Anda di halaman 1dari 64

KAJIAN

PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN

OBAT

RUMAH SAKIT PERKEBUNAN TAHUN 2018

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat merupakan bagian penting

dalam pelayanan pasien sehingga organisasinya harus efektif dan efisien, serta

bukan hanya tanggung jawab apoteker, tetapi juga profesional pemberi asuhan

dan staf klinis pemberi asuhan lainnya. Pengaturan pembagian tanggung jawab

bergantung pada struktur organisasi dan staffing. Struktur organisasi dan

operasional sistem pelayanan kefarmasian serta penggunaan obat di rumah sakit

mengacu pada peraturan perundang-undangan.

Pengelolaan perbekalan farmasi (obat dan BMHP) atau sistem manajemen

perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari

perencanaan sampai evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang

lainnya.

Manajemen perbekalan farmasi di rumah sakit merupakan salah satu unsur

penting dalam fungsi manajemen, secara keseluruhan karena ketidakefisienan

akan memberikan dampak negatif terhadap rumah sakit baik secara medis

maupun secara ekonomis.

Pelayanan kefarmasian dilakukan oleh apoteker yang melakukan

pengawasan dan supervisi semua aktivitas pelayanan kefarmasian serta

penggunaan obat di rumah sakit. Untuk memastikan keefektifannya maka

rumah sakit melakukan kajian sekurang-kurangnya sekali setahun. Kajian

tahunan mengumpulkan semua informasi dan pengalaman yang berhubungan

dengan pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat, termasuk angka kesalahan

penggunaan obat serta upaya untuk menurunkannya. Kajian bertujuan membuat

rumah sakit memahami kebutuhan dan prioritas perbaikan sistem berkelanjutan

dalam hal mutu, keamanan, manfaat, serta khasiat obat dan alat kesehatan.

1
Dengan kajian ini rumah sakit dapat memahami kebutuhan dan prioritas

peningkatan mutu serta keamanan penggunaan obat. Sumber informasi obat

yang tepat harus tersedia di semua unit pelayanan.

B. TUJUAN
Kajian tahunan mengumpulkan semua data, informasi, dan pengalaman

yang berhubungan dengan pelayanan kefarmasian serta penggunaan obat,

termasuk antara lain seberapa baik sistem telah bekerja terkait dengan :

1. Seleksi dan pengadaan obat;

2. Penyimpanan;

3. Peresepan/permintaan obat dan instruksi pengobatan;

4. Penyiapan dan penyerahan dan pemberian obat.

5. Pendokumentasian dan pemantauan efek obat;

6. Monitor seluruh angka kesalahan penggunaan obat (medication error)

meliputi kejadian tidak diharapkan, kejadian sentinel, kejadian nyaris

cedera, kejadian tidak cedera. dan upaya mencegah dan menurunkannya;

7. Kebutuhan pendidikan dan pelatihan;

8. Pertimbangan melakukan kegiatan baru berbasis bukti (evidence based).

C. PENGERTIAN
Review Pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat ( PKPO ) dilakukan

terhadap :

1. Seleksi dan pengadaan obat

a. Seleksi

Seleksi atau pemilihan obat merupakan proses kegiatan sejak

dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit,

identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria

pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi

sampai menjaga dan memperbarui Formularium obat.

2
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan

kebutuhan yang berdasarkan pada:

1) Formularium Nasional, Formularium rumah sakit dan standar

pengobatan/ pedoman diagnosa dan terapi

2) Standar sediaan farmasi, alat kesehatan dan Bahan Medis Habis

Pakai yang telah ditetapkan.

3) Pola penyakit

4) Efektifitas dan keamanan

5) Pengobatan berbasis bukti

6) Mutu

7) Harga

8) Ketersediaan di pasaran

Formularium rumah sakit disusun mengacu kepada

Formularium Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar

Obat yang disepakati staf medis, disusun oleh Komite Farmasi dan

Terapi (KFT) yang ditetapkan oleh Kepala Rumah Sakit.

Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua

penulis resep, pemberi obat dan penyedia obat di Rumah Sakit.

Evaluasi terhadap Formularium Rumah Sakit harus secara rutin dan

dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan rumah sakit.

Penyusunan dan revisi Formularium Rumah Sakit

dikembangkan berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi

dari penggunaan obat, agar dihasilkan formularium rumah sakit

yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan

yang rasional.

Tahapan proses penyusunan Formularium Rumah Sakit:

1) Membuat rekapitulasi usulan Obat dari masing-masing Staf

Medik Fungsional (SMF) berdasarkan standar terapi atau standar

pelayanan medik;

3
2) Mengelompokkan usulan Obat berdasarkan kelas terapi;

3) Membahas usulan tersebut dalam rapat Komite Farmasi dan

Terapi (KFT), jika diperlukan dapat meminta masukan dari

pakar;

4) Mengembalikan rancangan hasil pembahasan Komite Farmasi

dan Terapi (KFT), dikembalikan ke masing-masing SMF untuk

mendapatkan umpan balik;

5) Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF;

6) Menetapkan daftar Obat yang masuk ke dalam Formularium

Rumah Sakit;

7) Menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi; dan

8) Melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada

staf dan melakukan monitoring.

Kriteria pemilihan Obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit:

1) Mengutamakan penggunaan Obat generik;

2) Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling

menguntungkan penderita;

3) Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;

4) Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;

5) Praktis dalam penggunaan dan penyerahan;

6) Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh

pasien;

7) Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi

berdasarkan biaya langsung dan tidak lansung; dan

8) Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman

(evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk

pelayanan dengan harga yang terjangkau.

Dalam rangka meningkatkan kepatuhan terhadap

formularium Rumah Sakit, maka Rumah Sakit harus mempunyai

kebijakan terkait dengan penambahan atau pengurangan Obat

4
dalam Formularium Rumah Sakit dengan mempertimbangkan

indikasi penggunaaan, efektivitas, risiko, dan biaya.

Perencanaan

Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan

jenis jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan

kebutuhan dan anggaran untuk menjamin terpenuhinya kriteria

tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan

dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan

menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan

dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain

konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan

epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Dalam pengelolaan obat perencanaan dilakukan

berdasarkan data yang diperoleh dari tahap akhir pengelolaan,

yaitu penggunaan obat periode yang lalu. Tujuan dari perencanaan

adalah untuk mendapatkan jenis dan jumlah obat yang sesuai

dengan kebutuhan menghindari terjadinya stock out (kekosongan)

obat dan meningkatkan penggunaan obat secara rasional.

Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:

1) Anggaran yang tersedia;

2) Penetapan prioritas;

3) Sisa persediaan;

4) Data pemakaian periode yang lalu;

5) Waktu tunggu pemesanan; dan

6) Rencana pengembangan.

b. Pengadaan Obat

Pengadaan obat merupakan kegiatan untuk merealisasikan

kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui pembelian

secara langsung dari pabrik / distributor / PBF / rekanan atau dari

konsinyasi dan donasi. Pengadaan yang efektif harus menjamin

5
ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang

terjangkau dan sesuai standar mutu.

Tujuan pengadaan obat adalah memperoleh obat yang

dibutuhkan dengan harga layak, mutu baik, pengiriman obat

terjamin tepat waktu, proses berjalan lancar tidak memerlukan

waktu dan tenaga yang berlebihan.

Dalam proses pengadaan barang / jasa, prinsip yang perlu

dipertimbangankan yaitu efisien, efektif, terbuka dan bersaing,

transparan, adil / tidak diskriminatif, akuntabel.

Tiga elemen penting dalam proses pengadaan yaitu :

1) Metode pengadaan yang dipilih, bila tidak teliti dapat menjadikan


biaya tinggi.

2) Penyusunan dan persyaratan kontrak kerja sangat penting untuk


menjaga agar pelaksanaan pengadaan terjamin mutu waktu dan

kelancaran bagi semua pihak.

3) Order pemesanan,obat barang sesuai dengan macam, waktu dan


tempat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:

1) Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa;

2) Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet

(MSDS);

3) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

harus mempunyai Nomor Izin Edar; dan

4) Expired date minimal 6 (enam) bulan kecuali untuk Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu

(vaksin, reagensia, dan lain-lain) yang langsung digunakan.

Rumah Sakit harus memiliki mekanisme yang mencegah

kekosongan stok obat dan mendapatkan obat saat Instalasi Farmasi

tutup.

6
Pengadaan dapat dilakukan melalui:

1) Pembelian

Untuk Rumah Sakit pemerintah pembelian Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan

ketentuan pengadaan barang dan jasa yang berlaku.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah:

a) Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai, yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu

Obat;

b) Persyaratan pemasok;

c) Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan

d) Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.

2) Produksi Sediaan Farmasi

Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat memproduksi sediaan

tertentu apabila:

a) Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran;

b) Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri;

c) Sediaan Farmasi dengan formula khusus;

d) Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking;

e) Sediaan Farmasi untuk penelitian; dan

f) Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus

dibuat baru (recenter paratus).

Sediaan yang dibuat di Rumah Sakit harus memenuhi

persyaratan mutu dan terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan di Rumah Sakit tersebut. Instalasi Rumah Sakit

Perkebunan hanya memproduksi sediaan farmasi berupa bedak gatal

dan lotio kumerfeldi.

7
2. Penyimpanan

Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut

persyaratan yang ditetapkan:

a) Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya.


b) Dibedakan menurut suhu dan kestabilannya.
c) Mudah tidaknya meledak / terbakar
d) Tahan / tidaknya terhadap cahaya
disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin

ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.

Tujuan pengaturan penyimpanan perbekalan farmasi adalah

untuk mempertahankan kualitas obat, mengoptimalkan manajemen

persediaan, memberikan informasi kebutuhan obat yang akan datang

melindungi permintaan yang naik turun. Melindungi pelayanan dari

pengiriman yang terlambat, menambah keuntungan bila pembelian

banyak, menghemat biaya pemesanan dan mengurangi kerusakan dan

kehilangan.

Ada beberapa macam sistem penataan obat, antara lain yang

pertama, sistem first in First Out (FIFO) yaitu obat yang datang

kemudian diletakkan di belakang obat yang terdahulu, dan first

expired first out (FEFO) yaitu obat yang mempunyai tanggal

kadaluwarsa lebih dahulu diletakkan di depan obat yang mempunyai

tanggal kadaluwarsa kemudian.

Komponen yang harus diperhatikan antara lain:

a) Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan

Obat diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal

pertama kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan

khusus;

b) Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan

kecuali di kotak emergency dan loker obat pasien;

8
c) Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan

pasien dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas

dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk

mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati; dan

d) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

yang dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat

diidentifikasi.

Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa obat disimpan

secara benar dan diinspeksi secara periodik.

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

yang harus disimpan terpisah yaitu:

a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan

diberi tanda khusus bahan berbahaya

b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi

penandaaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas

medis. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas

medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis di ruangan

harus menggunakan tutup demi keselamatan.

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi,

bentuk sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan

prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai

sistem informasi manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan

yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan

dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan

pengambilan Obat.

Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan Obat

emergensi untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus

mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.

9
Pengelolaan Obat emergensi harus menjamin:

a) Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang

telah ditetapkan;

b) Tidak boleh bercampur dengan persediaan obat untuk kebutuhan

lain;

c) Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti;

d) Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa; dan

e) Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.

