Anda di halaman 1dari 10

Studi Kasus Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Obat-Obatan Tradisional oleh

Masyarakat Adat Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya


Nisa Nurmalasari, Sukarsa, dan Hexa Apriliana Hidayah
Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman
Jl Dr Soeparno 63 Purwokerto 53122
Email: esakarsa@yahoo.co.id
Diterima Mei 2012 disetujui untuk diterbitkan September 2012

Abstract
A study entitled "A Case Study of Plant Utilization as Traditional Medicines by Indigenous
Community of Kampung Naga" has been conducted from April-July 2010. The aims of the research to
determine the type, how to used and to conserve plants used for medicine by the indegenous community
in Kampung Naga. The research method was survey and the data collection was done with census
method, interview and questionnaire for the tribe (kuncen), midwife (paraji), community leaders and
residents of Kampung Naga. The results of the research showed that there 108 plants species including
to 50 families used as medicinal plants. The organ and nutritious plants used as medicine are the roots,
rhizomes, tubers, stems, seeds, flowers, fruits, and leaves, or the whole plant parts. The way to use the
medicinal plants includes boiing, just posted, and immediately eaten after steaming. The plants used as
medicine were obtained from the gardens, forests, yards, roadside, moor and fields. The conservation
efforts undertaken by the community of Kampung Naga consist of plant planting and cultural conservation.
Keyword: Medicinal plants, utilization, Kampung Naga
Abstrak
Penelitian yang berjudul “Studi Kasus Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat-Obatan Tradisional
Oleh Masyarakat Adat Kampung Naga” bertujuan untuk mengetahui jenis, cara pemanfaatan dan cara
pelestarian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Adat Kampung Naga.
Penelitian ini telah selesai dilakukan pada bulan April-Juli 2010. Metode yang digunakan adalah survai
dan pengambilan data dilakukan secara sensus dan wawancara dengan menggunakan kuisioner
terhadap kepala suku (kuncen), dukun bayi (paraji), tokoh masyarakat dan penduduk Kampung Naga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat-obatan tradisional
tercatat ada 108 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 50 familia. Organ tumbuhan yang dimanfaatkan
dan berkhasiat sebagai obat adalah akar, rimpang, umbi, batang, daun, bunga, buah, biji, atau seluruh
tumbuhan. Cara pemanfaatan tumbuhan obat ada yang direbus, hanya ditempelkan, dimakan langsung
dan dikukus. Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat diperoleh dari kebun, hutan, pekarangan,
pinggir jalan, tegalan dan sawah. Upaya pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat Adat Kampung
Naga yaitu dengan penanaman kembali tumbuhan dan pelestarian kebudayaan yang sudah turun
temurun.
Kata kunci : Tumbuhan Obat, manfaat, Kampung Naga

Pendahuluan komunitas dikatakan mempunyai


keanekaragaman yang tinggi jika komunitas
Sejak jaman dahulu manusia sangat
tersebut tersusun oleh banyak spesies,
membutuhkan tumbuhan yang ada di
sebaliknya jika komunitas disusun oleh
sekitarnya untuk kebutuhan sehari-hari, baik
sedikit spesies dan hanya sedikit saja
sebagai bahan pangan, papan, sandang,
spesies yang dominan maka keaneka-
obat-obatan tradisional, ritual dan bahkan
ragaman rendah (Soegianto, 1994).
untuk kecantikan dapat diperoleh dari
Keanekaragaman yang tinggi mendorong
tumbuhan. Kekayaan alam di sekitar
sebagian masyarakat untuk memanfaatkan
manusia yang begitu banyak manfaatnya
tumbuhan. Salah satu manfaat tumbuhan
dan belum sepenuhnya digali, dimanfaatkan
yang digunakan oleh masyarakat adalah
atau bahkan dikembangkan. Kekayaan alam
sebagai pengobatan tradisional. Kemajuan
yang ada di Indonesia menyebabkan
teknologi dan ilmu pengetahuan ternyata
adanya keanekaragaman tumbuhan.
tidak mampu begitu saja menghilangkan arti
Keanekaragaman menggambarkan jumlah
pengobatan tradisional. Menurut
spesies tumbuhan yang menyusun
Tampubolon (1981), bahwa penggunaan
komunitas menurut dasar taksonomi. Suatu
tumbuhan obat itu sendiri sangat banyak
142 Biosfera 29 (3) September 2012

