Anda di halaman 1dari 21

Nama : Rif’an bagas firmana

Nim : 6411418104
Kelas : C (2018)
DosenPengampu : Dr. Arulita Ika Fibriana, M. Kes (Epid)

NEOPLASMA

Pengertian neoplasma

Neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk sel – sel yang
tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordiansi dengan jaringan
sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. Kata “neoplasma” berasal dari
kata Yunani “neo”, yang berarti baru, dan “plasma”, yang berarti “pembentukan atau
penciptaan”, mengacu pada pertumbuhan sel yang baru, yang berbeda dari
pertumbuhan sel-sel di sekitarnya yang normal. Sifat neoplasma:

a. Parasit,
b. Autonomi,
c. Clonal, yaitu seluruh populasi sel dalam tumor berasal dari sel tunggal (single
cell) yang telah mengalami perubahan genetik

Pada sel neoplasma terjadi sifat, sehingga sebagian besar energi digunakan
untuk berkembang biak. Pertumbuhan tak terkontrol yang seringnya terjadi dengan
cepat itu dapat mengarah ke pertumbuhan jinak (benign) maupun ganas (maglinant).
Malignant tumor disebut juga sebagai kanker. Kanker berpotensi menyerang atau
merusak jaringan disekitarnya dan menyebabkan metastase (penyebaran bibit
penyakit). Sedangkan benign tumor tidak menyerang jaringan disekitarnya dan tidak
membentuk metastase, tapi secara lokal dapat bertumbuh menjadi besar. Biasanya
benign tumor tidak muncul lagi setelah dilakukan operasi pengangkatan tumor.
Perbedaan utama di antara keduanya adalah bahwa tumor ganas lebih berbahaya dan
fatal sehingga dapat mengakibatkan kematian. Tumor jinak hanya dapat
menimbulkan kematian secara langsung terkait dengan lokasi tumbuhnya yang
membahayakan misalnya tumor di leher yang dapat menekan saluran napas.

1. Tumor Jinak ( Benign ) Tumor jinak tumbuhnya lambat dan biasanya


mempunyai kapsul. Tidak tumbuh infiltratif, tidak merusak jaringan
sekitarnya dan tidak menimbulkan anak sebar pada tempat yang jauh. Tumor
jinak pada umumnya disembuhkan dengan sempurna kecuali yang mensekresi
hormon atau yang terletak pada tempat yang sangat penting, misalnya di
sumsum tulang belakang yang dapat menimbulkan paraplesia atau pada saraf
otak yang menekan jaringan otak.
2. Tumor ganas ( malignant ) Tumor ganas pada umumnya tumbuh cepat,
infiltratif. Dan merusak jaringan sekitarnya. Batas tidak jelas & tidak
berkapsul. Disamping itu dapat menyebar keseluruh tubuh melalui aliran
limpe atau aliran darah dan sering menimbulkan kematian.
3. Pra-malignant diantara 2 kelompok tumor jinak dan tumor ganas terdapat
segolongan kecil tumor yang mempunyai sifat invasive local tetapi
kemampuan metastasisnya kecil. Tumor demikian disebut tumor agresif local
tumor ganas berderajat rendah. Sebagai contoh ialah karsinoma sel basal kulit.

JENIS TUMOR JINAK DAN GANAS

Tumor jinak

 Lipoma, jenis tumor jinak yang paling umum ini ditemukan. Lipoma
biasanya tumbuh di sel-sel lemak tubuh. Mereka sering ditemukan di
punggung, bahu, lengan, atau leher. Lipoma bisa dikenali dari ciri-cirinya
seperti berbentuk bulat, permukaannya halus, dan dapat digerakkan sedikit di
bawah kulit. Pengobatan dengan steroid atau dengan pembedahan mungkin
dilakukan apabila lipoma tumbuh terlalu cepat atau mulai muncul rasa nyeri.
 Nevi, dikenal juga sebagai tahi lalat dan sangat umum terbentuk di kulit.
Warnanya mulai dari merah muda dan kecokelatan, hingga cokelat atau hitam.
Namun, hati-hati jika tahi lalat yang ada di kulit Anda terlihat berbeda dari
biasanya (berubah bentuk, ukuran, dan warna, batas tahi lalat tidak tegas/rata,
tahi lalat terasa gatal atau mulai berdarah). Tahi lalat dengan kondisi seperti
ini memiliki risiko yang lebih tinggi untuk berkembang menjadi kanker kulit
melanoma.
 Fibroid atau fibroma, tumbuh di jaringan fibrosa pada organ. Tumor jinak
jenis ini paling umum muncul di rahim hingga dikenal sebagai fibroid rahim.
Meskipun tidak berbahaya, fibroid rahim dapat menyebabkan perdarahan
vagina hebat, gangguan berkemih, serta nyeri pinggul.
 Adenoma, tumor yang terbentuk di jaringan epitel yang melapisi kelenjar.
Jenis tumor jinak adenoma yang paling sering terjadi adalah polip di usus
besar, namun tidak menutup kemungkinan juga tumbuh di hati, kelenjar
adrenal, kelenjar pituitari (di bawah otak), atau kelenjar tiroid. Tindakan
pembedahan mungkin diperlukan pada beberapa kasus.
 Mioma, jenis tumor yang tumbuh di otot. Mioma juga bisa tumbuh di otot
polos rahim atau dinding pembuluh darah. Untuk menyembuhkan tumor jinak
jenis ini, bisa dilakukan operasi atau penyusutan dengan obat-obatan.
 Hemangioma, penumpukan sel-sel pembuluh darah di kulit atau organ
internal. Umumnya, hemangioma muncul sebagai tanda lahir yang berwarna
merah atau kebiruan.
 Meningioma, tumor jinak yang berkembang di membran yang mengelilingi
otak dan sumsum tulang belakang. Pengobatannya bervariasi tergantung pada
lokasi dan gejala yang ditimbulkan.
 Neuroma, tumor jinak yang tumbuh di saraf. Jenis tumor ini biasanya bisa
diobati dengan prosedur
 Osteokondroma, tumor tulang jinak yang biasanya muncul dengan ciri-ciri
benjolan di daerah sendi (contohnya lutut atau bahu). Pembedahan mungkin
diperlukan jika tumor jinak ini menyebabkan gejala seperti nyeri atau tekanan
pada saraf atau pembuluh darah.
 Papiloma, tumor jinak yang tumbuh di jaringan epitel pada kulit, leher rahim,
saluran payudara, atau selaput lendir yang menutupi bagian dalam kelopak
mata (konjungtiva). Tumor ini bisa disebabkan oleh kontak langsung dengan
infeksi seperti human papillomavirus (HPV). Pada beberapa kasus mungkin
dilakukan pembedahan untuk menyingkirkan kemungkinan terjadinya kanker.