3. Peresepan/permintaan obat dan instruksi pengobatan

Resep merupakan permintaan tertulis dokter, dokter gigi, dokter

hewan kepada apoteker, untuk menyediakan obat dan menyerahkan

obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Rumah sakit perlu

memperhatikan tentang tata cara peresepan, pemesanan dan

pencatatan yang aman diarahkan oleh kebijakan dan prosedur. Para

staf medis, keperawatan, farmasi dan administrative berkolaborasi

untuk mengembangkan dan memonitor kebijakan dan prosedur. Staf

yang terkait dilatih untuk praktek penulisan resep, pemesanan dan

pencatatan yang benar.Karena peresepan obat yang tidak terbaca atau

pemesanan yang mengacaukan keselamatan pasien bisa menunda

pengobatan, maka kebijakan rumah sakit mengatur tindakan untuk

mengurangi tidak terbacanya resep.

4. Penyiapan, penyerahan dan pemberian obat

Sistem Penyiapan dan penyerahan obat di Rumah Sakit

dilaksanakan dalam lingkungan aman dan bersih. Untuk menjamin

keamanan, mutu, manfaat, dan khasiat obat yang disiapkan dan

diserahkan pada pasien maka rumah sakit diminta menyiapkan dan

menyerahkan obat dalam lingkungan yang aman bagi pasien, petugas,

dan lingkungan serta untuk mencegah kontaminasi tempat penyiapan

10
obat harus sesuai peraturan perundang-undangan dan praktik

profesi.Pencampuran obat intravena, epidural dan pengemasan

kembali obat suntik harus dilakukan dalam ruang yang bersih (clean

room) yang dilengkapi dengan laminary airflow cabinet dimana petugas

sudah terlatih dengan teknik aseptik serta menggunakan alat

perlindung diri yang sesuai.

Manajemen obat yang baik melakukan dua hal untuk dinilai di

setiap resep atau setiap ada pesanan obat. Pengkajian resep untuk

menilai ketepatan baik administratif, klinis maupun farmasetik obat

untuk pasien dan kebutuhan kliniknya pada saat resep dibuat atau

obat dipesan.

Pengkajian resep dilakukan oleh apoteker meliputi:

a) Ketepatan identitas pasien, obat, dosis, frekuensi, aturan

minum/makan obat, waktu pemberian

b) Duplikasi pengobatan

c) Potensi alergi atau sensitivitas

d) Interaksi antara obat dan obat lain atau dengan makanan

e) Variasi dari kriteria penggunaan dari rumah sakit

f) Berat badan pasien dan atau informasi fisiologik lainnya

g) Kontra indikasi

Telaah obat dilakukan terhadap obat yang telah siap, telaah

dilakukan meliputi 5 (lima) informasi yaitu:

a) identitas pasien

b) ketepatan obat;

c) dosis

d) rute pemberian

e) waktu pemberian.

11
Pemberian Obat

Sistem pemberian obat di rumah sakit terbagi menjadi

pemberian obat untuk pasien rawat inap, rawat jalan dan pemberian

obat diluar jam kerja.

1) Pemberian obat untuk pasien rawat inap


Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi

untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di rumah sakit,

yang diselenggarakan dengan sistem Unit Dose Dispensing

(UDD). UDD merupakan sistem pendistribusian obat-obatan

melalui resep perorangan yang disiapkan dan diberikan /

digunakan kepada pasien , yang berisi obat dalam jumlah yang

telah ditetapkan atau jumlah yang cukup siap pakai/konsumsi.

2) Pemberian obat untuk pasien rawat jalan


Merupakan kegiatan pendistribusian obat untuk memenuhi

kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit yang

diselenggarakan secara sentralisasi dengan sistem resep

perorangan.

3) Pemberian obat di luar jam kerja.


Merupakan kegiatan pemberian obat-obatan untuk

memenuhi kebutuhan pasien di luar jam kerja, yang

diselenggarakan oleh :

a. Farmasi rawat inap yang dibuka 24 jam


b. Ruang rawat yang menyediakan obat-obat emergensi

5. Pendokumentasian dan Pemantauan Efek Obat

Pendokumentasian terapi obat ditulis pada form Catatan

Perkembangan Pasien Terintergasi oleh Dokter Penanggung Jawab

Pasien (DPJP) dan Profesi Pemberi Asuhan. Dalam melakukan

Pemantauan efek obat perlu memperhatikan riwayat penggunaan

obat, mencatat di form rekonsiliasi obat jika obat yang masih

12
dikonsumsi masih perlu dilanjutkan. Jika terdapat reaksi obat yang

tidak dikehendaki dan atau efek samping obat, maka DPJP, Perawat

dan apoteker harus melakukan pencatatan di Form Monitoring Efek

Samping Obat ( MESO ) yang ditindak lanjuti sesuai prosedur yang

ditetapkan.

6. Monitoring Kesalahan Obat dan KNC

Penggunaan obat rasional merupakan hal utama dari pelayanan

kefarmasian. Dalam mewujudkan pengobatan rasional, keselamatan

pasien menjadi masalah yang perlu diperhatikan. Peran apoteker

dalam mewujudkan keselamatan pasien meliputi dua aspek yaitu

aspek manajemen dan aspek klinik. Aspek manajemen meliputi

pemilihan perbekalan farmasi, pengadaan, penerimaan, penyimpanan

dan distribusi, alur pelayanan, sistem pengendalian. Sedangkan aspek

klinik meliputi skrining permintaan obat, penyiapan obat, penyerahan

dan pemberian informasi, konseling, monitoring dan evaluasi.

Tujuh langkah Menuju Keselamatan Pasien Pada Pelayanan

Kefarmasian mengacu pada buku Panduan Nasional Keselamatan

Pasien Rumah Sakit (diterbitkan oleh Depkes tahun 2006):

a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.

b. Pimpin dan dukung staf

c. Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko

d. Kembangkan Sistem Pelaporan

e. Libatkan dan Komunikasikan dengan pasien

f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien

g. Cegah KTD, KNC dan Kejadian Sentinel.

7. Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan

Karyawan di RS Perkebunan dipersyaratkan mengikuti in

house training sebanyak 20 jam selama setahun. Selain itu, karyawan

13
sub divisi farmasi juga dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan

dispensing aseptic.

8. Pertimbangan Kegiatan Baru Berbasis Bukti Evidence Based

Untuk mengurangi medication error dan meningkatkan Patient

Safety maka dibuatkan program pembuatan etiket secara elektronik /

print dan tidak lagi manual. Hal ini bertujuan untuk mengurangi lama

pekerjaan tulis menulis, meningkatkan identifikasi pasien saat

penyerahan obat dan mengurangi medication error.

14
BAB II

TATA LAKSANA

Manajemen obat di rumah sakit dilakukan oleh Sub Divisi Farmasi Rumah Sakit.

Berkaitan dengan pengelolaan obat di rumah sakit, Departemen Kesehatan Rl melalui SK

No. 85/Menkes/Per/1989, menetapkan bahwa untuk membantu pengelolaan obat di

rumah sakit perlu adanya Komite Farmasi dan Terapi, Formularium dan Pedoman

Pengobatan.

Pengelolaan obat di rumah sakit merupakan salah satu manajemen rumah sakit

yang penting, karena ketidakefisienan dalam pengelolaan akan memberikan efek negatif

terhadap rumah sakit baik secara medis maupun ekonomis. Pengelolaan obat di rumah

sakit bertujuan agar obat diperlukan tersedia setiap saat diperlukan, dalam jumlah yang

cukup dan mutu yang terjamin.

Untuk melihat gambaran efisiensi suatu sistem, maka dapat memanfaatkan

indikator yang khas untuk sistem tersebut. Terdapat beberapa batasan-batasan indikator

yaitu :

A. Indikator merupakan ukuran untuk mengukur perubahan.


B. Indikator merupakan jenis data terdasar sifat / gejala /keadaan yang dapat diukur
dan diolah secara mudah dan cepat dengan tidak memerlukan data lain dalam

pengukuran.

C. Indikator merupakan alat ukur kuantitatif yang dapat di gunakan untuk


monitoring, evaluasi, dan mengubah atau meningkatkan mutu pengelolaan obat di

Farmasi rumah sakit.

Dalam proses pengukuran indikator efisiensi, pengelolaan obat di rumah sakit

yang meliputi tahap perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi, yang di

tujukan untuk mengukur tahap-tahap proses pengelolaan obat, indikator-indikator itu

adalah sebagai berikut :

9
Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat
MACAM CARA NILAI
TAHAP TUJUAN
INDIKATOR PERHITUNGAN STANDAR

PERENCANAA Persentase dana Untuk mengetahui A : dana yang Lebih dari

N yang tersedia seberapa jauh tersedia 100 %

dengan persediaan dana B : kebutuhan

keseluruhan memberikan dana dana

dana yang kepada farmasi berdasarkan

sesungguhnya di metode

butuhkan. konsumsi
Persentase x

100%

PENGADAAN 1.Frekuensi Untuk mengetahui Ambil 30 kartu Semakin

pengadaan tiap berapa kali obat-obat stok obat, diamati kecil

item obat tersebut dipesan tiap beberapa kali persentase

bulannya obat dipesan tiap slow moving

tahun semakin kecil

kerugian

bagi rumah

sakit

2.Frekuensi Untuk mengetahui Ambil daftar Tingkat

tertundanya kualitas pembayaran hutang, cocokan frekuensi

pembayaran rumah sakit dengan daftar tertundanya

olehRS pembayarannya. pembayaran

terhadap menunjukka

waktu yang di n kurang

sepakati baiknya

manajemen

10
keuangan

pihak rumah

sakit

PENYIMPANA 1.Kecocokan Untuk mengetahui Seluruh kartu 100% sesuai

N antara barang ketelitian petugas di stok obat (A)

dengan kartu pelayanan cocokan dengan

stok barang yang ada

(B) apakah A=B

atau A ≠ B

2.Turn over Untuk mengetahui Omzet 1 tahun = 6-7x

Ratio (TOR) berapa kali perputaran A Hasil stok

modal dalam 1 tahun opname 1 tahun

=B

TOR =

3.Sistem Untuk menilai sistem Ambil 30 kartu

penataan penataan obat di stok secara acak

gudang gudang, standar obat (X), cocokkan

FIFO dengan keadaan

barang dalam no

batch, tanggal

kadaluwarsa dan

tanggal

pembelian,

dicatat berapa

yang tidak cocok

(Y). Hitung

11
berapa persen

yang tidak cocok

x 100 %

4.Prosentase nilai Untuk mengetahui Dari catatan obat < 1%

obat yang besarnya kerugian ED dalam 1

kadaluwarsa rumah sakit tahun, hitung

dan atau yang nilainya = X.

rusak Nilai stok

opname = Y

Kerugian x

100 %

5.Prosentase Untuk mengetahui Jumlah item obat < 3%

stok mati item obat yang tidak yang tidak

(death stock) terpakai selama 12 terpakai dalam 12

bulan bulan (X)

Jumlah item obat

yang ada stoknya

(Y).

PEMBERIAN 1.Rata-rata waktu Ambil 100 pasien Obat jadi 30

yang Rawat jalan, catat menit

digunakan waktu resep Obat racikan

untuk melayani waktu (B) dan 60 menit

resep sampai waktu obat

ke tangan selesai dilayani

12
pasien (A)

X=

2. Persentase Untuk mengetahui Ambil 100 lembar >95%

Obat terlayani sejauh mana resep per bulan

kemampuan IFRS catat total jumlah

menyediakan obat item obat, yang

yang diresepkan. diserahkan ke Px

(X), catat jumlah

item obat yang di

resepkan (Y).

Z= x 100 %.

PENYIAPAN Persentase resep Untuk mengukur resep X = jumlah 100 %

DAN dilakukan diskrining dan obat skrining & telaah

PENYERAHAN skrining dan ditelaah obat

telaah obat Y = Total resep

Z = x 100 %

Untuk menambah ataupun mengurangi obat ke dalam formularium 2019

diperlukan rapat Komite Farmasi dan Terapi berdasarkan formulir yang masuk dari para

dokter .

Kriteria menambah obat ke formularium :

a. Memiliki rasio manfaat – resiko ( benefit risk ratio ) yang paling menguntungkan

pasien

b. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailibilitas

13
c. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan

d. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan

e. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien

f. Obat lain yang yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based

medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan, dengan harga yang

terjangkau

Kriteria untuk mengurangi obat dari formularium 2018 ke dalam formularium 2019:

a. Obat-obat yang jarang digunakan (slow moving) akan dievaluasi

b. Obat – obat yang tidak digunakan (death stock) dalam waktu 1 tahun maka akan

diingatkan pada dokter-dokter terkait yang akan menggunakan obat tersebut.

Apabila pada bulan berikutnya tetap tidak digunakan, maka obat tersebut

dikeluarkan dari formularium.

c. Obat-obat yang dalam proses penarikan oleh Pemerintah / BPOM atau dari

pabrikan.

Jenis Obat yang ditambah dan dikurangi dimasukkan dalam laporan review

formularium.

Monitoring Efek Samping Obat perlu dilakukan tidak hanya oleh petugas farmasi

tetapi oleh perawat di ruangan yang pertama kali menemukan kejadian. Jika menemukan

ESO maka petugas farmasi / perawat akan menuliskan di Form MESO dan laporan tersebut

diserahkan ke Komite Farmasi dan Terapi.

Monitoring kesalahan obat dan kejadian Nyaris Cedera adalah salah satu indikator

mutu sub divisi farmasi dan hasil pemantauan dilaporkan ke Komite Mutu dan

Keselamatan Pasien (KMKP) setiap bulan. Angka kejadian tidak ada target, akan tetapi

harus ada penurunan dari bulan ke bulan sebagai ukuran peningkatan terhadap mutu

layanan farmasi.

Pendidikan dan Pelatihan bagi karyawan Rumah Sakit dipersyaratkan mengikuti

diklat in house training sebanyak 20 jam /tahun terutama tentang akreditasi Rumah Sakit

dan Service Excellent.

Untuk mengurangi medication error dan meningkatkan Patient Safety maka dibuatkan

program pembuatan etiket secara elektronik / print dan tidak lagi manual. Hal ini bertujuan

14
untuk mengurangi lama pekerjaan tulis menulis, meningkatkan identifikasi pasien saat

penyerahan obat dan mengurangi medication error.

15
BAB III
PEMBAHASAN

Dari proses pengambilan data, diperoleh hasil sebagai berikut :


MACAM
TAHAP TUJUAN CARA PERHITUNGAN NILAI STANDAR PENCAPAIAN
INDIKATOR

Persentase dana Untuk mengetahui


yang tersedia dengan seberapa jauh
PERENCANAAN keseluruhan dana persediaan dana Lebih dari 100 % 180,65%
yang sesungguhnya memberikan dana
di butuhkan. kepada farmasi

1. Frekuensi Untuk mengetahui Ambil 30 kartu stok obat, diamati beberapa kali obat Semakin kecil persentase slow Dari 30 sampel barang
pengadaan tiap berapa kali obat-obat dipesan tiap tahun moving semakin kecil kerugian frekuensi pembelian :
item obat tersebut di pesan tiap bagi rumah sakit rendah (<12) : 6
bulannya. sedang (12-24) : 10
tinggi (>24) : 14

PENGADAAN
2. Frekuensi Untuk mengetahui Ambil daftar hutang, cocokan dengan daftar Tingkat frekuensi tertundanya 0%
tertundanya kualitas pembayaran pembayarannya. pembayaran menunjukkan
pembayaran rumah sakit kurang baiknya manajemen
oleh RS keuangan pihak rumah sakit
terhadap waktu
yang di sepakati

16
MACAM
TAHAP TUJUAN CARA PERHITUNGAN NILAI STANDAR PENCAPAIAN
INDIKATOR

1.Kecocokan Untuk mengetahui Seluruh kartu stok obat (A) cocokan dengan barang yang 100% sesuai 99,3% sesuai
PENYIMPANAN antara barang ketelitian petugas di ada (B) apakah
dengan kartu pelayanan A=B atau A ≠ B
stok
Omzet 1 tahun = A
2. Turn over Ratio Untuk mengetahui Hasil stok opname 1 tahun =B 6-7x A= Rp. 38.943.965.533
(TOR) berapa kali perputaran B= Rp. 1.457.818.582
TOR = -
modal dalam 1 tahun
TOR = 26,71
Ambil 30 kartu stok secara acak (X),
Untuk menilai sistem 100% sesuai
cocokkan dengan keadaan barangdalam no batch, tanggal
3. Sistem penataan penataan obatdi X = 30 sampel ,
gudang gudang, standar obat Y= 5 sampel tidak sesuai.
Kadaluarsa dan tanggal pembelian, dicatat berapa
FIFO Persentase = 83.33%
yang tidak cocok (Y). Ht berapa
persen yang tidak cocok

= x 100 %
PENYIMPANAN
4. Prosentase nilai
obat yang
kadaluwarsa dan
Dari catatan obat ED dalam 1 tahun, hitung nilainya = X.
atau yang rusak Untuk mengetahui Nilai obat ED =
Nilai stok opname = Y
besarnya kerugian < 1% Rp. 4.193.982
Kerugian x 100 %
rumah sakit Nilai stok =
Rp. 1..457.818.582
Nilai kerugian RS = 0,29%

17
MACAM
TAHAP TUJUAN CARA PERHITUNGAN NILAI STANDAR PENCAPAIAN
INDIKATOR
5.Prosentase stok Untuk mengetahui item Jumlah item obat yang tidak terpakai dalam 12 bulan (X) < 3% Januari s/d Desember
mati (death stock) obat yang tidak terpakai Jumlah item obat yang ada stoknya (Y).  item death stok 133 (X)
selama 12bulan  jumlah item obat =5818
(Y)
 prosentase =2.28 %

1.Rata-rata waktu Untuk mengetahui Ambil 30 pasien Rawat jalan, catat waktu resep waktu (B) Obat jadi =30 menit Rata-rata tahun 2018 :
yang digunakan kecepatan pelayanan dan waktu obat selesai dilayani (A) Obat racikan=60 menit Obat jadi = 20menit
untuk melayani farmasi rumah sakit X= Obat racikan= 40menit
resep sampai ke
DISTRIBUSI tangan pasien
2.Persentase Obat Untuk mengetahui Ambil 100 lembar resep per bulan >95% Persentase obat terlayani
terlayani sejauh mana catat total jumlah item obat, yang dalam
diserahkan ke Px (X), catat jumlah
kemampuan IFRS tahun 2018= 98,2 %
item obat yang di resepkan (Y).
menyediakan obat yang
Z= x 100 %.
diresepkan.

Persentase resep Untuk mengukur tingkat X = jumlah Obat yang sesuai formularium
80% Rata-rata resep sesuai
PENGGUNAAN dengan obat didalam kepatuhan dokter Y = Total jumlah obat
formularium 83,56 %
formularium terhadap formularium Z = x 100 %

18
A. SELEKSI DAN PENGADAAN

Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium

Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang

disepakati staf medis, disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang

ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit. Kriteria pemilihan Obat untuk

masuk Formularium Rumah Sakit sesuai permenkes No 72 Tahun 2016

tentang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit yakni:

1) Mengutamakan penggunaan Obat generik;

2) Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling

menguntungkan penderita.

3) Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas

4) Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;

5) Praktis dalam penggunaan dan penyerahan

6) Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien

7) Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi

berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung; dan

8) Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence

based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan

harga yang terjangkau.

Dalam rangka meningkatkan kepatuhan terhadap formularium,

Rumah Sakit Perkebunan memiliki kebijakan dengan penambahan atau

pengurangan Obat dalam Formularium Rumah Sakit dengan

mempertimbangkan indikasi penggunaaan, efektivitas, risiko, dan biaya.

Perlu dilakukan pengkajian ulang untuk obat-obat yang mengalami slow

moving maupun death moving.

Perencanaan dalm siklus pengelolaan obat dibagi dalam 2 jenis metode

perencanaan, yaitu dengan metode morbiditas / epidemiologi dan metode

konsumsi. Metode morbiditas di dasarkan pada penyakit yang ada di rumah

sakit atau paling sering muncul di masyarakat, sedangkan metode konsumsi

berdasarkan pada kebutuhan riil obat pada periode lalu dengan

19
penyesuaian dan koreksi berdasarkan pada penggunaan obat tahun

sebelumnya.

Perencanaan yang digunakan di Rumah Sakit Perkebunan

menggunakan metode konsumsi dan metode epidemiologi. Metode

konsumsi ini memakai waktu lebih mudah dilakukan, namun aspek medik

penggunaan obat kurang dapat dipantau. Kelemahannya yaitu kebiasaan

pengobatan yangtidak rasional seolah-olah ditolerir.

Dengan perencanaan sesuai metode konsumsi,keseluruhan dana yang

di butuhkan untuk pemenuhan kebutuhan obat tersedia.

Proses penerimaan dan pemeriksaan barang dilakukan di Gudang

Farmasi Rumah Sakit Perkebunan. Pada proses penerimaan barang perlu

memperhatikan kesesuaian jenis dan jumlah barang antara barang dengan

Surat Pesanan (SP), keadaan fisik barang serta nomor batch, tanggal

kadaluarsa, dan harga yang sesuai dengan e-catalogue.

PENGADAAN .

1. Frekuensi Pengadaan Tiap Item Obat


Sesuai kebijakan dari Direksi PT Nusantara Medika Utama, maka

pengadaan DKB (Dokumen Kebutuhan Barang) rutin dilakukan 2 kali

dalam 1 bulan yakni pertengahan dan akhir bulan. Dalam penyusunan

DKB jumlah pemakaian didasarkan pada rerata penggunaan 3 bulan

terakhir. Pertimbangan lead time obat juga menjadi tambahan dalam

estimasi kebutuhan, mengingat PBF berada di luar kota sehingga lead

time relatif lama. Oleh karena itu membutuhkan buffer yang mencukupi

untuk pelayanan sampai permintaan DKB rutin datang.

