Anda di halaman 1dari 21

ZAKAT ATAS MODAL (RA’SUL MAL) DAN

ZAKAT ATAS PENDAPATAN (AL-KHARIJ)

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Salah satu Tugas Mata Kuliah

Fiqih Zakat, Wakaf dan Mawaris

Oleh:

Tasya Nurul Fitriani 181002092

Agus Wahyudin 181002059

Ratu Farha Ariefa 181002093

Nerla Nurlela 181002035

Andrea Gilang Aprila 181002022

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS SILIWANGI

2019/1440 H

1
LEMBAR PENERIMAAN

Makalah ini diterima pada hari.......... tanggal........... bulan........... tahun...........

oleh

Dosen Mata Kuliah Fiqih Zakat, Wakaf dan Mawaris

Biki Zulfikri Rahmat., S.Sos.I., M.E.Sy.

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
segala rahmat dan nikmat-Nya kepada penulis, sehingga atas kehendak dan izin-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Zakat Atas Modal (Ra’sul Mal) dan Zakat
Atas Pendapatan (Al-Kharij)” untuk memenuhi mata kuliah Fiqih Zakat, Wakaf dan
Mawaris.

Zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh umat islam untuk diberikan
kepada orang yang berhak menerimanya, misalnya fakir miskin, sesuai dengan ketentuan
syariat islam.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari akan keterbatasan, kemampuan dan
pengetahuan penulis dalam penyusunannya. Namun kesulitan tersebut dapat dibantu oleh
beberapa pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah memberikan bantuan berupa tenaga dan pikiran. Ucapan terima kasih
penulis di sampaikan kepada:

1. Biki Zulfikri Rahmat., S.Sos.I., M.E.Sy. selaku Dosen Mata Kuliah Fiqih Zakat,
Wakaf dan Mawaris yang telah memberikan pengarahan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini;
2. Semua pihak yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk pembuatan
makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan
dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi redaksional maupun dari segi alur
pembahasan serta tata bahasanya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membantu untuk
kebaikan masa yang akan datang. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk penulis dan pembaca sekalian. Aamiin.

Tasikmalaya, Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENERIMAAN............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
C. Tujuan Makalah........................................................................................................................... 1
D. Kegunaan Makalah...................................................................................................................... 1
E. Prosedur Makalah ....................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................... 3
A. Nishab dan Kadar Zakat Pertanian .............................................................................................. 3
B. Nishab dan Kadar Zakat Profesi .................................................................................................. 5
C. Nishab dan Kadar Zakat Mushtaghalat dan Sewa menyewa ...................................................... 6
D. Nishab dan Kadar Zakat Rikaz ..................................................................................................... 8
E. Nishab dan Kadar Zakat Barang Tambang / Hasil Tambang ..................................................... 11
F. Nishab dan kadar Zakat Hasil Laut ............................................................................................ 13
BAB III SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................................. 16
A. Simpulan ................................................................................................................................... 16
B. Saran ......................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 17

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mampu serta menjadi unsur dari
rukun islam. Rukun islam yang keempat, membahas tentang kajian zakat. Zakat merupakan
pembagian sebagian harta yang dimiliki untuk mensucikan jiwa, zakat terbagi menjadi 2
(dua) bagian yaitu zakat fitrah yang dikeluarkan oleh setiap muslim di bulan Ramadhan dan
zakat maal yang dikeluarkan oleh orang muslim yang memiliki kelebihan harta dan berlaku
syarat tertentu.
Jika dicermati lebih lanjut, perintah untuk berzakat selalu diiringi dengan perintah
mendirikan shalat. Oleh karena itu para ulama berpendapat bahwa tidak ada shalat jika tidak
ada zakat.
Setiap harta yang kita miliki tidak terlepas dari kewajiban zakat, khususnya zakat
maal/harta, pertanyaan yang muncul setelah itu adalah bagaimana nishab dan kadar zakatnya.
Dan akan kita bahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana nishab dan kadar zakat pertanian?
2. Bagaimana nishab dan kadar zakat profesi?
3. Bagaimana nishab dan kadar zakat mushtaghalat dan sewa menyewa?
4. Bagaimana nishab dan kadar zakat rikaz?
5. Bagaimana nishab dan kadar zakat hasil tambang dan laut?

