Anda di halaman 1dari 6

Potensi Limbah Batu Bata Penggaron sebagai Bahan Alternatif… (Putra dan Salim)

POTENSI LIMBAH BATU BATA PENGGARON SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF


PENGGANTI AGREGAT RINGAN PADA PEMBUATAN BETON RINGAN MUTU
TINGGI

Dimas Bayu Adi Putra* dan M. Afif Salim


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 Semarang
Jl. Pawiyatan Luhur, Bendan Duwur, Semarang 50236.
*
Email : dymazbayu@gmail.com

Abstrak
Dewasa ini pemakaian beton untuk konstruksi semakin meningkat, baik untuk konstruksi
dengan struktur berat maupun pada konstruksi ringan, sehingga studi lanjut mengenai potensi
peningkatan kekuatan dan cara memperbaiki kelemahan-kelemahannya tidak pernah berhenti.
Salah satunya yaitu dengan memanfaatkan limbah batu bata penggaron sebagai bahan yang
dapat menurunkan berat total bangunan dan strukturnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penggantian agregat ringan dengan batu bata penggaron terhadap nilai
kuat tekan. Dengan penambahan admixture superplasticizer yang berfungsi sebagai water
reducer dapat mengurangi rasio air semen secara signifikan sehingga kuat tekan beton ringan
dapat ditingkatkan. Metode yang digunakan untuk penelitian ini dengan metode percobaan
(eksperimen), yaitu dengan cara menggunakan prosentase perbandingan antara agregat halus
dan agregat kasar 60% : 40%, dengan agregat halus 30% pasir batu bata penggaron dan 70%
pasir muntilan. Kemudian dihasilkan kuat tekan berturut-turut beton umur 7 hari 36.20 Mpa,
45.82 Mpa, 39.03 Mpa dan umur 28 hari 32.81Mpa, 48.04 Mpa, 36.77 Mpa

Kata kunci : beton ringan, batu bata penggaron, superplasticizer

1. PENDAHULUAN
Pembangunan dalam bidang konstruksi di era modern menunjukkan perkembangan yang
sangat pesat, diantaranya dalam pembangunan perumahan, kantor, rumah sakit dan sebagainya.
Beton sebagai bahan bangunan sudah digunakan dan diterapkan secara luas oleh masyarakat sebab
memilii keunggulan-keunggulan dibanding material struktur lainnya yakni memiliki kekuatan yang
baik, tahan api, tahan terhadap perubahan cuaca, serta relatif mudah dalam pengerjaan.
Pada umumnya beton dibuat dari campuran semen, pasir, dan split. Namun beton memiliki
salah satu kelemahan yaitu berat jenisnya cukup tinggi sehingga beban mati pada suatu struktur
menjadi besar. Oleh karena itu, inovasi teknologi beton selalu dituntut guna menjawab tantangan
akan kebutuhan, diantaranya memiliki kuat tekan tinggi untuk mengurangi beban mati, bersifat
ramah lingkungan dan memiliki berat jenis yang rendah (beton ringan). Beberapa penelitian yang
telah dilakukan dalam pembuatan beton ringan diantaranya dengan menggunakan campuran batu
apung (Sujoko dan Widodo, 2015) dan tempurung kelapa (Suarnita dan Rupang, 2009).
Limbah batu bata penggaron merupakan salah satu agregat ringan yang banyak terdapat di
kota Semarang, limbah ini merupakan batu bata yang tidak utuh dari sisa proyek-proyek kontruksi.
Namun, dengan pemakaian limbah batu bata penggaron yang masih terbatas, memberi peluang
pemanfaatan limbah batu bata tersebut sebagai bahan campuran beton. sedangkan ketersediaannya
yang begitu besar menunjukkan bahwa pemakaian limbah batu bata penggaron belum
dimanfaatkan secara optimal. Melihat potensinya, maka upaya lain untuk memanfaatkan
pemakaian limbah batu bata penggaron ini adalah dengan menggunakannya sebagai alternatif
pengganti agregat kasar pada campuran beton ringan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
kualitas beton hasil campuran agregat dengan batu bata terhadap kuat tekan.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Beton Ringan Mutu Tinggi
Beton ringan mutu tinggi adalah beton yang mempunyai berat volume kurang ≤1900 kg/m3
dan mempunyai kuat tekan fc’ > 41 Mpa. Beton ini dapat dihasilkan dari penggunaan agregat
ringan yang mempunyai berat isi kering gembur maksimum 1100 kg/m3. (Anonimous, 1991).
Banyak parameter yang mempengaruhi kekuatan tekan beton, diantaranya adalah kualitas
bahan-bahan penyusunnya, rasio air semen yang rendah dan kepadatan yang tinggi. Beton segar