ragamnya, ada yang dipergunakan sebagai tumbuhan yang diketahui atau dipercaya
obat kuat (tonikum), sebagai obat penyakit, oleh masyarakat mempunyai khasiat obat
maupun untuk mempercantik diri (kosmetik). dan telah digunakan sebagai bahan baku
Bangsa Indonesia telah lama obat tradisional
mengenal dan menggunakan tumbuhan
2. Tumbuhan obat modern adalah jenis
berkhasiat obat sebagai salah satu upaya
tumbuhan yang secara ilmiah telah
dalam menanggulangi masalah kesehatan.
dibuktikan mengandung senyawa atau
Pengetahuan tentang tumbuhan berkhasiat
bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan
obat berdasarkan pada pengalaman dan
penggunaannya dapat dipertanggung
ketrampilan yang secara turun temurun telah
jawabkan secara medis
diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Penggunaan bahan alam 3. Tumbuhan obat potensial adalah jenis
sebagai obat tradisional di Indonesia telah tumbuhan yang diduga mengandung
dilakukan oleh nenek moyang kita sejak senyawa atau bahan bioaktif yang
berabad-abad yang lalu terbukti dari adanya berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan
naskah lama pada daun lontar Husodo secara lmiah-medis atau penggunaannya
(Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura sebagai obat tradisional masih sulit
(Sulawesi Selatan), dokumen Serat Primbon ditelusuri.
Jampi, Serat Racikan Boreh Wulang Dalem
Tumbuhan obat biasanya diperguna-
dan relief Candi Borobudur yang
kan dalam bentuk simplisia. Menurut
menggambarkan orang sedang meracik
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
obat (jamu) dengan tumbuhan sebagai
(1983) simplisia adalah bahan alami yang
bahan bakunya (Sukandar, 2006). Obat
dipergunakan sebagai obat yang belum
herbal telah diterima secara luas di hampir
mengalami pengolahan apapun dan berupa
seluruh negara di dunia. Menurut WHO,
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia
negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika
terdiri dari tiga macam, yaitu:
Latin menggunakan obat herbal sebagai
1. Simplisia nabati adalah simplisia yang
pelengkap pengobatan primer yang mereka
berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan
terima. Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari
atau eksudat tumbuhan. Eksudat
populasi masyarakat menggunakan obat
tumbuhan ialah isi sel yang secara
herbal untuk pengobatan primer. Faktor
spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel
pendorong terjadinya peningkatan
yang dengan cara tertentu dikeluarkan
penggunaan obat herbal di negara maju
dari selnya atau zat-zat nabati lainnya
adalah usia harapan hidup yang lebih
yang dengan cara tertentu dipisahkan
panjang pada saat prevalensi penyakit
dari tumbuhan dan belum berupa zat
kronis meningkat, adanya kegagalan
kimia murni.
penggunaan obat modern untuk penyakit
2. Simplisia hewani ialah simplisia yang
tertentu diantaranya kanker serta semakin
berupa hewan utuh; bagian hewan atau
luas akses informasi mengenai obat herbal
zat-zat berguna yang dihasilkan oleh
di seluruh dunia (Sukandar, 2006). Obat Asal
hewan dan belum berupa zat kimia murni.
Tumbuhan (OAT) merupakan salah satu
3. Simplisia pelikan (mineral) ialah simplisia
sumber obat yang berasal dari bahan alam
yang berupa bahan pelikan (mineral)
yang lebih popular dengan istilah tumbuhan
yang belum diolah atau diolah dengan
obat. Kamboj (2002) dalam Bisht et al.
cara sederhana dan belum berupa zat
(2006) menyatakan bahwa obat tradisional
kimia murni.
yang berasal dari tumbuhan memiliki
beberapa kelebihan yaitu lebih murah, lebih Masyarakat Adat Kampung Naga
mudah diperoleh, dan memiliki efek samping merupakan salah satu desa adat di Desa
yang jauh lebih rendah karena efek dari obat Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten
tradisional bersifat alamiah, tidak sekeras Ta s i k m a l a y a y a n g m a s i h m e m i l i k i
efek dari obat-obatan kimia. Menurut Zuhud keterkaitan dengan alam dan menjaga
et al. (1994) pengertian tumbuhan obat tradisi setempat. Keterkaitan masyarakat
adalah jenis tumbuhan yang diketahui atau Adat Kampung Naga dengan alam antara
dipercaya mempunyai khasiat obat, yang lain dalam memanfaatkan tumbuhan untuk
dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu : kebutuhan sehari-hari (Perbatasari, 2008).
Tumbuhan yang ada di sekitar Kampung
1. Tumbuhan obat tradisional yaitu jenis
Naga dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-
Nurmalasari, Nisa dkk., Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat-Obatan Tradisional : 141 - 150 143