Dalam banyak kasus, tumor jinak tidak memerlukan pengobatan. Dokter


kemungkinan hanya akan memantau guna memastikan tumor tidak menyebabkan
masalah. Namun, jika gejala masalah mulai muncul, operasi kemungkinan akan
diperlukan untuk menghilangkan tumor jinak tersebut tanpa merusak jaringan di
sekitarnya.

Tumor pra-malignant

Kemunculan tumor prakanker belum pasti kanker, tapi dapat mengembangkan


sifat-sifat kanker. Tumor ini pada awalnya menyerupai tumor jinak yang kian lama
mirip dengan tumor ganas. Sel-sel jenis tumor ini belum bermetasis dan harus segera
diangkat sebelum menjadi kanker sepenuhnya.

 Keratosis aktinik, Kondisi ini berpotensi menjadi sel kanker karena sekitar 20%
orang dengan kondisi ini mengembangkan karsinoma sel skuamosa. Penyebab
utama keratosis aktinik adalah paparan sinar matahari yang berlebihan sehingga
menimbulkan bercak-bercak pada kulit yang bersisik, berkerak, dan menebal.
 Leukoplakia, Kondisi ini biasanya muncul di sekitar gusi, bagian bawah mulut,
bagian dalam pipi, atau lidah yang ditandai dengan munculnya bercak putih tebal.
Meski jarang, pada beberapa kasus leupkoplakia dapat menyebabkan kanker
mulut. Leukoplakia akan membaik setelah kebersihan mulut ditingkatkan,
berhenti merokok, dan minum alkohol.
 Displasia serviks, Terjadi karena adanya perubahan sel normal yang melapisi
serviks. Perubahan tersebut dapat berisiko menjadi kanker serviks. Kondisi ini
paling sering terjadi pada wanita usia 25 hingga 35 tahun. Salah satu cara
mengatasinya adalah melakukan teknik pembekuan jaringan dan mengeluarkan
sel yang abnormal tersebut dari serviks.

Tumor ganas

 Sarcoma, Tumor sarcoma tumbuh pada jaringan ikat seperti pada


tulang, lemak, sendi, dan sel saraf.

Karsinoma, Tumor karsinoma berkembang dari sel epitel pada organ-organ


vital seperti hati, paru-paru, pankreas, lambung, dan prostat. Karsinoma adalah salah
satu sel tumor yang mengakibatkan kematian terbanyak. Tahap Perkembangan
Karsinoma Sel Skuamosa
Perkembangan karsinoma sel skuamosa terbagi dalam beberapa tahap, yaitu:

 Stadium 0 – tumor berukuran sangat kecil dan belum menyebar.


 Stadium 1 – tumor berukuran 2 cm atau kurang, dan belum menyebar.
 Stadium 2 – tumor berukuran 2 cm atau lebih dari 5 cm, dan belum
menyebar.
 Stadium 3 – tumor sudah menembus ke lapisan bawah kulit, namun belum
menyebar ke kelenjar getah bening yang berdekatan.
 Stadium 4 – tumor sudah menyebar ke lebih kelenjar getah bening atau organ
lain.

Penyebab Karsinoma Sel Skuamosa


KSS disebabkan oleh mutasi atau perubahan DNA, yang memicu sel skuamosa pada
kulit tumbuh tidak terkendali. Mutasi DNA tersebut dapat dipicu oleh radiasi sinar
ultraviolet, seperti paparan sinar matahari langsung atau tindakan untuk
menggelapkan kulit dengan sinar UV (tanning kulit).