ISBN 978-602-99334-9-9
22
H.5

yang dihasilkan dengan memperhatikan parameter tersebut biasanya sangat kaku, sehingga sulit
dibentuk atau dikerjakan terutama pada pengerjaan pemadatan. Dengan semakin banyaknya
pabrikan yang menghsilkan bahan admixture sebagai bahan pengencer dari beton yang berefek
mencairkan beton tanpa menambah campuran air dalam beton, maka hal ini tidak menjadi masalah.
Dalam campuran beton, agregat menempati 70 – 75 % dari volume masssa yang telah
mengeras. Sisanya terdiri atas adukan semen yang telah mengeras, air yang belum bereaksi (yaitu
air yang tidak ikut dalam proses hidrasi dari semen), dan rongga-rongga udara. Semakin padat
agregat-agregat tersebut tersusun, semakin kuat pula beton yang dihasilkan. Agregat tersebut harus
mempunyai kekuatan yang baik, tahan lama, dan tahan terhadap cuaca; bahwa permukaannya
haruslah bebas dari kotoran seperti tanah liat, lumpur dan zat organik yang akan memperlemah
ikatannya dengan adukan semen; dan juga tidak boleh terjadi reaksi kimia yang tidak diinginkan
diantara material tersebut dengan semen. Berat jenis beton dengan agregat ringan yang kering
udara sangat bervariasi, tergantung pada pemilihan agregatnya, apakah pasir alam atau agregat
pecah yang ringan halus yang dipergunakan. Nilai berat jenis beton ringan berkisar antara 1360 –
1840 kg/m3, dan berat jenis 1850 kg/m3 dapat dianggap sebagai batasan atas dari beton ringan
yang sebenarnya, meskipun nilai ini terkadang melebihi (Murdock, 1986).
Agregat ringan mempunyai bentuk permukaan yang berpori sehingga menyebabkan serapan
air yang sangat tinggi dan berpengaruh terhadap kekuatannya, untuk itu sebaiknya sebelum
pengadukan hendaknya agregat kasar direndam lebih dahulu dan kemudian dikeringkan sampai
permukaannya kering, kemudian baru dilakukan pencampuran dan pengadukan beton (Murdock,
1986).
Kekuatan beton tidak lebih tinggi dari kekuatan agregat, oleh karena itu sepanjang kekuatan
tekan agregat lebih tinggi dari beton yang akan dibuat maka agregat tersebut masih cukup aman
digunakan sebagai campuran beton. Butir-butir agregat dapat bersifat kurang kuat karena dua hal,
karena terdiri dari bahan yang lemah atau terdiri dari partikel yang kuat tetapi tidak baik dalam hal
pengikatan (interlocking), dan porositas yang besar dapat mempengaruhi keuletan yang
menentukan ketahanan terhadap beban kejut.