Kendala dalam pengadaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Perkebunan adalah obat yang dipesan kadang datang tidak tepat waktu

hal itu disebabkan karena jalur ekspedisi dari distributor, adanya

distributor yang memilki jadwal tersendiri dalam pengiriman barang,

tagihan yang belum dibayar oleh pihak rumah sakit. Di samping itu

20
kendala lain terkait pengadaan adalah ketika terjadi stock out di salah

satu PBF sehingga pesanan tidak bisa terlayani dengan semestinya.

Frekuensi pengadaan tiap item obat setiap tahunnya dapat di

golongkan menjadi 3 kategori yaitu frekuensi rendah (<12), sedang (12-

24) dan tinggi (>24) . Banyaknya obat dengan frekuensi sedang dan

tinggi menunjukkan kemampuan Sub Divisi Farmasi Rumah Sakit dalam

merespon perubahan kebutuhan obat dan melakukan pembelian obat

dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan saat itu.

Pengadaan obat yang berulang juga menunjukkan bahwa yang

tersedia di Sub Divisi Farmasi Rumah Sakit merupakan obat dengan

perputaran cepat (fast moving). Banyaknya obat yang masuk ke dalam

jenis slow moving dapat berarti kerugian bagi rumah sakit. Dari data

sampling yang diperoleh, 6 sampel masuk kategori frekuensi rendah, 10

sampel masuk frekuensi sedang. Dan 14 sampel masuk frekuensi tinggi.

Hal ini menunjukkan bahwa pengadaan obat di Rumah Sakit

Perkebunan lebih besar pada item obat fast moving.

Berikut data inventory persediaan Instalasi Farmasi tahun 2018 :

Bulan Persediaan Persediaan IFRJ Persediaan IFRI TOTAL


Gudang
Januari Rp. 486,354,322 Rp. 205,149,251 Rp. 386,946,377 Rp. 1,078,449,950

Februari Rp. 364,407,061 Rp. 161,195,840 Rp. 335,168,408 Rp. 860,771,309

Maret Rp. 400,958,121 Rp. 200,039,259 Rp. 344,905,774 Rp. 945,903,154

April Rp. 309,287,994 Rp. 191,075,846 Rp. 402,667,549 Rp. 903,031,389

Mei Rp. 411,627,739 Rp. 199,046,717 Rp. 414,255,788 Rp. 1,024,930,244

Juni Rp. 370,382,000 Rp. 176,254,003 Rp. 403,278,131 Rp. 949,914,134

Juli Rp. 390,483,726 Rp. 229,589,892 Rp. 407,623,951 Rp. 1,027,697,569

Agustus Rp. 393,100,885 Rp. 217,864,318 Rp. 403,732,979 Rp. 1,014,698,182

21
September Rp. 342,879,719 Rp. 179,063,452 Rp. 397,462,129 Rp. 919,405,300

Oktober Rp. 480,841,319 Rp. 200,242,840 Rp. 449,595,510 Rp. 1,130,679,669

November Rp. 673,654,895 Rp. 217,229,495 Rp. 442,875,023 Rp. 1,333,759,413

Desember Rp. 744,552,477 Rp. 241,233,515 Rp. 472,032,590 Rp. 1,457,818,582

2. Frekuensi Tertunda Pembayaran Oleh RS Terhadap Waktu Yang Di


Sepakati.

Besarnya frekuensi tertundanya pembayaran terhadap waktu yang

disepakati dapat mengakibatkan :

a. Hubungan antara Sub Divisi Farmasi Rumah Sakit dan pemasok


terganggu

b. Penundaan pemesanan order oleh pemasok


Dari data yang diperoleh, terjadi penundaan pembayaran,

dikarenakan adanya koordinasi antara pengadaan gudang, accounting

dan bagian pembayaran. Saat ada order obat yang tidak terkirim dari

distributor, dilakukan koordinasi dari ke 4 bagian, sehingga order bisa

terkirim segera.

Masalah yang sering timbul :

a. Penagihan distributor tidak rutin


b. Miskomunikasi internal distributor
c. Sales tidak segera memproses retur obat
d. Tanda terima/ faktur tidak jelas.

B. PENYIMPANAN

Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan

penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus

dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,

dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian.

Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan

22
keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

Metode penyimpanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Perkebunan

dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun secara

alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan

First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen. Penyimpanan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang

penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike)

tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk

mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat.

Pengaturan tata ruang gudang yang baik dapat mendukung

kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian dan pengawasan

obat-obat. Sehingga tata ruang Gudang Farmasi Rumah Sakit Perkebunan

mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:

1) Kemudahan bergerak

Untuk kemudahan bergerak, maka gudang perlu ditata sebagai berikut :

a) Gudang menggunakan sistem satu lantai jangan menggunakan

sekat-sekat karena akan membatasi pengaturan ruangan.

b) Jika digunakan sekat, perhatikan posisi dinding dan pintu untuk

mempermudah gerakan

2) Sirkulasi udara yang baik

Salah satu faktor penting dalam merancang gudang adalah

adanya sirkulasi udara yang cukup didalam ruangan gudang. Sirkulasi

yang baik akan memaksimalkan umur hidup dari obat sekaligus

bermanfaat dalam memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja.

Gudang Farmasi Rumah Sakit Perkebunan menggunakan AC sehingga

sirkulasi udara cukup baik.

23
3) Rak dan Pallet

Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat

meningkatkan sirkulasi udara dan gerakan stok obat. Penggunaan

pallet memberikan keuntungan :

a) sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap banjir

b) peningkatan efisiensi penanganan stok

c) dapat menampung obat lebih banyak

d) pallet lebih murah dari pada rak

4) Kondisi penyimpanan khusus

a) Vaksin memerlukan “Cold Chain” khusus dan harus dilindungi dari

kemungkinan putusnya aliran listrik.

b) Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari

khusus dan selalu terkunci.

c) Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus

disimpan dalam ruangan khusus, sebaiknya disimpan di bangunan

khusus terpisah dari gudang induk.

5) Pencegahan kebakaran

Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah

terbakar seperti dus, kartun dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran

harus dipasang pada tempat yang mudah dijangkau.

Dari proses penyimpanan dilakukan pengecekan antara lain :

1. Kecocokan Barang Dengan Kartu Stok


Persen kecocokan barang dengan kartu stok menunjukkan

ketepatan dan ketelitian proses administrasi stok di IFRS.

Ketidakcocokan akan menyebabkan terganggunya perencanaan

pembelian barang, dan pelayanan terhadap pasien.

Dari sampel data yang diambil, 99,3 % data obat yang cocok antara

stok komputer dan barang.

Permasalahan disebabkan oleh :

a. Terjadi kesalahan stok awal saat memulai komputerisasi.

24
b. Petugas klaim belum terbiasa dengan menggunakan

computer

c. Petugas gudang kurang teliti dalam menginput data .


d. Adanya obat LASA petugas tidak sesuai dalam meletakkan
obat sesuai kelompok sediaan.

e. Tidak ada barrier cek mutasi stok obat


2. Turn over ratio (TOR)
TOR digunakan untuk mengetahui beberapa kali perputaran

modal dalam satu tahun, selain itu dapat digunakan untuk menghitung

efisiensi pengelolaan obat. Semakin tinggi TOR, semakin efisien

persediaan obat. Apabila TOR rendah, berarti masih banyak stok obat

yang belum terjual sehingga mengakibatkan obat menumpuk dan

berpengaruh terhadap keuntungan. TOR adalah perbandingan antara

omzet dalam satu tahun dengan hasil stok opname pada akhir tahun.

Standar umum TOR yang biasa di gunakan yaitu 6-7 kali. TOR yang

dicapai adalah 26,71 kali, yang berarti perputaran modal sangat cepat.

3. Sistem penataan gudang


Digunakan untuk menilai sistem penataan obat di gudang.

Dengan dilakukannya sampling pada sistem ini, di peroleh data 83.33%

penyimpanan obat Sub Divisi Farmasi Rumah Sakit sudah sesuai dengan

system FIFO dan FEFO. Untuk meningkatkan angka kesesuaian sistem

penataan di gudang, perlu dilakukan monitoring ketat terhadap stok,

antara lain dengan sampling monitoring penyimpanan obat satu minggu

sekali.

4. Prosentase nilai obat yang kadaluwarsa dan atau yang rusak.


Besarnya persentase nilai obat yang kadaluwarsa atau rusak

mencerminkan ketidaktepatan perencanaan dan / atau kurang baiknya

system distribusi dan / atau kurangnya pengamatan mutu dalam

penyediaan atau perubahan pola penyakit atau pola peresepan obat oleh

dokter. Dalam data satu tahun pengelola obat di Instalasi Farmasi

25
Rumah Sakit, nilai obat kadaluwarsa dan rusak tahun 2018 sebesar Rp.

4.193.982, sedangkan nilai stok akhir tahun Rp. 1.457.818.582, sehingga

didapatkan presentase 0,29% . Nilai ini lebih kecil dari persentase nilai

obat kadaluwarsa dan rusak yang dapat diterima, yakni kurang dari 1%.

5. Persentase stok mati (death stock)


Stok mati (death stock) adalah stok obat yang tidak di gunakan

selama 12 bulan atau selama 12 bulan tidak terdapat transaksi. Kerugian

yang disebabkan akibat stok mati adalah perputaran uang yang tidak

lancar, kerusakan obat akibat terlalu lama disimpan sehingga

menyebabkan obat kadaluwarsa. Dari pengambilan data death stock

bulan Desember 2018, obat death stock sebanyak 68 item dari 5.818 item

dengan persentase 1,17%. Nilai death stock yang diterima adalah <3% .

D. DISTRIBUSI
1. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep sampai ke
tangan pasien.

Dalam SPM (Standar Pelayanan Minimal) Rumah Sakit, batas

waktu pelayanan obat jadi adalah 30 menit, sedangkan waktu pelayanan

obat racikan adalah 60 menit. Dari proses pelayanan 2018, rata-rata

waktu yang dicapai saat pelayanan obat jadi sebesar 20 menit, dan 40

menit untuk obat racikan.

2. Persentase obat yang terlayani.


Persentase ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit menyediakan obat yang di

resepkan, dari obat pelayanan resep tahun 2018, persentase obat yang

dilayani Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah 98,2 %, lebih besar dari

persentase dalam standar yakni 95%.

26
E. PENGGUNAAN

Persentase Obat Yang Diresepkan Dari Formularium

Tujuan dari pengukuran persentase obat yang diresepkan dengan

formularium adalah untuk mengukur derajat kesesuaian praktek

peresepan dengan kebijakan rumah sakit yang diindikasikan dengan

besarnya peresepan dibandingkan dengan formularium sebagai acuan

dalam penulisan resep.

Dari data pelayanan resep tahun 2018, persentase penulisan resep

yang sesuai dengan formularium adalah 93,56%, lebih besar dari

persentase yang ada dalam standar yakni 80%.

F. PENDOKUMENTASIAN DAN PEMANTAUAN EFEK OBAT

Selama tahun 2018 terdapat 5 (lima) laporan ESO (Efek Samping Obat)

yang dilaporkan oleh petugas farmasi maupun perawat.

Dua konsep utama untuk mengukur prestasi kerja manajemen adalah

efisiensi dan efektivitas. Obat-obat yang baru diorder namun sudah

tercantum di formularium Rumah Sakit Perkebunan dilakukan monitoring

untuk safety dan efikasinya.

Berikut daftar obat baru tahun 2018 beserta monitoringnya :

No Golongan Obat Lama Obat Baru Evaluasi


1. Antibiotik Cefobactam Simextam Simextam memberikan efikasi yang sama
dengan Cefobactam. Namun dari sisi
farmakoekonomi lebih efisien dibanding
lainnya
2. Antiasma Symbicort Symbicort Turbuheler 160/4 memberikan
Turbuheler efikasi yang baik untuk pasien asma. Serta
160/4.5 dari sisi farmakoekonomi lebih efisien
dibanding yang lain dan sudah masuk e
catalogue
3. Antiasma Flutias Symbicort Turbuheler 160/4 memberikan
Inhaler efikasi yang baik untuk pasien asma lebih
efisien dibanding lainnya
4. Analgetik Arcoxia 90 Orinox 90 Orinox 90 mg memberikan efikasi yang
mg mg sama dengan Arcoxia. Namun dari sisi
farmakoekonomi lebih efisien dibanding

27
yang Arcoxia.
5. Anti Triamcort Trilac Berdasarkan penggunaan Trilac tab pada
inflamasi, pasien rawat jalan, Trilac tab memberikan
anti keloid, efikasi yang baik dalam membantu keluhan
sinovitis pasien terkait inflamasi.
6. Anti emetik Granopi Berdasarkan penggunaan Granopi tab pada
pasien rawat jalan poli interna, Granopi tab
memberikan efikasi yang baik dalam
membantu keluhan pasien terkait
hiperemesis.
7 Topikal Burnazin Berdasarkan penggunaan Burnazin plus
plus krim pada pasien rawat jalan poli bedah
umum, Burnazin plus krim memberikan
efikasi yang baik dalam membantu
penyembuhan luka pasca operasi.

1) Obat Slow Moving

Terdapat beberapa obat yang mengalami slow moving pada

instalasi farmasi (farmasi rawat jalan, gudang farmasi dan farmasi rawat

inap. Kondisi obat slow moving terjadi dikarenakan dokter jarang

meresepkan obat yang tercantum di atas serta kasus penyakit yang

mungkin jarang ditemui. Slow moving adalah obat yang turn over nya

lebih kecil dari 20% dari jumlah persediaan ditambahkan mutasi masuk.

Berikut merupakan data obat slow moving di Instalasi Farmasi Rumah

Sakit Perkebunan :

Tabel : Stok Farmasi Rawat Jalan


Stok Mutasi Mutasi Stok Persen
No. Nama Barang Satuan Total
Awal masuk Keluar Akhir Turnover
1 SPUIT 5 CC ONEMED - JMI PCS 0 100 3 97 85.360 3,00%
2 RESORCIN CRYST GRAM 424 0 18 415 358.456 4,25%
3 BLADES NO 10 PCS 10 10 1 9 30.602 5,00%
4 ADONA AC-17 TAB @100 TAB 95 100 15 85 137.088 7,69%
5 AVAXIM 160 U INJ VAKSIN
(ADULT) VIAL 4 5 1 4 1.372.140 11,11%
6 LEUKODUR 4 INC ROLL 7 9 2 7 189.000 12,50%
7 MUCOSTA 100MG TAB.100 TAB 24 0 3 24 87.373 12,50%
8 GARDASIL INJ 0.5 ML BOX 4 3 1 3 1.999.688 14,29%
9 AQUABIDEST 25 ML FLAS 0 7 1 6 32.911 14,29%
10 ILIADIN SPRAY DEWASA BTL 3 3 1 2 102.728 16,67%

28
Stok Mutasi Mutasi Stok Persen
No. Nama Barang Satuan Total
Awal masuk Keluar Akhir Turnover
11 APOLAR CREAM 10GR TUBE 3 3 1 3 94.500 16,67%
12 TRUVAS 40MG @30 CAPS 0 30 5 30 440.000 16,67%
13 INTERZINC 20MG TAB @10 TAB 60 80 24 60 83.993 17,14%
14 HERBESSER CD 100MG @100 (B) CAPS 258 200 80 258 1.046.073 17,47%
15 THIAMYCIN 1000MG @50 TAB 35 50 15 35 120.047 17,65%
16 JANUMET 50/500 MG @28 CAPS 55 28 15 55 329.399 18,07%
17 MERLOPAM 0.5 TAB @ 100 TAB 100 100 37 100 62.048 18,50%
TOTAL 6.571.406

Tabel : Stok Farmasi Rawat Inap


Stok Mutasi Mutasi Stok Persen
No. Nama Barang Satuan Total
Awal masuk Keluar Akhir Turnover
1 METRIX 2MG TAB @30 TAB 60 60 1 59 148.680 0,83%
2 RIFAMTIBI 450 TAB @100 TAB 99 100 10 97 366.988 5,03%
3 AVIL TAB TAB 55 0 3 55 65.143 5,45%
4 HALOPERIDOL 5 MG TAB TAB
@100 100 100 12 88 23.320 6,00%
5 IV. CATH 16 NIPRO PCS 29 0 2 29 417.600 6,90%
6 B6 TAB 10MG TAB 957 1001 142 897 83.921 7,25%
7 VICRYL 8/0 W9560 PCS 12 12 2 12 3.260.079 8,33%
8 BLADES NO 12 PCS 52 20 6 52 187.200 8,33%
9 UTROGESTAN 100MG TAB @30 TAB 66 60 11 59 529.417 8,73%
10 TARIVID 400 MG TAB @30 TAB 25 30 5 25 265.750 9,09%
11 BUFECT FORTE SUSP BTL 6 5 1 6 93.004 9,09%
12 BRILON 6/0 (B64CD120) PCS 10 12 2 10 510.000 9,09%
13 NALGESTAN TAB TAB 97 100 19 81 103.297 9,64%
14 GAMEX NO 6.5 STERIL @40 BIJI 127 150 27 123 1.328.400 9,75%
15 NICARDIPIN INJ (10 AMPUL) AMP 31 30 6 25 801.906 9,84%
16 MUPIROCIN OINT 10 G TUBE 5 5 1 4 96.000 10,00%
17 NIDAVEN INJ @10 AMP 10 0 1 9 783.900 10,00%
18 REBAMID CAP @30 CAPS 112 30 15 103 230.713 10,56%
19 GENTIAN VIOLET 1% 10ML BKS 4 5 1 4 9.233 11,11%
20 ZYDE NO 4/0 VIGILENZ PCS 18 0 2 17 931.404 11,11%
21 LODOMER 2MG TAB @100 TAB 202 200 46 157 108.801 11,44%
22 PRO TB 3 KID TAB @28 TAB 46 28 9 37 141.525 12,16%
23 S.A.B.U. INJ VIAL 8 8 2 8 4.256.595 12,50%
24 ERYSANBE DRY SYR FLAS 7 9 2 7 133.102 12,50%
25 SYMBICORT TURB 80 (B) BTL 4 4 1 3 343.260 12,50%
26 PTU TAB 161 201 46 161 68.851 12,71%
27 JARUM PLASTIK 26 PCS 120 101 32 117 164.921 14,48%
28 ARIXTRA 2,5MG INJ @10 AMP 10 10 3 7 2.064.825 15,00%
29 LEVAZIDE TAB @ 30 TAB 30 30 10 30 99.750 16,67%
30 CEPTIK 100MG CAP @30 CAPS 60 60 20 40 463.000 16,67%
31 DEXATON EYE DROP FLAS 6 0 1 5 84.134 16,67%
32 VICRYL 6/0 J212H PCS 12 0 2 10 1.265.084 16,67%

29
Stok Mutasi Mutasi Stok Persen
No. Nama Barang Satuan Total
Awal masuk Keluar Akhir Turnover
33 POLYSORB 3-0 HR26 GL-122 PCS 0 12 2 12 589.137 16,67%
34 IMUNOS PLUS SY BTL 9 9 3 8 629.527 16,67%
35 SURGIPRO 3/0 VP-522X PCS 12 12 4 9 1.368.000 16,67%
36 JARUM SPINAL 26G PCS 14 15 5 14 556.097 17,24%
37 PROPANOLOL 40MG TAB TAB 75 0 13 74 8.674 17,33%
38 RIFAMTIBI 600MG TAB 77 100 32 77 384.160 18,08%
39 POSAFIT TAB @30 TAB 33 30 12 30 127.386 19,05%
TOTAL 23.092.784

Tabel : Stok Gudang Farmasi


Stok Mutasi Mutasi Stok Persen
No. Nama Barang Satuan Total
Awal masuk Keluar Akhir Turnover
1 IODOSORB POWDER SCHT 38 40 11 32 1.812.093 14,10%
2 MASKER TRACHEOSTOMY PCS 15 20 5 15 1.243.125 14,29%
3 EZELIN INSULIN(R) VIAL 1 13 2 11 841.251 14,29%
4 DELTALITE 3 BIJI 5 7 2 5 740.700 16,67%
5 OXY DUMZINC ICUMPUL V GRAM 2.730 2.000 825 2.730 317.723 17,44%
6 OPSITEK(9,5x8,5) LBR 50 72 22 50 832.500 18,03%
7 MENTOL CRYSTAL GRAM 110 0 20 110 81.595 18,18%
TOTAL 5.868.987

Rencana tindak lanjut dari Instalasi Farmasi yakni :

a) Melakukan perbaikan dalam analisis perencanaan kebutuhan obat dan

BMHP.

b) Mengurangi jumlah item obat yang mempunyai kandungan yang

sama.

c) Melakukan pendekatan pada para dokter umum dan dokter spesialis

agar meresepkan/ menggunakan obat-obatan yang mengalami slow

moving.

d) Melakukan stok opname secara rutin sesuai jadwal yang telah

ditentukan minimal 1 bulan sekali, sehingga obat yang slow moving

dapat termonitor.

e) Melakukan analisa terhadap penggunaan/ kebutuhan obat - obatan

yang mengalami slow moving.

30
f) Menawarkan obat - obatan yang slow moving pada rumah sakit dan

unit rawat jalan yang mungkin membutuhkannya di bawah lingkup

PT NMU.

2) Obat Death Moving

Terdapat beberapa macam obat dan BMHP pada instalasi

farmasi, yang sejak awal Januari 2018 selama kurun waktu 12 bulan

tidak mengalami pergerakan (tidak pernah diresepkan) sehingga terjadi

death stock. Kejadian obat death stock bisa disebabkan oleh beberapa

hal :

a) Dokter jarang meresepkan obat yang tercantum di atas.Kasus penyakit

yang mungkin jarang ditemui.

b) Analisa kebutuhan obat yang kurang tepat.

c) Adanya PBF yang mengharuskan order obat dalam kuanta tertentu.

d) Adanya pemesanan yang tidak sesuai dengan barang yang di order

sub divisi/ pemakai.

