Anda di halaman 1dari 16

Konsep dan Nilai Inflasi

dalam Ekonomi Makro Islam


Ahsani Taqwiem, S.E.,M.E.
Islamic Banking Department
Faculty of Economic and Business, University of Islam Malang
Email : IB_ahsanitaqwiem@unisma.ac.id

1.
2.
DESKRIPSI
DEFINISI
5. RAGAM INFLASI
MODUL
3. KONSEP DASAR INFLASI
- Natural Inflation
4. TEORI INFLASI BERDASARKAN - Tax Push Inflation
PARA TOKOH ISLAM
- Corruption Push
- Al Maqrizi - Monetary Inflation
- Ibnu Taimiyah

8
6. TEORI NILAI TUKAR ISLAMI
- Ibnu Khaldun 7. PERANAN ZAKAT DALAM
- Al Ghazali MENGATASI INFLASI

&*
1. DESKRIPSI
Modul ini disusun sebagai materi
pembelajaran untuk memberikan
pemahaman kepada mahasiswa
mengenai konsep dan nilai inflasi
dalam Ekonomi Makro Islam.
Sasaran akhir yang dituju dalam
modul ini adalah agar mahasiswa
dapat memahami tentang konsep
dan nilai inflasi dalam konteks
ekonomi makro Islam dan peranan
zakat dalam mengatasi inflasi.
INFLASI

2. DEFINISI
Inflation atau dalam bahasa Indonesia disebut inflasi adalah
suatu keadaan dimana terjadi kenaikan tingkat harga umum, baik
barang-barang, jasa-jasa, maupun faktor produksi lainnya yang
mengundikasikan keadaan melemahnya daya beli yang diikuti
dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang suatu
negara.(Samuelson, 2011).

Sementara definisi lain menegaskan bahwa inflasi terjadi pada


saat kondisi ketidakseimbangan (disequilibrium) antara permintaan
dan penawaran agregat, yaitu lebih besarnya permintaan agregat
daripada penawaran agregat. Dalam hal ini tingkat harga umum
mencerminkan keterkaitan antara arus barang atau jasa dan arus
uang. Bila arus uang lebih besar dari arus barang maka tingkat
harga akan naik dan terjadi inflasi.

E-Learning UNISMA.ac.id
Mata Kuliah : Ekonomi Makro Islam University of Islam Malang 2019

3. KONSEP DASAR INFLASI


Inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam
suatu perekonomian. Sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan
hargaharga barang dalam periode waktu tertentu. Dalam perekonomian seringkali
besarnya tingkat inflasi berkisar antara 2 sampai 4 persen per-tahun, inflasi ini
tergolong inflasi dalam inflasi merayap.

Namun, sering kali inflasi yang terjadi lebih serius, yang besarnya antara 5
hingga 10 persen pertahun. Dalam keadaan tertentu, inflasi juga dapat mencapai
ratusan bahkan ribuan persen pertahun sebagai akibat resesi ekonomi atau sebab-
sebab lainnya. Boediono mendefinisikan inflasi sebagai kecenderungan dari harga-
harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Dimana setidaknya ada tiga
hal yang perlu ditekankan dalam memahami inflasi, yaitu:

1. Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti bisa saja


tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu naik atau turun, tetapi tetap
menunjukkan tendensi atau kecenderungan yang meningkat.
2. Kenaikan tingkat harga tersebut terjadi secara terus-menerus (sustained),
yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja, tetapi beberapa waktu
lamanya. Kenaikan harga yang sifatnya sementara seperti pada saat
momenmomen tertentu seperti hari raya tidak dapat dikatakan sebagai inflasi.
3. Tingkat harga yang dimaksud adalah tingkat harga umum, bukan hanya satu
atau beberapa komoditas saja. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja
tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan harga itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan) kepada barang lainnya.

Secara garis besar ada 3 pandangan ahli ekonomi mengenai teori inflasi, yaitu
teori inflasi kaum Klasik (Teori Kuantitas), Keynes, dan kaum Strukturalis. Inti dari
teori Inflasi menurut mereka adalah sebagai berikut:

a. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan jumlah uang yang beredar
dalam masyarakat. Tanpa adanya tambahan jumlah uang yang beredar tidak
akan terjadi inflasi.
b. Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan
oleh harapan masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa yang akan
datang. Ada tiga kemungkinan keadaan:
Keadaan pertama, bila masyarakat tidak mengharapkan harga-harga akan
naik, maka tambahan uang yang beredar akan diterima sebagai tambahan
likuiditasnya, dan sebagian besar dari kenaikan tersebut tidak dibelanjakan
untuk membeli barang-barang.
Keadaan kedua, adalah masyarakat mulai sadar bahwa ada inflasi, orang-
orang mulai mengharapkan kenaikan harga. Penambahan jumlah uang yang
beredar akan digunakan untuk membeli barangbarang, hal ini dilakukan untuk
menghindari kerugian memegang uang kas.
Keadaan ketiga, terjadi pada tahap inflasi yang lebih parah yaitu tahap
hiperinflasi. Keinginan untuk tidak memegang uang kas dan adanya keinginan
yang sangat besar untuk membelanjakan dengan membeli barang-barang.
Keadaan ini ditandai oleh makin cepatnya peredaran uang. Prosentase
kenaikan jumlah uang yang beredar akan diikuti kenaikan prosentase harga
yang lebih besar.

Page 2 of 16
Mata Kuliah : Ekonomi Makro Islam University of Islam Malang 2019

4. INFLASI BERDASARKAN PARA TOKOH ISLAM


Sejarah mencatat inflasi telah ada sejak dipergunakannya uang sebagai media
transaksi dalam perekonomian. Dalam ekonomi Islam sejatinya tidak mengenal
istilah inflasi karena mata uang yang dibenarkan adalah dinar dan dirham yang
memiliki nilai stabil sepanjang masa.
Namun demikian, inflasi dapat terjadi selain dari faktor nilai uang seperti
adanya kekurangan persediaan barang ataupun inflasi karena kesalahan manusia.
Secara garis besar terdapat empat tokoh Islam yang sejak jauh hari telah
menggambarkan konsep Inflasi beserta penyebab dan pengaruh yang ditimbulkan,
yaitu:
 Al Maqrizi
 Ibnu Taimiyah
 Ibnu Khaldun
 Al Ghazali

A. Al Maqrizi
Taqiyuddin Abu Al-Abbas Ahmad bin Abdul Qadir Al-Husaini lahir di
Barjuwan, Kairo pada 766 H. Keluarganya berasal dari Maqarizah, sebuah desa
yang terletak di kota Ba’labak. Karena itu, ia lebih banyak dikenal dengan
sebutan Al-Maqrizi.

