Anda di halaman 1dari 3

Mimpi Seorang Anak yang Kebanyakan Mimpi

Bung Karno pernah berkata, “Bermimpilah setinggi langit, maka jika engkau terjatuh,
engkau kan jatuh di antara bintang-bintang”. Kalimat tersebut yang mengantar saya dalam mimpi-
mimpi saya untuk menjadi seorang public figure yang multi-talented. Sejak kecil, saya memang
sudah senang untuk bisa tampil di depan umum. Jika saya mengingat kembali, dahulu saya senang
sekali jika mama atau papa menyuruh saya bernyanyi, maka saya akan bernyanyi dengan penuh
penghayatan. Apalagi jika banyak yang menonton, saya akan tambah senang karena biasanya
tradisi saweran menurut adat di keluarga saya masih sangat berlaku pada saat itu. Anak kecil mana
yang menolak mendapat uang jajan tambahan? Hahaha. Berawal dari kesenangan dapat saweran
di masa kecil justru menenggelamkan saya lebih dalam lagi di dunia hiburan. Kemudian, papa
saya yang melihat bakat saya tersebut, semakin sering melatih saya dan mengajarkan beberapa
tehnik dasar dalam menyanyi. Saat itu saya mulai mengagumi seorang public figure yang menurut
saya beliau adalah seorang artis yang multi-talented dan prestasi nya luar biasa, siapa lagi kalau
bukan Agnes Monica. Seperti yang kita ketahui, Agnes sukses di dunia hiburan sejak masih kanak-
kanak, mulai dari menjadi host acara televisi, menjadi penyanyi yang memiliki kemampuan dance
yang luar biasa, dan beliau juga adalah seorang aktris yang pandai memikat hati penontonnya.

Tetapi mewujudkan mimpi itu ternyata tak semudah bermimpi itu sendiri. Papa, salah satu
orang yang menjadi guru saya dalam bidang seni meninggalkan saya dan mama saat saya masih
duduk di kelas 4 sekolah dasar. Saya dan mama merasakan kehilangan yang sangat dalam
bertahun-tahun. Papa meninggal? Tidak. Lalu, cerai? Atau nikah lagi? Tidak juga. Papa pergi
begitu saja, tanpa kabar, tanpa kejelasan, hanya sepucuk surat dan mobil yang papa tinggalkan
yang bahkan hal tersebut justru menimbulkan perpecahan hubungan antara mama dengan keluarga
papa. Singkat cerita, mama syok hebat. Beliau kehilangan salah satu cinta di hidupnya tanpa
kejelasan status dan harus hidup sebagai single parent. Saya juga merasakan kesedihan yang luar
biasa saat itu. Namun saya yakin, bahwa saya pasti akan bertemu lagi dengan papa saya, bagaimana
pun caranya, saya harus bertemu lagi. Mimpi-mimpi bertemu papa lagi, menjadi seorang yang
sukses membanggakan kedua orangtua saya, memepersatukan lagi orangtua saya, saya tuangkan
dalam sebuah buku harian sederhana.

Tak sengaja, suatu hari mama membaca buku harian saya. Di sana tertulis harapan saya
bahwa saya mau menjadi artis, supaya papa lihat saya, lalu memohon beliau untuk kembali.
Kemudian hal ini membuat mama saya termotivasi untuk terus mendukung bakat saya di dunia
hiburan. Berawal dari mengikuti audisi pencarian penyanyi cilik di salah satu televisi swasta.
Waktu itu saya lolos hingga 100 besar. Mama kemudian melihat memang saya menggemari dunia
tarik suara. Lalu, mama mendaftarkan saya mengikuti les vokal, keyboard, dan beberapa kelas di
sanggar entertainment di Jakarta. Banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan semenjak
bergabung dalam dunia hiburan yang sesungguhnya. Beberapa kali saya mengikuti perlombaan
vokal, menjuarai perlombaan vokal, mengikuti casting, menjadi extras, dancer video klip, dan
masih banyak lagi. Tetapi karena dahulu saya lebih menggemari dance, jadilah saya lebih sering
mendapatkan tawaran job menjadi dancer. Yang paling saya ingat, saya pernah menjadi dancer
video klip Gita Gutawa “Idul Fitri”, Semarak Indosiar di panggung off air nya bertempat di BSD
City, dan yang paling banyak perjuangannya saat saya menjadi dancer saat acara ulang tahun Partai
GOLKAR di GBK Jakarta.

