Anda di halaman 1dari 23

MENGUKUR KEGIATAN EKONOMI AGREGAT

Nama kelompok:

 Kadek Putra Devinda Pramuditya (1807511116)


 Ni Kadek Ayu Adistha Widiani Putri (1807511117)
 I Komang Gede Setia Wirawan (1807511118)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2019
BAB III MENGUKUR KEGIATAN EKONOMI AGREGAT

3.1 Alur Produksi, Pendapatan dan Pasar Uang

Ekonomi makro mempelajari perilaku hubungan antarvariable ekonomi yang bersifat


agregatif, menentukan satuan ukurannya, serta mendapatkan peranan dari variable ekonomi
bersangkutan dalam membentuk kinerja ekonomi secara keseluruhan. Sejumlah variable agregat
antara lain seperti pendapatan nasional yang mencakup di dalamnya konsumsi agregat, investasi,
pengeluaran pemerintah, perdagangan ekspor impor, jumlah uang beredar, inflasi dan
pengangguran.

Mahasiswa diantarkan untuk mengenal kebijakan umum berkaitan dengan perekonomian


nasional, sehingga bisa kemudian bersikap dan mempergunakan alat analisis makro ekonomi
untuk kepentingan bisnis yang bersifat antisipatif, dalam melihat arah dan pergerakan ekonomi
nasional sehingga bisa bergerak searah dengan kepentingan bisnis dan pengendalian resiko
secara optimal.

Kerangka pendekatan yang ditawarkan pada kuliah makro ekonomi adalah pemahaman
instrument makro ekonomi dalam rangka mencapai tujuan akhir, yaitu pertumbuhan produksi
dan perluasan lapangan kerja. Untuk mencapai tujuan tersebut, studi ekonomi makro
memperkenalkan instrument kebijakan fiscal dan moneter. Dalam prktik perumusan kebijakan
makro ekonomi di Indonesia, kebijakan fiscal dan moneter dilaksanakan oleh kewenangan
masing-masing pada tingkat instrument yang dipergunakan, tetapi terikat pada tujuan akhir yang
dicapai.

Kebijakan fiscal dilaksanakan oleh pemerintah melalui Departemen Keuangan RI, yang
dikenal sebagai kebijakan politik anggaran APBN, sedangkan kebijakan moneter dilaksanakan
dengan kewenangan penuh Bank Sentral sebagai otoritas moneter dalam pengendalian moneter
dengan tugas pokok menjaga stabilitas perekonomian.

Meskipun kewenangan Bank Indonesia bersifat independent sebagaimana diatur melalui


UU Bank Indonesia Nomor 25 Tahun 1999, tetapi Bank Indonesia wajib memenuhi target inflasi
yang ditetapkan pemerintah. UU tentang Koordinasi Kebijakan Ekonomi yang diatur kembali
pada 2004, pemerintah bersama Bank Indonesia melakukan koordinasi dalam menetapkan
sasaran perencanaan target inflasi pada awal tahun berjalan. Hal ini berarti bahwa Bank
Indonesia memiliki kekebasan dalam mempergunakan instrument kebijakan moneter, tetapi
menjadi terikat atau tidak independent dalam menentukan target inflasi.

Mengapa target inflasi menjadi penting, karena selalu terkait dengan presiden selaku
kepala negara yang berkewajiban mendahulukan kepentingan perluasan lapangan kerja
khususnya dalam jangka pendek. Para akhli ekonomi sepakat bahwa dalam jangka pendek Phlips
curve masih berlaku, artinya bahwa inflasi yang rendah akan mengorbankan kepentingan
produksi dan mempersempit ruang gerak perluasan lapangan kerja, sedangkan dengan
pertumbuhan inflasi yang lebih longgar akan memberi ruang lebih lebar bagi pertumbuhan
produksi nasional dan perluasan lapangan kerja. Pemerintah tentu lebih menyukai hl yang
terakhir, yaitu perluasan lapangan kerja, sementara sejumlah sumber daya pengelola Bank
Sentral di banyak Negara cenderung untuk mencapai sasaran pertumbuhan inflasi yang rendah
dan stabil dengan mengabaikan target ekonomi makro lainnya.