Kondisi keluarga yang serba berkecukupan membuat Al-Maqrizi


sewaktu kecil harus menjalani pendidikan dengan berada di bawah tanggungan
kakeknya. Hanafi Ibnu Sa’igh, penganut mazhab Hanafi. Al-maqrizi mudapun
tumbuh berdasarkan pendidikan mazhab ini. Setelah kakeknya wafat pada 786 H
(1384 M), Al-Maqrizi beralih ke mazhab Syafi’i. Bahkan dalam perkembangan
pemikirannya, ia menjadi condong ke arah mazhab Dzahiri.

Al-Maqrizi merupakan sosok yang sangat mencintai ilmu. Sejak kecil ia


gemar melakukan perjalanan intelektual. Ia mempelajari berbagai macam
disiplin ilmu:fiqh, hadis, dan sejarah dari para ulama besar yang hidup pada
masanya. Di antara tokoh terkenal yang sangat mempengaruhi pemikirannya
adalah Ibnu Khaldun, seorang ulama besar dan penggagas ilmu-ilmu sosial,
termasuk ilmu ekonomi.

Interaksinya dengan Ibnu Khaldun dimulai saat Abu Al-Iqtishad ini menetap
di Kairo dan memangku jabatan hakim agung (Qadi Al-Qudat) mazhab Maliki
pada masa pemerintahan Sultan Barquq (784-801 H). Saat berumur 22 tahun,
Al-Maqrizi mulai terlibat dalam berbagai tugas pemerintahan Dinasti Mamluk.

Pada 788 H, Al-Maqrizi memulai kiprahnya sebagai pegawai di Diwan Al-


Insya, semacam sekretaris negara. Lalu ia diangkat menjadi wakil qadi pada
kantor hakim agung mazhab Syafi’i, khatib di Masjid Jami’Amr dan Madrasah
Sultan Hasan, Imam Masjid Jami Al-Hakim, dan guru hadis di Madrasah Al-
Muayyadah. Pada tahun 791 H, Sultan Barquq mengangkat Al-Maqrizi sebagai
muhtasib, semacam pengawas pasar, di Kairo. Jabatan tersebut diemban selama
dua tahun. Pada masa ini, Al-Maqrizi mulai banyak bersentuhan dengan berbagai
permasalahan pasar, perdagangan dan mudharabah, sehingga perhatiannya
terfokus pada harga-harga yang berlaku, asal-usul uang, dan kaidah-kaidah
timbangan.

Page 3 of 16
Mata Kuliah : Ekonomi Makro Islam University of Islam Malang 2019

Al-Maqrizi menyatakan bahwa peristiwa inflasi pada fenomena sosial


ekonomi adalah sebuah fenomena alam yang menimpa kehidupan manusia di
seluruh dunia dahulu, kini hingga masa mendatang. Inflasi menurutnya terjadi
ketika harga secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung terus-menerus.

Pada saat ini, persediaan barang mengalami kelangkaan dan konsumen


terus-menerus melakukan permintaan sebab ini merupakan kebutuhan dari
konsumen tersebut, maka konsumen harus mengeluarkan lebih banyak uang
untuk barang yang sama hanya saja harga yang berbeda.

Untuk mencapai tujuan, mata uang yang dipakai hanya terdiri dari emas
dan perak. Umumnya kedua mata uang itu dibentuk dinar dengan menggunakan
bahan emas dan dirham dari bahan perak. Dalam sejarah perkembangannya, Al-
Maqrizi menguraikan bahwa bangsa Arab jahiliyyah menggunakan dinar emas
dan dirham perak sebagai mata uang mereka yang masing-masing diadopsi dari
Romawi dan Persia serta mempunyai bobot dua kali lebih berat di masa Islam.

Setelah Islam datang, Rasulullah SAW menetapkan berbagai praktik


muamalah yang menggunakan kedua mata uang tersebut, bahkan mulai
mengkaitkannya dengan hukum zakat harta. Penggunaan kedua mata uang ini
terus berlanjut tanpa perubahan sedikitpun hingga tahun 18 H ketika khalifah
Umar Ibnu Al-Khattab menambahkan lafaz-lafaz Islam pada kedua mata
uang tersebut.

Dalam pandangan Al-Maqrizi, kekacauan pada fenomena sosial ekonomi di


Mesir mulai terlihat ketika pengaruh kaum mamluk semakin kuat dikalangan
istana, termasuk terhadap kebijakan percetakan uang dirham campuran.
Percetakan fulus, mata uang yang terbuat dari tembaga, dimulai pada masa
pemerintahan Dinasti Ayyubiyah, Sultan Muhammad Al-Kamil Ibnu Al-Adil
AlAyyubi, yang dimaksudkan sebagai alat tukar terhadap barang-barang yang
tidak signifikan dengan rasio fulus untuk setiap dirhamnya.

Perubahan yang sangat signifikan terhadap mata uang ini terjadi pada
tahun 76 H. Setelah berhasil menciptakan stabilitas politik dan keamanan,
khalifah Abdul Malik Ibnu Marwan melakukan reformasi moneter dengan
mencetak dinar dan dirham Islam. Penggunaan kedua mata uang ini terus
berlanjut, tanpa perubahan yang berarti, hingga pemerintah Al-Mu’tashim,
khalifah terakhir Dinasti Abbasiyyah.

Paska pemerintahan Sultan Al-Kamil, percetakan mata uang tersebut terus


berlanjut hingga pejabat ditingkat provinsi terpengaruh laba yang besar dari
aktifitas ini. Kebijakan sepihak mulai diterapkan dengan meningkatkan volume
percetakan fulus menetapkan rasio 24 fulus per dinar. Akibatnya rakyat
menderita kerugian yang besar karena barang-barang yang terdahulu berharga
setengah dirham sekarang menjadi satu dirham.

Keadaan ini semakin memburuk ketika aktivasi pencetakan fulus meluas


pada masa pemerintahan Al-Adil Kitbugha dan Sultan Al-Zahir Barquq yang
mengakibatkan penurunan nilai mata uang dan kelangkaan barang-barang di
pasar.

