Tentang Kematian Alam Kubur-Alam Barzakh
Tentang Kematian Alam Kubur-Alam Barzakh
Kubur/Alam Barzakh
Adzab Kubur yang Menakutkan atau Nikmat
Kubur yang Menyenangkan
Allah Subhanahu wa Ta’ala di awal surat Al-Baqarah menyebutkan sifat hamba-
hamba-Nya yang bertakwa bahwa mereka beriman kepada yang ghaib serta
memiliki amalan-amalan yang nampak maupun tidak nampak. Karena kata takwa
mencakup semua hal itu.
Karena, hakikat iman itu adalah pembenaran secara total terhadap segala yang
diberitakan oleh para rasul (dalam perkara yang ghaib) yang mengandung
konsekuensi ketaatan seluruh anggota tubuh. Sehingga bukanlah termasuk iman
yang benar, keyakinan terhadap hal-hal yang hanya bisa disaksikan oleh panca
indera saja. Karena tidak akan terbedakan antara yang mukmin dan yang kafir
dalam perkara tersebut. Hanya saja permasalahan iman itu ialah terhadap perkara
ghaib, yang kita tidak bisa melihat dan merasakannya dengan panca indera yang
lainnya.
Kita beriman terhadap yang ghaib itu hanyalah karena adanya berita dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam semata. Inilah
iman yang akan membedakan antara orang yang mukmin dengan orang kafir.
Sehingga, seorang mukmin akan beriman kepada seluruh perkara yang diberitakan
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sama saja baginya, apakah dia mampu mengetahuinya
dengan panca inderanya atau tidak. Sama saja baginya, apakah akalnya mampu
menjangkaunya atau tidak.
Sikap seorang mukmin yang demikian ini berbeda dengan sikap orang-orang
zindiq (munafik) yang mendustakan perkara-perkara ghaib karena telah rusak
akalnya. Mereka mendustakan perkara-perkara ghaib tersebut karena akalnya
tidak mampu menjangkaunya. Rusaklah akalnya dan kacaulah pemikirannya.
Sedangkan akal seorang mukmin menjadi bersih dan suci dengan bimbingan
wahyu ilahi.
Termasuk beriman dengan perkara ghaib adalah beriman dengan seluruh perkara
yang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam
beritakan berupa berbagai peristiwa yang telah terjadi maupun yang akan terjadi.
Demikian pula hal-hal yang akan terjadi di akhirat nanti. (Taisir Al-
Karimirrahman, hal. 40)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata: “Termasuk beriman
kepada hari akhir adalah
beriman dengan seluruh perkara yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beritakan
berupa hal-hal yang akan terjadi setelah kematian. Sehingga, Ahlus Sunnah
beriman kepada adanya fitnah (ujian pertanyaan) di kubur dan azab kubur.”
Di antara dalil-dalil yang menunjukkan adanya azab kubur dari Al-Qur’an adalah
sebagai berikut:
Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Ayat ini adalah dalil yang paling kuat
bagi Ahlus Sunnah untuk menetapkan adanya azab kubur, yaitu firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala: “Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan
petang.” (Ghafir: 46)
3. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Nanti mereka akan Kami siksa dua
kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.” (At-
Taubah: 101)
1. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, beliau bersabda; “Dan aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur.”
(Muttafaqun ‘alaih)
Dalam riwayat Muslim, dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalau kalian tidak saling menguburkan (jenazah),
sungguh aku akan meminta kepada Allah agar memperdengarkan sebagian
azab kubur yang aku dengar kepada kalian.”
2. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam melewati dua kuburan. Beliau bersabda: “Sesungguhnya keduanya
sedang diazab, dan tidaklah keduanya diazab disebabkan suatu perkara yang
besar (menurut kalian). Salah satunya tidak menjaga diri dari percikan air
kencing, sedangkan yang lain suka mengadu domba antara manusia.” Beliau
lalu mengambil sebuah pelepah kurma yang masih basah, kemudian beliau
belah menjadi dua bagian dan beliau tancapkan satu bagian pada masing-
masing kuburan. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau
melakukan hal ini?” Beliau menjawab: “Mudah-mudahan diringankan azab
tersebut dari keduanya selama pelepah kurma itu belum kering.” (Muttafaqun
‘alaih)
3. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata: Aku masuk kepada seorang
wanita Yahudi, kemudian dia menceritakan azab kubur, maka aku
mendustakannya. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk
kepadaku, aku pun menceritakan kejadian itu kepada beliau. Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku di
tangan-Nya, sungguh mereka akan diazab di kubur mereka, sehingga hewan-
hewan pun mendengarkan jeritan-jeritan mereka.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: Apabila salah seorang kalian bertasyahud, hendaklah dia
meminta perlindungan dari empat perkara, hendaknya dia berdoa: Ya Allah,
sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari azab neraka jahannam, azab kubur,
fitnah kehidupan dan kematian, serta dari kejelekan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.”
(Muttafaqun ‘alaih).
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati
mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka),
dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-
Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang
yang fasik.” (Al-Hadid: 16)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau berkata: “Perbanyaklah mengingat hal yang akan memutuskan berbagai
kenikmatan.” –Yaitu maut. (HR. Ashabus Sunan, dishahihkan Al-Albani dalam
Al-Irwa’)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Dahulu aku melarang kalian dari ziarah kubur, maka
(sekarang) berziarahlah kalian ke kubur.” (HR. Muslim)
Dalam sebuah riwayat: “Maka sesungguhnya ziarah kubur itu akan mengingatkan
kita kepada akhirat.”
“Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu
memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan
yang paling besar pahalanya.” (Al-Muzzammil: 20)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah salah seorang kalian mengharap-
harapkan kematian karena suatu kesempitan hidup yang menimpanya. Namun
apabila dia harus melakukannya, hendaknya dia berdoa: ‘Ya Allah,
hidupkanlah aku selama kehidupan itu lebih baik bagiku, dan wafatkanlah aku
bila kematian itu lebih baik bagiku’.” (Muttafaqun ‘alaih)
Pada akhirnya, ya Allah hidupkanlah dan wafatkanlah kami di atas Islam dan As-
Sunnah. Allahumma taqabbal minna, innaka sami’ud du’a. (asysyariah.com)