2.2. Limbah Batu Bata Penggaron


Batu bata terbuat dari lempung-lempung yang merupakan batuan sedimen yang mengalami
proses pencetakan dan pemanasan pada suhu tinggi. Proses pembuatan batu bata ini memerlukan
waktu 3 hari dari awal sampai dengan proses pemanasan. Batu bata penggaron berbeda dengan
batu bata kebanyakan karena batu bata penggaron menggunakan campuran serbuk gambut (kulit
padi) yang telah ditentukan ukurannya. Selain memiliki sifat kekerasan, limbah batu bata
penggaron juga bersifat ringan (Gambar 1). Penggunaan batu bata digunakan sebagai penganti
agregat kasar.
Bahan dasar batu bata yang dicampur dengan sekam padi dengan perbandingan tertentu, akan
mengakibatkan pemanasan yang optimal, sehingga karakteristik material yang terbakar lebih
matang sesuai dengan tingkat kematangan batu bata dalam proses pemanasan berupa pembakaran
akan mengalami intensitas pemanasan yang kita harapkan mendekati intensitas kematangan pada
pembakaran keramik dengan sistem alami.

Gambar 1. Butiran Limbah Batu Bata Penggaron

Prosiding SNST ke-9 Tahun 2018


Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim 23
Potensi Limbah Batu Bata Penggaron sebagai Bahan Alternatif… (Putra dan Salim)

2.3. Superplasticizer Master Glenium SKY 8614


Pada prinsipya mekanisme kerja dari superplasticizer dengan menghasilkan gaya tolak-
menolak (dispersion) yang cukup antar partikel semen agar tidak terjadi penggumpalan partikel
semen (floccul ate) yang dapat menyebabkan rongga udara di dalam beton, yang akhirnya akan
mengurangi kekuatan atau mutu beton tersebut (Nugraha Paul dan Antoni, 2004). Dengan
menggunakan Superplasticizer Master Glenium SKY 8614 akan memberikan keuntungan sebagai
berikut:
a. Pengurangan air yang tinggi, kekuatan tinggi di awal dan di akhir. Permeabilitas rendah,dan
beton tahan lama.
b. Kemampuan mengalir tinggi
c. Kemudahan dalam menempatkan dan mengurangi secara signifikan pemadatan. Tidak ada
segregasi dan bledding.
d. Retensi kemerosotan yang superior, Mudah diproduksi dan transportasi.
e. Rendah penyusutan dan Mengurangi resiko penyusutan.
f. Kohesi yang baik, Kemudahan pompa sehingga mengurangi biaya pemompaan
g. Kemampuan kerja yang bagus, Permukaan yang bagus.
h. Modulus elastisitas tinggi.

3. METODOLOGI
Metode yang digunakan untuk penelitian ini dengan metode percobaan (eksperimen)
menggunakan rancang-campur beton SNI 03-2834-2000, yaitu dengan cara menggunakan
prosentase perbandingan antara agregat halus dan agregat kasar 60% : 40%, dengan agregat halus
30% pasir batu bata penggaron dan 70% pasir. Jumlah benda uji dalam penelitian ini 6 buah benda
uji, terdiri dari masing-masing 3 buah benda uji untuk pengujian kuat tekan umur 7 hari dan 3 buah
benda uji untuk pengujian kuat tekan umur 28 hari. Ada tiga tahapan dalam metode ekperimen ini,
diantaranya tahap sebelum pengecoran, tahap selama pengecoran, dan tahap setelah pengecoran.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diagram alir tahap penelitian pada Gambar 2.

Gambar 2. diagram alir tahap penelitian

ISBN 978-602-99334-9-9
24
H.5

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Data Pengujian Material
Tabel 1 dijelaskan mengenai spesifikasi material, mulai dari berat jenis, kadar air, dan
absorbsi
Tabel 1. Data pengujian material
Material Berat Jenis Kadar Air Absorbsi
Semen PCC Tiga Roda 3,1 - -
Air 0,998 - -
Pasir Muntilan Ex. Merapi 2,54 1,4% 13,6%
Batu Bata Halus 2,7 1,77% 8,7%
Batu Bata Kasar 1,56 1,03% 10,43%