Page 4 of 16
Mata Kuliah : Ekonomi Makro Islam University of Islam Malang 2019

Analisa Al-Maqrizi memperkuat penegasan bahwa kekayaan suatu Negara


tidak ditentukan oleh banyaknya uang di negara itu, namun ditentukan oleh
tingkat produksi negara tersebut dan neraca pembayaran yang positif. Bisa saja
suatu negara mencetak uang sebanyak-banyaknya tapi bila hal tersebut tidak
mencerminkan pesatnya pertumbuhan sektor produksi,uang yang melimpah itu
tidak ada nilainya.

Pendapat ini menunjukkan bahwa pola perdagangan internasional telah


menjadi bahasan utama para ulama ketika itu. Negara yang telah mengekspor
berarti mempunyai kemampuan berproduksi lebih besar dari pada kebutuhan
domestiknya sekaligus menunjukkan bahwa negara tersebut lebih efisien dalam
berproduksi.

Dalam mengungkapkan inflasi, Al-Maqrizi jauh hari telah membahas


mengenai problematika inflasi secara lebih detail. Ia mengklarifikasikan inflasi
pada fenomena sosial ekonomi berdasarkan faktor penyebabnya ke dalam dua
hal, yaitu; inflasi yang disebabkan oleh faktor alamiah (Natural Inflation) dan
inflasi yang terjadi akibat kesalahan manusia (Human Error Inflation).
Inflasi pada fenomena sosial ekonomi yang pertama, disebabkan oleh berbagai
faktor natural yang sulit dihindari manusia.

Menurut Al-Maqrizi, saat suatu bencana alam terjadi, berbagai bahan


makanan dan hasil bumi lainnya mengalami gagal panen, sehingga persediaan
barang tersebut mengalami penurunan yang sangat drastis dan terjadi
kelangkaan. Di pihak lain, karena sifatnya sangan signifikan dalam kehidupan,
permintaan terhadap berbagai barang tersebut mengalami peningkatan.

Harga-harga kemudian melambung tinggi, jauh melebihi daya beli


masyarakat. Hal ini sangat berimplikasi terhadap kenaikan harga berbagai
barang dan jasa lainnya. Akibatnya, transaksi ekonomi mengalami kemacetan,
bahkan berhenti sama sekali yang pada akhirnya akan menimbulkan bencana
kelaparan, wabah penyakit, dan kematian di kalangan masyarakat.

Keadaan yang semakin memburuk tersebut memaksa rakyat untuk


menekan pemerintah agar segera memperhatikan keadaan mereka. Inflasi pada
fenomena sosial kedua, selain faktor alam inflasi dapat terjadi akibat kesalahan
manusia. Ia menganalisis ada tiga hal utama yang baik secara sendiri-sendiri
atau pun bersama-sama menjadi penyebab terjadinya inflasi. Ketiga hal tersebut
adalah sebagai berikut:

a. Korupsi dan administrasi yang buruk.


b. Pajak yang berlebihan dan,
c. Peningkatan sirkulasi mata uang atau fulus.

Inflasi pada fenomena jenis pertama juga terjadi pada masa Rasulullah
SAW dan Khulafaur Rasyidin, yaitu karena kekeringan dan pengangguran.
Sementara untuk jenis inflasi yang kedua, menurut Al-Maqrizi sama dengan
penyebab yang mendasari terjadinya krisis di Mesir, yaitu korupsi dan
administrasi pemerintah yang buruk; pajak berlebihan yang memberatkan
petani, dan jumlah fulus yang berlebihan. Ini jelas lebih konprehensif dengan
yang dikemukakan oleh Milton Friedman (bapaknya kaum monetaris) yang
menganggap bahwa inflasi hanyalah semacam fenomena moneter.

Page 5 of 16
Mata Kuliah : Ekonomi Makro Islam University of Islam Malang 2019

Beredarnya fulus yang berlebihan mendapatkan perhatian khusus dari


AlMaqrizi. Dalam pengamatannya ternyata kenaikan harga (inflasi) yang terjadi
adalah dalam bentuk jumlah fulusnya. Misalnya untuk pakaian yang sama
ternyata dibutuhkan lebih banyak fulus. Akan tetapi, apabila nilai barang diukur
dengan dinar emas, jarang terjadi kenaikan harga. Untuk itulah Al-Maqrizi
menyarankan agar sejumlah fulus dibatasi secukupnya saja, sekedar untuk
melayani transaksi pecahan kecil.

B. Ibnu Taimiyah
Ahmad bin Abd al-Halim bin Ali bin Abd Allah bin Taimiyah al Harani al
Damayqi atau yang dikenal sebagai Ibnu Taimiyah lahir dan tumbuh besar di
Damaskus hingga akhir hayatnya pada tahun 1263-1328 M. Dimana selama
hidupnya Ibnu Taimiyah banyak menuliskan karya-karya yang berhubungan
dengan lingkup makro ekonomi seperti harga yang adil, mekanisme pasar,
regulasi harga, uang, dan kebijakan moneter.

Ibnu Taimiyah juga mempunyai solusi terhadap inflasi. Ia sangat


menentang keras terhadap terjadinya penurunan nilai mata uang dan percetakan
uang yang berlebihan. Ia berpendapat pemerintah seharusnya mencetak uang
harus sesuai dengan nilai yang adil atas transaksi masyarakat, tidak
memunculkan kezaliman terhadap mereka.

Ini berarti Ibnu Taimiyah menekankan bahwa percetakan uang harus


seimbang dengan trasnsaksi pada sector riil. Uang sebaiknya dicetak hanya pada
tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi dan dalam pecahan yang
mempunyai nilai nominal yang kecil. Di samping itu ia juga menyatakan bahwa
nilai intrinsic mata uang harus sesuai dengan daya beli masyarakat.

Penciptaan mata uang dengan nilai nominal yang lebih besar dari pada nilai
intrinsiknya akan menyebabkan penurunan nilai mata uang serta akan
memunculkan inflasi. Ini berarti akibat dari rendahnya nilai intrinsic uang
menjadi salah satu terjadinya inflasi. Begitu juga pemalsuan mata uang dan
perdagangan mata uang di nilai ibn Taimiyah sebagai bentuk kezaliman terhadap
masyarakat dan bertentangan dengan kepentingan umum.