Faktor Risiko Karsinoma Sel Skuamosa


Terdapat sejumlah faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya karsinoma sel
skuamosa pada seseorang, di antaranya meliputi:

 Sistem kekebalan tubuh lemah, misalnya pada orang yang menderita


leukemia, limfoma, sedang mengonsumsi obat imunosupresan (misalnya
kortikosteroid), atau baru menjalani transplantasi organ.
 Warna kulit. Orang berkulit terang lebih rentan mengidap KSS.
 Riwayat kelainan pada kulit, misalnya pernah mengalami KSS atau kanker
kulit jenis lain, kulit melepuh, gejala keracunan arsenik pada kulit, atau kulit
yang terserang lesi pra-kanker seperti solar keratosis atau penyakit Bowen.
 Kelainan genetik, antara lain xeroderma pigmentosum, albinisme, sindrom
Gorlin, dan sindrom Bazex.
 Usia. Risiko KSS cenderung meningkat sesuai dengan pertambahan usia.

Diagnosis Karsinoma Sel Skuamosa


Pemeriksaan akan diawali oleh dokter, dengan menanyakan riwayat kesehatan pasien
dan keluarga. Dokter kemudian memeriksa kondisi fisik pada kulit pasien yang
diduga terserang KSS. Apabila ada dugaan KSS, dokter akan menganjurkan untuk
dilakukan biopsi, yaitu dengan mengambil sampel kulit yang diduga terkena KSS,
untuk diteliti di laboratorium.

Pengobatan Karsinoma Sel Skuamosa


Ada beberapa pilihan pengobatan yang bisa dilakukan untuk menangani KSS. Jenis
pengobatan yang akan dipilih dokter tergantung pada usia dan kesehatan pasien, serta
ukuran, area dan tingkat keparahan KSS.
Beberapa langkah penanganan yang bisa menjadi pilihan pasien meliputi:

 Kulit yang terkena kanker akan dipotong dan dijahit.


 Electrodessiccation and curettage (ED&C). Tumor dihilangkan dengan cara
dikuret, kemudian lapisan dasar kanker dibakar dengan jarum elektrik.
 Kuret dan cryotheraphy. Prosedurnya sama seperti ED&C, hanya saja setelah
kuret, area biopsi dibekukan dengan nitrogen cair.
 Cryosurgery, yaitu prosedur pembekuan sel-sel kanker menggunakan nitrogen
cair.
 Terapi sinar laser untuk menghancurkan sel kanker.
 Operasi Mohs, yaitu pengangkatan kanker selapis demi selapis yang
kemudian diteliti di bawah mikroskop. Umumnya digunakan pada kanker di
bagian wajah, seperti hidung atau telinga.
 Radioterapi. Prosedur ini dilakukan jika kanker sudah menyebar ke organ lain
dan ke kelenjar getah bening, atau jika kanker tidak bisa ditangani dengan
bedah.
 Kemoterapi dengan obat oles yang mengandung imiquimod atau 5-
fluorouracil.
 Photodynamic therapy (PDT). Pada prosedur ini, sel-sel kanker akan
dihancurkan menggunakan sinar khusus.

Pencegahan Karsinoma Sel Skuamosa


Lindungi diri Anda dari karsinoma sel skuamosa, dengan melakukan beberapa
langkah pencegahan berikut:

 Hindari paparan sinar matahari saat sedang terik. Misalnya, tidak keluar
rumah pada siang hari (terutama antara pukul 10 siang hingga 4 sore). Bila
mungkin, ubah jadwal aktivitas di luar ruangan ke jam-jam lain.
 Kenakan pakaian tertutup. Pilih pakaian yang bisa melindungi seluruh
bagian kulit, juga kenakan topi yang lebar serta kacamata dengan pelindung
UVA dan UVB bila bepergian.
 Selalu gunakan tabir surya setiap keluar rumah. Tabir surya yang
disarankan adalah yang mengandung setidaknya SPF 15. Gunakan setiap 2
jam sekali, atau lebih sering jika Anda berenang atau berkeringat.
 Periksa kulit secara mandiri. Selalu perhatikan seluruh bagian tubuh Anda,
dan segera periksakan diri ke dokter jika ada perubahan pada kulit yang
mencurigakan.
 Hindari tindakan tanning kulit.

 Blastoma, Munculnya blastoma terjadi mulai usia anak-anak hingga remaja.


Contoh tumor blastoma yaitu retinoblastoma, osteoblasroma, neuroblastoma,
dan glioblastoma.