hari (Sosrokusumo dalam Salan et al., tersebut didapatkan melalui pengalaman


1988). Salah satu pemanfaatan potensi dan uji coba (trial and error), dengan
alam tersebut adalah obat-obatan meneruskan praktek-praktek yang dianggap
tradisional yang menitikberatkan pada dapat mempertahankan sumberdaya alam,
fungsi preventif dan kuratif awal terhadap serta meninggalkan praktek-praktek yang
serangan penyakit sebelum mendapatkan dianggap merusak lingkungan. Masyarakat
pengobatan dari puskesmas terdekat. Adat Kampung Naga masih memiliki adat
Upaya pelestarian tumbuhan tidak terlepas yang sangat kuat termasuk upaya
dari budaya setempat. Masyarakat Adat pemanfaatan tumbuhan dalam pengobatan
Kampung Naga dalam menjaga kelestarian tradisional, sehingga penelitian tentang studi
hutannya dengan memegang teguh budaya kasus pemanfaatan tumbuhan sebagai
“pamali” (pantangan). “Pamali” adalah obat-obatan tradisional di Kampung Naga ini
pantangan atau larangan yang jika dilanggar sangat menarik dan perlu dilakukan.
akan menyebabkan bencana bagi sebagian
Guna memecahkan permasalahan tersebut
orang yang mempercayainya. Pantangan
maka dilakukan penelitian yang bertujuan:
itulah yang sampai sekarang bisa menjaga
1. Mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang
kelestarian hutan yang ada di Kampung
dimanfaatkan sebagai obat tradisional
Naga. Ketua Adat Kampung Naga
oleh masyarakat Adat Kampung Naga di
mengatakan warganya berusaha
Kabupaten Tasikmalaya.
membiarkan kondisi hutan lindung dan
2. Mengetahui cara masyarakat Adat
hutan tutupan (hutan larangan) di sekitar
Kampung Naga memanfaatkan
Kampung Naga. Adanya pantangan adat
tumbuhan sebagai obat-obatan
“pamali”, yaitu tidak mengambil kayu dari
tradisional.
hutan maka banyak manfaat yang bisa
3. Mengetahui cara pelestarian tumbuhan
dirasakan. Sumber air terjaga, terhindar dari
obat oleh masyarakat Adat Kampung
bencana longsor, makam leluhur juga aman
Naga.
(Adriyani, 2009).
Hasil penelitian ini diharapkan mampu
Kawasan di luar hutan atau sekitar
memberikan informasi mengenai jenis-jenis
perkampungan, ditemukan lahan tegalan
tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat-
yang ditanami palawija dan kayu-kayuan.
obatan tradisional serta cara penggunaan
Jenis tanaman palawija antara lain: jagung
sekaligus menjadi dasar pengembangan
(Zea mays), kacang tanah (Arachis
dan upaya pelestarian tumbuhan obat
hypogaea), kapulaga (Amomum
tradisional.
compactum) dan ketela pohon (Manihot
esculenta). Di batas pemilikan tegalan
Materi dan Metode
ditanami pohon: manglit (Elmerilia ovalis),
mahoni (Swietenia mahagoni), nangka Bahan yang digunakan dalam
(Arthocarpus integra), pete (Parkia penelitian ini adalah jenis-jenis tumbuhan
speciosa). Lereng-lereng atau dekat sungai yang dimanfaatkan sebagai obat-obatan
ditanami bambu dan aren. Teknik konservasi tradisional oleh masyarakat Adat Kampung
tanah sudah dikenal oleh masyarakat Adat Naga Kabupaten Tasikmalaya.
Kampung Naga. Pada lahan yang miring Metode penelitian yang digunakan
dibuat teras yang miring ke dalam dan adalah survai dengan pengumpulan data
dikenal sebagai “ngagoler kampak” dilakukan secara sensus melalui wawancara
(Purwanto et al., 2003). Gadgil and Berkes dan pengamatan langsung di lapangan.
(1991), menyatakan bahwa sudah suatu Wawancara ditujukan terhadap ketua adat
kebenaran umum sepanjang sejarah (kuncen), dukun bayi (paraji), tokoh
manusia selalu ada kelompok masyarakat masyarakat (sesepuh), masyarakat
yang begitu peduli terhadap penggunaan Kampung Naga (salah satu anggota
sumber daya alam yang berkelanjutan, yang keluarga) yang jumlahnya 107 KK, serta
mana kelompok tersebut telah mempraktek- data pendukung dari dinas terkait yaitu
kan konservasi sumberdaya alam dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya
tepat. Praktek-praktek ini biasanya dan Kelurahan Neglasari.
didasarkan atas beberapa aturan sederhana
Cara Kerja
tetapi menjamin penggunaan sumberdaya
Proses Wawancara Wawancara dilakukan
alam dalam jangka panjang. Aturan-aturan
dengan menggunakan kuisioner untuk
144 Biosfera 29 (3) September 2012