Berikut merupakan data obat death moving di Instalasi Farmasi

Rumah Sakit Perkebunan :

Tabel : Stok Farmasi Rawat Jalan


NO NAMA BARANG SATUAN KUANTA RUPIAH
1 GAFORIN TETES MATA BTL 1 116.643
2 ATROVENT SOL 20 CC BTL 1 190.375
3 STATROL EYE DROPS DROP 2 33.111
4 EYEFRESH PLUS 0,6 MD STR 2 64.720
5 PEDIAGROW SYR 200 ML BTL 2 93.000
6 AMADIAB 1MG TAB @50 TAB 3 6.007
7 AMADIAB 3 MG TAB 3 11.700
8 VAKSIN BIO TD 0,5ML FLAS 3 108.900
9 VENTOLIN INHALER CFC (B) FLAS 3 163.635
10 NEVANAC 0.1% EYE DROP DROP 5 520.000
11 EXFORGE 10/160 @28 TAB 8 108.215
12 LODOZ 5MG TAB @30 TAB 10 88.066
13 RATIVOL INJ @5 AMP 10 297.476
14 DONEPEZIL HCL 5 MG TAB @30 TAB 11 36.300
15 PROFERTIL 50 MG TAB 11 100.146
16 TETRASANBE 500MG CAP @100 CAPS 14 6.118
17 PROLACTA FOR MOTHER CAPS 15 55.991
18 SICLIDON 100 MG CAP CAPS 19 83.481

31
19 VBLOC 25MG TAB 25 98.979
20 NOPRENIA TAB 1 MG @ 30 TAB 30 112.800
21 TANAPRES 5MG TAB. @30 TAB 40 300.616
22 TRAJENTA 5MG TAB @30 TAB 61 815.912
23 FARNORMIN 50MG TAB @ 100 TAB 72 28.798
24 ROVADIN TAB 500MG @100 TAB 100 352.617
25 EPHEDRIN HCL TAB TAB 190 4.227
3.797.833

Tabel : Stok Farmasi Rawat Inap

NO NAMA BARANG SATUAN KUANTA RUPIAH


1 AMADIAB 3 MG TAB 1 3.900
2 PROHIPER 10 TAB @ 30 TAB 15 71.242
3 JARUM SPINAL 22 G PCS 9 360.000
4 TRILEPTAL FCT 300MG TAB TAB 48 391.845
5 TEBOKAN FORTE @ 30 TAB 60 700.500
6 PEN PROC INJ VIAL 12 172.800
7 BUTTERFLY NO 19 PCS 2 21.980
8 PROFERTIL 50 MG TAB 27 245.813
9 TANAPRES 10MG TAB. @ 30 TAB 16 149.722
10 TRADOSIK INJ. @10 AMP 33 552.717
11 CATGUT PLAIN ATR NO 1 SCHT 12 830.569
12 CATGUT CHROM ATR.NO.0 PCS 12 652.800
13 CATGUT CHROM ATR NO 1 PCS 7 437.684
14 BLADES SKIN GRAFT PCS 1 75.628
15 FOLLY CATH SILICON NO.18 PCS 1 124.390
16 NIMOTOP INFUS BTL 2 437.623
17 SUPRASORB C 20481 @5 LBR 5 1.012.500
18 PIONIX M 500MG @30 TAB 27 147.600
19 SOFTAMAN 100ML BTL 3 78.607
20 CRIPSA TAB @30 TAB 15 211.063
ENDOTRACHEAL 4.5 MM NON
21
KING PCS 3 492.600
22 EXFORGE 5/80 @28 TAB 7 88.293
23 POLYSORB 4/0 SL-691 BIJI 12 984.760
24 HALOPERIDOL 1,5 MG TAB @100 TAB 4 320
25 SOMANOVELL INJ INJ 1 756.000
26 TRAJENTA 5MG TAB @30 TAB 8 107.005
27 LMA SUPREME NO 3 PCS 2 918.750
28 LMA SUPREME NO 4 PCS 2 918.750
29 ZOVIRAC I.V INF @ 5 VIAL VIAL 3 570.000
30 THREEWAY FOLLY CATH NO 24 PCS 5 410.833
31 BIOSYN 2-0 SM-823 PCS 6 977.888
32 SCRUBBRUSH PCS 5 55.000
33 LOVENOX 40MG 0.4 (B) FLAS 2 154.545
34 CERTOFIX TRIO V1220 PCS 1 840.000
35 UMBILICAL CATH.5 FR 40CM PCS 1 451.250
36 ENDOTRACHEAL 3 MM NON KING PCS 1 164.200
37 ENDOTRACHEAL 3.5 MM KING PCS 2 59.500
38 ENDOTRACHEAL 5.5 MM KING BIJI 2 70.000

32
39 OCTAGAM 50ML FLAS 1 2.880.000
40 AMINOFUSIN PAED 250ML (B) FLAS 7 344.145
41 ICUNES 2 ML VIAL 5 1.517.857
42 CLOZAPINE 25MG TAB @50 TAB 4 6.693
43 HYPOBHAC INJ 100MG/1 VIAL VIAL 3 314.635
44 CLOZAPINE TAB 25 MG TAB @50(B) TAB 4 4.076
45 ROPIVELL 7,5MG/20ML @5 AMP 5 360.000
46 HERBESSER INJ 50MG (B) VIAL 15 2.105.454
47 THORAX CATH NO.20 PCS 2 184.000
48 EFRALA INJ@5 INJ 25 1.950.000
24.365.537
Tabel : Stok Gudang Farmasi

NO NAMA BARANG SATUAN KUANTA RUPIAH


1 SULFUR PRAECIPITAT GRAM 300 6.053
2 IV. CATH 16 NIPRO PCS 10 144.000
3 OSFIT DHA CAPS @ 30 CAPS 30 80.400
4 MUCOSTA 100MG TAB.100 TAB 100 364.055
5 IRETENSA TAB TAB 30 216.000
6 BUTTERFLY NO 25 PCS 2 17.920
7 PEN PROC INJ VIAL 79 1.137.600
8 MAAG SLANG NO 12 PCS 20 378.826
9 DOLGESIK INJ @5 AMP 25 282.750
10 TANAPRES 10MG TAB. @ 30 TAB 30 280.729
11 SANPICILLIN INJ 1 GR AMP 10 137.160
12 BACTESYN 375 MG TAB@30 TAB 30 499.500
13 VASOCON TTS MT 15ML FLAS 5 75.269
14 DEXATON EYE DROP FLAS 4 67.307
15 MEIXAM INJ.1GR VIAL 10 264.000
16 ZYPREXA 5 MG TAB @ 28 TAB 56 1.524.600
17 CORDARONE INJ @6 AMP 42 1.209.894
18 AMINOVEL 600 BTL 5 409.062
19 INFUMAL-10 DP @24 BAG 24 1.481.432
20 CATGUT CHROM ATR NO 1 PCS 12 750.316
21 BLADES SKIN GRAFT PCS 7 529.395
22 SKINTRACTION ADULT BOX 1 151.575
23 FOLLY CATH SILICON NO.18 PCS 2 248.780
24 VICRYL 6/0 J212H PCS 13 1.644.609
25 ZYPREXA RAIN INJ VIAL 5 890.000
26 BEROTEC SOL 0.1% 50CC FLAS 4 944.026
27 NIMOTOP INFUS BTL 2 437.623
28 SANDOSTATIN INJ 0.1MG/ML(5) AMP 10 2.792.000
29 MEROFEN 1000 MG IV INJ VIAL 5 1.187.500
30 PORTEX TRACHEOSTOMY 8 KIT PCS 1 712.500
31 EPIRUBICIN 50MG INJ VIAL 1 409.091
32 INFUS SET TIPE Y PCS 50 270.450
33 NOPRENIA 2 MG TAB 30 163.200
34 LOVENOX 40 MG 0.4 ML FLAS 4 631.086

33
35 POSOP 0.6 ML MINIDOSE ED 4 195.745
36 STATROL EYE DROPS DROP 5 82.776
37 AVODART 0.5 MG @30 CAPS 30 275.769
SUPRASORB P NON ADHESIVE 20407
38 10X10 LBR 10 855.000
39 EPIRUBICIN 10MG VIAL 2 198.544
40 BACTIGRAS 10X10 PCS 10 101.250
41 ABILIFY 15MG TAB TAB 10 461.320
42 GIFLOX MDS STR 5 371.157
43 AQUAMARIS STRONG NASAL SPRAY BTL 3 300.000
44 CLOZAPINE 100MG TAB @50 TAB 50 269.886
45 UROMITEXAN 400MG @15 AMP 24 2.373.592
46 PORTEX TRACHEOSTOMY 6 BOX 1 1.500.000
47 URINAL PEREMPUAN BIJI 2 9.400
48 SUPERBA KRILL OIL CAP @30 CAPS 60 278.400
49 GAMARAS 5%(B) BTL 10 19.180.000
50 CERTOFIX DUO PAED S 413 PCS 1 491.009
51 NICARDIPINE 10MG INJ @5 (B) AMP 25 539.448
52 BARACLUDE 1MG TAB @30 TAB 30 2.648.700
53 GAFORIN TETES MATA BTL 2 233.285
54 CYSTISTAT 40MG/50ML VIAL 2 2.600.000
55 NUTRIMAMA 3 (30 CAP) CAPS 30 257.700
56 BASIC DRESSING SET SET 10 133.018
57 ST.COX SPRING CATHETER BOX 1 4.200.000
58 CHLORPROMAZINE 25MG INJ @30 INJ 30 33.900
59 ETANYL 100 MCG/2 ML @5 AMP 20 740.000
60 JACKSON REEVES 2LT PCS 3 765.000
59.433.607

Rencana Tindak lanjut dari obat dan BMHP yang mengalami

death stock :

a) Melakukan pendekatan pada para dokter umum dan dokter

spesialis agar meresepkan/ menggunakan obat - obatan atau alkes

terkait.

b) Melakukan stock opname secara rutin sesuai jadwal yang telah

ditentukan yaitu 1 bulan sekali, sehingga obat dan alkes terkait

dapat termonitor.

34
c) Melakukan analisa terhadap penggunaan/ kebutuhan obat - obatan

atau alkes terkait dan mengurangi variasi obat dengan kandungan

sama.

d) Menawarkan obat - obatan/ alkes terkait pada rumah sakit dan

unit rawat jalan yang mungkin membutuhkannya di bawah

lingkup PT NMU

G. PENAMBAHAN DAN PENGURANGAN OBAT DI FORMULARIUM

2019

Dari data review formularium tidak ada obat yang ditambahkan dan

17 obat yang dihapus dari formularium 2018 ke dalam formularium 2019.

Perubahan macam obat yang dimasukkan dan dikurangi melalui

pembahasan oleh Komite Farmasi dan Terapi sesuai dengan kriteria yang

telah diatur didalam prosedur.

H. MONITORING KESALAHAN OBAT DAN KEJADIAN NYARIS

CEDERA (KNC)

Dari data Monitoring Kesalahan Obat tahun 2018 didapatkan 22

Kejadian medication error.

I. KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Karyawan Sub Divisi Farmasi RS Perkebunan sebagian besar telah

mengikuti in house training yang diadakan di Rumah Sakit. Setiap

karyawan diharapkan minimal mengikuti 20 jam pelatihan setiap tahun.

Adapun pelatihan yang telah dilaksanakan di RS Perkebunan antara lain :

a. Pelatihan Pemadam Kebakaran

b. Pelatihan PMKP

c. Pelatihan PPI dasar

d. Pelatihan teknik aseptik dan dispensing obat

35
e. Pelatihan Komunikasi Efektif

f. Pelatihan Code Blue dan BHD

g. Pelatihan Budaya Keselamatan

h. Pelatihan code red, APAR, disaster

Dari 28 petugas farmasi didapatkan data 3 orang yang belum mengikuti

pelatihan sebanyak 20 jam setahun karena 3 karyawan tersebut baru

masuk di akhir tahun 2018.

Pelatihan dispensing aseptik untuk karyawan sub divisi farmasi pada

tahun 2018 belum data direalisasikan. Akan diusulkan ulang untuk

dialksanakan pada tahun 2019.

J. PERTIMBANGAN KEGIATAN BARU BERBASIS BUKTI EVIDENCE

BASED

Untuk mengurangi medication error maka sejak bulan April 2018 untuk

etiket obat dibuat print etiket tidak lagi manual. Hal ini lebih

meningkatkan patient safety karena di etiket print tersebut telah

mencantumkan identitas pasien yang lengkap meliputi nama, no RM dan

tanggal lahir, nama obat, jumlah obat, aturan pakai dan tanggal kadaluarsa

obat.

36
BAB IV

EVALUASI

Dari keseluruhan review manajemen obat di rumah sakit beberapa indikator

yang perlu dikelola antara lain:

A. Persentase dana yang disediakan dibandingkan dengan anggaran dana yang


dibutuhkan untuk pembelian obat dapat tersedia lebih dari 100%, akan

tetapi nilai yang di sediakan menjadi terlalu besar dari anggaran. Oleh

karena itu perlu monitoring yang ketat dari pengadaan. Solusi yang dapat di

terapkan antara lain :

1. Monitoring pembelian secara ketat, yaitu dengan pelaporan pembelian


secara mingguan.

2. Monitoring stok obat saat pembelian sehingga menurunkan besar stok di


gudang dan meningkatkan persentase obat fast moving.

B. Kecocokan antara barang dengan stok di komputer. Kecilnya persentase


kecocokan antara barang dan stok di computer, dapat diatasi dengan :

1. Proses adjust stok obat


2. Monitoring secara terjadwal dengan cara sampling tiap waktu
tertentu oleh pihak yang independen di rumah sakit (misalnya SPI).

3. Menyederhanakan software obat agar mudah menelusuri kesalahan


dan mencegah terjadinya kesalahan entri stok

Akan dibuat proses pengumpulan obat ED pendek di awal tahun,

kemudian melakukan retur pada distributor dan melakukan substitusi

resep agar resiko obat kadaluwarsa berkurang.

C. Untuk mencegah tingginya nilai barang yang kadaluwarsa, maka akan


dibuat sistem sebagai berikut :

1. Mengecek tanggal kadaluarsa obat pada obat saat stok opname


bulanan, jika ada obat yang akan mendekati kadaluarsa minimal 6

bulan sebelumnya , maka obat tersebut sudah masuk dalam kategori

slow moving dan harus segera didistribusikan. Obat slow moving,

37
death moving dan mendekati kadaluarsa dikumpulkan tersendiri

terpisah dari obat lainnya agar segera dikeluarkan lebih dahulu.

2. Pada awal tahun melakukan pengumpulan obat-obat dengan tahun


kadaluwarsa tahun tersebut, misalnya pada Januari 2019

dikumpulkan obat ED januari sampai dengan Desember 2018.

Kemudian dilakukan tiga kegiatan :

a. retur pada distributor bila jadwal retur diterima oleh


distributor

b. membuat daftar obat kadaluwarsa tahun ini dan diedarkan


pada para dokter untuk dibantu dalam peresepan

c. substitusi langsung pada resep, sesuai dokter yang

mengusulkan untuk masuk ke formularium

Dari data penambahan dan pengurangan obat kedalam formularium yang

sudah dibahas oleh Komite Farmasi Rumah Sakit kemudian dibuatkan Surat

Keputusan pemberlakukan Formularium oleh Direktur Utama untuk Rumah Sakit

yang berada dibawah naungan PT Nusantara Medika Utama.

Dari laporan ESO (Efek Samping Obat) selama tahun 2018 terdapat laporan

yang dikirimkan ke Komite Farmasi dan Terapi (KFT).Untuk selanjutnnya KFT

mengirimkan laporan tersebut kepada Komite MESO Nasional.

Dari Monitoring Kesalahan Pemberian Obat, maka Kepala Sub Divisi Farmasi

dan Ketua Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien akan membuat

kajian Failure Mode Effect Analysis (FMEA) untuk mencegah terjadinya KTD, KTC,

KNC dan Sentinel dimasa mendatang. Kajian ini dilaporkan ke Kepala Rumah Sakit

sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian rekomendasi proses rancang dan

rancang ulang yang berdampak signifikan terhadap peningkatan mutu dan

keselamatan pasien.

38
BAB V

RENCANA TINDAK LANJUT

NO KEGIATAN HASIL KEGIATAN SARAN RENCANA TINDAK

LANJUT

1 Perencanaan Persentase dana yang disediakan 1. Monitoring pembelian Dalam pembuatan

dibandingkan dengan anggaran secara ketat, yaitu DKB obat alkes, Kadiv

dana yang dibutuhkan untuk dengan pelaporan AKS dan Kadiv

pembelian obat dapat tersedia lebih pembelian secara Penunjang Medis

dari 100% namun demikian tetap mingguan. mengecek kesesuaian

diperlukan pengendalian persediaan 2. Monitoring stok obat permintaan dan sisa

dalam pembelian obat. saat pembelian persediaan. Jika sudah

sehingga menurunkan acc DKB dikirimkan ke

besar stok di gudang kantor pusat.

dan meningkatkan

persentase obat fast

39
moving.

2 Pengadaan a. Frekuensi pengadaan tiap item a. Dari pengadaan data a. Memperbaiki sistem

obat setiap tahunnya dapat di yang pengadaannya perencanaan saat

golongkan menjadi 3 kategori lebih dari 24 x pembuatan DKB.

yaitu frekuensi rendah (<12), pertahun disimpulkan

sedang (12-24) dan tinggi (>24) bahwa masih banyak

Dari 30 sampel barang frekuensi order harian di luar

pembelian di RSP didapatkan order 2 mingguan

data yang ditetapkan

rendah (<12) : 6 sehingga diperlukan

sedang (12-24) : 10 perencanaan yang

tinggi (>24) : 14 lebih baik dalam

Hal ini menunjukkan bahwa pembuatan DKB

pengadaan obat di Rumah Sakit

Perkebunan lebih besar pada item

obat fast moving. b. Koordinasi antara b. Meningkatkan

40
b. Ditemukan terjadinya penundaan pengadaan gudang, koordinasi internal

pengiriman barang yang sekum, accounting dan eksternal.

diakibatkan terlambatnya dan bagian ● Internal antara

pembayaran. pembayaran. Saat ada gudang farmasi,

order obat yang tidak sekum,

terkirim dari accounting dan

distributor, dilakukan bagian

koordinasi dari ke 4 pembayaran

bagian, sehingga kantor pusat.

order bisa terkirim ● Ekseternal

segera. dengan bagian

penagihan

distributor agar

mengirimkan

berkas tagihan

secara rutin,

41
bagian salesman

dan kantor pusat

masalah retur

obat dan dengan

pihak distributor

masalah

pemfakturan

barang yang

dikirim

menggunakan

Tanda Terima.

3 Penyimpanan a. Sistem penataan obat di gudang. a. Untuk meningkatkan a.Setiap kali akan

Dengan dilakukannya sampling angka kesesuaian melakukan

pada sistem ini, di peroleh data sistem penataan di pengadaan, sisa

83.33% penyimpanan obat Sub gudang, perlu persediaan barang

Divisi Farmasi Rumah Sakit dilakukan monitoring ditata terlebih dahulu

42
sudah sesuai dengan sistem FIFO ketat terhadap stok, dan jika barang

dan FEFO. antara lain dengan datang dipisahkan

sampling monitoring dari barang sisa

penyimpanan obat terdahulu

satu minggu sekali.

b. Dilakukan

b. Persen kecocokan barang dengan pengecekan oleh

kartu stok di IFRS RS Perkebunan petugas farmasi b. Dilakukan stok

sebesar 99.3 % maupun petugas opname sebulan

pembukuan dengan sekali dan dilaporkan

jalan : selisih stok dan

 Proses adjust stok dimintakan acc

obat Kadiv Penunjang

 Monitoring secara Medik

terjadwal dengan

cara sampling tiap

43
waktu tertentu oleh

pihak yang

independen di

rumah sakit

(misalnya SPI).

 Menyederhanakan

software obat agar

mudah menelusuri

kesalahan dan

mencegah

terjadinya

c. Besarnya persentase nilai obat kesalahan entri stok

yang kadaluwarsa atau rusak c. Melakukan kegiatan

dalam data satu tahun di Instalasi  Pada awal tahun c. Melakukan Stok

Farmasi Rumah Sakit sebesar 0.29 melakukan opname dan

%. Nilai ini lebih kecil dari pengumpulan obat- membuat surat

44
standar yakni kurang dari 1 %. obat dengan tahun edaran kepada DPJP

Nilai obat kadaluwarsa dan rusak kadaluwarsa tahun tentang obat slow

tahun 2018 sebesar Rp. 4.193.982, tersebut, misalnya moving dan death

sedangkan nilai stok akhir tahun pada Januari 2019 moving yang

Rp. 1.457.818.582. dikumpulkan obat ditandatangani KaRS

ED januari sampai

dengan Desember

2018. Kemudian

dilakukan tiga

kegiatan :

 retur pada

distributor bila

jadwal retur

diterima oleh

distributor

 membuat daftar

45
obat kadaluwarsa

tahun ini dan

diedarkan pada

para dokter untuk

dibantu dalam

peresepan

 substitusi langsung

pada resep, sesuai

dokter yang

mengusulkan

untuk masuk ke

formularium

d. Stok mati (death stock) adalah stok d. idem c

obat yang tidak di gunakan

selama 12 bulan atau selama 12 d. idem c

bulan tidak terdapat

46
transaksisebanyak 68 item dari

5.818 item dengan persentase

1,17%. Nilai death stock yang

diterima adalah <3% . e. Semakin tinggi TOR,

e. TOR yang dicapai adalah 26,71 semakin efisien

kali, yang berarti perputaran persediaan obat. e. Dilakukan Stok

modal sangat cepat. Standar Apabila TOR rendah, Opname sebulan

umum TOR yang biasa di berarti masih banyak sekali dan

gunakan yaitu 6-7 kali. stok obat yang belum memperbaiki

terjual sehingga pembuatan DKB

mengakibatkan obat

menumpuk dan

berpengaruh terhadap

keuntungan. Tetap

dilakukan

pengawasan agar

47
tidak terjadi

penumpukan obat

yang slow moving.