C. Ibnu Khaldun
Nama lengkapnya adalah Abd al-Rahman bin Muhammad bin Khaldun
alHadrawi, dikenali dengan panggilan Waliyuddin Abu Zaid, Qadi al-Qudat. Ia
lahir tahun 732 H DI Tunis. Ia bermazhab Maliki, Muhadist al-Hafidz, pakar ushul
fiqh, sejarawan, pelancong, penulis, dan sastrawan. Saat kecil Ia biasa dipanggil
dengan nama Abdurrahman. Sedangkan Ibnu Zaid adalah panggilan oleh
keluarganya. Ia bergelar waliyudin dan nama populernya adalah Ibnu Khaldun.

Latar belakang dari keluarga kelas atas ini rupanya menjadi salah satu
faktor penting yang kemudian mewarnai karir hidup Ibnu Khaldun dalam politik
sebelumnya ia terjun sepenuhnya ke dunia ilmu. Otak cerdas yang dimilikinya
jelas turut bertanggung jawab mengapa ia tidak puas bila tetap berada di bawah.

Karya-karya Ibnu Khaldun, termasuk karya-karya monumental. Ibnu


Khaldun menulis banyak buku, antara lain; Syarh al-Burdah, sejumlah ringkasan
atas buku-buku karya Ibnu Rusyd, sebuah catatan atas buku Mantiq, ringkasan
(mukhtasor) kitab al-Mahsul karya Fakhr al-Din al-Razi (Ushul Fiqh), sebuah

Page 6 of 16
Mata Kuliah : Ekonomi Makro Islam University of Islam Malang 2019
buku lain tentang matematika, sebuah buku lainnya tentang ushul fiqh dan buku
sejarah yang sangat dikenal luas. Buku sejarah tersebut berjudul Al-Ibar wa
Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar fi Tarikh al-Arab wa al-Ajam wa al-Barbar.
Ibnu Khaldun melalui buku ini benar-benar menunjukkan penguasaannya atas
sejarah dan berbagai ilmu pengetahuan.

Di samping kitab tersebut, kitab alMuqoddimah Ibnu Khaldun merupakan


karya monumental yang mengundang para pakar untuk meneliti dan
mengkajinya. Tokoh ini meninggal dunia secara mendadak di Kairo pada tahun
807 H dan dimakamkan di kuburan kaum sufi diluar Bab al-Nasr.

Membahas mengenai inflasi, Ibnu Khaldun mengatakan bahwa harga


tersebut dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Hal ini sangat penting
untuk diketahui karena peranan permintaan dan penawaran sangat berpengaruh
terhadap tingginya harga dan tidak begitu baik difahami oleh setiap para pakar
ekonomi dan bahkan sebelum Ibnu Khaldun, cendekiawan lain tidak
menunjukkan fungsi atau peranan permintaan dan penawaran dalam penentuan
harga. Dalam teori Ibnu Khaldun mengenai inflasi, ada beberapa penyebab
terjadinya inflasi. Sebagaimana yang tertulis dalam buku Muqaddimah Ibnu
Khaldun sebagai berikut:

“Semua pasar memuat kebutuhan-kebutuhan manusia. Di antaranya adalah


kebutuhan primer (pokok atau dharuri), yaitu makanan-makanan pokok,
misalnya gandum dan apa saja yang sejenis dengannya seperti sayurmayur,
bawang merah, bawang putih, dan lain sebagainya. Adapun yang bersifat
tersier (penyempurna atau kamali), seperti lauk-pauk, buahbuahan, pakaian,
peralatan harian, kendaraan, kerajinan lainnya dan bangunan-bangunan.
Maka ketika kota meluas dan banyak penduduknya maka harga-harga
kebutuhan pokok seperti makanan pokok dan semisalnya menjadi murah dan
kebutuhan-kebutuhan pelengkap, misalnya lauk-pauk, buah-buahan dan apa
yang semakna menjadi mahal. Sedangkan ketika penduduk kota itu sedikit
dan pembangunannya lemah maka kenyataan sebaliknya. Penyebab hal itu
adalah biji-bijian termasuk kebutuhan-kebutuhan makanan bersifat pokok.
Maka faktor-faktor yang mendorong untuk mendapatkannya menjadi
sempurna, sebab setiap orang tidak akan mengabaikan kebutuhan makanan
pokoknya sendiri maupun keluarganya untuk bulan maupun tahun tersebut.
Akibatnya pengambilannya akan merata pada seluruh atau sebagian besar
dari warga kota itu atau warga kota yang dekat darinya. Pasti demikian,
setiap orang yang mengambil makanan pokoknya maka akan mempunyai
kelebihan dari dirinya sendiri dan dari anggota keluarganya yang kemudian
menjadi suatu kelebihan besar yang dapat menambal kekurangan banyak
orang dari warga kota itu. Maka tentu saja makanan pokok dari kota itu akan
berlebih. Harga-harganya secara umum juga akan murah kecuali apabila
muncul musibah dari langit pada suatu waktu. Seandainya tidak ada orang
yang melakukan penimbunan karena khawatir akan munculnya musibah itu
niscaya makanan pokok tersebut akan diserah terimakan secara cumacuma
dengan tanpa pembayaran dan gantisama sekali karena banyaknya makanan
pokok akibat banyaknya pembangunan.”

Ibnu Khaldun menekankan bahwa kenaikan penawaran dan penurunan


permintaan menyebabkan kenaikan harga (inflasi), demikian pula sebaliknya. Ia
percaya dari akibat rendahnya harga juga akan merugikan para pengrajin dan
pedagang sehingga mereka keluar dari pasar. Sedangkan akibat dari tingginya
harga akan menyusahkan konsumen, terutama kaum miskin yang menjadi

Page 7 of 16
Mata Kuliah : Ekonomi Makro Islam University of Islam Malang 2019
mayoritas dalam sebuah populasi. Karena itu Ibnu Khaldun berpendapat bahwa
harga rendah untuk kebutuhan pokok harus diusahakan tanpa merugikan
produsen.

Dengan kata lain, tingkat harga yang stabil dan biaya hidup yang relative
rendah adalah pilihan terbaik dengan tetap mengusahakan pertumbuhan dan
keadilan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bukan malah
sebaliknya dengan harga yang naik membuat resah masyarakat dan
menghancurkan perekonomian. Tingginya pajak juga berpengaruh terhadap
tingginya harga suatu barang. Penentuan besarnya pajak juga dipengaruhi oleh
daerah tersebut, apakah daerah tersebut merupakan perkotaan atau pedesaan.

D. Al Ghazali
Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Tusi al-Ghazali
lahir di sebuah kota kecil bernama Toos, Khurasan, Persia. Di masa mudanya Al-
Ghazali diketahui belajar ke berbagai negara seperti Mesir, Iraq, dan Palestina.
Maka kemudian tidak heran jika Al-Ghazali dikenal sebagai salah satu ilmuwan
yang disegani dan dihormati.

Al-Ghazali dikenal sebagai salah satu ilmuwan dan penulis kitab yang
sangat produktif. Hingga kemudian dinyatakan banyak pemikir barat abad
pertengahan, seperti Raymond Martin, Thomas Aquinas, hingga Pascal yang
meniru dan mengikuti pemikiran Al-Ghazali.

Al-Ghazali diketahui telah menghasilkan lebih kurang 300 karya tulis dalam
berbagai disiplin ilmu, seperti logika, filsafat, moral, tasawuf, politik hingga ilmu
ekonomi.

Mengenai konteks uang dan inflasi, al-Ghazali menyatakan, pemerintah


mempunyai kewajiban menciptakan stabilitas nilai uang. Dalam ini al-Ghazali
membolehkan penggunaan uang yang bukan berasal dari logam mulia seperti
dinar dan dirham, tetapi dengan syarat pemerintah wajib menjaga stabilitas nilai
tukarnya dan pemerintah memastikan tidak ada spekulasi dalam bentuk
perdagangan uang.

5. RAGAM INFLASI
Dalam sejarah ekonomi moneter, awal munculnya inflasi adalah mulai
diberlakukannya dan beredarnya mata uang yang tidak berstandar pasti seperti
adanya uang kertas maupun mata uang dinar dan dirham campuran. Walaupun
demikian, inflasi juga dapat terjadi akibat beberapa faktor nonmoneter seperti
adanya bencana alam ataupun kesalahan yang dilakukan pemerintah dalam
menerapkan kebijakan moneter.

Adapun secara umum, penyebab terjadinya inflasi menurut ekonomi Islam


seperti yang dikemukakan Al-Maqrizi Taqiyudin diantaranya adalah :

1. Inflasi Alamiah (Natural Inflation)

Inflasi Alamiah adalah inflasi yang terjadi secara alami, bukan disebabkan oleh
berbagai macam penyimpangan yang dilakukan oleh para penguasa negara.
Misalnya ketika suatu bencana banjir terjadi, maka akan terjadi gagal panen di
berbagai sawah sehingga terjadi kelangkaan bahan makanan dan meningkatnya
harga bahan makanan.
Page 8 of 16
Mata Kuliah : Ekonomi Makro Islam University of Islam Malang 2019

Menurut Al-Maqrizi, ketika suatu bencana alam terjadi, berbagai bahan


makanan dan hasil bumi lainnya mengalami gagal panen, sehingga persediaan
barang-barang tersebut mengalami penurunan yang sangat drastis dan terjadi
kelngkaan. Di lain pihak, karena sifatnya yang sangat signifikan dalam kehidupan,
permintaan terhadap berbagai barang itu mengalami peningkatan. Harga-harga
membumbung tinggi jauh melebihi daya beli masyarakat. Hal ini sangat
berimplikasi terhadap kenaikan harga berbagai barang dan jasa lainnya.

Akibatnya, transaksi ekonomi mengalami kemacetan, bahkan berhenti sama


sekali, yang pada akhirnya menimbulkan bencana kelaparan, wabah penyakit, dan
kematian di kalangan masyarakat. Keadaan yang semakin memburuk tersebut
memaksa rakyat untuk menekan pemerintah agar segera memperhatikan keadaan
mereka.

Untuk menanggulangi bencana itu, pemerintah mengeluarkan sejumlah dana


besar yang mengakibatkan perbendaharaan mengalami penurunan drastis karena
disisi lain, pemerintah tidak memperoleh pemasukan yang berarti. Dengan kata
lain, pemerintah mengalami defisit anggaran dan negara, baik secara politik,
ekonomi, maupun sosial, menjadi tidak stabil yang kemudian menyebabkan
keruntuhan sebuah pemerintahan.

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa sekalipun suatu bencana telah berlalu,


kenaikan harga-harga tetap berlangsung. Hal ini merupakan implikasi dari bencana
alam sebelumnya yang mengakibatkan aktivitas ekonomi, terutama di sector
produksi, mengalami kemacetan.

Ketika situasi telah normal, persediaan barangbarang yang signifikan, seperti


benih padi, tetap tidak beranjak naik, bahkan tetap langka, sedangkan permintaan
terhadapnya meningkat tajam. Akibatnya, harga barang-barang ini mengalami
kenaikan yang kemudian di ikuti oleh kenaikan harga berbagai jenis barang dan
jasa lainnya, termasuk upah dan gaji para pekerja.

Ketidakseimbangan permintaan dan penawaran juga pernah terjadi dizaman


Rasulullah SAW. Dalam hal ini Rasulullah SAW tidak mau menghentikan atau
mempengaruhi pergerakan harga ini sesuai Hadist:

Anas meriwayatkan, ia berkata: Orang-orang berkata kepada Rasulullah SAW,


” Wahai Rasulullah, harga-harga barang naik (mahal), tetapkanlah harga
untuk kami”. Rasulullah SAW lalu menjawab, ”Allah-lah Penentu harga,
Penahan, Pembentang, dan pemberi riszki. Aku berharap tatkala bertemu
Allah, tidak ada seorangpun yang meminta padaku tentang adanya
kedhaliman dalam urusan darah dan harta.”

Untuk menganalisisnya, dapat digunakan perangkat analisis konvensional


yaitu persamaan identitas berikut:

MV = PT = Y
Dimana:
M : Jumlah uang beredar
V : Kecepatan peredaran uang
P : Tingkat harga
T : Jumlah barang dan jasa
Y : Tingkat pendapatan nasioanl (GDP)

Page 9 of 16
Mata Kuliah : Ekonomi Makro Islam University of Islam Malang 2019

Natural inflation dapat diartikan sebagai berikut:


1) Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu
perekonomian (T). Misalnya T↓ sedangkan M dan V tetap, maka
konsekuensinya P↑.
2) Naiknya daya beli masyarakat secara riil. Misalnya, nilai ekspor lebih besar
daripada nilai impor, sehingga secara netto terjadi impor uang yang
mengakibatkan M↑ sehingga jika V dan T tetap maka P↑. Lebih lanjut, jika
dianalisis dengan persamaan agregatif :
Dimana : AD = AS
AS = Y
AD = C + I + G + (X – M)
Serta : Y = pendapatan nasional
C = konsumsi
I = investasi
G = pengeluaran pemerintah
(X-M) = net ekspor
Maka : Y = C + I + G + (X – M)