Dalam rangka memahami kerangka ekonomi makro dan instrument yang dapat
dipergunakan dalam mencapai tujuan akhir pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan kerja
dengan angka pertumbuhan inflasi yang stabil, diperlukan pemahaman kerangka konsep
kebijakan fiscal dan moneter yang dimulai dari pengenalan cross Keynesian pada skctor riel dan
liquidity preference pada sektor moneter.

3.2 Keynesian Cross Kinerja Makro Ekonomi Agregat

Ekonomi makro berkaitan dengan studi tentang pere komian sebagai keseluruhan,
termasuk dalam memahami inflasi, penggunaan angguran, ketimpangan pendapatan, produksi
dan konsumsi agregat serta pertumbuhan ekonomi. Sejumlah persoalan besar yang
mempengaruhi tingkat kesejahteraan orang banyak, tidak dapat dilepaskan dari peerubahan
dinamika sejumlah variabel ekonomi makro, salig berinteraksi satu sama lain untuk kemudian
menghasilkan keseimbangan ekonomi jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

Ekonomi makro jangka pendek, akan lebih berfokus kepada pengendalian business
cycles, mengoptimalkan kehadiran pemerintah dengan kewenangan pada anggaran belanjanya
untuk melakukan langkah stabilisasi, meningkatkan anggaran belanja ketika pasar industri
mengalami kelesuan, atau sebaliknya menurunkan anggaran belanja ketika perekonomian berada
dalam tekanan permintaan agregat yang sangat tinggi. Berbeda dengan kebijakan pemerintah
yang befungi mengatur strategi anggaran belanja sebagai instrumen ekoomi makro melalui
kewenangan politik fiscal, maka otoritas moneter Bank Sentral memiliki kewengangan dalam
mengendalikan inflasi dan stabilitas perekonomian nasional

3.2.1 Keynesian Cross Pembentukan Pendapatan Nasional

Model ekonomi cross-Keynesian yang akan diuraikan berikut membahas perilaku


pendapatan dalam hubunganya dengan sejumlah variable agregat lain yang membentuknya
seperti konsumsi agregat, investasi agregat dan pengeluaran pemerintah, serta adanya aktivitas
perdagangan luar negeri sebagai transaksi anyar penduduk satu negara dengan penduduk negara
lainnya. Gambar 3.1 menyajikan arrow-scheme macroeconomic model yang memuat sejumlah
perilaku variabel ekonomi makro, dengan komponen seperti C + I + G + (X – M), yang juga
mencerminkan kapasitas produksi nasional suatu negara.
3.2.2 Kebijakan Makro Ekonomi

Tantangan ekonomi makro setelah tahun 1970- an adalah melambannya pertumbuhan


ekonomi di banyak negara dengan ancaman inflasi yang semakin sulit dikendalikan. Berdasarkan
tantangan tersebut, setiap negara berusaha untuk merumuskan kebijakan makro ekonomi yang
dapat memicu pertumbuhan ekonomi menjadi lebih cepat, dengan pengendalian inflasi yang
redah dan stabil. Terjadinya fluktuasi ekonomi yang mengganggu pertumbuhan ekonomi suatu
negara dalam jangka pendek, serta melambannya pertumbuhan ekonomi dengan inflasi yang
cenderung meningkat dikenal sebagai era perekonomin stagflasi, yaitu stagnasi pertumbuhan
ekonomi yang disertai dengan pertumbuhan inflasi. Maka kebijakan ekonomi yang semakin
mengemuka setelah tahiun 1970-an, mengacu kepada kepentingan merumuskan formulasi
kebijakan ekonomi makro mencakup,

(a) Upaya pengendalian perekonomian dalam jangka pendek yang bisa dilakukan dalam rangka
mencapai stabilitas perekonomian nasional dengan mempergunakan instrumen kebijakan fiscal
dan moneter.