mengetahui jenis, cara pemanfaatan dan Kampung Naga dihuni oleh


upaya pelestarian tumbuhan yang sekelompok masyarakat yang sangat kuat
dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh dalam memegang adat istiadat peninggalan
masyarakat Adat Kampung Naga. Jenis- leluhumya. Hal ini terlihat jelas
jenis tumbuhan yang belum diketahui perbedaannya bila dibandingkan dengan
diambil contohnya, dibuat herbarium untuk masyarakat lain di luar Kampung Naga.
diidentifikasi guna mengetahui nama Masyarakat Adat Kampung Naga hidup
ilmiahnya. pada suatu tatanan yang dikondisikan dalam
suasana kesahajaan dan lingkungan
Proses Identifikasi
kearifan tradisional yang lekat. Secara
Tumbuh-tumbuhan yang dimanfaat-
administratif Kampung Naga termasuk
kan sebagai obat oleh masyarakat Adat
kampung Legok Dage Desa Neglasari
Kampung Naga diidentifikasi guna
Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya
mendapatkan nama ilmiahnya dengan
(Lampiran 1). Secara administrasi umum,
menggunakan buku Flora of Java vol I, II,
pemerintah Kabupaten Tasikmalaya
dan III (Backer, C. A. and Bakhuizen V. D.,
menetapkan pula sistem Rukun Tetangga
1962, 1965, 1968), Atlas Tumbuhan Obat
(RT), berada dalam satu wilayah RT.
Indonesia Jilid 2 (Dalimartha, 2001 ),
Kampung Naga dipimpin oleh ketua adat
Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia I-II
dan dibantu oleh dewan tetua desa terdiri
(Wijayakusuma et al., 1994), Taksonomi
dari lebe dan punduh. Kampung Naga juga
Tumbuhan Obat-Obatan (Tjitrosoepomo,
terletak di pinggiran Sungai Ciwulan
1994) dan Tumbuhan Obat (Tampubolon,
(Gambar 3.1.) yang mengalir ke kota
1981)
Tasikmalaya.
Proses Klasifikasi Kampung Naga merupakan contoh
Proses penggolongan tumbuhan obat perkampungan di Indonesia yang memiliki
yang ditemukan baik secara taksonomik sense of place dan berusaha mempertahan-
maupun berdasarkan bagian tumbuhan kannya. Sense of place merupakan
yang dimanfaatkan, cara penggunaannya karakteristik dan identitas yang dimiliki oleh
dan khasiat sebagai obat. suatu wilayah yang tidak dimiliki oleh wilayah
lain. Hal itu dapat dilihat dengan adanya
Metode Analisis
keunikan yang diperlihatkan oleh
Data yang diperoleh dianalisis secara
masyarakat Adat Kampung Naga yang
deskriptif mengenai jenis tumbuhan yang
berbeda dengan lokasi di sekitarnya.
dimanfaatkan sebagai obat, bagian organ
Beberapa kawasan di Kampung Naga
tumbuhan yang dimanfaatkan dan cara
yang masih disakralkan yaitu kawasan hutan
penggunaannya oleh masyarakat Adat
lindung dan hutan tutupan (Gambar 3.2.).
Kampung Naga.
Adanya berbagai upacara adat, seperti Hajat
Hasil dan Pembahasan Sasih yang merupakan upacara ziarah dan
Keadaan Umum Lokasi dan membersihkan makam, dan bentuk
Pengetahuan Tentang Tumbuhan Obat bangunan rumah yang sangat khas
Masyarakat Adat Kampung Naga (Gambar 3.3.). Rumah yang berada di
Kampung Naga merupakan Kampung Naga jumlahnya tidak boleh lebih
perkampungan tradisional dengan luas areal ataupun kurang dari 108 bangunan secara
± 4 ha. Lokasi obyek wisata Kampung Naga turun temurun, dan sisanya adalah masjid,
terletak pada ruas jalan raya yang leuit (lumbung padi) dan patemon (balai
menghubungkan Tasikmalaya-Bandung pertemuan).
melalui Garut.
Nurmalasari, Nisa dkk., Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat-Obatan Tradisional : 141 - 150 145

Gambar 1. Tempat lumbung padi


Figure 1. Rice storage

Gambar 2. Bentuk bangunan rumah Adat Kampung Naga


Figure 2. Traditional ethnic house of Kampug Naga
146 Biosfera 29 (3) September 2012

Tabel 1. Keanekaragaman Tumbuhan yang Dimanfaatkan Sebagai Obat-Obatan Tradisional


oleh Masyarakat Adat Kampung Naga
Table 1. Plant diversity used as traditional medicinal plants by Kampung Naga Ethnic Groups

Family Spesies Local names


Acanthaceae Graptophyllum pictum (L.) Griff. Daun ungu/ handeuleum
Andrographis paniculata Nees. Sambiloto
Amaranthaceae Amaranthus spinosus L. Bayam duri/ Sengang
cucuk
Anacardiaceae Mangifera foetida Lour. Limus
Mangifera indica L. Mangga/ Buah
Annonaceae Annona muricata L. Sirsak
Apiaceae Cantella asiatica (L.) Urban. Pegagan/ Antanan gede
Hydrocotyle sibthorpiodes Lamk. Antanan/ Antanan leutik
Apocynaceae Plumeria acuminata WT. Ait. Kamboja
Araceae Homalomena occulta (Lour.) Schott. Nampu/Cariang beureum
Arecaceae Areca catechu (Sphalm.) Pinang/ Jambe
Arenga pinnata L. Aren/ Kawung
Cocos nucifera L. Kelapa
Asteraceae Ageratum conyzoides L.*) Bandotan
Blumea balsamifera DC. Sembung
Erigeron linifoliusi Auct. Jalantir
Pluchea indica Less. Baluntas
Sonchus arvensis L. Tempuyung
Zinnia elegans Jacq. Bunga kertas
Spilanthes jaquin (L.) Ait. Jotang
Begoniaceae Begonia robusta Blume. Cariang
Boraginaceae Laurentia longiflora (L.) Korejat
Caesalpiniaceae Caesalpinia pulcherima L. Bunga merak
Cassia alata L. Ketepeng
Tamarindus indica L. Asam jawa
Caricaceae Carica papaya L. Pepaya
Chloranthaceae Chloranthus officinalis L. Keras tulang
Crassulaceae Kalanchoe pinnata (Lamk.) Pers. Sosor bebek/ Buntiris
Cucurbitaceae Cucumis sativus L. Mentimun/ Bonteng
Cucurbita moschata Duch. Labu merah/ Waluh
Sechium edule SW. Labu siam/ Waluh siam
Cyperaceae Cyperus rotundus L. Rumput teki/ Jukut teki
Euphorbiaceae Euphorbia tirucalli L. Patah tulang
Excoecaria cochinchinensis Lour. Keji beling
Manihot utilissima Crantz. Singkong/ Sampeu
Phyllanthus niruri L. Meniran
Ricinus communis L. Jarak
Sauropus androgynus Merr. Katuk
Labiatae Coleus scutellarioides L, Benth. Ileur/ Jawer kotok
Orthosiphon aristatus (BI) Miq. Kumis kucing
Lauraceae Persea gratissima Gaertn. Alpukat
Amaryllidaceae Allium sativum L. Bawang putih
Allium cepa L. Bawang merah
Nurmalasari, Nisa dkk., Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat-Obatan Tradisional : 141 - 150 147

