Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL HUKUM BISNIS

R. A 448
A. Pengertian Hukum Bisnis

Istilah “hukum bisnis” sebagai terjemahan dari istilah “Business Law”


sangat banyak di pakai dewasa ini, baik di kalangan akademis
maupun di kalangan para artikel. Meskipun begitu, banyak istilah lain
yang sungguhpun tidak sama persis sama artinya, tetapi mempunyai
ruang lingkup yang mirip-mirip dengan istilah hukum bisnis. Istilah-
istilah terhadap hukum bisnis terebut sebagai berikut :
1. Hukum Dagang (sebagai terjemahan dari “Trade Law”)
2. Hukum Perniagaan (sebagai terjemahan dari commercial Law )
3. Hukum Ekonomi (sebagai terjemahan dari “economic law”)

Istilah “hukum dagang atau “hukum perniagaan” merupakan istilah


dengan cakupan yang sangat tradisional dan sangat sempit. Sebab,
pada prinsipnya kedua istilah tersebut hanya melingkupi topik-topik
yang terdapat dalam kitab undang-undang hukum dagang (KUHD)
saja. Padahal, begitu banyak topik hukum bisnis yang tidak diatur
atau tidak lagi diatur dalam kitab undang-undang hukum dagang
(KUHD). Misalnya, mengenai perseroan terbatas, kontrak bisnis,
pasar modal, merger dan akuisisi, perkreditan, hak atas kekayaan
intelektual, perpajakan, bisnis internasional dan masih banyak lagi.
Sementara dengan istilah “hukum ekonomi cakupannya sangat luas,
berhubungan dengan adanya pengertian ekonomi dalam arti mikro
dan makro, ekonomi pembangunan dan ekonomi sosial, ekonomi
manajemen dan akuntansi, yang kesemuanya tersebut mau tidak
mau harus di cakup oleh istilah “hukum ekonomi”. Jadi, kita dilihat
dari segi batasan ruang lingkupnya, maka jika istilah hukum dagang
atau hukum perniagaan ruang lingkupnya sangat luas. Karena itu,
memang istilah yang ideal adalah “hukum bisnis” itu sendiri.
Selain itu, jika istilah “hukum dagang” atau istilah “hukum
perniagaan”, kedua istilah tersebut sudah sangat tradisional, bahkan
sudah menjadiklasik”,maka dengan istilah “hukum bisnis”
penekanannya adalah kepada hal-hal yang modern yang sesuai
dengan perkembangannya yang mutakhir. Itulah sebabnya,
dibandingkan dengan istilah-istilah lainnya tersebut, istilah “hukum
bisnis” saat ini lebih popular dan sangat banyak digunakan orang,
baik di Indonesia maupun di banyak Negara lain, bahkan oleh
masyarakat internasional.
Sebenarnya, apakah yang dimaksud dengan istilah “hukum bisnis” itu
? sebagaimana diketahui bahwa istilah “hukum bisnis” terdiri dari 2
(dua) kata, yaitu kata “hukum” dan kata “bisnis”. Banyak definisi
sudah diberikan kepada kata “hukum” meskipun tidak ada 1 (satu)
definisi pun yang dapat dikatakan lengkap dan menggambarkan arah
arti hukum secara utuh.
Sedangkan terhadap istilah “bisnis” yang dimaksudkan adalah suatu
urusan atau kegiatan dagang, industri atau keuangan yang
dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa
(Abdurrachman, 1991:150), dengan menempatkan uang dari para
entrepreneur dalam risiko tertentu dengan usaha tertentu dengan
motif untuk mendapatkan keuntungan (Friedman, jack P., 1987:66).
Dengan demikian, yang dimaksud dengan hukum bisnis adalah suatu
perangkat kaidah hukum (termasuk enforcement-nya) yang
mengatur tentang tata cara pelaksanaan urusan atau kegiatan
dagang, industri atau keuangan yang dihubungkan dengan produksi
atau pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dari
para entrepreneur dalam risiko tertentu dengan usaha tertentu
dengan motif (dari entrepreneur tersebut) adalah untuk
mendapatkan keuntungan tertentu.
Fungsi Hukum Bisnis adalah sebagai sumber informasi yang berguna
bagi praktisi bisnis, untuk memahami hak dan kewajibannya dalam
praktek bisnis, agar terwujud watak dan perilaku aktivitas di bidang
bisnis yang berkeadilan, wajar, dan dinamis (yang dijamin oleh
kepastian hukum).