Penyebab Retinoblastoma
Retinoblastoma dapat terjadi sejak janin berada dalam rahim. Selama tahap awal
pertumbuhannya, sel retinoblas membelah diri menjadi sel baru. Selanjutnya, sel
akan berkembang menjadi sel retina yang matang. Pada kasus retinoblastoma, terjadi
perubahan atau mutasi gen sehingga sel tumbuh terus-menerus secara tidak
terkendali.
Hingga saat ini penyebab terjadinya mutasi gen belum dapat dipastikan. Sekitar 25%
dari kasus retinoblastoma diturunkan dengan pola autosomal dominan, yaitu
meskipun hanya salah satu orang tua yang mewariskan gen tersebut pada anak,
dapat meningkatkan risiko terjadinya retinoblastoma. Retinoblastoma yang
diturunkan biasanya akan menyerang kedua mata. Sedangkan retinoblastoma yang
tidak diturunkan dari orang tua, umumnya hanya akan mengenai salah satu mata.

Gejala Retinoblastoma
Tanda yang muncul dari retinoblastoma adalah berupa leukokoria, yaitu adanya
warna putih pada pupil mata saat disinari cahaya. Pembuluh darah yang berada di
belakang mata seharusnya memancarkan warna merah jika disinari cahaya. Selain itu,
tanda-tanda yang dapat menyertai retinoblastoma adalah:
 Mata merah dan bengkak.
 Gerakan mata kanan dan kiri berbeda, atau tidak sejalan.
 Pupil selalu terbuka lebar.

Diagnosis Retinoblastoma
Serangkaian tes perlu dilakukan sebelum seorang spesialis mata dapat memberikan
diagnosis retinoblastoma kepada pasien. Dokter akan menggunakan alat
yang dinamakan oftalmoskop untuk melihat kondisi di dalam mata, termasuk
memeriksa kemungkinan tumor pada mata pasien.
Selain itu, pemindaian juga dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat keparahan
retinoblastoma. Pemindaian bisa dilakukan dengan USG mata, CT scan, atau MRI.
Tingkat keparahan retinoblastoma dibedakan berdasarkan luasnya penyebaran dan
lokasi kanker, yang kemudian akan menentukan langkah penanganan yang akan
dilakukan.
Pada tahap awal, yaitu intraocular retinoblastoma, sel kanker belum menyebar ke
jaringan di luar mata. Sementara pada tahap lebih lanjut, atau extralocular
retinoblastoma, sel kanker telah menyebar ke luar mata atau tubuh bagian
lain. Sedangkan recurrent retinoblastoma merupakan retinoblastoma yang muncul
kembali pada mata atau bagian tubuh lainnya.

Pengobatan Retinoblastoma
Langkah penanganan ditentukan berdasarkan tingkat keparahan retinoblastoma.
Terdapat beberapa pilihan terapi yang dapat dilakukan untuk membunuh sel kanker
pada retinoblastoma, di antaranya:

 Terapi laser (laser photocoagulation). Terapi sinar laser dapat digunakan


untuk menghancurkan pembuluh darah yang memasok nutrisi pada tumor
sehingga dapat mematikan sel kanker.
 Krioterapi. Terapi ini menggunakan cairan nitrogen untuk membekukan sel
kanker sebelum diangkat. Proses pembekuan dan pengangkatan dapat
dilakukan beberapa kali hingga sel kanker hilang seluruhnya.
 Termoterapi. Dalam terapi ini, gelombang panas diarahkan pada sel kanker
dengan sinar laser, gelombang mikro, atau ultrasound.
 Radioterapi. Radioterapi dilakukan dengan bantuan sinar-X. Ada dua jenis
radioterapi atau terapi radiasi, yaitu radiasi internal dan eksternal. Dalam
radiasi internal, bahan radioaktif ditempatkan di dekat tumor selama beberapa
hari untuk memberikan efek radiasi secara perlahan terhadap tumor.
Sedangkan pada radiasi eksternal, radiasi dipancarkan dari sebuah mesin
untuk memberikan paparan yang lebih besar. Dibandingkan terapi internal,
terapi eksternal lebih berisiko merusak jaringan sehat di sekitar mata. Radiasi
eksternal biasanya diberikan kepada penderita retinoblastoma tahap lanjut di
mana pengobatan lain tidak efektif.

Metode penanganan lainnya adalah melalui kemoterapi. Kemoterapi dilakukan


dengan menggunakan obat untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel
kanker. Kemoterapi dapat diberikan dalam bentuk oral, suntikan ke pembuluh darah,
atau suntikan ke dalam cairan di sekitar otak dan tulang belakang (kemoterapi
intratekal).
Jika tumor sudah sangat besar dan sulit ditangani dengan metode lainnya, maka
dokter dapat merekomendasikan operasi pengangkatan bola mata. Prosedur ini
dijalankan dengan beberapa tahapan yang diawali dengan enukleasi atau
pengangkatan bola mata yang terkena kanker. Setelah itu, sebuah bola mata buatan
(implan) atau artificial eye akan dipasang dan disambungkan dengan otot-otot mata.
Jaringan otot mata akan beradaptasi dengan bola mata buatan seiring proses
penyembuhan, sehingga nantinya bola mata buatan tersebut dapat bergerak seperti
mata sungguhan, walaupun tidak bisa melihat.