C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan:
1. nishab dan kadar zakat pertanian
2. nishab dan kadar zakat profesi
3. nishab dan kadar zakat mushtaghalat dan sewa menyewa
4. nishab dan kadar zakat rikaz
5. nishab dan kadar zakat hasil tambang dan laut

D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun
secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai Teori Zakat Atas Modal (Ra’sul
Mal) dan Zakat Atas Pendapatan (Al-Kharij). Secara praktis makalah ini diharapkan
bermanfaat bagi:
1. Penulis, memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Zakat, Wakaf dan Mawaris.

1
2. Pembaca, sehingga mengetahui Zakat Atas Modal (Ra’sul Mal) dan Zakat Atas
Pendapatan (Al-Kharij).

E. Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang
digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis akan menguraikan
permasalahan yang dibahas secara jelas dan komprehensif. Data teoritis dalam makalah ini
dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi pustaka, artinya penulis mengambil data
melalui kegiatan membaca berbagai literatur yang relevan dengan tema makalah. Data
tersebut diolah dengan teknik analisis melalui kegiatan mengeksposisikan dan serta
mengaplikasikan data tersebut dalam konteks tema makalah.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Nishab dan Kadar Zakat Pertanian

Sebelum manusia diciptakan oleh Alloh SWT, telah disiapkan terlebih


dahulu apa yang diperlukan oleh manusia itu. Bahkan yang paling banyak
diperlukan oleh manusia adalah hasil Bumi ( Pertanian ). Hasil pertanianlah yang
merupakan sumber kehidupan manusia yang paling penting.Sesuai dengan firman
Alloh swt:
Allah SWT berfirman:

ْ ً ‫شْْْۗقَلِي‬
٪َْ‫لْ َّماْت َش ُك ُرون‬ َْ ِ‫ضْ َو َج َعلنَاْلَـ ُكمْْفِي َهاْ َم َعاي‬
ْ ِ ‫َولَقَدْْ َم َّكـنّٰ ُكمْْفِىْاْلَر‬

“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi


dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah
kamu bersyukur.”.(Q.S al-Araaf: 10).
Bahan dan sarana telah Alloh sediakan, manusia tinggal mengolahnya
sesuai dengan keperluannya. Pertanian harus ditangani dengan ilmu pengetahuan,
karena setiap tanah memiliki karakter yang berbeda satu dengan yang lainnya,
yang sesuai dengan tanaman dan iklimnya.
Karunia Alloh dan kemurahan yang dilimpahkannya biasanya kurang
disyukuri oleh manusia penghunni bumi. Oleh karena itu, tanaman apapun yang
kita tanam wajib dikeluarkan zakatnya apabila telah mencapai Nisabnya, sebagai
bentuk rasa syukur kita atas apa yang telah Alloh SWT berikan. Seperti dalam
Qur’an surat Al-An’am ayat 141.
Allah SWT berfirman:

َّ ْ ‫ع ْ ُمخت َ ِلفًا ْا ُ ُكلُهْ ْ َوا‬


ْ‫لزيتُونَْ ْ َوا‬ َّ ْ ‫ل ْ َوا‬
َْ ‫لزر‬ َ ‫َوه َُْو ْالَّذِيْ ْاَن‬
َْ ‫شْا َْ َجنّٰتْ ْ َّمع ُرو ٰشتْ ْ َّوغَي َْر ْ َمع ُرو ٰشتْ ْ َّوالنَّخ‬
َْ ْ ْ‫ْل ْتُس ِرفُواْْْۗاِنَّه‬
ْ‫ْل‬ َ ‫لر َّمانَْ ْ ُمتَشَا ْبِ ًها ْ َّوغَي َْر ْ ُمتَشَا ْبِهْْْْۗكُْلُوا ْمِنْ ْث َ َم ِرهْ ْاِذَاْ ْاَث َم َْر ْ َوْٰا ْتُوا ْ َحقَّهْ ْيَو َْم ْ َح‬
َْ ‫صادِهْْْْۗ َو‬ ُّ
َْْْْۗ‫يُحِ بُّْْال ُمس ِرفِين‬