Natural inflation dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya menjadi dua yaitu:


a. Uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak karena ekspor meningkat
(X↑) sedangkan impor menurun (M↓) sehingga net ekspor nilainya sangat
besar yang mengakibatkan naiknya permintaan agregatif (AD↑). Keadaan ini
pernah terjadi pada masa Umar ibn Khatab, pada masa itu eksportir yang
menjual barangnya ke luar negeri membeli barang-barang dari luar negeri
(impor) lebih sedikit jumlahnya dari barang yang mereka jual (positive net
export). Adanya positive net export akan menjadikan keuntungan yang berupa
kelebihan uang yang akan dibawa ke Madinah sehingga pendapatan dan daya
beli masyarakat meningkat (AD↑). Naiknya permintaan agregat (AD↑) akan
mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑) secara keseluruhan. Untuk
mengatasi keadaan ini Umar melarang penduduk Madinah untuk membeli
barang-barang atau komoditi selama 2 hari berturut-turut, akibatnya terjadi
penurunan permintaan agregatif (AD↓), dan tingkat harga kembali normal.
b. Turunnya tingkat produksi (AS↓) karena terjadinya paceklik, perang ataupun
embargo ekonomi. Masa paceklik ini pernah terjadi pada masa Umar ibn
Khatab yang mengakibatkan kelangkaan gandum yang berdampak pada
naiknya tingkat harga-harga (P↑).

2. Human Eror Inflation.

Human error inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalahan


yang dilakukan oleh manusia sendiri (QS Ar-Rum ayat 41), yang artinya;
“Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Human Error Inflation dapat dikelompokkan menurut penyebab-penyebabnya


sebagai berikut :

a) Korupsi dan administrasi yang buruk (corruption and bad


administration).

Pengangkatan para pejabat yang berdasarkan suap, nepotisme, dan bukan


karena kapabilitas akan menempatkan orang-orang pada berbagai jabatan

Page 10 of 16
Mata Kuliah : Ekonomi Makro Islam University of Islam Malang 2019
penting dan terhormat yang tidak mempunyai kredibilitas. Mereka yang
mempunyai mental seperti ini, rela menggadaikan seluruh harta milik untuk
meraih jabatan, kondisi ini juga akan berpengaruh ketika mereka berkuasa,
para pejabat tersebut akan menyalahgunakan kekuasaannya untuk meraih
kepentingan pribadi, baik untuk menutupi kebutuhan finansial pribadi atau
keluarga atau demi kemewahan hidup.
Akibatnya akan terjadi penurunan drastis terhadap penerimaan dan
pendapatan Negara. Korupsi akan mengganggu tingkat harga, karena para
produsen akan menaikkan harga jual barangnya untuk menutupi biaya-biaya
siluman yang telah mereka keluarkan. Dimasukkannya biaya siluman dalam
biaya produksi (cost of goods sold) akan menaikkan total biaya produksi. ATC
dan MC menjadi ATC2 dan MC2. Sehingga harga jual menjadi naik dari P
menjadi P2. Hal ini menjadi tidak mereflleksikan nilai sumber daya sebenarnya
yang digunakan dalam proses produksi.
Harga terdistorsi oleh komponen yang seharusnya tidak ada. Hal ini
menyebabkan terjadinya ekonomi biaya tinggi (high cost economy) dan pada
akhirnya terjadi inefisiensi alokasi sumber daya yang merugikan masyarakat.
Jika merujuk pada persamaan AS-AD, terlihat korupsi dan administrasi
pemerintahan yang buruk menyebabkan kontraksi pada kurva penawaran
agregatif.
Selain menyebabkan inefisiensi dan ekonomi biaya tinggi, korupsi dan
kelemahan administrasi sangat membahayakan perekonomian yakni terjerat
pada spiralling inflation atau hyper inflation.

b) Pajak yang berlebihan (excessive tax).

Efek yang ditimbulkan oleh pajak yang berlebihan pada perekonomian hamper
sama dengan efek yang ditimbulkan oleh korupsi dan administrasi yang buruk
yaitu kontraksi pada kurva penawaran agregatif . Namun, jika dilihat lebih
jauh, excessive tax mengakibatkan apa yang dinamakan para ekonom dengan
efficiency loss atau dead weight loss.

c) Pencetakan uang untuk menarik keuntungan (Escessive Seignorage).

Ketika terjadi defisit anggaran baik sebagai akibat dari kemacetan ekonomi,
maupun perilaku buruk para pejabat yang menghabiskan uang negara,
pemerintah melakukan percetakan uang fulus secara besar-besaran. Ibn al-
Maqrizi berpendapat bahwa percetakan uang yang berlebihan akan
mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑), menurunnya nilai mata uang
secara drastis, akibatnya uang tidak lagi bernilai.
Menurut al-Maqrizi kenaikan harga komoditas adalah kenaikan dalam bentuk
jumlah uang (fulus), sedangkan jika diukur dengan emas (dinar), harga-harga
komoditas itu jarang sekali mengalami kenaikan. Uang sebaiknya dicetak
hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi dan dalam
pecahan yang mempunyai nilai nominal yang kecil.

6. Teori Nilai Tukar Islam


Dalam konsepsi Islam, orientasi ekonomi haruslah memperjuangkan nasib
rakyat kecil serta kesejahteraan rakyat banyak, yang dalam teori ushul fiqh
dinamakan al maslahah al ammah. Sedangkan mekanisme yang digunakan untuk
mencapai kesejahteraan itu tidaklah ditentukan format dan bentuknya.