Setelah bertahun-tahun menggeluti bakat saya, muncul lah satu situasi yang memaksakan
saya untuk berhenti sejenak. Saya diterima di SMA Jakarta dengan segudang kesibukan anak SMA
pada saat itu, memaksa saya untuk rehat. Mengapa? Karena waktu saya habis untuk belajar dan
untuk kemacetan jalan raya Bekasi-Jakarta. Ya, rumah saya di Bekasi, dan butuh waktu 1,5 – 2
jam untuk menempuh lebih dari 17 kilometer tiap harinya. Mama saya khawatir saya kelelahan,
dan saya pun pada saat itu hanya berfokus untuk bisa mewujudkan mimpi saya yang lainnya, yaitu
diterima di perguruan tinggi negeri dengan program studi Kedokteran Umum.

Tak perlu dibahas berapa kali saya mencoba semua tes masuk PTN dengan prodi tersebut.
Singkatnya, saya tidak lolos di prodi Kedokteran Umum, melainkan lolos di Ilmu Keperawatan
ini. Kecewa? Iya, sedikit. Tidak ingin coba lagi di tahun selanjutnya? Sudah dicoba, tetap tidak
lolos. Tetapi perlahan saya mulai memahami maksud Tuhan menempatkan saya –si anak yang
banyak mimpi- ini di sini. Setelah vakum dari hal-hal berbau “tampil di depan umum”, saya mulai
merasakan rindu ingin mencoba lagi. Saya mencoba kembali mengasah bakat yang selama ini saya
simpan sendiri demi “dokter”. Saya mulai aktif kembali bernyanyi di gereja, menari daerah,
modern dance, bergabung di UKM teater universitas, mengisi acara menjadi MC, mendaftarkan
diri mengikuti salah satu beauty pageant di kampus, dan yang paling terbaru ya mengikuti audisi
Citizen Journalist Academy ini. Dan saya kembali berani bermimpi lagi, untuk menjadi seorang
jurnalis. Hal yang baru memang bagi saya, tapi ini adalah kesempatan emas yang mungkin tidak
datang dua kali.

Dari cerita tentang pengalaman saya, bisa dikatakan saya memang memiliki banyak sekali
mimpi. Ada yang terwujud sesuai dan seindah saya memimpikannya, ada juga yang terwujud indah
dengan versinya sendiri. Saya memang tidak akan menjadi seorang dokter, saya perawat. Tetapi
saya beryukur, jika mimpi saya menjadi dokter terwujud, mungkin saja saya tidak akan bisa
kembali mengasah bakat saya sejauh ini karena kesibukan studi. Dan saya memang harus
merelakan mimpi “dokter” tersebut tanpa rasa penyesalan, supaya saya berani bermimpi lagi untuk
menjadi seorang perawat yang multi-talented dan syukur-syukur jika saya bisa menjadi public
figure dan memberi dampak lebih luas lagi bagi banyak orang. Dan satu-satunya cara mewujudkan
mimpi adalah bangun. Sekarang saya sadar sedang ada dalam proses menjadikan mimpi setinggi
langit itu menjadi nyata. Saya ingin menikmati menari bersama bulan dan saturnus dan kalaupun
saya jatuh, saya akan berada di antara bintang-bintang yang orang banyak harapkan.

Dreams come true – by Nikita Apriani Hutahaean

Semarang

Anda mungkin juga menyukai