mampu bekerja sama, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan
memiliki kepekaan terhadap orang atau kelompok lain.

Pemecahan Masalah
1. Menguasai Adiministrasi
Seseorang yang ditunjuk sebagai kepala sekolah wajib menguasai berbagai bentuk administrasi sekolah
mulai dari administrasi umum sampai pada administrasi yang bersifat khusus. Administrasi umum
diantaranya surat masuk, surat keluar, buku agenda rapat, buku tamu pada piket guru, buku tama pada
ruangan kepala sekolah, pengarsipan surat-surat masuk dari manapun asalnya harus diperlihatkan dan
diserahkan kepada kepala sekolah kemudian oleh kepala sekolah menyerahkan surat tersebut sesuai
dengan tujuannya.

Misalnya surat tersebut untuk undangan kegiatan olahraga diserahkan ke guru olahraga dengan
membuat acc jika memungkinkan untuk diikuti. Begitu juga surat keluar dikonsepkan oleh Tata Usaha
(TU) dan diperlihatkan kepada kepala sekolah untuk dicek kebenarannya. Sedangkan administrasi yang
bersifat khusus diantaranya pembuatan SK-SK harus dipastikan dengan benar sebelum diperbanyak baik
nama, NIP, tugas, golongan tentunya dicek terlebih dahulu oleh kepala sekolah. Dan yang tidak kalah
pentingnya kepala sekolah harus membuat program kerja yang jelas, agenda rapat yang pasti.

2. Mengusai Kurikulum
Seorang kepala sekolah harus mampu melihat potensi dan kemampuan seorang guru. Dan pada suatu
sekolah tidak semua mata pelajaran terpenuhi oleh guru yang benar-benar jurusannya. Oleh sebab itu
kepala sekola memberikan tugas kepada seorang guru berdasarkan kecenderungan.

Misalnya seseorang yang lebih menguasai komputer walaupun tidak memeliki ijazah komputer
ditugaskan menjadi guru TIK. Disamping itu pembagian jumlah jam mengajar harus adil. Tenaga honorer
yang ingin mengabdi dan membantu di sekolah harus benar-benar mampu, jika diperlukan harus melalui
rangkaian prosedur yang benar agar sekalah benar-benar merasa terbantu.

Referensi :
-http://www.scribd.com/doc/4127762/Permendiknas-No-13-Tahun-2007
-Fitra, Taslim. (2011). Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah [online]. Tersedia: http://
taslimfitra.blogspot.com/2011/12/profesionalisme-kepemimpinan-kepala.html (11 April 2012)
–http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/18/profesionalisme-kepemimpinan-kepala-sek olah/
–http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/2173984-tugas-dan-tanggung-jawab-kepala/
#ixzz1rjaVUZLR

Anda mungkin juga menyukai