Page 11 of 16
Mata Kuliah : Ekonomi Makro Islam University of Islam Malang 2019

Inflasi dapat menguntungkan golongan masyarakat tertentu tetapi merugikan


golongan lain. Karenanya setiap negara berusaha menghindari inflasi dengan
menerapkan berbagai kebijakan. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain :

1. Kebijakan Moneter.

Kebijakan ini adalah kebijakan yang berasal dari bank sentral dalam mengatur
jumlah uang yang beredar melalui instrument-instrumen moneter yang
dimiliki oleh bank sentral. Melalui instrument ini diharapkan peredaran uang
dapat diatur dan inflasi dapat di kendalikan sesuai dengan yang telah
ditargetkan sebelumnya. Terdapat tiga kebijakan yang dapat di tempuh bank
sentral dalam mengatur inflasi :

a. Kebijakan Diskonto. Kebijakan diskonto (discount policy) adalah


kebijakan bank sentral untuk mempengaruhi peredaran uang dengan
jalan menaikkan dan menurunkan tingkat bunga. Kaitannya dengan bank
syari'ah yaitu dengan jalan menaikkan dan menurunkan tingkat nisbah
bagi hasil.
b. Operasi Pasar Terbuka. Yaitu dengan jalan membeli dan menjual
surat-surat berharga.
c. Kebijakan Persediaan Kas (cash ratio policy). Yaitu kebijakan bank
sentral untuk mempengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan
dan menurunkan presentasi persediaan kas dari bank.

Dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus stabilitas, Islam tidak


menggunakan instrument bunga atau ekspansi moneter melalui pencetakan uang
baru atau defisit anggaran. Yang dilakukan adalah mempercepat perputaran uang
dan pembangunan infrastruktur sektor rill. Syekh Abdul Qadim Zallum mengatakan
bahwa, sistem moneter atau keuangan adalah sekumpulan kaidah pengadaan dan
pengaturan keuangan dalam suatu Negara.

Yang paling penting dalam setiap keuangan adalah penentuan satuan dasar
keuangan dimana kepada satuan itu dinisbahkan seluruh nilai-nilai berbagai mata
uang lain. Variabel yang harus diformulasikan dalam kerangka kebijakan moneter
dalam suatu perekonomian Islam adalah stok uang, bukan tingkat suku bunga.

Bank Islam harus mengarahkan kebijakan moneternya untuk mendorong


pertumbuhan dalam penawaran uang yang cukup untuk membiayai pertumbuhan
potensial dalam output jangka menengah dan jangka panjang demi mencapai
harga yang stabil dan tujuan-tujuan sosio-ekonomi Islam. Sasarannya haruslah
untuk menjamin bahwa pengembangan moneter yang tidak berlebihan melainkan
cukup untuk sepenuhnya dapat mengeksploitasi kapasitas perekonomian untuk
menawarkan barang dan jasa bagi kesejahteraan sosial.

Tingkat pertumbuhan yang ingin dicapai haruslah yang stabil, realistis dan
dapat bertahan dalam jangka menengah maupun panjang, bukan yang tidak
realistis dan naik turun.

2. Kebijakan Fiskal.

1. Pengaturan Pengeluaran Pemerintah. Pemerintah harus mampu


menjaga penggunaan anggaran negara agar sesuai dengan perencanaan.

Page 12 of 16
Mata Kuliah : Ekonomi Makro Islam University of Islam Malang 2019
Sehingga tidak melampaui batas yang telah direncanakan yang dapat
mendorong pertambahan uang beredar dan sebaliknya.
2. Peningkatan dan Penurunan Tarif Pajak. Dengan mengontrol
kebijakan mengenai tarif pajak dapat menstabilkan daya beli masyarakat
dan kemampuan produksi barang dan jasa.

Dalam perspektif Islam kebijakan fiskal mempunyai peran penting, hal ini
didasarkan pada alasan-alasan sebagai berikut: Peran kebijakan fiskal relative
dibatasi, dua hal yang mendasarinya; 1) Tingkat bunga yang tidak mempunyai
peran sama sekali dalam ekonomi islam, 2) Islam tidak memperbolehkan perjudian
karena dapat menimbulkan berbagai praktek perjudian yang mengandung spekulasi
(untung-untungan).

Pemerintah Islam harus lebih keras dan tegas dalam menjamin bahwa
pungutan atas zakat dapat dikumpulkan dari setiap muslim yang mempunyai
kelebihan harta yang telah mencapai nishab. Tujuan dari kebijakan fiskal dalam
islam adalah untuk menciptakan stabilitas ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi
yang tinggi dan pemerataan pendapatan, ditambah dengan tujuan lain yang
terkandung dalam aturan Islam yaitu menetapkan pada tempat yang tinggi akan
terwujudnya persamaan dan demokrasi sesuai dengan QS. 59:7, yang artinya :

“Apa saja harta rampasan (fa’i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari
harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah,
untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-
orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara
orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu,
maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”

Ekonomi Islam akan dikelola untuk membantu dan mendukung ekonomi


masyarakat yang terbelakang dan untuk memajukan serta menyebarkan ajaran
Islam seluas mungkin.

Masih menurut Majid, dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi ada


beberapa instrument yang digunakan, yaitu : Penggunaan kebijakan fiskal dalam
menciptakan kesempatan kerja, hal ini mungkin saja apabila investasi tidak hanya
digunakan untuk menutupi kesenjangan antara pendapatan nasional dengan
pengeluaran konsumsi agregat, maka harapan yang tinggi terhadap tingkat
keuntungan dapat dicukupi dengan mengajak para pengusaha untuk ikut membuka
investasi baru yang akan menyerap banyak tenaga kerja.

Hal yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah menarik beban atas harta
yang menganggur, sehingga akan mendorong masyarakat untuk menginvestasikan
dananya lewat tabungan atau deposito dengan tanpa menggunakan tingkat bunga
tetapi melalui bagi hasil, semua ini akan merangsang para pengusaha karena
dalam berusaha tidak akan terbebani oleh beban bunga yang tinggi.

3. Kebijakan Lain.

1. Peningkatan Produksi. Meski jumlah uang beredar bertambah jika di


iringi dengan peningkatan produksi, maka tidak akan menyebabkan inflasi.
Bahkan hal ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan ekonomi.
2. Kebijakan Upah. Inflasi dapat diatasi dengan menurunkan pendapatan
yang siap dibelanjakan (disposable income) masyarakat.

Page 13 of 16
Mata Kuliah : Ekonomi Makro Islam University of Islam Malang 2019
3. Pengawasan Harga. Kecenderungan dinaikkannya harga oleh pengusaha
dapat diatasi dengan adanya pengawasan harga pasar.

4. Perbaikan Perilaku Masyarakat.

Dalam mengatasi inflasi, selain kebijakan-kebijakan di atas perlu adanya


perbaikan prilaku masyarakat. sesungguhnya stabilitas nilai mata uang tidak
didasarkan kepada zat mata uang, sehingga berefek pada tindakan revolusioner
yang mengubah seluruh zat mata uang dari kertas ke logam mulia emas dan perak,
melainkan dengan perbaikan perilaku ekonomi manusia yang berada di sekitar
mata uang tersebut.