(b) Mencermati terjadi perbedaan antara kenaikan harga-harga barang yang cepat tetapi tidak
disertai oleh dinamika perubahan tingkat upah (sticky price dan nominal regidities).

(c) Mencermati terjadi stagflasi yaitu pertumbuhan ekonomi yang stagnan disertai dengan
peningkatan pertumbuhan inflasi.
Jangka pendek

a. Sasaran pengendalian stabilitas perekonomian melalui piranti kebijakan fiskal termasuk


penggunaan instrumen pajak, konsumsi agregat, investasi dan export drive maupun
import restriction.

b. Sasaran pengendalian stabilitas perekonomian melalui penggunaan piranti kebijakan


moneter mencakup instrumen kebijakan suku bunga, jumlah uang beredar dan kebijakan
moneter berbasis rule.

Jangka panjang

a. Sasaran pengendalian perekonomian jangka pendek untuk mencapai target pertumbuhan


perekonomian jangka panjang.

b. Pengendalian target pertumbuhan inflasi dan kesempatan kerja secara optimal dengan
sasaran akhir inflasi yang rendah dan stabil dengan pertumbuhan produksi dan
kesempatan kerja yang optimal.

3.2.3 Peran Pemerintah di Bidang Ekonomi

Dewasa ini di sejumlah negara terutama dalam kawasan inflation targeting countries, pemerintah
dan Bank Sentral memiliki pembagian tugas yang independen satu sama lainnya. Pemerintah
mengambil peranan melalui politik anggaran belanja dan sejumlah kebijakan yang bersifat fiskal,
sedangkan Bank Sentral memiliki wewenang penuh untuk merumuskan kebijakan moneter
dalam rangka mencapai stabilitas inflasi dan target pertumbuhan angkatan kerja yang diinginkan
pemerintah. Di beberapa kawasan negara lain, pemerintah memiliki wewenang penuh dalam
mengendalikan kebijakan Bank Sentral. Kebijakan makro ekonomi diarahkan untuk,

a. Penggunaan instrumen kebijakan fiskal dan moneter dalam rangka mencapai sasaran
stabilitas perekonomian jangka pendek.
b. Penggunaan instrument kebijakan fiskal dan moneter dalam rangka mencapai sasaran
akhir pertumbuhan inflasi yang rendah dan stabil dengan memberikan ruang gerak yang
cukup pada pertumbuhan produksi dan angkatan kerja.
3.2.4 Permintaan dan Penawaran Agregat

Analisis makro ekonomi berhubungan dengan perekonomian sebagai keseluruhan. Studi


ekonomi makro karena itu akan selalu berkaitan dengan besaran variabel ekonomi seperti
pendapatan agregat, konsumsi agregat, investasi, perdagangan internasional, neraca pembayaran
maupun peranan jumlah uang beredar, dalam hal mana interaksi dari hubungan antar variable
akan membentuk satuan harga yang disebut harga agregat (overall level of price).

Perilaku ekonomi makro adalah penggambaran dari perilaku agregat dari sejumlah
komponen yaitu rumah tangga konsumsi, rumah tangga produsen, Bank Sentral serta rumah
tangga pemerintah.

Gangguan pertumbuhan ekonomi seperti depressi besar yang terjadi pada 1929 terjadi
over-supply pada produksi yang berdampak pada semakin meningkatnya jumlah orang yang
terpaksa keluar dari pekerjaan. Depressi besar merupakan peristiwa di mana telah terjadi
penggangguran besar-besaran. Depressi pada tingkat awal ditandai oleh bergeraknya
pertumbuhan ekonomi keluar dari path yang seharusnya

Teori ekonomi neoklasik yang berbasis pada hukum Say dengan slogan supply creates its
own demand yaitu bahwa kegiatan berproduksi akan menciptakan dengan sendirinya permintaan
pasar telah terbantahkan melalui peristiwa depressi besar. John M. Keynes (1936) menyatakan
bahwa teori ekonomi neoklasik merupakan desain teori yang terlalu khusus, sehingga tidak dapat
menjawab tantangan persoalan ekonomi yang bersifat general, sehingga diperlukan sebuah teori
baru untuk menyelesaikan penyakit depressi ekonomi.

Keynes akhirnya menulis The General theory yang sampai saat ini menjadi fondasi teori
makro ekonomi sebagai pendekatan analisis yang bersifat agregatif. Bahwa pertumbuhan
produksi dan kesempatan kerja yang keluar dari jalur garis pertumbuhan yang diharapkan
merupakan masalah yang dapat diatasi dengan mempergunakan perangkat kebijakan politik
anggaran pemerintah maupun peranan Bank Sentral dalam upaya stabilitas harga-harga barang.
Bila demikian. depressi besar adalah bercirikan perekonomian yang kurang permintaan pasar,
sehingga pemerintah dengan politik anggaran belanja dapat bertindak sebagai buyer, dengan
tujuan dapat melakukan terapi dan sekaligus solusi bagi sektor produksi yang kehilangan segmen
pasar pembeli.
Gagasan terbesar dari Keynes adalah fine-tuning paradigm yang selama berabad
sebelumnya pemerintah hanya berperan pasif secara tradisional hanya mengurus bidang
keamaman, penegakan hukum dan penguasaan atas militer untuk bela negara. Fine-tuning adalah
upaya untuk membangkitkan roda perekonomian untuk bergerak kembali dengan cara
mengambil alih pasar pembeli dari private sector ke politik anggaran belanja pemerintah.

Dalam pembahasan selanjutnya, fine-tuning Keynesian akan mencakup pembahasan


tentang instrumen kebijakan fiskal dan moneter sebagai piranti dalam rangka mencapai sasaran
akhir ( three major concern macroeconomics ) yang diharaplan antara lain :

a. Inflasi
b. Output growth
c. Unemployment

Dalam rangka mencapai sasaran akhir makro ekonomi untuk perekonomian sebuah
Negara, maka sejumlah variable ekonomi dapat dipergunakan dalam rangka mencapai target
dimaksud, yaitu antara lain,

a. Fiscal policy yaitu kebijakan politik anggaran pemerintah yang dicerminkan oleh
anggaran belanja APBN, yang dikelola berdasarkan kebijakan perpajakan dan arah
pengeluaran belanja pemerintah.
b. Monetary policy adalah kebijakan moneter Bank Sentral dalam melakukan pengawasan
dan pengendalian terhadap jumlah uang beredar, politik diskonto suku bunga, kebijakan
inflation targeting dan lain-lain.
c. Growth policies adalah kebijakan Keynesian yang lebih mengarah kepada kebijakan
mendorong aktivitas aggregate supply sebagai kekuatan yang melahirkan harapan baru
stabilitas produksi dan kesempatan kerja.
3.2.5 Siklus Aliran Pendapatan dan Produksi

Aliran produksi dan pendapatan mencakup empat besaran meliputi rumah tangga konsumen
(households), rumah tangga produsen (firms), rumah tangga pemerintah (government) serta
dalam perekonomian terbuka adalah pasar internasional. Pengeluaran konsumsi rumah tangga
meliputi :

1. Transaksi untuk bahan makanan seperti beras, daging dan sayuran


2. Transaksi bukan bahan makanan seperti pakaian, sewa rumah, pendidikan dan sarana
transportasi.

Pengeluaran transaksi untuk pembelian rumah, asuransi serta pembelian saham tidak
termasuk pada golongan pengeluaran konsumsi rumah tangga, tetapi sudah termasuk pada
kegiatan investasi yang dikelola perusahaan (firms). Gambar 3.3 mempetakan pola hubungan
transaksi antarsektor rumah tangga, rumah tangga perusahaan dan rumah tangga pemerintah.
Pasar luar negeri bertransaksi baik dengan perusahaan maupun dengan rumah tangga. Pasar
dalam negeri bertindak sebagai penjual kepada pasar internasional dalam bentuk kegiatan
perdagangan ekspor, pada sisi lain pasar domestic juga dapat bertindak sebagai pembeli impor
terhadap barang dan jasa dari pasar internasional.

Kegiatan penyelenggaraan pemerintahan juga menciptakan penge-luaran yang berdampak


pada pasar dalam negeri meliputi kegiatan belanja barang, gaji pegawai, pengadaan barang
barang kebutuhan masyarakat seperti gedung sekolah serta sarana publik lainnya.

Proses transaksi yang melibatkan empat pihak sebagaimana dipetakan pada Gambar 3.2
menghasilkan nilai laba perusahaan, sewa, pendapatan bunga bank, upah tenaga kerja, serta
pendapatan deviden.

Enterprenenur mempergunakan sumber daya yang mereka miliki termasuk teknologi, capital
dan pekerja yang dikombinasikan sedemikian rupa untuk berproduksi dengan tujuan akhir
mendapatkan laba. Kegiatan enterpreneur tentu menghasilkan nilai tambah yang bergerak
dengan sendirinya sejalan dengan kebutuhan penggunaan bahan baku untuk memproduksi final
goods. Nilai tambah inilah salah satu kekuatan perekonomian yang akan bergerak melalui efek
pengganda ke berbagai sektor produksi yang ada di masyarakat.
Pada saat bersamaan, proses transaksi dari keempat unit kegiatan ekonomi dapat dibagi dalam 3
aktivitas pasar, yaitu pasar barang, pasar tenaga kerja dan pasar keuangan

Ketiga jenis pasar dimaksud memiliki dinamika masing- masing serta saling berinteraksi
satu sama lain. Studi ekonomi makro mempelajari perilaku pasar barang dan pasar keuangan
sebagai proses yang akan menghasilkan keseimbangan akhir dari transaksi kegiatan barang dan
jasa yang selalu memerlukan pelayanan jasa keuangan, sehingga pasar keuangan akan
mengalami pergerakan sejalan dengan dinamika yang terjadi pada pasar barang dan jasa.

Sementara pasar tenaga kerja adalah menerima akibat dari proses kegiatan transaksi pada pasar
barang, yaitu pada kegiatan produksi dengan dukungan sumber daya tenaga kerja sebagai factor
produksi.
Dalam perkembangan teori ekonomi makro, tingkat upah pekerja menjadi focus perhatian
banyak pemodelan makro ekonomi karena memiliki karakter yang unik. Pertama, bahwa harga-
harga barang bergerak meningkat dengan cepat, sementara tingkat upah tidak mengalami
peningkatan atau bersifat kaku. Hubungan kedua variable ekonomi makro yang tidak sejalan ini
membawa dampak yang signifikan pada sektor produksi, paling sedikit akan terjadi gangguan
kinerja karyawan dalam kegiatan produksi barang dan jasa.

3.3 Definisi dan Perhitungan Pendapatan Nasional

Pendapatan nasional (national income) adalah seluruh nilai barang dan jasa satu tahun.
Disebut net national income (NNI) adalah nilai barang dan jasa yang dapat dihasilkan (NI) –
biaya defresiasi peralatan. Pendapatan nasional dapat dihitung paling sedikit dengan 2 cara, yaitu
dengan mempergunakan metode pengeluaran dan pendapatan. Melalui metode pengeluaran,
Berdasarkan sumber pendapatan, pendapatan nasional

5dapat dibagi menjadi dua yaitu gross domestic product (GDP) dan gross national product
(GNP). GNP menghitung sumber pendapatan penduduk suatu Negara yang diperoleh di Negara
lain sehingga GDP = GNP – net foreign income).

Perhitungan pendapatan nasional GDP berdasarkan metode pengeluaran disajikan pada


Tabel 3.2. Metode pengeluaaran mencakup empat item yaitu pengeluaran konsumsi rumah
tangga (Ct), pengeluaran investasi swasta (It), pengeluaran pemerintah (Gt) serta perdagangan
internasional ekspor dan impor .
Pendapatan nasional yang jumlahnya sama dapat diperoleh dengan mempergunakan
income approach

Pendapatan nasional mencakup jasa pendapatan pekerja, pedapatan usaha, laba,


pendapatan atas bunga, sewa dan selisih transfer luar negeri. Jumlah total GDP pada Tabel 3.3
yang dihitung berdasarkan metode pengeluaran sama persis dengan total GDP pada Tabel 3.4
yang diperoleh berdasarkan metode income approach.

3.4 Pendapatan Nasional Nominal versus Pendapatan Nasional Riel

Pendapatan nasional yang dihitung pada Tabel 3.4 dan Tabel 3.5 adalah pendapatan domestic
nasional (PDB) secara nominal, yaitu nilai yang diukur berdasarkan satuan rupiah. GDP nominal
memiliki kelemahan yaitu bahwa nilainya tidak ditentukan berdasarkan kondisi satuan fisik
barang, tetapi atas nilai mata uang. Dengan demikian, dapat terjadi bahwa nilai nominal GDP
tidak sama dengan kondisi nilai fisik barang dan jasa GDP bersangkutan. Maka untuk
mendapatkan gambaran perkembangan GDP secara riel diperlukan pendekatan yang dapat
dipergunakan meliputi

1. Satuan pembobotan yang dipergunakan (weight)


2. Tahun basis ( base year) yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan

Satuan pembobotan bisa dalam bentuk harga barang, index harga, sedangkan tahun dasar adalah
pilihan yang dipergunakan sebagai pijakan. Pada umumnya penentuan tahun dasar dilaksanakan
berdasarkan pertimbangan keadaan ekonomi yang mewakili kondisi normal. Berikut disajikan
contoh cara menghitung GDP riel.
3.5 Pembentukan Pendapatan, Nilai Tambah dan Gangguan Pertumbuhan Ekonomi

Produksi pada hakikatnya adalah kegiatan produktif yang melibatkan sejumlah kombinasi
faktor produksi meliputi tenaga kerja, bahan baku, modal dan teknologi. Maka dalam proses
produksi yang berlangsung di semua sektor ekonomi dengan sendirinya akan menciptakan nilai
tambah yaitu meningkatnya permintaan bahan baku ataupun tenaga kerja dan modal sejalan
dengan arah pergerakan nilai tambah yang menghasilkan proses produksi baru di sektor lainnya.

Tabel 3.6 menyajikan contoh data hipotesis kegiatan pertambangan penggalian minyak
yang kemudian diolah pada pabrik. Proses produksi yang bergerak berantai dari tingkat
pertambangan sampai dengan produksi dijual ke pasar memerlukan tahap kegiatan berantai. Pada
perekonomian yang semakin modern, empat jenis kegiatan dilakukan oleh perusahaan yang
berbeda, yaitu (i) perusahaan pertambangan, (ii) perusahaan industry pengolahan yang padat
teknologi, (iii) perusahaan transportasi serta (iv) agent pengelola barang jadi untuk dijual ke
pasar.
Teori ekonomi neoklasik yang berbasis pada gagasan Jean Batiste Say (hukum Say)
menyatakan bahwa supply creates its own demand ternyata mengalami tantangan besar pada
1930. Hukum say tidak berjalan ditandai dengan terjadinya over-supply di semua sektor
produksi. Produksi susu tidak mendapat pembeli semagaimana mestinya, sehingga terjadi peng-
angguran besar-besaran di semua unit produksi yang ada ( lihat Data pada Tabel 1.4 dan Tabel
1.5).

Meningkatnya pengangguran yang sangat besar dari semula 3.2% pada 1929 di Amerika
Serikat berkembang menjadi 25.3 % pada 1933 di mana bersamaan dengan itu, tampak produksi
nasional bruto juga menurun pada 1929 sebesar 203.3 trilyun menjadi 141.5. trilyun pada tahun
1933.