4 Distribusi a. Respon time a. Tetap meningkatkan a.Melakukan

Dalam SPM (Standar Pelayanan kecepatan dan resosialisasi SPO

Minimal) Rumah Sakit, batas ketelitian dalam pelayanan farmasi

waktu pelayanan obat jadi adalah melayani resep. dan melakukan

30 menit, sedangkan waktu supervisi terhadap

pelayanan obat racikan adalah 60 pelayanan.

menit. Dari proses pelayanan 2018

diperoleh data bahwa terdapat

progress perbaikan respon time

farmasi. b. Memperbaiki

b. Persentase obat yang terlayani. permintaan DKB ke b. Melakukan

Dari pelayanan resep tahun 2018, gudang farmasi untuk koordinasi dengan

persentase obat yang dilayani memenuhi obat yang bagian gudang

48
Instalasi Farmasi Rumah Sakit belum terlayani. farmasi untuk

adalah 98,2 %, lebih besar dari menyediakan obat

persentase dalam standar yakni yang dibutuhkan

95%. untuk meminimalkan

beli luar.

5 Penggunaan Dari data pelayanan resep tahun Melakukan konfirmasi Melakukan sosialisasi

2018, persentase penulisan resep kepada DPJP yang formularium kepada

yang sesuai dengan formularium menulis resep di luar DPJP dan membagikan

adalah 83,56%, lebih besar dari formularium dan formularium di ruang

persentase yang ada dalam standar substitusi obat di luar praktek dokter serta

yakni 80%. formularium ruang perawatan.

6 Penambahan dan Telah diterbitkan formularium 2019 Data obat tambahan Formulir permintaan

pengurangan obat di yang terdapat pengurangan dan dibahas oleh Komite obat sisispan 2019 bisa

Formularium 2019 penambahan item obat.Tidak ada Farmasi dan Terapi disampaikan kepada

obat yang ditambahkan dan 17obat (KFT) Rumah Sakit Komite KFT dan

yang dihapus dari formularium 2018 untuk dilihat trend diusulkan kepada

49
ke dalam formularium 2019 penggunaan, efek kantor pusat untuk

samping yang mungkin dimintakan

ditimbulkan untuk persetujuan

dilaporkan kepada pengadaannya.

KMKP.

7 Pendokumentasian dan Terdapat laporan Monitoring Efek Efek Samping Obat Memonitor

Pemantauan Efek Obat Samping Obat sebanyak 5 (lima) yang dilaporkan penggunaan obat yang

selama tahun 2018 dibahas di rapat KFT dilaporkan memiliki

dan IFRS mengirimkan efek samping dan obat-

lapora Efek Samping obat baru yang baru

Obat ke Komite MESO dimasukkan ke

Nasional formularium.

8 Monitoring kesalahan obat Terdapat 22 laporan medication Kasubdiv melakukan Membudayakan berani

dan Kejadian Nyaris error selama tahun 2018 monitoring Kesalahan melaporkan insiden

Cedera (KNC) Pemberian Obat untuk keselamatan pasien

dilaporkan kepada dan Kasubdiv

50
KMKP. melakukan supervise

serta IKP bisa

dijadikan bahan

pertimbangan dalam

pemberian

rekomendasi proses

rancang dan rancang

ulang yang berdampak

signifikan terhadap

peningkatan mutu dan

keselamatan pasien.

9 Kebutuhan Pendidikan dan Dari 28 petugas di Sub Divisi Kasubdiv berkoordinasi Semua petugas

Pelatihan Farmasi terdapat 3 petugas yang dengan SDM Rumah Farmasi mengikuti

belum mengikuti in house training Sakit untuk Pendidikan dan

selama 20 jam/tahun selama tahun mengikutsertakan 3 Pelatihan baik In

51
2018 orang yang belum House ataupun Exhose

memenuhi persyaratan training minimal 20

Diklat untuk diikutkan jam/tahun.

tahun 2019.

10 Pertimbangan Kegiatan Sub Divisi Farmasi membuat Selama ini program Untuk ke depannya

Baru Berbasis Bukti program baru yaitu Etiket Print bantu pembuatan print semua status pasien

Evidence Based (tidak lagi manual) dengan dibantu etiket obat hanya untuk diharapkan bisa

oleh Tim IT Rumah Sakit. pasien rawat jalan dan dibuatkan etiket print

rawat inap. Khusus label, bukan hanya

untuk pasien yang untuk rawat jalan dan

belum terdaftar di SIM rawat inap.

RS belum bisa mencetak

print etiket obat

52
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Perencanaan
Dari kajian perencanaan terdapat anggaran dana yang dibutuhkan untuk

pembelian obat dapat tersedia lebih dari 100% namun demikian tetap

diperlukan pengendalian persediaan dalam pembelian obat.

2. Pengadaan
a. Pada pengadaan obat di Rumah Sakit Perkebunan didapatkan hasil

lebih besar pada item obat fast moving

b. Ditemukan terjadinya penundaan pengiriman barang yang diakibatkan

terlambatnya pembayaran.

3. Penyimpanan
a. Pada penyimpanan obat di gudang diperoleh data 83.33%penyimpanan

obat Sub Divisi Farmasi Rumah Sakit sudah sesuai dengan sistem FIFO

dan FEFO

b. Persen kecocokan barang dengan kartu stok di IFRS RS Perkebunan

sebesar 99.3 %

c. Terdapat persentase nilai obat yang kadaluwarsa atau rusak dalam data

satu tahun sebesar 0.29% ( Nilai Standar kurang dari 1%) , nilai obat

kadaluarsa atau rusak sebesar Rp. 4.193.982, sedangkan nilai stok akhir

tahun Rp. 1.457.818.582.

d. Terdapat Stok mati (death stock) adalah stok obat yang tidak di

gunakan selama 12 bulan atau selama 12 bulan tidak terdapat transaksi

sebanyak 68 item dari 5.818 item dengan persentase 1,17%. Nilai death

stock yang diterima adalah <3% .

e. TOR yang dicapai adalah 26,71 kali, yang berarti perputaran modal

sangat cepat. Standar umum TOR yang biasa di gunakan yaitu 6-7 kali.

53
4. Distribusi
a. Pada distribusi terdapat progress perbaikan respon time farmasi.

b. Dari pelayanan resep tahun 2018, persentase obat yang dilayani

Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah 98,2 %, lebih besar dari persentase

dalam standar yakni 95%.

5. Penggunaan
Dari data pelayanan resep tahun 2018, persentase penulisan resep yang

sesuai dengan formularium adalah 83,56%, lebih besar dari persentase yang

ada dalam standar yakni 80%.

6. Penambahan dan pengurangan obat di Formularium 2019


Telah diterbitkan formularium 2019 yang terdapat pengurangan dan

penambahan item obat. Tidak ada obat yang ditambahkan dan 17 obat yang

dihapus dari formularium 2018 ke dalam formularium 2019

7. Pendokumetasian dan Pemantauan Efek Obat


Terdapat 5 (lima) laporan Monitoring Efek Samping Obat sebanyak selama

tahun 2018.

8. Monitoring kesalahan obat dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC)


Terdapat 22 laporan medication error selama tahun 2018

9. Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan


Dari 28 petugas di Sub Divisi Farmasi terdapat 3 petugas yang belum

mengikuti in house training selama 20 jam/tahun selama tahun 2018

10. Pertimbangan Kegiatan Baru Berbasis Bukti Evidence Based


Sub Divisi Farmasi membuat program baru yaitu Etiket Print (tidak lagi

manual) dengan dibantu oleh Tim IT Rumah Sakit.

B. SARAN

1. Perencanaan

a. Monitoring pembelian secara ketat, yaitu dengan pelaporan pembelian

secara mingguan.

54
b. Monitoring stok obat saat pembelian sehingga menurunkan besar stok di

gudang dan meningkatkan persentase obat fast moving.

2. Pengadaan

a. Dari pengadaan data yang pengadaannya lebih dari 24 x pertahun

disimpulkan bahwa masih banyak order harian di luar order 2

mingguan yang ditetapkan sehingga diperlukan perencanaan yang

lebih baik dalam pembuatan DKB

b. Koordinasi antara pengadaan gudang, sekum, accounting dan bagian

pembayaran untuk kelancaran pembayaran.

3. Penyimpanan

a. Untuk meningkatkan angka kesesuaian sistem penataan di gudang,

perlu dilakukan monitoring ketat terhadap stok, antara lain dengan

sampling monitoring penyimpanan obat satu minggu sekali.

b. Dilakukan pengecekan oleh petugas farmasi maupun petugas

pembukuan dengan jalan :

 Proses adjust stok obat

 Monitoring secara terjadwal dengan cara sampling tiap waktu

tertentu oleh pihak yang independen di rumah sakit (misalnya SPI).

c. Menyederhanakan software obat agar mudah menelusuri kesalahan

dan mencegah terjadinya kesalahan entri stok.

d. Melakukan upaya mengatasi obat agar tidak melewati batas kadaluarsa

 Retur pada distributor bila jadwal retur diterima oleh distributor

 Membuat daftar obat kadaluwarsa tahun ini dan diedarkan pada

para dokter untuk dibantu dalam peresepan

 Substitusi langsung pada resep, sesuai dokter yang mengusulkan

untuk masuk ke formularium.

 Tetap melakukan pengawasan agar tidak terjadi penumpukan obat

yang slow moving.

4. Distribusi

a. Tetap meningkatkan kecepatan dan ketelitian dalam melayani resep.

55
b. Memperbaiki permintaan DKB ke gudang farmasi untuk memenuhi

obat yang belum terlayani.

5. Penggunaan

Melakukan konfirmasi kepada DPJP yang menulis resep di luar

formularium dan substitusi obat di luar formularium

6. Penambahan dan pengurangan obat di Formularium 2019

Data obat tambahan dibahas oleh Komite Farmasi dan Terapi (KFT) Rumah

Sakit untuk dilihat trend penggunaan, efek samping yang mungkin

ditimbulkan untuk dilaporkan kepada KMKP.

7. Pendokumetasian dan Pemantauan Efek Obat

Melakukan re-sosialisasi kepada petugas farmasi dan perawat tentang alur

pelaporan ESO dan cara mengisi Form MESO..

8. Monitoring kesalahan obat dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC)

Kasubdiv melakukan monitoring Kesalahan Pemberian Obat untuk

dilaporkan kepada KMKP.

9. Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan

Berkoordinasi dengan pihak SDM Rumah Sakit untuk mengikutkan tiga

petugas farmasi ikut pelatihan in house training di tahun 2019 agar tercapai

persyaratan diklta 20/tahun/karyawan.

10. Pertimbangan Kegiatan Baru Berbasis Bukti Evidence Based

Program bantu pembuatan etiket print untuk ke depannya diharapkan

semua status pasien bisa dibuatkan etiket print label, bukan hanya untuk

rawat jalan dan rawat inap.

56
Jember, 7 Januari 2019

Mengetahui

PT NUSANTARA MEDIKA SUB DIVISI FARMASI

UTAMA

RUMAH SAKIT PERKEBUNAN

Dr. Anita Fadhilah, MMRS. Dra. Kusumaningrum, Apt Erna Widyaningrum,S.Si, Apt

Kepala Divisi Penunjang Medik KaSubdiv Farmasi RI KaSubdiv Farmasi RJ

Menyetujui,

PT NUSANTARA MEDIKA UTAMA

RUMAH SAKIT PERKEBUNAN

dr. M. Agus Burhan Syah

Kepala Rumah Sakit

57

Anda mungkin juga menyukai