3
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang
tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya,
zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya).
makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila Dia berbuah, dan
tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir
miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang berlebih-lebihan”.

Ayat ini menjelaskan bahwa zakat pertanian dikeluarkan ketika panen, maka
zakat pertanian tidak dikenal haul (hitungan satu tahun). Alloh berfirman:

Allah SWT berfirman:

َ ‫ض ۗ َو َْل تَيَ َّم ُموا ْال َخبِي‬


ُ‫ْث ِم ْنه‬ ِ ‫ت َما َك َس ْبت ُ ْم َو ِم َّم ٰۤا ا َ ْخ َرجْ نَا لَـ ُك ْم ِمنَ ْاْلَ ْر‬ َ ‫ٰۤيـاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ا َمنُ ٰۤ ْوا ا َ ْن ِفقُ ْوا ِم ْن‬
ِ ‫طيِب‬
‫ّللاَ َغنِي َح ِميْد‬ٰ ‫ت ُ ْن ِفقُ ْونَ َولَ ْست ُ ْم بِا ِخ ِذ ْي ِه ا َّ ِْٰۤل ا َ ْن ت ُ ْغ ِمض ُْوا فِ ْي ِه ۗ َوا ْعلَ ُم ٰۤ ْوا ا َ َّن‬

“Hai orang-orang yang beriman nafkahkanlah (dijalan Alloh) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi
untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Alloh
maha kaya lagi maha terpuji.” (Al-Baqoroh: 267).

 Nisab dan Kadarnya:

Jika biji-bijian (tanaman yang dapat dibuat roti, seperti kacang, beras, kedelai
dan lain-lain) atau tsimar (kurma dan anggur) atau buah-buahan telah sampai
nisabnya yaitu 5 wasaq atau seberat ± 652,5 (653kg) maka wajib dikeluarkan
zakatnya bila disiram dengan air hujan (tidak memerlukan biaya yang besar) dan
5% apabila menggunakan ari dari tempat lain dengan kendaraan atau

4
menggunakan pompa air atau airnya membeli (memerlukan biaya yang besar).
Sebagaimana hadist Nabi:

Dari Abu Sa’id Al-Khudri, “Sesungguhnya Rasululloh Saw bersabda: Tidak


ada kewajiban zakat dibawah 5 wasaq kurma.”(HR. Al-Bukhari, Muslim,
Tirmidzi, An-Nasa, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, Malik, dan Ad-Darimi).

 Contoh persoalan zakat pertanian:

Tuan Ahmad telah melakukan Panen padi, dan dia mendapatkan total hasil padi
sebanyak 900kg, maka berapakah zakat yang harus Tuan Ahmad keluarkan?

Jawab : 900kg x 10/100 = 90kg apabila dialiri air hujan

900kg x 5/100 = 45kg apabila dialiri pompa air

B. Nishab dan Kadar Zakat Profesi


Zakat profesi adalah hal baru dalam pengelompokkan harta yang wajib
dikeluarkan zakatnya. Ada beberapa pendapat yang muncul tentang nishab dan
kadar zakat profesi, yaitu:
1. Menganalogikan zakat profesi kepada hasil pertanian, baik nishab
maupun kadar zakatnya. Dengan demikian nishab zakat profesi adalah
653 kg beras dan kadar zakatnya 5% atau 10% (tergantung kadar
keletihan yang bersangkutan) dan dikeluarkan setiap menerima gaji,
tidak perlu menunggu batas waktu setahun.
2. Menganalogikan dengan zakat perdagangan atau emas, nishabnya 85
gram emas murni 24 karat, dan kadar zakatnya 2,5% boleh dikeluarkan
setiap menerima, kemudian perhitungannya diakumulasikan di akhir
tahun.
3. Menganalogikan nishab zakat penghasilan dengan hasil pertanian.
Nishabnya senilai 653 kg beras, sedangkan kadar zakatnya dianalogikan
dengan emas yaitu 2,5% . Hal tersebut berdasarkan qiyas atas
kemiripan (syabbah) terhadap karakteristik harta zakat yang telah ada,
yakni:

5
a. Model memperoleh harta penghasilan (profesi) mirip
dengan panen (hasil pertanian).
b. Model bentuk harta yang diterima sebagai penghasilan
berupa uang. Oleh sebab itu bentuk harta ini dapat
diqiyaskan dalam zakat harta (simpanan/kekayaan)
berdasarkan harta zakat yang harus dibayarkan (2,5%).

Pendapat ketiga inilah yang dinilai lebih kuat berdasarkan pertimbangan


maslahah bagi muzakki dan mustahiq. Sebab, jika memakai pendapat
pertama(dianalogikan dengan zakat pertanian, baik nishab maupun kadarnya),
maka akan memberatkan muzakki karena kadar zakatnya 5%. Sementara itu, jika
memakai pendapat kedua(dianalogikan dengan emas, baik nishab maupun kadar
zakatnya), maka memberatkan mustahiq karena tingginya nishab akan semakin
mengurangi jumlah orang yang sampai nishab. Oleh sebab itu, pendapat ketiga
adalah pendapat pertengahan yang memperhatikan mashlahah kedua belah pihak
(muzakki dan mustahiq) Dan nishab 2,5% ini pernah dipraktekkan oleh ibnu
Mas’ud, khalifah Mu’awiyah, dan Umar bin Abdul Aziz.

 Contoh persoalan zakat profesi:

Seseorang dengan penghasilan Rp 3.000.000 tiap bulan, maka wajib membayar


zakat sebesar?

Jawab : 2,5% x 3.000.000 = Rp 75.000 per bulan atau Rp 900.000 per tahun.

C. Nishab dan Kadar Zakat Mushtaghalat dan Sewa menyewa


Al Mushtaghalat ialah harta yang mendatangkan manfaat dan pendapatan
dengan cara menyewakannya atau menjual hasil produksinya.

Aktivitas yang termasuk al mushtaghalat di antaranya ialah:

 Bisnis penyewaan aset tetap, seperti tanah, bangunan, mobil, motor,


rumah, peralatan resepsi pernikahan, gedung, mesin, kapal, dan perahu.
 Proyek pemeliharaan binatang utuk diambil susunya, kulit, bulu, dan
dagingnya.
 Proyek peternakan lebah, pembibitan ternak, ayam petelur dan penetasan
telur, dan yang sejenisnya.
 Bisnis perhotelan, losmen, dan penginapan.
 Aktivitas praktek kedokteran, rumah sakit, klinik, dan pusat-pusat
kesehatan.

6
Benda Mushtaghalat tidak wajib dizakati, karena ia termasuk barang yang
bukan untuk di perdagangkan. Sedangkan penghasilan Mushtaghalat wajib di
zakati.

 Nishab dan Kadarnya:

Nishab zakat mushtaghalat sepadan dengan 85 gram emas 24 karat sesuai


dengan harga pasar pada waktu datangnya kewajiban membayar zakat (akhir
haul). Sedangkan, kadar zakatnya adalah 2,5% berdasarkan kalender Hijriyah dan
2,575% jika berdasarkan kalender Masehi.

 Langkah-langkah perhitungan zakat mushtaghalat:

Perhitungan biaya yang dikeluarkan dalam satu tahun, dan dikurangkan dengan
pemasukan untuk menentukan pemasukan bersih yang wajib dizakati.

Hasil di atas kemudian dikurangi hutang (jika ada) dan kebutuhan pokok hidup
jika muzakki (pembayar zakat) tidak memiliki sumber pendapatan lain.

Hasil bersih tersebut digabungkan dengan harta tunai atau harta perdagangan yang
belum dizakati pada akhir haul.

Hasil bersih dari perhitungan keseluruhan dibandingkan dengan nishab senilai 85


gr emas. Jika mencapai nishab, kemudian dihitung dengan kadar zakatnya setiap
tahun.

 Contoh persoalan zakat Mustaghalat:

Bapak Hamzah membangun rumah sederhana untuk disewakan. Investasi yang


dikeluarkan dalam pembangunan rumah tersebut sebesar Rp 350.000.000. Harga
sewa keseluruhan rumah kontraknya sebesar 4.000.000 per bulan. Untuk
penghitungan zakat, diperoleh data sebagai berikut.

1. Biaya perawatan dan perbaikan


bangunan selama satu tahun Rp 3.000.000
2. Upah penjaga atau pekerja Rp 6.000.000
3. Biaya listrik dan air PAM Rp 5.000.000
4. Pajak Rp 1.500.000
5. Bapak Hamzah memiliki sumber penghasilan lain untuk menutupi
kebutuhannya.
6. Harga Emas 24 karat Rp 150.000 per gram
7. Dihitung dengan kalender Hijriyah

Berdasarkan keterangan di atas, berapakah pengeluaran zakatnya?

7
Jawab:

URAIAN JUMLAH TOTAL KETERANGAN


HARGA
Total pemasukan 12 Bln x Rp 48.000.000
Rp 4.000.000
Dikurangi biaya:
Upah Pekerja Rp 6.000.000
Biaya listrik dan Rp 5.000.000
PAM
Pajak Rp 1.500.000
Jumlah Rp 12.500.000
Jumlah harta Rp 35.500.000 Mencapai nishab
yang wajib
dizakati
Nishab zakat: Rp 12.500.000
85 gr x
Rp 150.000
Kadar zakat: Rp 887.500
2,5% x
Rp 35.500.000
Zakat yang harus
dikeluarkannya
pada akhir haul
sebesar
Rp 887.500

D. Nishab dan Kadar Zakat Rikaz


Rikaz adalah harta yang terpendam dalam perut bumi, baik sudah diciptakan
(oleh Allah) atau yang dibuat (manusia). Termasuk dalam kategori ini adalah
harta karun dan segala sesuatu yang dikeluarkan dari laut dan sungai. Baik yang
berupa ikan, batu, dan barang tambang.

 Nishab dan Kadar Zakatnya:

Cabang
Hanafi Maliki Syafi’i Hanbali
Masalah
Bila emas dan
perak, selain
Barang Selain logam keduanya bila Barang tambang,
yang tidak dikenai diperdagangkan Hanya emas/perak baik benda itu
dizakati zakat ada zakat padat, cair, gas.
tijarah/perdagang
an
Nishab dan Tidak ada Senilai 85 gr emas Senilai 85 gr emas Senilai 85 gr emas
kadar zakat nishab dan murni, zakatnya : murni. Barang

8
Zakatnya 20% murni, Barang Barang tambang tambang 10%,
(diperlakukan 2,5%, Rikaz 20%
tambang/rikaz
seperti Rikaz 20% (diserahkan kepda
ghanimah/rampa (ada biaya/ upaya baytul mal)
san perang)
untuk
mendapatkannya)
: 2,5% nadrah
(emas/perak yang
mudah
dibersihkan/
bongkahan)
diperoleh dengan
mudah:20%

 Contoh persoalan zakat rikaz:

Bapak Utsman ketika menggali tanah untuk membangun fondasi bangunan


tokonya menemukan barang berbentuk piala yang terbuat dari emas seharga Rp
75.000.000 kemudian untuk membersihkan dan menghaluskan barang tersebut ia
mengeluarkan biaya sebesar Rp 12.000.000. ketika dia menemukan barang
tersebut pihak lain dari pemerintahtidak mengetahui hal tersebut, sehingga tidak
mengambilnya sebagai barang bersejarah milik negara.