Bentuk bangunan di Kampung Naga Keunikan lain tampak pada letak semua
baik rumah, masjid, balai pertemuan dan bangunan yang menghadap hanya ke utara
lumbung padi (Gambar 3.4.) memiliki bentuk atau selatan sebagai bentuk kepercayaan
yang serupa. Atapnya terbuat dari daun mereka dari generasi ke generasi. Selain itu
rumbia (Metroxylon sagu), daun kelapa tumpukan batu yang tersusun rapi dengan
(Cocos nucifera), atau ijuk sebagai penutup tata letak dan bahan alami merupakan ciri
bumbungan. Dinding rumah dan bangunan khas gaya arsitektur dan ornamen
lainnya, terbuat dari anyaman bambu (bilik) Perkampungan Naga (Gambar 3)
dengan pintu terbuat dari serat rotan.

Gambar 3. Lorong antar rumah di Kampung Naga


Figure 3. Footpath amongst houses at Kampung Naga

Keanekaragaman Jenis Tumbuhan yang juga melaporkan tentang keanekaragaman


Dimanfaatkan Sebagai Obat-Obatan tumbuhan yang berpotensi sebagai
Tradisional Oleh Masyarakat Adat Kampung tumbuhan obat di Masyarakat Baduy Banten
Naga Selatan menemukan 129 jenis yang
digunakan sebagai obat tradisional. Hal ini
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
menunjukkan adanya jumlah
108 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam
keanekaragaman tumbuhan di Kampung
50 Familia dimanfaatkan sebagai obat
Naga lebih rendah dibandingkan dengan
tradisional oleh masyarakat Adat Kampung
Kampung Dukuh dan Baduy. Adanya
Naga (Tabel 3.1.). Hasil ini lebih rendah
perbedaan luas wilayah antar tempat yang
dibandingkan dengan hasil penelitian
merupakan salah satu faktor utama. Luas
Santhyami dan Endah (2005), tentang
wilayah Kampung Naga hanya 4 ha,
E t n o b o t a n i Tu m b u h a n O b a t o l e h
sedangkan luas kampung Dukuh 10 ha dan
Masyarakat Adat Kampung Dukuh, Garut,
luas keseluruhan Baduy Dalam dan Baduy
Jawa Barat. Tumbuhan obat yang ditemukan
Luar adalah 5.000 ha.
di Kampung Dukuh sebanyak 137 jenis yang
termasuk dalam 52 Familia. Iskandar (2005)
148 Biosfera 29 (3) September 2012

