Anda di halaman 1dari 5

Ira Maya Hapsari : IDENTIFIKASI BERBAGAI PERMASALAHAN YANG DIHADAPI OLEH …

IDENTIFIKASI BERBAGAI PERMASALAHAN YANG DIHADAPI


OLEH UKM DAN PENINJAUAN KEMBALI REGULASI UKM
SEBAGAI LANGKAH AWAL REVITALISASI UKM

Ira Maya Hapsari

Abstract

Movement of SME sector so important to create growth and jobs opportunity. SMEs is quite flexible and
can easily adapt to the tides and the direction of the market demand. They also create jobs opportunity
faster than other sectors, and they are also quite diversified and provide an important contribution in the
export and trade. Therefore SMEs is an important aspect in the development of a competitive economy.
The existence of a wide variety of definitions of SMEs in the determination of the above brings strategic
consequences. Definition of a consensus on the SME entities as the basis of policy formulation that will
be taken, so that at least, there are two clear definition of SMEs, namely the first, two settings for
administrative purposes; and second, the goal for coaching

Keywords: SMEs, regulation, revitalization

Pendahuluan Secara keseluruhan, sektor UKM diper-


Usaha kecil dan menengah meru- kirakan menyumbang sekitar lebih dari
pakan salah satu kekuatan pendorong 50% PDB (kebanyakan berada di sektor
terdepan dan pembangunan ekonomi. perdagangan dan pertanian) dan sekitar
Gerak sektor UKM amat vital untuk 10% dari ekspor. Meski tidak tersedia
menciptakan pertumbuhan dan lapangan data yang terpercaya, ada indikasi bah-
pekerjaan. UKM cukup fleksibel dan wa pekerja industri skala menengah
dapat dengan mudah beradaptasi dengan telah menurun secara relatif dari sebesar
pasang surut dan arah permintaan pasar. 10% dari keseluruhan pekerja pada
Mereka juga menciptakan lapangan pertengahan tahun 1980an menjadi
pekerjaan lebih cepat dibandingkan sekitar 5% di akhir tahun 1990an.
sektor usaha lainnya, dan mereka juga Dibandingkan dengan negara maju,
cukup terdiversifikasi dan memberikan Indonesia kehilangan kelompok industri
kontribusi penting dalam ekspor dan menengah dalam struktur industrinya.
perdagangan. Karena itu UKM meru- Akibatnya disatu sisi terdapat sejumlah
pakan aspek penting dalam pembangu- kecil perusahaan besar dan di sisi lain
nan ekonomi yang kompetitif. melimpahnya usaha kecil yang bero-
Di Indonesia, sumber penghidu- rientasi pasar domestik.
pan amat bergantung pada sector UKM.
Kebanyakan usaha kecil ini terkonsen- Permasalahan
trasi pada sektor perdagangan, pangan, A. Permasalahan yang dihadapi UKM
olahan pangan, tekstil dan garmen, kayu Pengembangan UKM di Indonesia
dan produk kayu, serta produksi mineral selama ini dilakukan oleh Kantor
non-logam. Mereka bergerak dalam Menteri Negara Koperasi dan Usaha
kondisi yang amat kompetitif dan keti- Kecil Menengah (Kementerian Negera
dakpastian; juga amat dipengaruhi oleh KUKM). Selain Kementrian Negara
situasi ekonomi makro. Lingkungan KUKM, instansi yang lain seperti
usaha yang buruk lebih banyak meru- Depperindag, Depkeu, dan BI juga me-
gikan UKM daripada usaha besar. laksanakan fungsi pengembangan UKM

43
PERMANA – Vol . V No.2 Februari 2014

sesuai dengan wewenang masing-ma- dan masalah nonfinansial (organisasi


sing. Di mana Depperindag melaksa- manajemen). Masalah yang termasuk
nakan fungsi pengembangan Industri dalam masalah finansial di antaranya
Kecil dan Menengah (IKM) dengan me- adalah (Urata, 2000):
nyusun Rencana Induk Pengembangan  Kurangnya kesesuaian (terjadinya
Industri Kecil Menengah tahun 2002- mismatch) antara dana yang tersedia
2004. Demikian juga Departemen Keu- yang dapat diakses oleh UKM
angan melalui SK Menteri Keuangan  Tidak adanya pendekatan yang sis-
(Menkeu) No. 316/KMK.016/1994 me- tematis dalam pendanaan UKM
wajibkan BUMN untuk menyisihkan 1-  Biaya transaksi yang tinggi, yang
5% Iaba perusahaan bagi pembinaan disebabkan oleh prosedur kredit
usaha kecil dan koperasi (PUKK). Bank yang cukup rumit sehingga menyita
Indonesia sebagai otoritas keuangan da- banyak waktu sementara jumlah
hulu mengeluarkan peraturan mengenai kredit yang dikucurkan kecil
kredit bank untuk UKM, meskipun  Kurangnya akses ke sumber dana
akhir-akhir ini tidak ada kebijakan yang formal, baik disebabkan oleh
khusus terhadap Perbankan mengenai ketiadaan bank di pelosok maupun
pemberian kredit ke usaha kecil lagi. tidak tersedianya informasi yang
Demikian juga kantor ataupun instansi memadai
lainnya yang terlibat dalam “bisnis”  Bunga kredit untuk investasi mau-
UKM juga banyak. pun modal kerja yang cukup tinggi
Meski banyak yang terlibat dalam  Banyak UKM yang belum bankable,
pengembangan UKM namun tugas pe- baik disebabkan belum adanya ma-
ngembangam UKM yang dilimpahkan najemen keuangan yang transparan
kepada instansi-instansi tersebut diwar- maupun kurangnya kemampuan ma-
nai banyak isu negatif misalnya politi- najerial dan financial
sasi terhadap KUKM, terutama koperasi
serta pemberian dana subsidi JPS yang Sedangkan termasuk dalam masa-
tidak jelas dan tidak terarah. Demikian lah organisasi manajemen (non-finan-
juga kewajiban BUMN untuk menyisih- sial) di antaranya adalah :
kan labanya 1 - 5% juga tidak dikelola
 Kurangnya pengetahuan atas tek-
dan dilaksanakan dengan baik. Keba-
nologi produksi dan quality control
nyakan BUMN memilih persentase
yang disebabkan oleh minimnya ke-
terkecil, yaitu 1 %, sementara banyak
sempatan untuk mengikuti perkem-
UKM yang mengaku kesulitan mengak-
bangan teknologi serta kurangnya
ses dana tersebut. Selain itu kredit
pendidikan dan pelatihan
perbankan juga sulit untuk diakses oleh
 Kurangnya pengetahuan atcan pe-
UKM, di antaranya karena prosedur
masaran, yang disebabkan oleb ter-
yang rumit serta banyaknya UKM yang
batasnya informasi yang dapat di-
belum bankable. Apalagi BI tidak lagi
jangkau oleh UKM mengenai pasar,
membantu usaha kecil dalam bidang
selain karena keterbatasan kemam-
permodalan secara langsung dengan
puan UKM untuk menyediakan pro-
diberlakukannya UU No.23 Tahun 1999
duk/ jasa yang sesuai dengan keingi-
tentang Bank Indonesia.
nan pasar
Selain permasalahan yang sudah
disebutkan sebelumnya, secara umum  Keterbatasan sumber daya manusia
(SDM) secara kurangnya sumber
UKM sendiri menghadapi dua permasa-
daya untuk mengembangkan SDM
lahan utama, yaitu masalah finansial

44
Ira Maya Hapsari : IDENTIFIKASI BERBAGAI PERMASALAHAN YANG DIHADAPI OLEH …

 Kurangnya pemahaman mengenai jakan pemerintah yang dibuat untuk me-


keuangan dan akuntansi ngembangkan UKM.

Di samping dua permasalahan B. Regulasi UKM


utama di atas, UKM juga menghadapi Seperti sudah disebutkan sebe-
permasalahan linkage dengan perusa- lumnya, permasalahan UKM juga tidak
haan serta ekspor. Permasalahan yang terlepas dari aspek regulasinya, bahkan
terkait dengan linkage antar perusahaan dalam definisinya. Di dalam UUNo.
di antaranya sebagai berikut : 9/1995, yang dimaksud dengan Usaha
 Industri pendukung yang lemah. Kecil adalah usaha yang memenuhi
 UKM yang memanfaatkan/meng- kriteria:
gunakan sistem duster dalam bisnis a) Memiliki kekekayaan bersih paling
belum banyak. banyak Rp. 200 juta tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha;
2 Keterbatasan SDM ini merupa- atau
kan adalah satu hambatan struktural b) Memiliki hasil penjualan tahunan
yang dialami oleh UKM (Urata, 2000). paling banyak Rp. 1 miliar;
Sekitar 70% tenaga kerja UKM hanya c) Milik WNI;
SD, dan alasan tidak melanjutkan seko- d) Berdiri sendiri, bukan merupakan
lah sebagian dikarenakan ketiadaan anak perusahaan atau cabang peru-
biaya (kemiskinan). sahaan yang dimiliki, dikuasai atau
Sedangkan permasalahan yang terkait berafiliasi baik langsung, maupun
dengan ekspor di antaranya sebagai tidak langsung dengan usaha mene-
berikut: ngah atau besar; dan
 Kurangnya informasi mengenai pa- e) Berbentuk usaha orang perseora-
sar ekspor yang dapat dimanfaatkan. ngan, badan usaha yang tiduk
 Kurangnya lembaga yang dapat berbadan hukum, atau badan usaha
membantu mengembangkan ekspor. yang berbadan hukum, termasuk ko-
 Sulitnya mendapatkan sumber dana perasi.
untuk ekspor.
Bank Indonesia cenderung untuk
 Pengurusan dokumen yang diper-
menggunakan kriteria ini, antara lain
lukan untuk ekspor yang birokratis.
ketika menuliskan kriteria usaha kecil
dalam Peraturan Bank Indonesia yang
Beberapa hal yang ditengarai
berkaitan dengan Pemberian Kredit
menjadi faktor penyebab permasalahan-
Usaha Kecil (PBI No. 3/2/PBI/2001).
permasalahan di atas adalah: pelaksa-
Di situ disebutkan bahwa kriteria Usaha
naan undang-undang dan peraturan
Kecil (UK) merujuk pada UU No.
yang berkaitan dengan UKM, termasuk
9/1995. Sementara itu, untuk mengako-
masalah perpajakan yang belum me-
modasi kalangan Usaha Menengah
madai; masih terjadinya mismatch
(UM), pemerintah telah mengeluarkan
antara fasilitas yang disediakan oleh
Inpres No. 10/1999. Menurut Inpres ter-
pemerintah dan kebutuhan UKM; serta
sebut, UM adalah entitas usaha dengan
kurangnya linkage antar UKM sendiri
asset bersih Rp. 200 juta - Rp. 10 miliar
atau antara UKM dengan industri yang
termasuk tanah dan bangunan. Sedang-
lebih besar (Urata, 2000). Hal ini ten-
kan instansi lain seperti Depperindag
tunya membutuhkan penanganan yang
juga mengeluarkan ketentuan sendiri
serius serta terkait erat dengan kebi-
tentang industri skala kecil menengah

45
PERMANA – Vol . V No.2 Februari 2014

(IKM) yang dituangkan dalam Keputu- melaksanakan tanggung jawab sosial


san Menpperindag (Kepmenpperindag) dan lingkungan, serta mematuhi keten-
No.257/MPP/Kep/7/1997. Di dalam tuan ketenagakerjaan seperti keamanan
Kepmenpperindag tersebut disebutkan dan hak pekerja lainnya. Sementara
bahwa yang termasuk dengan IKM tujuan kedua lebih pada pembuatan
adalah usaha dengan nilai investasi kebijakan yang terarah seperti upaya
maksimal Rp. 5 miliar termasuk tanah pembinaan, peningkatan kemampuan
dan bangunan. Sedangkan BPS juga teknis, serta kebijakan pembiayaan un-
membagi jenis IKM berdasarkan besar- tuk UKM.
nya jumlah pekerja, yaitu: (a) kerajinan
rumah tangga, dengan jumlah tenaga Simpulan
kerja di bawah 3 orang termasuk tenaga Meskipun perbedaan-perbedaan
kerja yang tidak dibayar, (b) usaha ke- ini bisa dipahami dari segi tujuan
cil, dengan jumlah tenaga kerja seba- masing-masing lembaga, namun kala-
nyak 5 - 9 orang, (c) usaha menengah, ngan yang terlibat dengan kelompok
sebanyak 20-99 orang. Belum lagi krite- UKM seperti pembuat kebijakan, kon-
ria yang digunakan BPPN, berbagai sultan, dan para pengambil keputusan
LSM, serta para peneliti. Mereka untuk akan menghadapi kesulitan dalam me-
menggunakan definisi UKM dengan laksanakan tugasnya. Seperti halnya,
kriteria yang diciptakannya sendiri. kesulitan dalam mendata yang akurat
Adanya berbagai macam peneta- dan konsisten, mengukur sumbangan
pan definisi mengenai UKM di atas UKM bagi perekonomian, dan meran-
membawa berbagai konsekuensi yang cang regulasi/kebijakan yang fokus dan
strategis. Definisi merupakan konsensus terarah. Oleh karena itulah, upaya untuk
terhadap entitas UKM sebagai dasar membuat kriteria yang lebih relevan
formulasi kebijakan yang akan diambil, dengan kondisi saat ini yang universal
sehingga paling tidak, ada dua tujuan di seluruh Indonesia perlu dilakukan.
adannya definisi yang jelas mengenai Penciptaan iklim usaha dan
UKM, yaitu pertama, untuk tujuan ad- investasi yang kondusif dapat dilakukan
ministratif dua pengaturan; serta kedua, melalui perbaikan tata kelembagaan
tujuan yang berkaitan dengan pembi- UKM dan perumusan kebijakan UKM
naan (German Agency Far Technical dan implementasinya, perbaikan ke-
Cooperation, 2002). Tujuan pertama rangka pengaturan ditingkat nasional
berkaitan dengan ketentuan yang meng- maupun daerah, peningkatan akses
haruskan suatu perusahaan memenuhi UKM dan stakeholder terkait akses
kewajibannya, seperti membayar pajak, informasi.

Daftar Pustaka

Anonim, (2002). Strategi Pengembangan Iklim Usaha dalam Pengembangan Usaha


Kecil Menengah di Daerah, Jurnal Ekonomi UNTAR, Vol 7 Nomor 1. Jakarta.
Anonim. (2005). World Investment Report 2005. UNCTAD, Jeneve-Swiss.
http://www.worldbank.or.id (2005). Mendukung Usaha kecil dan Menengah - January
2005

46
Ira Maya Hapsari : IDENTIFIKASI BERBAGAI PERMASALAHAN YANG DIHADAPI OLEH …

Menegkop dan UKM, RI. (2007). Data Pendukung Pemberdayaan KUKM.


Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Jakarta.
Partomo. T.S. dan Soejoedono (2002) Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi.
Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
Sri Adiningsih,(2007) Regulasi Dalam Revitalisasi Usaha Kecil Dan Menengah Di
Indonesia
The Asia Foundation, (1999). Small and Medium Entreprise Development. Jakarta.

47

Anda mungkin juga menyukai