2 ASPEK POKOK ASAS HUKUM BISNIS :


a) Aspek kontrak (perjanjian) yang menjadi sumber hukum utama
dimana masing-masing pihak tunduk pada perjanjian yang telah
disepakati bersama.
b) Aspek kebebasan membuat perjanjian dimana para pihak bebas
membuat dan menentukan isi dari perjanjian yang disepakati
bersama.
Adapun yang merupakan ruang lingkup dari hukum bisnis ini, antara
lain adalah sebagai berikut :
1. Kontrak Bisnis
2. Jual beli
3. Bentuk-bentuk perusahaan
4. Perusahaan go public dan pasar modal
5. Penanaman modal asing
6. Kepailitan dan likuidasi
7. Merger dan akuisisi
8. Perkreditan dan pembiayaan
9. Jaminan hutang
10. Surat berharga
11. Perburuhan
12. Hak atas kekayaan intelektual
13. Anti monopoli
14. Perlindungan konsumen
15. Keagenan dan distribusi
16. Asuransi
17. Perpajakan
18. Penyelesaian sengketa bisnis
19. Bisnis internasional
20. hukum pengangkutan (darat, laut, udara, dan multimodal)
Sumber Hukum Bisnis Indonesia
Sumber hukum bisnis sesungguhnya sama dengan sumber hukum di
Indonesia. Serupa dengan bidang hukum lainnya, sumber hukum
bisnis dapat disebutkan sebagai berikut:
· Peraturan perundang-undangan, yaitu peraturan hukum yang
berlaku, seperti: Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan lain
sebagainya.
· Perjanjian atau kontrak, yaitu kesepakatan yang dibuat oleh para
pihak dalam transaksi bisnis. Ada juga pendapat yang menyatakan
bahwa perjanjian atau kontrak berlaku sebagai Undang-Undang
terhadap para pihak yang membuatnya.
· Traktat, yaitu ketentuan dalam hubungan dan hukum
internasional, baik berupa kesepakatan antara para pemimpin
negara di dunia, peraturan dalam hukum internasional, pedoman
yang dibuat oleh lembaga-lembaga dunia, dan lain sebagainya yang
diberlakukan di Indonesia.
· Yurisprudensi, yaitu keputusan hukum yang biasanya menjadi
pedoman dalam merumuskan atau menjadi pertimbangan dalam
penyusunan peraturan atau keputusan hukum berikutnya.
· Kebiasaan-kebiasaan dalam bisnis, yaitu kebiasaan yang dilakukan
oleh pelaku bisnis pada umumnya.
· Doktrin, yaitu pendapat pakar atau ahli hukum yang berkaitan
dengan hukum bisnis. Doktrin biasa pula disebut dengan pendapat
para sarjana hukum.
Dalam hukum bisnis Indonesia terdapat beberapa peraturan
perundang-undangan yang menjadi landasan bagi transaksi bisnis.
Diantara peraturan perundang-undangan tersebut, beberapa
diantaranya memiliki saling keterkaitan satu sama lain. Berikut ini
beberapa peraturan perundang-undangan dalam hukum bisnis di
Indonesia, antara lain:

 Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang


Perikatan
 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen
Perusahaan
 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 sebagaimana telah
dubah menjadi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas
 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten
 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek
 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia
Dagang
 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Namun demikian, dasar hukum dari hukum bisnis di Indonesia yang


tertulis adalah sebagai berikut:
1. KUH Dagang yang belum banyak di ubah.
2. KUH dagang yang sudah banyak berubah.
3. KUH Dagang yang sudah diganti dengan Perundang-undangan
yang baru.
4. KUH Perdata yang belum banyak diubah.
5. KUH Perdata yang sudah banyak berubah.
6. KUH Perdata yang sudah diganti dengan Perundag-undangan yang
baru.
7. Perundang-undangan yang tidak terikat dengan KUH Dagang
maupun KUH Perdata.