Dari contoh masalah perhitungan zakat di atas, maka perhitungan zakatnya


adalah?

9
Jawab :

Uraian Jumlah Jumlah total Keterangan


Harga Rikaz Rp 75.000.000
Biaya Rp 12.000.000
pembersihan
Tempat zakat Rp 63.000.000 Mencapai nishab
Nishab: Rp 12.500.000
85 x Rp 150.000
Jumlah zakat: Rp 12.600.000
Rp 63.000.000 x
20%
Jadi, zakat yang
harus dikeluarkan
Pak Utsman ialah
sebesar Rp
12.600.000

10
E. Nishab dan Kadar Zakat Barang Tambang / Hasil Tambang

 Pengertian Barang Tambang


Secara bahasa Barang tambang (ma’dan) berasal dari kata ya’danu,
‘adnan yaitu menetap pada suatu tempat. Sedangkan menurut istilah
adalah segala sesuatu yang berasal dari dalam bumi dan mempunyai
nilai berharga.

Menurut Imam Syafi'i dan Imam Malik, ma'din yang wajib dizakati hanya
jenis emas dan perak. Selain emas atau perak tidak wajib dizakati. Apabila telah
mencapai nishob maka wajib dizakati sebanyak 2,5%, dan zakat dikeluarkan pada
saat barang tambang itu diperoleh sehingga tidak perlu menunggu sampai satu
tahun.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan:
َّ ‫ أَ َخذَ ِمنَ ْال َم َعاد ِِن ْالقَ َب ِل َي ِة ال‬، ‫سلَّ َم‬
َ‫صدَقَة‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ‫س ْو َل هللا‬ َّ ُ‫ى هللاُ َع ْنه‬
ُ ‫أن َر‬ َ ‫ض‬ ْ ‫ار‬
ِ ‫ث َر‬ ِ ‫َع ْن ِب ََلل ِب ْن ال َح‬
"Dari Bilal bin Al-Harits ra.: sesungguhnya Rasulullah Saw. telah mengambil
zakat dari barang tambang". (HR Abu Dawud).

Sabda Rasulullah SAW.:


)‫ (رواه البخارى‬.‫الرقَّ ِة ِفى ِماَت َى د ِْره ٍَم ُر ْب ُع ْالعُ ْش ِر‬
ِ ‫ِفى‬
"Pada emas-perak, zakat keduanya seperempat puluh (2,5%)." (Riwayat Bukhari).

Ulama fiqih sepakat bahwa barang tambang wajib dikeluarkan zakatnya,


namun berbeda pendapat tentang jenis barang tambang yang wajib dizakati dan
kadar zakat yang harus dikeluarkan.

Menurut pendapat yang masyhur di kalangan Syafi'iyah dan Malikiyah,


nishobnya ma'din sama dengan nishobnya emas dan perak (emas 85 gr dan perak
543,06 gr). Sedangkan zakat yang harus dikeluarkan adalah 1/4 atau 2,5%
(rubu'ul 'uryur) untuk ma'din.

Menurut Imam Abu Hanifah dan ulama-ulama yang sejalan pikirannya


dengan beliau mengatakan, bahwa zakat barang tambang itu sebesar 1/5 (20%).
Beliau menyamakan barang tambang yang disediakan (barang yang terpendam)
yang disimpan atau ditanam oleh manusia. Ulama-ulama yang sependapat dengan

11
Abu Hanifah adalah Abu Ubaid, zaid bin Ali, Baqir, Shadiq dan sebagian ulama
besar Syi’ah baik Syi’ah zadiyah maupun Syi’ah Imamiyah.
 Syarat Wajib Zakat Ma’din