Family Spesies Local names


Alloe vera L. Lidah buaya
Cordyline fructicosa Backer. Andong/ Hanjuang
Malvaceae Abelmoshus manihot L.*) Daun gedi/ Kangkung
bandung
Abelmoschus moschatus L. Kapasan
Hibiscus similis BL. Waru gombong/ Waru
beureum
Hibiscus rosa-sinensis L. Bunga sepatu
Urena lobata L. Pulutan/ bakung
Durio zibethinus Murr. Durian/ Kadu
Meliaceae Lansium domesticum Coor. Duku/ Pisitan
Swietenia mahagoni Jacq. Mahoni
Menispermaceae Tinospora crispa (L.) Mieis. Batrawali
Mimosaceae Leucaena leucocephala Lmk. de wit Petai cina
Mimosa pudica L. Putri malu/ Gehgeran
Moraceae Arthocarpus integra Merr. Nangka
Morus alba L. Murbai/ Babasaran
Musaceae Musa paradisiaca L.*) Pisang
Myristicaceae Myristica fragrans Houtt. Pala
Myrtaceae Psidium guajava L. Jambu biji
Syzygium aromaticum (L.) Merr. Cengkeh
Syzygium polyanthum (Weight) Walp. Salam
Oxalidaceae Averrhoa bilimbi L. Belimbing wuluh
Averrhoa carambola L. Belimbing manis
Oleaceae Jasminum sambac Ait. Melati
Pandanaceae Pandanus amarylifolius Roxb. Pandan wangi
Fabaceae Abrus precatorius L. Saga
Melilotus alba L. Semanggi/ Jalingkup
Moghania strobilifera (L.) St. Hill ex O. K Hahapaan
Passifloraceae Passiflora edulis Sims. Konyal
Piperaceae Piper betle L. Sirih
Plantaginaceae Plantago mayor L.*) Daun sendok/ Ki urat
Plumbaginaceae Plumbago zeylanica L. Daun encok/ Ki encok
Poaceae Bambusa vulgaris Schrader Bambu kuning
Cymbopogon nardus (L.) Rendle. Sereh
Digitaria sanguinalis (L.) Scop. Rumput jampang/ Jukut
jampang pait
Gigantochloa verticilata Schard. Bambu besar
Imperata cylindrica (L.) Beavl.*) Alang-alang
Saccharum officinarum L. Tebu/ Tiwu
Oryza sativa L. Padi
Polygalaceae Polygala glomerata L. Lidah ayam/ Ki tajam
Polypodiaceae Drymoglossum piloselloides (L.) Presl. Sisik naga/ Mangandeh
Rosaceae Rosa chinensis Jacq. Mawar
Rubiaceae Gardenia augusta Merr. Kaca piring
Morinda citrifolia L. Mengkudu
Mussaenda frondosa L. Daun putri/ Kingkilaban
Paederia foetida L. Kahitutan
Nurmalasari, Nisa dkk., Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat-Obatan Tradisional : 141 - 150 149

Family Spesies Local names


Uncaria gambier Roxb. Gambir
Rutaceae Citrus aurantifolia Swingle. Jeruk nipis
Citrus hystrix DC. Jeruk purut
Sapindaceae Donaceae viscosa (L.) Jacq Cantigi
Sapotaceae Manilkara zapote (L.) van Royen Sawo
Solanaceae Brugmansia suaveolens (H. et B.) B. et P. Kecubung gunung/
Kacubung
Capsicum annum L. Cabai merah
Physalis peruviana L. Ciplukan/ Cecendet
Solanum lycopersicon L. Tomat
Solanum nigrum L. Leunca
Turneraceae Turnera subulata J. E. Smith Sidagori
Thymelaeaceae Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. Mahkota dewa
Zingiberaceae Curcuma domestica Val.*) Kunyit
Curcuma xanthorrhiza Roxb.*) Temulawak
Nicolaria speciosa Horan. Combrang
Kaempferia galanga L. Kencur
Languas galanga L. Lengkuas
Zingiber cassumurar Roxb. Bangle/ Panglay
Zingiber officinale Roscc.*) Jahe
Zingiber odoriferum BI. Lempuyang

Daftar Referensi Republik Indonesia. 1983.


Adriyani, F. Y. 2009. Analisa Masyarakat Pemanfaatan Tanaman Obat, Edisi III.
Pedesaan dan Studi Kasus Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
Masyarakat Adat Kampung Naga. dan Makanan, Jakarta.
www.laporan-kampung-naga.html. Gadgil, M. and F. Berkes. 1991. Tradisional
Diakses tanggal 20 Februari 2010. Resources Management System.
Backer C. A. and Bakhuizen V. D. B. Resources Management and
1962.Flora of Java (Spermatophytes Optimization 8 (3-4): 127-141.
only) Vol. I. Haryanto, S. 2009. Ensiklopedi Tanaman
Wolters-Noordhoff N. V. Goninger, Obat Indonesia. Penerbit Palmall,
Netherlands.1965. Flora of Java Yogyakarta.
(Spermatophytes only) Vol. II. Iskandar, J. 2005. Studi Etnobotani Jenis-
Wolters-Noordhoff N. V. Goninger, J e n i s Tu m b u h a n O b a t P a d a
Netherlands. 1968. Flora of Java Masyarakat Baduy Banten Selatan.
(Spermatophytes only) Vol. III. Jurnal Biotika Vol. 4 No. 2 Desember
Wolters-Noordhoff N. V. Goninger, 2005, hlm 37-43.
Netherlands. Perbatasari, H. 2008. Kampung Naga:
Bisht, A. K., Bhatt, A., Rawal, R. S., and Dhar, Uniknya Bersatu dengan Alam.
U. 2006. Prioritization and http://imageindonesia.com. Diakses
Conservation of Himalayan Medical tanggal 25 Februari 2010.
Plants: Angelica glauca Edgew. As a Pramono, S. K. 2002. Tingkat Manfaat dan
C a s e S t u d y. h t t p : / / w w w. Keamanan Tanaman Obat dan Obat
ethobotanyjournal.org/vo 4/154-3465- Tradisional. Balai Penelitian Tanaman
04-011.pdf. Diakses tanggal 20 O b a t Ta w a n g m a n g u . F a k u l t a s
Februari 2010. Farmasi UGM, Yogyakarta.
Dalimartha, S. 2001. Atlas Tumbuhan Obat Purwanto., Sunaryo, D. Kusnadi, A.
Indonesia Jilid II. Trubus Agriwidya, Hermawan, dan Siswo. 2003. Praktek
Jakarta. Departemen Kesehatan Pengelolaan Sumber Daya Lahan dan
150 Biosfera 29 (3) September 2012