Ciri kerusakan mata uang dînâr-dirham dan mata uang kertas adalah sama,
yakni sama-sama diakibatkan oleh perilaku ekonomi yang destruktif. Mata uang
dînâr-dirham pernah rusak karena penimbunan dan pemalsuan, sedangkan mata
uang kertas pernah rusak karena pembungaan dan spekulasi. Krisis moneter di
akhir tahun sembilan puluhan dan krisis global yang terjadi baru-baru ini,
bersumber dari pembungaan dan spekulasi tersebut.

Sedangkan menurut M. Hatta setidaknya ada tujuh kebijakan moneter Islam


yang dapat mengendalikan inflasi baik secara langsung maupun tidak langsung,
yaitu: Dinar dan dirham sebagai mata uang, hukum jual beli mata uang asing,
hukum pertukaran mata uang, hukum bunga, hukum pasar modal, hukum
perbankan, hukum pertukaran internasional, dan otoritas kebijakan moneter.

7. Peranan Zakat dalam Mengatasi Inflasi


Sebagaimana yang telah dijabarkan pada materi sebelumnya bahwa zakat
memiliki peranan yang sangat signifikan dalam ekonomi makro Islam dimana selain
menjadi salah satu kewajiban umat Islam yang tertera dalam Al-Qur’an dan
termasuk kedalam rukun Islam, zakat apabila dikelola dan dialokasikan secara
tepat dalam jangka panjang akan turut mendorong perekonomian suatu negara
dan menekan angka inflasi pada negara tersebut.

Zakat mentransfer sebagian pendapatan kelompok kaya yang merupakan


bagian kecil dalam masyarakat kepada kelompok miskin yang merupakan bagian
terbesar dalam masyarakat. Hal ini secara langsung akan meningkatkan
permintaan barang dan jasa dari kelompok miskin yang umumnya adalah
kebutuhan dasar seperti sandang, pangan dan papan. Permintaan yang lebih tinggi
untuk kebutuhan dasar masyarakat terkait zakat ini, akan mempengaruhi
komposisi produksi barang dan jasa yang diproduksi dalam pereokonomian,
sehingga akan membawa pada alokasi pendapatan dan sirkulasi jumlah uang yang
beredar di masyarakat.

Dalam konteks ini kita dapat memandang fungsi alokatif zakat yang
merealokasi sumber daya dari orang kaya ke orang miskin ini, sebagai cara yang
efektif untuk memerangi kemiskinan dan berimplikasi pada penurunan inflasi.
Dengan pendayagunaan zakat yang produktif, tepat sasaran dan berkelanjutan,
zakat akan mampu mengubah kaum dhuafa’ menjadi muzakki.

Adapun peranan Zakat dalam meningkatkan inflasi dapat dianalogikan sebagai


berikut :

 Muzakki membayar zakat sesuai ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur’an


dan syariat Islam
Page 14 of 16
Mata Kuliah : Ekonomi Makro Islam University of Islam Malang 2019

 Mustahik menerima zakat sesuai ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur’an


dan syariat Islam
 Dengan adanya zakat yang diberikan oleh muzakki kepada mustahik secara
langsung akan meningkatkan daya beli konsumsi kebutuhan yang
diperlukan oleh mustahik
 Cash inflow dan cash outflow terjadi dengan adanya peningkatan konsumsi
yang memiliki multiplier effect pada peningkatan sirkulasi ekonomi yang
terjadi di negara tersebut
 Dengan peningkatan sirkulasi ekonomi yang terjadi dalam jangka panjang
juga akan menekan angka inflasi di negara tersebut.

KESIMPULAN
Inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga barang
yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi tidak hanya di suatu
tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia. Kenaikan harga
ini berlangsung secara berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi harga
barang tersebut jika tidak ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan-
penyimpangan yang menyebabkan terjadinya inflasi tersebut.

Inflasi dapat digolongan menjadi dua kategori, yaitu natural inflation dan
human error inflation. Karenanya, hendaklah masyarakat bisa menjaga (hedging)
terhadap harta kekayaannya dengan cara yang bijaksana, tidak berprilaku boros
dan hidup dalam kesederhanaan. Sebaiknya kita simak kutipan dari Yusuf Qardhawi
yang mengatakan

“Hal yang dapat membedakan antara sistem Islam dengan sistem maupun
agama lain, adalah bahwa antara ekonomi dan akhlak tidak pernah terpisah
sama sekali seperti halnya tidak pernah terpisah antara ilmu dan akhlak,
antara politik dan akhlak, dan antara perang dengan akhlak. Akhlak adalah
daging dan urat nadi kehidupan Islami. Karena risalah Islam adalah risalah
akhlak, sebagaimana pula tidak pernah terpisah antara agama dan negara,
Page 15 of 16
Mata Kuliah : Ekonomi Makro Islam University of Islam Malang 2019
dan antara materi dan ruhani. Seorang Muslim yakin akankesatuan hidup dan
kesatuan kemanusiaan. Karena itu, tidak bisa diterima sama sekali tindakan
pemisahan antara kehidupan dunia dan agama sebagaimana yang terjadi di
Eropa. Demikian pula yang digembar-gemborkan oleh faham kapitalis
maupun lainnya.”

Dampak dari inflasi ialah menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat. makin


buruknya distribusi pendapatan, dan terganggunya stabilitas ekonomi. Di dalam
pandangan ekonom muslim, inflasi dapat menimbulkan gangguan, melemahkan
semangat masyarakat untuk menabung, meningkatkan kecenderungan berbelanja,
dan mengarahkan masyarkat untuk berinvestasi ke sektor non produktif. Cara
mencegahnya dengan menggunakan kebijakan moneter, fiskal, dan output yang
dilakukan oleh pemerintah serta perbaikan perilaku moral pejabat dan masyarakat
ditambah dengan maksimalisasi peranan zakat sebagai solusi Islam untuk menekan
inflasi.

REFERENSI
Huda, Nurul. 2008. Ekonomi Makro Islam, Pendekatan Teoritis. Jakarta: Kencana.
Karim, Adiwarman. 2012. Ekonomi Makro Islami. Jakarta : Raja Grafindo.
Mannan, Muhammad Abdul. 2007. Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Yogyakarta : Dana
Bhakti Wakaf
Sadono, Sukirno. 2006. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo.

Page 16 of 16

Anda mungkin juga menyukai