Seseorang yang memperoleh barang tambang (yang berupa emas atau


perak) wajib mengeluarkan zakatnya apabila telah menepati syarat sebagai
berikut:

a. Islam
b. Merdeka (bukan budak atau hamba sahaya)
c. Hak milik nishob
d. Mencapai nishob
Zakatnya ma'din tidak disyaratkan haul atau genap setahun. Artinya,
apabila menemukan ma'din dan telah menetapi syarat di atas, maka setelah
dibersihkan dari kotoran (tanah dan lain-lain) wajib segera mengeluarkan
zakatnya tanpa harus menunggu masa satu tahun.

Adapun persyaratan barang tambang menjadi sumber atau objek zakat


adalah sebagai berikut :

1. Barang tambang tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik


dan halal. Artinya barang yang haram, baik substansi bendanya maupun
cara mendapatkannya jelas tidak dapat dikenakan kewajiban zakat.
Dalam masalah nisob terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama :
1) Imam Abu Hanifah mengatakan bahwa barang tambang tidak terikat pada
nishab. Berapa pun di dapat wajib dikeluarkan zakatnya. Sebagaimana
Abu Hanifah memandang sama antara barang tambang (ma’din) dan harta
karun (rikaz).
2) Imam Malik, Imam Syafi’i, Ahmad dan Ishaq berpendapat bahwa nishab
tetap berlaku sebagaimana emas dan perak.

Emas :
Nishobnya = 20 mitsqol syar'i atau = 85 gram.
Zakatnya = 1/40 atau 2,5%

Contoh:
Jumlah emas (ma'din) 120 gram.

12
=> 120 : 40 (atau x 2,5%) = 3 gram
Zakatnya = 3 gram.
Perak :
Nishobnya = 200 dirham syar'i atau= 595 gram.
Zakatnya = 1/40 atau 2,5%

Contoh:
Jumlah perak (ma'din) 600 gram
=> 600 : 40 (atau x 2,5%) = 15 gram
Zakatnya = 15 gram.

Seperti yang telah dikemukakan, tidak ada kewajiban atas zakat hasil
tambang kecuali jika berupa emas dan perak. Juga terdapat perbedaan pendapat
tentang diperlukannya berlalunya masa setahun (haul) atau tidaknya. Zakat hasil
tambang berupa emas dan perak, disamakan dengan zakat perdagangan (yakni
2.5% dari jumlahnya), mengingat bahwa ia adalah usaha yang diharapkan labanya
seperti halnya dalam perdagangan. Tetapi tidak perlu ada persyaratan haul, demi
memperhatikan kepentingan kelompok-kelompok penerima. Dalam hal ini, ia
dapat disamakan dengan zakat pertanian. Begitu pula tentang dipenuhinya
persyaratan nishab-nya.

Walaupun demikian, untuk ihtiyath-nya (menjaga diri dari kemungkinan


tersalah), sebaiknya mengeluarkan khumus-nya, baik dari hasil yang banyak
maupun yang sedikit. Dan, juga dikeluarkan dalam bentuk emas dan perak yang
dihasilkan. Semua ini demi menghindari khilafiyat (perbedaan pendapat) di
kalangan para ahli fiqih.

F. Nishab dan kadar Zakat Hasil Laut


Laut, sungai, danau, dan yang sejenisnya adalah sebagian dari karunia
Alloh Swt. Berbagai macam aktivitas di daerah atau lahan tersebut seperti mencari
ikan, mengeruk berbagai sumber yang terdapat di dalamnya , seperti mutiara,
rumput laut, dsb.