Komplikasi Retinoblastoma
Komplikasi dapat terjadi pada retinoblastoma dan biasanya terjadi pada
retinoblastoma tahap lanjut. Beberapa di antaranya adalah:

 Ablasi retina.
 Perdarahan dalam bola mata.
 Glaukoma.
 Peradangan jaringan bola mata dan sekitarnya (selulitis orbita).
 Bola mata berkerut dan tidak berfungsi normal (phthisis bulbi).

Pencegahan Retinoblastoma
Pemeriksaan mata secara rutin perlu dilakukan, terutama pada anak yang memiliki
anggota keluarga dengan riwayat retinoblastoma. Penemuan retinoblastoma pada
tahap awal akan menentukan keberhasilan pengobatan. Pemeriksaan dapat
dilakukan setiap bulan hingga usia satu tahun. Sedangkan pemeriksaan mata secara
rutin pada orang dewasa dapat dilakukan paling tidak setahun sekali.

 Germ cell tumor, dapat tumbuh di alat kelamin pria dan wanita. Pada bayi
baru lahir, tumor ini dapat muncul di punggung belakang, dada, dan sekitar
perut. Germ cell tumor menyebar cepat ke kelenjar getah bening dan organ
lainnya dan menimbulkan gangguan hormon dan pubertas.

Gejala Kanker Ovarium


Kanker ovarium jarang menimbulkan gejala pada stadium awal. Oleh sebab itu,
kanker ovarium biasanya baru terdeteksi ketika sudah memasuki stadium lanjut atau
sudah menyebar ke organ lain.
Gejala stadium lanjut dari kanker ovarium juga tidak terlalu khas dan menyerupai
penyakit lain. Beberapa gejala yang dialami oleh penderita kanker ovarium adalah:

 Perut kembung.
 Cepat kenyang.
 Mual.
 Sakit perut.
 Konstipasi (sembelit).
 Pembengkakan pada perut.
 Penurunan berat badan.
 Sering buang air kecil.
 Sakit punggung bagian bawah.
 Nyeri saat berhubungan seks.
 Keluar darah dari vagina.
 Perubahan siklus menstruasi, pada penderita yang masih mengalami
menstruasi.

Kapan harus ke dokter


Wanita yang menjalani terapi pengganti hormon untuk meredakan gejala menopause
sebaiknya mendiskusikan kembali manfaat dan risiko terapi ini dengan dokter.
Terapi pengganti hormon berisiko menimbulkan kanker ovarium, terutama pada
wanita yang anggota keluarganya pernah terkena kanker ovarium atau kanker
payudara.
Jika sering mengalami gejala gangguan pencernaan, seperti perut kembung, cepat
kenyang, sakit perut, atau sembelit, apalagi sudah berlangsung selama 3 minggu,
segeralah konsultasikan kepada dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk
mencari penyebab gejala-gejala tersebut.
Penyebab Kanker Ovarium
Kanker ovarium terjadi karena adanya perubahan atau mutasi genetik pada sel-sel
ovarium. Sel tersebut menjadi abnormal, serta tumbuh dengan cepat dan tidak
terkontrol.
Hingga saat ini, penyebab terjadinya mutasi genetik tersebut belum diketahui dengan
pasti. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang
mengalaminya, yaitu:

 Berusia di atas 50 tahun.


 Merokok.
 Menjalani terapi penggantian hormon saat menopause.
 Memiliki anggota keluarga yang menderita kanker ovarium atau kanker
payudara.
 Menderita obesitas.
 Pernah menjalani radioterapi.
 Pernah menderita endometriosis.
 Menderita sindrom Lynch.

Diagnosis Kanker Ovarium


Untuk mendiagnosis kanker ovarium, dokter akan menanyakan gejala yang dialami
pasien dan riwayat kesehatannya terlebih dahulu. Selain itu, dokter juga akan
menanyakan ada tidaknya anggota keluarga yang pernah menderita kanker ovarium
atau kanker payudara.
Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama pada daerah panggul
dan organ kelamin. Jika diduga menderita kanker ovarium, dokter akan meminta
pasien untuk menjalani pemeriksaan lanjutan berupa:

 Pemindaian
Metode pemindaian awal yang dilakukan untuk mendeteksi kanker ovarium
adalah USG perut. Setelah itu, dapat dilakukan CT scan atau MRI.
 Tes darah
Tes darah dilakukan untuk mendeteksi protein CA-125, yang merupakan
penanda adanya kanker ovarium.
 Biopsi
Pada pemeriksaan ini, dokter akan mengambil sampel jaringan ovarium untuk
diperiksa di laboratorium. Pemeriksaan ini dapat menentukan apakah pasien
menderita kanker ovarium atau tidak.

Stadium Kanker Ovarium


Berdasarkan tingkat keparahannya, kanker ovarium dibedakan menjadi 4 stadium,
yaitu:

 Stadium 1
Kanker hanya di ovarium, baik salah satu maupun kedua ovarium, dan belum
menyebar ke organ lain.
 Stadium 2
Kanker sudah menyebar ke jaringan dalam rongga panggul atau rahim.
 Stadium 3
Kanker sudah menyebar ke selaput perut (peritoneum), permukaan usus, dan
kelenjar getah bening di panggul atau perut.
 Stadium 4
Kanker sudah menyebar ke organ lain yang letaknya jauh, misalnya ginjal,
hati, atau paru-paru.

Pengobatan Kanker Ovarium


Penanganan kanker ovarium berbeda-beda, tergantung pada stadium kanker, kondisi
penderita, dan keinginan penderita untuk memiliki keturunan. Namun secara umum,
penanganan utama kanker ovarium meliputi:

Operasi
Operasi yang dilakukan adalah mengangkat ovarium, baik salah satu maupun kedua
ovarium, tergantung kondisi pasien. Selain hanya mengangkat ovarium, operasi juga
dapat dilakukan untuk mengangkat rahim (histerektomi) dan jaringan sekitarnya, jika
kanker sudah menyebar.
Dokter akan menjelaskan manfaat dan risiko operasi yang dilakukan. Beberapa jenis
operasi dapat membuat seseorang tidak bisa memiliki anak lagi. Diskusikan dengan
dokter mengenai operasi yang akan dilakukan.

Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan dengan pemberian obat-obatan untuk membunuh sel kanker.
Kemoterapi dapat dikombinasikan dengan operasi dan radioterapi, serta bisa
dilakukan sebelum atau setelahnya.
Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi atau radioterapi bertujuan untuk
mengecilkan ukuran kanker. Sedangkan kemoterapi yang diberikan setelah operasi
atau radioterapi bertujuan untuk membunuh sel kanker yang masih tersisa.
Beberapa jenis obat-obatan untuk kemoterapi adalah:

 Carboplatin
 Paclitaxel
 Etoposide
 Gemcitabine

Radioterapi
Radioterapi dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker dengan sinar berenergi tinggi.
Radioterapi dapat dikombinasikan dengan kemoterapi atau operasi. Radioterapi
biasanya diberikan pada pasien kanker ovarium stadium awal, setelah operasi.
Selain itu, radioterapi juga dapat diberikan kepada pasien kanker ovarium stadium
akhir, dengan tujuan untuk membunuh sel-sel kanker yang sudah menyebar ke
jaringan tubuh lain.

Terapi pendukung
Pasien yang sedang menjalani pengobatan kanker ovarium juga akan diberikan terapi
pendukung, seperti obat pereda nyeri atau antimual, untuk meredakan gejala kanker
ovarium dan mengurangi efek samping dari metode pengobatan kanker. Terapi
tersebut diberikan agar pasien lebih nyaman dalam menjalani pengobatan.
Makin cepat kanker ovarium terdeteksi dan ditangani, peluang penderita untuk
bertahan hidup pun akan makin besar. Hampir separuh penderita kanker ovarium
dapat bertahan setidaknya selama 5 tahun setelah terdiagnosa, dan sepertiganya
memiliki harapan hidup setidaknya selama 10 tahun.
Penderita yang sudah sembuh dari kanker ovarium tetap berpotensi untuk kembali
memiliki kanker dalam beberapa tahun.

Komplikasi Kanker Ovarium


Kanker ovarium dapat menimbulkan komplikasi, terutama jika sudah memasuki
stadium lanjut. Komplikasi ini terjadi karena sel-sel kanker sudah menyebar ke organ
tubuh lainnya. Beberapa komplikasi tersebut adalah:

 Perforasi atau lubang pada usus


 Penimbunan cairan di selaput paru-paru (efusi pleura)
 Penyumbatan saluran kemih
 Penyumbatan usus
Pencegahan Kanker Ovarium
Kanker ovarium sulit untuk dicegah karena penyebabnya belum diketahui. Namun,
ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terkena kanker
ovarium, yaitu:

 Mengonsumsi pil KB kombinasi


 Tidak menggunakan terapi penggantian hormon
 Tidak merokok
 Menerapkan pola hidup sehat
 Menjaga berat badan ideal

Pada wanita yang memiliki risiko tinggi terkena kanker ovarium, operasi
pengangkatan ovarium sebelum terkena kanker juga dapat dilakukan guna
meminimalkan risiko. Prosedur ini biasanya dianjurkan bagi wanita yang sudah
memutuskan untuk tidak memiliki keturunan lagi.

Penyebab dan Faktor Risiko Tumor

Tumor terbentuk akibat ketidakseimbangan antara jumlah sel baru yang


tumbuh dengan jumlah sel lama yang mati. Kondisi ini bisa terjadi bila sel baru
terbentuk secara berlebihan, atau sel lama yang seharusnya mati tetap hidup.

Penyebab ketidakseimbangan tersebut dapat berbeda-beda pada setiap jenis tumor,


namun umumnya penyebab belum diketahui secara pasti. Meski begitu, beberapa hal
di bawah diduga berkaitan dengan tumbuhnya tumor:

 Pola makan yang buruk, misalnya terlalu banyak mengonsumsi makanan


berlemak.
 Paparan sinar matahari
 Infeksi virus atau bakteri, misalnya HPV, virus hepatitis, dan H. pylori
 Konsumsi alkohol yang berlebihan
 Paparan radiasi akibat tindakan medis, seperti foto Rontgen atau CT scan.
 Konsumsi obat-obatan imunosupresif, misalnya setelah tindakan transplantasi
organ.
 Merokok
 Obesitas
 Paparan bahan kimia, misalnya arsen atau asbes.

Gejala Tumor

Gejala utama dari tumor adalah terbentuknya benjolan. Benjolan bisa terlihat
dengan mudah dari luar, namun bisa juga tidak terlihat jika tumbuh pada
organ dalam. Biasanya benjolan pada organ dalam baru diketahui setelah dilakukan
pemeriksaan oleh dokter.

Selain benjolan, gejala lain yang dapat muncul akibat tumor tergantung pada lokasi,
jenis, dan pengaruh tumor terhadap fungsi organ. Tumor yang tumbuh di organ dalam
bisa tanpa gejala, bisa juga menimbulkan gejala berupa:

 Demam
 Lemas
 Tidak nafsu makan
 Berkeringat di malam hari
 Nyeri dada
 Perubahan warna kulit, misalnya menjadi kuning, kemerahan, atau menjadi
lebih gelap
 Perdarahan atau memar yang tidak jelas sebabnya
 Penurunan berat badan.

Diagnosis Tumor

Dalam mendiagnosis suatu benjolan, dokter akan melakukan serangkaian


pemeriksaan untuk menentukan apakah benjolan tersebut jinak atau ganas.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi penelusuran gejala melalui tanya-jawab saat
konsultasi, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang terdiri dari:

 Tes urine atau tes darah, untuk mengidentifikasi kondisi yang tidak normal.
Contohnya adalah pemeriksaan darah lengkap untuk melihat jumlah dan jenis
sel darah yang mengalami gangguan pada penderita leukemia.
 USG, CT scan, MRI, atau PET scan, untuk mengetahui lokasi, ukuran, dan
penyebaran tumor.
 Biopsi, yaitu pengambilan sampel jaringan tumor untuk diperiksa di
laboratorium. Dari pemeriksaan ini, dapat diketahui jenis tumor dan apakah
tumor bersifat ganas atau jinak.

Setelah mengetahui jenis, ukuran, letak, dan sifat tumor, dokter dapat menentukan
penanganan yang tepat.

Pengobatan Tumor

Pengobatan tumor ditentukan berdasarkan jenis, ukuran, letak, serta jinak atau
ganasnya tumor. Pada tumor jinak yang ukurannya kecil dan tidak menimbulkan
gejala, penanganan tidak perlu dilakukan. Dokter hanya akan menganjurkan
pemeriksaan berkala untuk memantau perkembangan tumor.

Jika tumor bersifat jinak, namun berukuran besar hingga menekan saraf, pembuluh
darah, atau mengganggu fungsi organ, maka dokter akan melakukan tindakan untuk
mengangkat tumor. Banyak metode yang bisa digunakan dokter untuk mengangkat
tumor, mulai dari dari penggunaan sinar laser hingga tindakan operasi dengan sayatan
pisau bedah.

Selain pengangkatan tumor, ada beberapa terapi untuk tumor yang dapat dilakukan
oleh dokter onkologi, khususnya pada tumor ganas atau kanker, yaitu:

 Kemoterapi. Terapi ini bertujuan untuk membunuh sel kanker, menggunakan


obat-obatan.
 Radioterapi. Terapi ini bertujuan untuk membunuh dan mencegah
penyebaran sel kanker, serta mengurangi ukuran tumor, menggunakan sinar
khusus berenergi tinggi.
 Terapi hormon. Pertumbuhan beberapa jenis kanker, seperti kanker payudara
atau kanker prostat, dapat dipengaruhi oleh suatu hormon. Menghambat
produksi hormon tersebut dapat menghambat pertumbuhan sel kanker.
 Imunoterapi atau terapi biologi. Terapi ini menggunakan obat-obatan yang
memanfaatkan sistem kekebalan tubuh untuk memberantas sel kanker.

Kesembuhan penderita tumor tergantung dari jinak atau ganasnya tumor.


Tumor jinak berpeluang lebih tinggi untuk sembuh setelah dilakukan penanganan,
dibandingkan dengan tumor ganas. Peluang kesembuhan tumor ganas tergantung
pada tingkat keganasan atau stadium kanker. Semakin tinggi stadium, terutama bila
sudah menyebar ke organ lain (stadium 4), semakin sulit untuk disembuhkan.

KOMPLIKASI TUMOR

Komplikasi akibat tumor, dapat disebabkan oleh tumor itu sendiri, maupun
oleh pengobatan yang diberikan. Komplikasi yang muncul tergantung pada jenis dan
lokasi tumor, atau metode pengobatan yang dilakukan.

Tumor ganas masih berada pada satu lokasi dan belum menyebar, kanker tersebut
umumnya akan diangkat melalui operasi. Jika tumor jinak tidak mengganggu kinerja
organ dan tidak berdampak buruk pada kesehatan maka umumnya tidak perlu
diangkat. Namun, jika tumor tersebut mengganggu kinerja organ dan berdampak
buruk bagi kesehatan, meskipun jinak harus tetap diangkat dari tubuh.

Meski demikian, semua tumor (ganas maupun jinak) sebaiknya segera didiagnosis
dan ditangani karena berpotensi menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan jika
dibiarkan.

1. Metastasis
Penyebaran sel kanker atau dalam medis disebut metastasis adalah hal yang
paling ditakutkan dari penyakit kanker. Sel kanker yang dapat menginvasi jaringan di
sekitarnya, sewaktu-waktu dapat masuk ke aliran darah atau saluran limfe dan
terbawa jauh ke jaringan atau organ tubuh lain.

Sel kanker yang sudah menyebar dapat membuat sel kanker baru di organ atau
jaringan yang disinggahi. Ketika hal ini terjadi, maka kondisi pasien bisa semakin
parah.

2. Nyeri

Kanker bisa menyebabkan nyeri otot, nyeri kepala, nyeri tulang, atau nyeri
yang tidak diketahui dari mana asalnya. Rasa nyeri biasanya berkaitan erat dengan
letak tumbuhnya sel kanker di dalam tubuh.

Contoh, pada kasus kanker tulang, yang akan terasa nyeri adalah bagian tulang
tertentu yang ditumbuhi sel kanker. Rasa nyeri ini biasanya menyebabkan penderita
sulit bergerak, sekaligus mengalami pembesaran kelenjar getah bening di leher. Lebih
dari itu, jika pengidap kanker sudah dalam pengobatan kemoterapi, nyeri yang luar
biasa akan dirasakan di sekujur tubuh.

3. Mual dan muntah

Gejala mual dan muntah paling sering terjadi pada orang dengan kanker yang
sedang menjalani kemoterapi.

4. Penurunan berat badan

Penurunan berat badan merupakan salah satu gejala dan komplikasi yang
paling sering terjadi pada penderita kanker. Hal ini karena sel kanker yang tumbuh
cepat dan tidak terkontrol membutuhkan banyak “makanan” sehingga mencuri gizi
dari sel-sel yang normal.

Ketika sel normal tidak mendapatkan gizi yang memadai, tubuh akan
memecah lemak untuk dijadikan sebagai energi. Alhasil, berat badan akan berkurang
dan penderita kanker cenderung akan mengalami badan lemas atau cepat lelah.

5. Gangguan sistem organ

Sel kanker yang menyebar dapat menyebabkan gangguan pada sistem organ
yang normal. Bahkan pada beberapa kasus, kanker sampai dapat menyebabkan
kegagalan pada sistem organ.

Misalnya, jika kanker tumbuh pada jaringan ginjal, maka organ ginjal tidak
dapat lagi menyaring racun untuk dikeluarkan lewat urine. Contoh lain, jika kanker
tumbuh pada paru-paru, maka organ tersebut akan sulit mengembang karena tertekan
sehingga akan menyebabkan gagal napas.

6. Infeksi

Kanker pada bagian tubuh yang tidak steril dari bakteri, seperti usus besar,
payudara, atau leher rahim (serviks), dapat menyebabkan komplikasi berupa infeksi.

7. Kambuh

Meski sudah menjalani berbagai terapi dan pengobatan, kemungkinan sel


kanker untuk tumbuh kembali masih tetap ada. Hal ini bisa terjadi akibat melalui dua
mekanisme. Pertama, sel kanker memang baru saja tumbuh akibat satu dan lain hal.
Kedua, sel kanker yang sebelumnya sudah dibasmi ternyata sudah menyebar ke
bagian tubuh lain tanpa terdeteksi.

PENCEGAHAN TUMOR
Pencegahan tumor khususnya dilakukan untuk mencegah tumor yang bersifat
ganas (kanker), karena dapat menyebabkan kematian. Sejak tahun 2015, Kementerian
Kesehatan Indonesia terus mengajak masyarakat untuk mengurangi risiko timbulnya
kanker dengan gerakan ‘CERDIK”, yang merupakan singkatan dari:

 Cek kesehatan secara berkala


 Enyahkan asap rokok
 Rajin aktivitas fisik
 Diet sehat dengan kalori seimbang
 Istirahat yang cukup
 Kelola stres.

Selain gerakan CERDIK, beberapa jenis kanker juga dapat dicegah dengan
melakukan imunisasi. Kanker yang dimaksud adalah kanker hati yang dapat dicegah
dengan vaksin hepatitis B, dan kanker serviks yang bisa dicegah
dengan vaksin human papillomavirus (HPV).
REFERENSI

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/2053/10E00541.pdf;jsessi
onid=F25852D1E126F00ED030720F1AA1E789?sequence=1

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/7263/Neoplasma%20supl
emen.pdf?sequence=1&isAllowed=y

https://adjisuwandono.staff.uns.ac.id/files/2010/07/introducing-neoplasma.pdf

http://herlina.lecture.ub.ac.id/files/2013/12/Neoplasma.1.pdf

https://www.alodokter.com/berbagai-jenis-tumor-jinak-berdasarkan-letaknya

https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/mengenal-jenis-tumor/

https://www.alodokter.com/tumor

https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3627859/7-komplikasi-kanker-yang-
perlu-anda-tahu

Anda mungkin juga menyukai