4.2 Mix Design


Langkah-langkah pembuatan Beton Ringan Mutu Tinggi mengacu pada SNI 03-2834-2000
− Kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’) = 70 Mpa
− Standar deviasi (SD) = 1 Mpa
− Nilai Tambah (M) = k x SD = 1 x 1,64 = 1,64 Mpa
− Kuat tekan beto rata-rata (f’cr) :
− f’cr = fc’ + M = 70 + 1,64 = 71,64 Mpa
− Jenis semen = PCC Tiga Roda
− Jenis agregat kasar (AK) = Batu bata pecah Penggaron
− Jenis agregat halus (AH) = Pasir Muntilan dan Batu bata halus Penggaron
− Faktor air semen (fas)=0,2 (Berdasarkan grafik hubungan antara kuat tekan dan faktor air
semen)
− Ukuran agregat maksimum : 5 mm
− Nilai slump : (Max = 10 mm,Min = 0 mm
− Kadar air bebas = 150x2 + 180 = 160 liter
3 3
− Jumlah semen = air = 160 = 800 kg/m3
fas 0,2
− Persentase agregat halus = 60%
− Berat jenis relatif agregat =AH gabungan +AK =(0,6 x 2,15) + (0,4x1,56) = 1,29 + 0,62=1,91
− Berat isi beton : (Berdasarkan grafik hubungan kadar air bebas dan berat isi beton basah
didapatkan berat isi beton) =1775 kg/m3
− Kadar agregat gabungan = 1775 – 800 – 160 = 815 kg/m3
− Kadar agregat halus = 60% x 815 = 489 kg/m3
− Agregat halus pasir muntilan = 70% x 489 = 342,3 kg/m3
− Agregat halus batu bata = 30% x 489 = 146,7 kg/m3
− Kadar agregat kasar = 815 – 489 = 326kg/m3
− Superplasticizer : Master Glenium SKY 8614
− Perhitungan superplasticizer = Dosis = 0,5
x Jumlah Semen x 1000 x 800 x 1000 = 3448,27ml
100 100
Berat Jenis 1,16

4.3 Proposi campuran :


Pada tabel 2 dijelaskan mengenai kebutuhan bahan dalam membuat campuran beton ringan
Tabel 2. Proporsi campuran beton ringan
Bahan Kebutuhan per m3 Kebutuhan 6 silinder
Semen Tiga Roda 800 kg 25,44 kg
Air 160 liter 5,08 kg
Agregat Halus Pasir Muntilan 342,3 kg 10,88kg
Agregat Halus Batu Bata 146,7 kg 4,66kg
Agregat Kasar Batu Bata 326 kg 10,36 kg
Superplasticizer 3448,27 ml 127,65 ml

Prosiding SNST ke-9 Tahun 2018


Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim 25
Potensi Limbah Batu Bata Penggaron sebagai Bahan Alternatif… (Putra dan Salim)

4.4 Hasil Pengujian Beton Ringan


4.4.1 Hasil Uji Slump
Pada pengjian slump didapatkan slum sebesar 9,3 cm
4.4.2 Hasil Uji Pengujian Beton Ringan
Pada tabel 3 dijelaskan mengenai hasil pengujian beton ringan umur 7 hari.
Tabel 3. Hasil uji pengujian beton ringan umur 7 hari
Benda Uji Umur Berat Beton Berat Beton Bacaan Dial Kokoh Tekan
(Kg) (Kg/m3) (KN) (Mpa)
Beton 1 7 hari 10,570 1879,11 640 36,20
Beton 2 7 hari 10,580 1880,88 810 45,82
Beton 3 7 hari 10,600 1884,44 690 39,03
Rata-rata 10,583 1881,48 713,4 40,35

Pada tabel 4 dijelaskan mengenai hasil pengujianbeton ringan umur 28 hari.


Tabel 4. Hasil uji pengujian beton ringan umur 28 hari
Benda Umur Berat Beton Berat Beton Bacaan Dial Kokoh Tekan
Uji (Kg) (Kg/m3) (KN) (Mpa)
Beton 4 28 hari 10,400 1848,88 580 32,81
Beton 5 28 hari 10,510 1868,43 850 48,04
Beton 6 28 hari 10,450 1857,76 650 36,77
Rata-rata 10,453 1858,35 693 39,20

4.5 Inovasi Beton Ringan Mutu Tinggi


Dewasa ini struktur bangunan banyak menggunakan beton, terlebih untuk bangunan gedung
yang memerlukan beton mutu tinggi. keunggulan beton ringan mutu tinggi utamanya ada pada
berat, sehingga apabila digunakan pada proyek bangunan tinggi akan secara signifikan dapat
mengurangi berat bangunan itu sendiri dengan mempertahankan kuat tekan yang tinggi, yang
selanjutnya berdampak pada perhitungan pondasi. Keuntungan lain dari beton ringan antara lain:
memiliki nilai tahan panas yang baik (thermal insulator), dapat meredam suara, dan ketahanan
terhadap api (fire resistant).
Hal yang paling utama yang harus diperhatikan dalam membuat beton ringan mutu tinggi
yaitu pada penggunaan agregat ringan, dengan agregat ringan limbah batu bata penggaron dapat
dihasilkan beton ringan mutu tinggi karena mempunyai karakteristik yang kuat dibandingkan
dengan batu bata lainnya.Pemilihan bata penggaron ini di dasari pada tingkat kekerasan dan
keruncingan permukaan sehingga daya ikat terhadap semen sangat baik. Hal lain juga dikarenakan
banyaknya pengrajin batu bata penggaron di sekitar kota Semarang dan dari produksi tersebut
banyak sisa pengolahan batu bata penggaron yang sudah tidak digunakan lagi. Penggunaan bata
penggaron sebagai bahan penganti agregat kasar dan campuran agregat halus ini dapat
menggurangi berat beton kurang lebih 20%.

5. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan tentang pembuatan beton ringan mutu tinggi dapat diambil kesimpulan:
1. Penggunaan batu bata penggaron dapat menggurangi berat beton kurang lebih 20% dari berat
beton normal dengan kuat tekan yang hampir sama.
2. Dengan menggunakan batu bata penggaron sebagai penganti agregat kasar dan campuran
agregat halus maka dapat mengurangi limbah yang ada di sekitar semarang, serta dapat
meningkatkan nilai guna limbah bata penggaron.
5.2 Saran
Perlu adanya prosentase yang ideal antara mortar dengan agregat kasar untuk mencapai beton
ringan dengan kuat tekan yang tinggi, Gradasi dari agregrat juga perlu diperhatikan. Penambahan
aditif harus teliti penggunaannya sesuai dosis yang telah ditentukan. Sistem curing harus
diperhatikan agar mendapatkan beton keras tanpa keretakan.Perlu adanya industry untuk mengolah
bahan baku su paya sesuai standar agar dapat mencapai mutu yang diinginkan. Perlunya regulasi
yang mengaturpemanfaatan dan pengolahan bahan baku.

ISBN 978-602-99334-9-9
26
H.5

DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 1991, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI T-
15-1991-03),
Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum
Murdock, L. J, L. M. Brock dan Stephanus Hendarko, (1986). Bahan dan Praktek Beton, Edisi Ke
–4
.Erlangga, Jakarta.
Nugraha Paul dan Antoni, (2004). Teknologi Beton : dari material, pembuatan, ke beton kinerja
tinggi.
Yogyakarta : Andi
Suarnita I.W. dan Rupang N., (2009), Analisis Kuat Tekan Beton Ringan Tempurung Kelapa,
Jurnal SMARTek,
7, 3, 143-151.
Sujoko F.S. dan Widodo S.,Pengaruh Partial Replacement Pasir dengan Breksi Batu Apung
Terhadap Berat
Jenis dan Kuat Tekan Beton Ringan, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Yogyakarta.
Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal (SNI 03-2834-2000)

Prosiding SNST ke-9 Tahun 2018


Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim 27

Anda mungkin juga menyukai