Berikut ini penjelasan dari masing-masing kategori tersebut, yaitu


sebagai berikut:
1. KUH Dagang yang belum banyak di ubah
Masih banyak ketentuan dalam KUH Dagang yang pada prinsipnya
belum berubah yang mengatur tentang berbagai aspek dari hukum
bisnis, meskipun sudah barang tentu sudah banyak dari ketentuan
tersebut yang sudah usang dimakan zaman. Ketentuan-ketentua
dalam KUH Dagang yang pada prinsipnya masih berlaku adalah
pengaturan tentang hal-hal sebagai berikut:
a. Keagenan dan distributor (makelar dan komisioner)
b. Surat berharga (wesel, cek dan aksep)
c. Pengangkutan laut
2. KUH Dagang yang sudah banyak berubah
Disamping itu, masih ada ketentuan dalam KUH Dagang yang pada
prinsipnya masih berlaku, akan tetapi telah banyak berubah yang
mengatur tentang berbagai aspek dari hukum bisnis. Ketentuan-
ketentuan dalam KUH Dagang yang pada prinsipnya masih berlaku,
tetapi telah banyak berubah adalah pengaturan tentang hal-hal
berikut:
a. Pembukuan Dagang
b. Asuransi

3. KUH Dagang yang sudah diganti dengan Perundang-undangan


yang baru
Selanjutnya, ada juga ketentuan dalam KUH Dagang yang telah
dicabut dan diganti dengan perundang-undangan yang baru sehingga
secara yuridis formal tidak berlaku lagi. Yakni ketentuan-ketentuan
yang mengatur tentang berbagai aspek dan hukum bisnis berupa:
a. Perseroan Terbatas
b. Pembukuan Perseroan
c. Reklame dan penuntutan kembali dalam kepailitan
4. KUH Perdata yang belum banyak diubah
Kemudian, masih ada ketentuan dalam KUH Perdata yang pada
prinsipnya belum berubah yang mengatur tentang berbagai aspek
dari hukum bisnis. Ketentuan-ketentuan dalam KUH Perdata yang
pada prinsipnya masih berlaku adalah pengaturan tentang hal-hal
sebagai berikut:
a. Kontrak
b. Jual Beli
c. Hipotik (atas Kapal)
5. KUH Perdata yang sudah banyak berubah
Disamping itu, masih ada ketentuan dalam KUH Perdata yang pada
prinsipnya masih berlaku, tetapi telah banyak berubah yang
mengatur tentang berbagai aspek dari hukum bisnis. Ketentuan-
ketentuan dalam KUH Perdata yang pada prinsipnya masih berlaku,
tetapi telah banyak berubah adalah pengaturan tentang hal sebagai
berikut:
- Perkreditan (Perjanjian Pinjam_meminjam)
6. KUH Perdata yang sudah diganti dengan Perundang-undangan
yang baru
Selanjutnya, ada juga ketentuan dalam KUH Perdata yang telah
dicabut dan diganti dengan perundang-undangan yang beru sehingga
secara yuridis formal tidak berlaku lagi. Yakni ketentuan-ketentuan
yang mengatur tentang berbagai aspek dari hukum bisnis berupa:
a. Hak tanggungan (dahulu hipotik atas tanah)
b. Perburuhan
7. Perundang-undangan yang tidak terkait dengan KUH Dagang
maupun KUH Perdata
Banyak juga ketentuan perundang-undang an Indonesia yang
mengatur berbagai facet dari hukum bisnis yang tidak erikat, baik
dengan KUH Dagang maupun dengan KUH Perdata. Ketentuan yang
tidak terikat dengan KUH Perdata atau KUH Dagang tersebut, antara
lain adalah ketentuan-ketentuan tentang hal-hal sebagai berikut:
a. Perusahaan Go Public dan pasar modal
b. Penanaman modal asing
c. Kepailitan dan likuidasi
d. Akusisi dan merger
e. Pembiayaan
f. Hak atas kekayaan intelektual (HAKI)
g. Anti monopoli
h. Perlindungan konsumen
i. Penyelesaian sengketa bisnis
j. Bisnis internasional
Ruang Lingkup Hukum Bisnis Indonesia
Mengingat hukum bisnis Indonesia lahir untuk mengatur,
mengawasi, melindungi kegiatan ekonomi, maka ruang lingkup
hukum bisnis juga berkaitan dengan kegiatan-kegiatan tersebut.
Hampir setiap sendi kegiatan bisnis di Indonesia sudah tersentuh
oleh hukum bisnis. Keberadaan hukum bisnis saat ini, telah berhasil
mengisi ruang kosong pada kegiatan bisnis.
Adapun ruang lingkup hukum bisnis, antara lain: Perjajian dan
Kontrak Bisnis, Badan Usaha dan Badan Hukum (Perusahaan),
Pembiayaan, Penanaman Modal/Investasi, Asuransi, Kepailitan dan
Likuidasi, Perlindungan Konsumen, Persaingan Usaha, Pengangkutan,
Pajak, Ketenagakerjaan, Surat Berharga, Hak atas Kekayaan
Intelektual, Penyelesaian Sengketa Bisnis, dan Kegiatan Bisnis
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai