Nim : 6411418104
Kelas : C (2018)
DosenPengampu : Dr. Arulita Ika Fibriana, M. Kes (Epid)
NEOPLASMA
Pengertian neoplasma
Neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk sel – sel yang
tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordiansi dengan jaringan
sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. Kata “neoplasma” berasal dari
kata Yunani “neo”, yang berarti baru, dan “plasma”, yang berarti “pembentukan atau
penciptaan”, mengacu pada pertumbuhan sel yang baru, yang berbeda dari
pertumbuhan sel-sel di sekitarnya yang normal. Sifat neoplasma:
a. Parasit,
b. Autonomi,
c. Clonal, yaitu seluruh populasi sel dalam tumor berasal dari sel tunggal (single
cell) yang telah mengalami perubahan genetik
Pada sel neoplasma terjadi sifat, sehingga sebagian besar energi digunakan
untuk berkembang biak. Pertumbuhan tak terkontrol yang seringnya terjadi dengan
cepat itu dapat mengarah ke pertumbuhan jinak (benign) maupun ganas (maglinant).
Malignant tumor disebut juga sebagai kanker. Kanker berpotensi menyerang atau
merusak jaringan disekitarnya dan menyebabkan metastase (penyebaran bibit
penyakit). Sedangkan benign tumor tidak menyerang jaringan disekitarnya dan tidak
membentuk metastase, tapi secara lokal dapat bertumbuh menjadi besar. Biasanya
benign tumor tidak muncul lagi setelah dilakukan operasi pengangkatan tumor.
Perbedaan utama di antara keduanya adalah bahwa tumor ganas lebih berbahaya dan
fatal sehingga dapat mengakibatkan kematian. Tumor jinak hanya dapat
menimbulkan kematian secara langsung terkait dengan lokasi tumbuhnya yang
membahayakan misalnya tumor di leher yang dapat menekan saluran napas.
Tumor jinak
Lipoma, jenis tumor jinak yang paling umum ini ditemukan. Lipoma
biasanya tumbuh di sel-sel lemak tubuh. Mereka sering ditemukan di
punggung, bahu, lengan, atau leher. Lipoma bisa dikenali dari ciri-cirinya
seperti berbentuk bulat, permukaannya halus, dan dapat digerakkan sedikit di
bawah kulit. Pengobatan dengan steroid atau dengan pembedahan mungkin
dilakukan apabila lipoma tumbuh terlalu cepat atau mulai muncul rasa nyeri.
Nevi, dikenal juga sebagai tahi lalat dan sangat umum terbentuk di kulit.
Warnanya mulai dari merah muda dan kecokelatan, hingga cokelat atau hitam.
Namun, hati-hati jika tahi lalat yang ada di kulit Anda terlihat berbeda dari
biasanya (berubah bentuk, ukuran, dan warna, batas tahi lalat tidak tegas/rata,
tahi lalat terasa gatal atau mulai berdarah). Tahi lalat dengan kondisi seperti
ini memiliki risiko yang lebih tinggi untuk berkembang menjadi kanker kulit
melanoma.
Fibroid atau fibroma, tumbuh di jaringan fibrosa pada organ. Tumor jinak
jenis ini paling umum muncul di rahim hingga dikenal sebagai fibroid rahim.
Meskipun tidak berbahaya, fibroid rahim dapat menyebabkan perdarahan
vagina hebat, gangguan berkemih, serta nyeri pinggul.
Adenoma, tumor yang terbentuk di jaringan epitel yang melapisi kelenjar.
Jenis tumor jinak adenoma yang paling sering terjadi adalah polip di usus
besar, namun tidak menutup kemungkinan juga tumbuh di hati, kelenjar
adrenal, kelenjar pituitari (di bawah otak), atau kelenjar tiroid. Tindakan
pembedahan mungkin diperlukan pada beberapa kasus.
Mioma, jenis tumor yang tumbuh di otot. Mioma juga bisa tumbuh di otot
polos rahim atau dinding pembuluh darah. Untuk menyembuhkan tumor jinak
jenis ini, bisa dilakukan operasi atau penyusutan dengan obat-obatan.
Hemangioma, penumpukan sel-sel pembuluh darah di kulit atau organ
internal. Umumnya, hemangioma muncul sebagai tanda lahir yang berwarna
merah atau kebiruan.
Meningioma, tumor jinak yang berkembang di membran yang mengelilingi
otak dan sumsum tulang belakang. Pengobatannya bervariasi tergantung pada
lokasi dan gejala yang ditimbulkan.
Neuroma, tumor jinak yang tumbuh di saraf. Jenis tumor ini biasanya bisa
diobati dengan prosedur
Osteokondroma, tumor tulang jinak yang biasanya muncul dengan ciri-ciri
benjolan di daerah sendi (contohnya lutut atau bahu). Pembedahan mungkin
diperlukan jika tumor jinak ini menyebabkan gejala seperti nyeri atau tekanan
pada saraf atau pembuluh darah.
Papiloma, tumor jinak yang tumbuh di jaringan epitel pada kulit, leher rahim,
saluran payudara, atau selaput lendir yang menutupi bagian dalam kelopak
mata (konjungtiva). Tumor ini bisa disebabkan oleh kontak langsung dengan
infeksi seperti human papillomavirus (HPV). Pada beberapa kasus mungkin
dilakukan pembedahan untuk menyingkirkan kemungkinan terjadinya kanker.
Tumor pra-malignant
Keratosis aktinik, Kondisi ini berpotensi menjadi sel kanker karena sekitar 20%
orang dengan kondisi ini mengembangkan karsinoma sel skuamosa. Penyebab
utama keratosis aktinik adalah paparan sinar matahari yang berlebihan sehingga
menimbulkan bercak-bercak pada kulit yang bersisik, berkerak, dan menebal.
Leukoplakia, Kondisi ini biasanya muncul di sekitar gusi, bagian bawah mulut,
bagian dalam pipi, atau lidah yang ditandai dengan munculnya bercak putih tebal.
Meski jarang, pada beberapa kasus leupkoplakia dapat menyebabkan kanker
mulut. Leukoplakia akan membaik setelah kebersihan mulut ditingkatkan,
berhenti merokok, dan minum alkohol.
Displasia serviks, Terjadi karena adanya perubahan sel normal yang melapisi
serviks. Perubahan tersebut dapat berisiko menjadi kanker serviks. Kondisi ini
paling sering terjadi pada wanita usia 25 hingga 35 tahun. Salah satu cara
mengatasinya adalah melakukan teknik pembekuan jaringan dan mengeluarkan
sel yang abnormal tersebut dari serviks.
Tumor ganas
Hindari paparan sinar matahari saat sedang terik. Misalnya, tidak keluar
rumah pada siang hari (terutama antara pukul 10 siang hingga 4 sore). Bila
mungkin, ubah jadwal aktivitas di luar ruangan ke jam-jam lain.
Kenakan pakaian tertutup. Pilih pakaian yang bisa melindungi seluruh
bagian kulit, juga kenakan topi yang lebar serta kacamata dengan pelindung
UVA dan UVB bila bepergian.
Selalu gunakan tabir surya setiap keluar rumah. Tabir surya yang
disarankan adalah yang mengandung setidaknya SPF 15. Gunakan setiap 2
jam sekali, atau lebih sering jika Anda berenang atau berkeringat.
Periksa kulit secara mandiri. Selalu perhatikan seluruh bagian tubuh Anda,
dan segera periksakan diri ke dokter jika ada perubahan pada kulit yang
mencurigakan.
Hindari tindakan tanning kulit.
Penyebab Retinoblastoma
Retinoblastoma dapat terjadi sejak janin berada dalam rahim. Selama tahap awal
pertumbuhannya, sel retinoblas membelah diri menjadi sel baru. Selanjutnya, sel
akan berkembang menjadi sel retina yang matang. Pada kasus retinoblastoma, terjadi
perubahan atau mutasi gen sehingga sel tumbuh terus-menerus secara tidak
terkendali.
Hingga saat ini penyebab terjadinya mutasi gen belum dapat dipastikan. Sekitar 25%
dari kasus retinoblastoma diturunkan dengan pola autosomal dominan, yaitu
meskipun hanya salah satu orang tua yang mewariskan gen tersebut pada anak,
dapat meningkatkan risiko terjadinya retinoblastoma. Retinoblastoma yang
diturunkan biasanya akan menyerang kedua mata. Sedangkan retinoblastoma yang
tidak diturunkan dari orang tua, umumnya hanya akan mengenai salah satu mata.
Gejala Retinoblastoma
Tanda yang muncul dari retinoblastoma adalah berupa leukokoria, yaitu adanya
warna putih pada pupil mata saat disinari cahaya. Pembuluh darah yang berada di
belakang mata seharusnya memancarkan warna merah jika disinari cahaya. Selain itu,
tanda-tanda yang dapat menyertai retinoblastoma adalah:
Mata merah dan bengkak.
Gerakan mata kanan dan kiri berbeda, atau tidak sejalan.
Pupil selalu terbuka lebar.
Diagnosis Retinoblastoma
Serangkaian tes perlu dilakukan sebelum seorang spesialis mata dapat memberikan
diagnosis retinoblastoma kepada pasien. Dokter akan menggunakan alat
yang dinamakan oftalmoskop untuk melihat kondisi di dalam mata, termasuk
memeriksa kemungkinan tumor pada mata pasien.
Selain itu, pemindaian juga dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat keparahan
retinoblastoma. Pemindaian bisa dilakukan dengan USG mata, CT scan, atau MRI.
Tingkat keparahan retinoblastoma dibedakan berdasarkan luasnya penyebaran dan
lokasi kanker, yang kemudian akan menentukan langkah penanganan yang akan
dilakukan.
Pada tahap awal, yaitu intraocular retinoblastoma, sel kanker belum menyebar ke
jaringan di luar mata. Sementara pada tahap lebih lanjut, atau extralocular
retinoblastoma, sel kanker telah menyebar ke luar mata atau tubuh bagian
lain. Sedangkan recurrent retinoblastoma merupakan retinoblastoma yang muncul
kembali pada mata atau bagian tubuh lainnya.
Pengobatan Retinoblastoma
Langkah penanganan ditentukan berdasarkan tingkat keparahan retinoblastoma.
Terdapat beberapa pilihan terapi yang dapat dilakukan untuk membunuh sel kanker
pada retinoblastoma, di antaranya:
Komplikasi Retinoblastoma
Komplikasi dapat terjadi pada retinoblastoma dan biasanya terjadi pada
retinoblastoma tahap lanjut. Beberapa di antaranya adalah:
Ablasi retina.
Perdarahan dalam bola mata.
Glaukoma.
Peradangan jaringan bola mata dan sekitarnya (selulitis orbita).
Bola mata berkerut dan tidak berfungsi normal (phthisis bulbi).
Pencegahan Retinoblastoma
Pemeriksaan mata secara rutin perlu dilakukan, terutama pada anak yang memiliki
anggota keluarga dengan riwayat retinoblastoma. Penemuan retinoblastoma pada
tahap awal akan menentukan keberhasilan pengobatan. Pemeriksaan dapat
dilakukan setiap bulan hingga usia satu tahun. Sedangkan pemeriksaan mata secara
rutin pada orang dewasa dapat dilakukan paling tidak setahun sekali.
Germ cell tumor, dapat tumbuh di alat kelamin pria dan wanita. Pada bayi
baru lahir, tumor ini dapat muncul di punggung belakang, dada, dan sekitar
perut. Germ cell tumor menyebar cepat ke kelenjar getah bening dan organ
lainnya dan menimbulkan gangguan hormon dan pubertas.
Perut kembung.
Cepat kenyang.
Mual.
Sakit perut.
Konstipasi (sembelit).
Pembengkakan pada perut.
Penurunan berat badan.
Sering buang air kecil.
Sakit punggung bagian bawah.
Nyeri saat berhubungan seks.
Keluar darah dari vagina.
Perubahan siklus menstruasi, pada penderita yang masih mengalami
menstruasi.
Pemindaian
Metode pemindaian awal yang dilakukan untuk mendeteksi kanker ovarium
adalah USG perut. Setelah itu, dapat dilakukan CT scan atau MRI.
Tes darah
Tes darah dilakukan untuk mendeteksi protein CA-125, yang merupakan
penanda adanya kanker ovarium.
Biopsi
Pada pemeriksaan ini, dokter akan mengambil sampel jaringan ovarium untuk
diperiksa di laboratorium. Pemeriksaan ini dapat menentukan apakah pasien
menderita kanker ovarium atau tidak.
Stadium 1
Kanker hanya di ovarium, baik salah satu maupun kedua ovarium, dan belum
menyebar ke organ lain.
Stadium 2
Kanker sudah menyebar ke jaringan dalam rongga panggul atau rahim.
Stadium 3
Kanker sudah menyebar ke selaput perut (peritoneum), permukaan usus, dan
kelenjar getah bening di panggul atau perut.
Stadium 4
Kanker sudah menyebar ke organ lain yang letaknya jauh, misalnya ginjal,
hati, atau paru-paru.
Operasi
Operasi yang dilakukan adalah mengangkat ovarium, baik salah satu maupun kedua
ovarium, tergantung kondisi pasien. Selain hanya mengangkat ovarium, operasi juga
dapat dilakukan untuk mengangkat rahim (histerektomi) dan jaringan sekitarnya, jika
kanker sudah menyebar.
Dokter akan menjelaskan manfaat dan risiko operasi yang dilakukan. Beberapa jenis
operasi dapat membuat seseorang tidak bisa memiliki anak lagi. Diskusikan dengan
dokter mengenai operasi yang akan dilakukan.
Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan dengan pemberian obat-obatan untuk membunuh sel kanker.
Kemoterapi dapat dikombinasikan dengan operasi dan radioterapi, serta bisa
dilakukan sebelum atau setelahnya.
Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi atau radioterapi bertujuan untuk
mengecilkan ukuran kanker. Sedangkan kemoterapi yang diberikan setelah operasi
atau radioterapi bertujuan untuk membunuh sel kanker yang masih tersisa.
Beberapa jenis obat-obatan untuk kemoterapi adalah:
Carboplatin
Paclitaxel
Etoposide
Gemcitabine
Radioterapi
Radioterapi dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker dengan sinar berenergi tinggi.
Radioterapi dapat dikombinasikan dengan kemoterapi atau operasi. Radioterapi
biasanya diberikan pada pasien kanker ovarium stadium awal, setelah operasi.
Selain itu, radioterapi juga dapat diberikan kepada pasien kanker ovarium stadium
akhir, dengan tujuan untuk membunuh sel-sel kanker yang sudah menyebar ke
jaringan tubuh lain.
Terapi pendukung
Pasien yang sedang menjalani pengobatan kanker ovarium juga akan diberikan terapi
pendukung, seperti obat pereda nyeri atau antimual, untuk meredakan gejala kanker
ovarium dan mengurangi efek samping dari metode pengobatan kanker. Terapi
tersebut diberikan agar pasien lebih nyaman dalam menjalani pengobatan.
Makin cepat kanker ovarium terdeteksi dan ditangani, peluang penderita untuk
bertahan hidup pun akan makin besar. Hampir separuh penderita kanker ovarium
dapat bertahan setidaknya selama 5 tahun setelah terdiagnosa, dan sepertiganya
memiliki harapan hidup setidaknya selama 10 tahun.
Penderita yang sudah sembuh dari kanker ovarium tetap berpotensi untuk kembali
memiliki kanker dalam beberapa tahun.
Pada wanita yang memiliki risiko tinggi terkena kanker ovarium, operasi
pengangkatan ovarium sebelum terkena kanker juga dapat dilakukan guna
meminimalkan risiko. Prosedur ini biasanya dianjurkan bagi wanita yang sudah
memutuskan untuk tidak memiliki keturunan lagi.
Gejala Tumor
Gejala utama dari tumor adalah terbentuknya benjolan. Benjolan bisa terlihat
dengan mudah dari luar, namun bisa juga tidak terlihat jika tumbuh pada
organ dalam. Biasanya benjolan pada organ dalam baru diketahui setelah dilakukan
pemeriksaan oleh dokter.
Selain benjolan, gejala lain yang dapat muncul akibat tumor tergantung pada lokasi,
jenis, dan pengaruh tumor terhadap fungsi organ. Tumor yang tumbuh di organ dalam
bisa tanpa gejala, bisa juga menimbulkan gejala berupa:
Demam
Lemas
Tidak nafsu makan
Berkeringat di malam hari
Nyeri dada
Perubahan warna kulit, misalnya menjadi kuning, kemerahan, atau menjadi
lebih gelap
Perdarahan atau memar yang tidak jelas sebabnya
Penurunan berat badan.
Diagnosis Tumor
Tes urine atau tes darah, untuk mengidentifikasi kondisi yang tidak normal.
Contohnya adalah pemeriksaan darah lengkap untuk melihat jumlah dan jenis
sel darah yang mengalami gangguan pada penderita leukemia.
USG, CT scan, MRI, atau PET scan, untuk mengetahui lokasi, ukuran, dan
penyebaran tumor.
Biopsi, yaitu pengambilan sampel jaringan tumor untuk diperiksa di
laboratorium. Dari pemeriksaan ini, dapat diketahui jenis tumor dan apakah
tumor bersifat ganas atau jinak.
Setelah mengetahui jenis, ukuran, letak, dan sifat tumor, dokter dapat menentukan
penanganan yang tepat.
Pengobatan Tumor
Pengobatan tumor ditentukan berdasarkan jenis, ukuran, letak, serta jinak atau
ganasnya tumor. Pada tumor jinak yang ukurannya kecil dan tidak menimbulkan
gejala, penanganan tidak perlu dilakukan. Dokter hanya akan menganjurkan
pemeriksaan berkala untuk memantau perkembangan tumor.
Jika tumor bersifat jinak, namun berukuran besar hingga menekan saraf, pembuluh
darah, atau mengganggu fungsi organ, maka dokter akan melakukan tindakan untuk
mengangkat tumor. Banyak metode yang bisa digunakan dokter untuk mengangkat
tumor, mulai dari dari penggunaan sinar laser hingga tindakan operasi dengan sayatan
pisau bedah.
Selain pengangkatan tumor, ada beberapa terapi untuk tumor yang dapat dilakukan
oleh dokter onkologi, khususnya pada tumor ganas atau kanker, yaitu:
KOMPLIKASI TUMOR
Komplikasi akibat tumor, dapat disebabkan oleh tumor itu sendiri, maupun
oleh pengobatan yang diberikan. Komplikasi yang muncul tergantung pada jenis dan
lokasi tumor, atau metode pengobatan yang dilakukan.
Tumor ganas masih berada pada satu lokasi dan belum menyebar, kanker tersebut
umumnya akan diangkat melalui operasi. Jika tumor jinak tidak mengganggu kinerja
organ dan tidak berdampak buruk pada kesehatan maka umumnya tidak perlu
diangkat. Namun, jika tumor tersebut mengganggu kinerja organ dan berdampak
buruk bagi kesehatan, meskipun jinak harus tetap diangkat dari tubuh.
Meski demikian, semua tumor (ganas maupun jinak) sebaiknya segera didiagnosis
dan ditangani karena berpotensi menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan jika
dibiarkan.
1. Metastasis
Penyebaran sel kanker atau dalam medis disebut metastasis adalah hal yang
paling ditakutkan dari penyakit kanker. Sel kanker yang dapat menginvasi jaringan di
sekitarnya, sewaktu-waktu dapat masuk ke aliran darah atau saluran limfe dan
terbawa jauh ke jaringan atau organ tubuh lain.
Sel kanker yang sudah menyebar dapat membuat sel kanker baru di organ atau
jaringan yang disinggahi. Ketika hal ini terjadi, maka kondisi pasien bisa semakin
parah.
2. Nyeri
Kanker bisa menyebabkan nyeri otot, nyeri kepala, nyeri tulang, atau nyeri
yang tidak diketahui dari mana asalnya. Rasa nyeri biasanya berkaitan erat dengan
letak tumbuhnya sel kanker di dalam tubuh.
Contoh, pada kasus kanker tulang, yang akan terasa nyeri adalah bagian tulang
tertentu yang ditumbuhi sel kanker. Rasa nyeri ini biasanya menyebabkan penderita
sulit bergerak, sekaligus mengalami pembesaran kelenjar getah bening di leher. Lebih
dari itu, jika pengidap kanker sudah dalam pengobatan kemoterapi, nyeri yang luar
biasa akan dirasakan di sekujur tubuh.
Gejala mual dan muntah paling sering terjadi pada orang dengan kanker yang
sedang menjalani kemoterapi.
Penurunan berat badan merupakan salah satu gejala dan komplikasi yang
paling sering terjadi pada penderita kanker. Hal ini karena sel kanker yang tumbuh
cepat dan tidak terkontrol membutuhkan banyak “makanan” sehingga mencuri gizi
dari sel-sel yang normal.
Ketika sel normal tidak mendapatkan gizi yang memadai, tubuh akan
memecah lemak untuk dijadikan sebagai energi. Alhasil, berat badan akan berkurang
dan penderita kanker cenderung akan mengalami badan lemas atau cepat lelah.
Sel kanker yang menyebar dapat menyebabkan gangguan pada sistem organ
yang normal. Bahkan pada beberapa kasus, kanker sampai dapat menyebabkan
kegagalan pada sistem organ.
Misalnya, jika kanker tumbuh pada jaringan ginjal, maka organ ginjal tidak
dapat lagi menyaring racun untuk dikeluarkan lewat urine. Contoh lain, jika kanker
tumbuh pada paru-paru, maka organ tersebut akan sulit mengembang karena tertekan
sehingga akan menyebabkan gagal napas.
6. Infeksi
Kanker pada bagian tubuh yang tidak steril dari bakteri, seperti usus besar,
payudara, atau leher rahim (serviks), dapat menyebabkan komplikasi berupa infeksi.
7. Kambuh
PENCEGAHAN TUMOR
Pencegahan tumor khususnya dilakukan untuk mencegah tumor yang bersifat
ganas (kanker), karena dapat menyebabkan kematian. Sejak tahun 2015, Kementerian
Kesehatan Indonesia terus mengajak masyarakat untuk mengurangi risiko timbulnya
kanker dengan gerakan ‘CERDIK”, yang merupakan singkatan dari:
Selain gerakan CERDIK, beberapa jenis kanker juga dapat dicegah dengan
melakukan imunisasi. Kanker yang dimaksud adalah kanker hati yang dapat dicegah
dengan vaksin hepatitis B, dan kanker serviks yang bisa dicegah
dengan vaksin human papillomavirus (HPV).
REFERENSI
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/2053/10E00541.pdf;jsessi
onid=F25852D1E126F00ED030720F1AA1E789?sequence=1
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/7263/Neoplasma%20supl
emen.pdf?sequence=1&isAllowed=y
https://adjisuwandono.staff.uns.ac.id/files/2010/07/introducing-neoplasma.pdf
http://herlina.lecture.ub.ac.id/files/2013/12/Neoplasma.1.pdf
https://www.alodokter.com/berbagai-jenis-tumor-jinak-berdasarkan-letaknya
https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/mengenal-jenis-tumor/
https://www.alodokter.com/tumor
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3627859/7-komplikasi-kanker-yang-
perlu-anda-tahu