13
Para ulama berbeda pendapat dalam penetapan zakat hasil laut seperti
mutiara, marjan dan ambar.
Abu Hanifah, Hasan bin Shalih serta mazhab syi’ah Zadiyah dan para
ulama yang sejalan pikirannya dengan Abu Hanifah berpendapat, bahwa hasil
kekayaan laut itu, tidak dikenakan zakatnya, karena tidak ada nash yang
tegas dalam penetapan hukumnya.
Kemudian ada lagi pendapat lain yang mengatakan bahwa kekayaan hasil
laut itu zakatnya 20% (1/5). Ulama yang berpendapat demikian itu
diantaranya Abu Yusuf.
Bagi ulama-ulama yang mewajibkan zakat kita lihat, ada tiga pendapat
yang menetapkan besar zakat yang dikeluarkan.
1. Zakatnya 1/5 (20%) dianalogikan (diqiaskan) kepada ghanimah dan barang
tambang yang dihasilkan dari perut bumi.
2. Zakatnya 1/10 (10%) dianalogikan kepada zakat pertanian.
3. Zakatnya 2,5% dianalogikan kepada zakat perdagangan.
Menurut pendapat Imam Maliki dan Syafi’i, besar zakat harus dibedakan,
sesuai dengan berat ringannya mengusahakannya, besar biaya atau tidaknya dalam
pengelolaannya, apakah 20 % atau 2,5%.
Pada zaman sekarang di Indonesia kita lihat ada usaha pengembangan
zakat rumput laut, mutiara dan penangkapan ikan dengan alat modern (kapal
penangkapan ikan) dan malahan ada yang menyebutnya dengan “pukat harimau”
yang menjaring ikan secara besaran-besaran yang mendapat protes dari nelayan-
nelayan tradisianal.
Hal tersebut tidak bisa kita katakan bukan kekayaan. Malahan laut cukup
banyak menghasilkan kekayaan. Inipun merupakan karunia Allah, mengapa tidak
disyukuri sebagaimana karunia lainnya?
Mengenai besar pengeluaran zakatnya dapat kita lihat, apakah lebih
mendekati barang tambang, pertanian (rumput laut) dan barang dagangan yang
besarnya berbeda-beda (20%, 10% dan 2,5%).
Mengingat masalah ini adalah masalah ijtihadi (tidak ada ketentuan hokum
yang pasti), kita dapat memilih dan menimbang-nimbang, pendapat mana yang

14
agak tepat, dan yang terpenting tidak mengelak dari kewajiban mengeluarkan
zakat.

15
BAB III SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mampu serta menjadi
unsur dari rukun islam. Rukun islam yang keempat, membahas tentang kajian
zakat. Zakat merupakan pembagian sebagian harta yang dimiliki untuk
mensucikan jiwa, zakat terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu zakat fitrah yang
dikeluarkan oleh setiap muslim di bulan Ramadhan dan zakat maal yang
dikeluarkan oleh orang muslim yang memiliki kelebihan harta dan berlaku syarat
tertentu.

Jika dicermati lebih lanjut, perintah untuk berzakat selalu diiringi dengan
perintah mendirikan shalat. Oleh karena itu para ulama berpendapat bahwa tidak
ada shalat jika tidak ada zakat.

Bagi orang muslim zakat merupakan sebuah alat untuk mensucikan jiwa lahir
maupun batin. Termasuk sebuah pertolongan bagi kedelapan asnap atau golongan.
Seperti fakir, miskin, amil, mualaf, gharim, fisabillilah, ibnu sabil, hamba sahaya.

B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik
dan saran yang membangun sangat diperlukan oleh penulis untuk memperbaiki
kesalahan dan kekurangan agar tidak terulang kembali di masa depan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahannya

Al-Imam Abu Hamid Al-Ghazali. (2015). Rahasia Puasa & Zakat Mencapai
Kesempurnaan Ibadah. Jakarta Selatan: Mizan.
Arifin, Gus. (2016). Keutamaan Zakat Infak Sedekah. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
Hasan, Ali M. (2006). Zakat dan Infak. Jakarta: Kencana
Kurnia, Hikmat. Hidayat, A. (2008). Panduan Pintar zakat. Jakarta : Qultum
media

17

Anda mungkin juga menyukai