Hutan Masyarakat Tradisional Swanson, T. M. 1995. Intellectual Property


Kampung Naga. Surakarta. Rights and Biodiversity Conservation
Biodiversitas, 9(3): 1-19. „An Interdisciplinary Analysis of the
Purwantoro, R. 1995. Tumbuhan yang Values of Medicinal Plants. Cambridge
Dimanfaatkan Sebagai Obat University Press, Cambridge.
Tradisional di Jawa Barat. Prosiding Tampubolon, O. T. 1981. Tumbuhan Obat
Seminar dan Lokakarya Nasional bagi Pecinta Alam. Lembaga Biologi
Etnobotani II, 95: 258-264. Nasional – LIPI, Bogor.
Salan, R., Boedihartono, P. Pakan, Z. S. Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi
Kuntjoro, dan I.B.I. Gotama. 1988. Tumbuhan Obat-Obatan. Gajah Mada
Lokakarya tentang Penelitian Praktek University Press, Yogyakarta.
Pengobatan Tradisonal. Badan Wijayakusuma, H. M. H. dan Dalimartha, S.
Penelitian dan Pengembangan 1994. Tanaman Berkhasiat Obat di
Kesehatan, Departemen Kesehatan Indonesia Vol 1. Pustaka Kartini,
Republik Indonesia, Jakarta. Jakarta.
Sastrapradja, S., Wijaya, E. A., Endi, R. R., Wiryowidagdo, S. 2006. Toksisitas
Roemantyo, Ernawati K. S., dan Eko Tumbuhan Obat. Majalah Herba. 44:
B. W. 1979. Tanaman Pekarangan. 35-38.
Lembaga Biologi Nasional-LIPI, Wondimu, T., Asfaw, Z., Kelbessa, E. 2007.
Bogor. Ethnobotanical Study of Medicinal
Santhyami., dan Endah. S. 2005. Etnobotani Plants around Dheeraa Town, Arsi
Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Adat Zone, Ethiopia. Journal of
Kampung Dukuh, Garut, Jawa Barat. Ethnopharmacology.
Biodiversitas. School of Life Science & Yuniarti, T. 2008. Ensiklopedia Tumbuhan
Technology, Bandung Institute of O b a t Tr a d i s i o n a l . M e d P r e s s ,
Technology, Indonesia. Hal 1-10. Yogyakarta.
Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif. Zuhud, E. A. M., Ekarelawan, dan Riswan, S.
Usaha Nasional, Jakarta. 1994. Hutan Indonesia Sebagai
Sukandar, E. Y. 2006. Tren dan Paradigma Sumber Keanekaragaman Tumbuhan
Dunia Farmasi, Industri-Klinik- Obat. Hutan Tropika Indonesia.
Teknologi Kesehatan, disampaikan Jurusan konservasi Sumberdaya
dalam orasi ilmiah DiesNatalis ITB. Hutan. Fakultas Kehutanan IPB dan
http://itb.ac.id/focus/focus_file/orasi- Lembaga Alam Tropika (LATIN),
ilmiah-dies-45.pdf. Diakses tanggal 10 Bogor.
Juni 2010.

Anda mungkin juga menyukai