John M. Keynes melihat adanya peluang untuk mengatasi krisis ekonoi melalui
perubahan paradigma pendekatan ekonomi yaitu dengan mem-fungsikan pemerintah sebagai
pembeli pada pasar produksi yang macet total. Keynes melihat telah terjadi fenomena
perekonomian domestic yang tidak memiliki effective demand ( lihat kembali Tabel 3.7 di mana
anggaran belanja pemerintah dari tahun 1929 sampai dengan tahun 1933 tetap stabil, sehingga
tidak memiliki kekuatan yang diperlukan dalam menciptakan effective demand. Maka John M
Keynes (1936) dengan gagasannya yang monumental telah mengubah paradigm ilmu ekonomi
dari pola pendekatan mikro ekonomi ke pola pendekatan makro ekonopmi yang bersifat lebih
umum dan agregatif.

Mengikuti teori yang dibangun Keynes (1936) yang dikenal sebagai the General Theory,
bahwa proses penentuan pendapatan nasional dipengaruhi oleh besaran konsumsi rumah tangga,
kegiatan investasi swasta atau pemerintah, serta pengeluaran pemerintah. Bila demikian, pasar
industri dan pabrikan hanya akan berkembang jika perekonomian dapat menyediakan daya beli
yang berkesinambungan. Daya beli dimaksud terdapat pada perilaku rumah tangga konsumsi,
rumah tangga produsen dan pabrikan serta rumah tangga pemerintah. Bagiamana perilaku
masing-masing variable ekonomi dipetakan, perhatikan Gambar 3.7.
Tabel 3.7

Pertumbuhan GNP, Konsumsi , Investasi dan Pengangguran Pada periode depressi besar tahun
1930-an.

Grafik 3.2 menyajikan pola hubungan antara pendapatan dengan perilaku konsumsi yang
dipetakan sebagai cross-Keynesian. Pola hubungan dimaksud memiliki karakter perilaku
pendapatan yang direncanakan untuk konsumsi (planned expemditure) dan actual expenditure.

Titik A adalah keseimbangan di mana pendapatan nasional persis sama dengan total
konsumsi rumah tangga, investasi dan pengeluaran pemerintah. Resesi ekonomi terjadi apabila
garis planned expendirure masih di atas garis actual expenditure atau garis pendapatan Y=
E.Perekonomian menjadi kekurangan permintaan dan pendapatan nasional di bawah kapasitas
produksi karena kurang permintaan. Kondisi perekonomian yang kurang permintaan tersebut
dapat dikatagorikan sebagai deflationary gap, yaitu di mana ada kecenderungan harga-harga
menurun karena produksi cenderung over-supply sebagai akibat dari kurangnya permintaan
pasar. Sebalinya, jika kurve planned expenditure melewati titik A, maka planned expenditure
(C+I+G ) telah berada di bawah garis actual expenditure (Y= pendapatan).
Perekonomian dinyatakan berada dalam tekanan inflationary gap yaitu kondisi
perekonomian di mana permintaan pasar melebihi kapasitas produksi yang tersedia. Keynes
memandang, dorongan peningkatan permintaan ini akan memberikan peluang bagi entrepreneur
untuk memacu produksi menjadi lebih besar sebagai akibat dari dinamika pasar. Dorongan
permintaan pasar akan menggeser keseimbangan produksi menuju keseimbangan baru ke sebelah
kanan.

3.6 Perilaku Konsumsi, Tabungan dan Pendapatan

Perusahaan adalah lembaga bisnis yang membentuk pendapatan rumah tangga (aggregate
personal income) yang kemudian dialirkan kembali dalam bentuk kegiatan konsumsi dan
tabungan. Gambar 3.2 menyajikan alur hubungan rumah tangga konsumen (household) dengan
rumah tangga perusahaan (firms) yang membentuk pendapatan. Pertama, perusahaan
mempergunakan tenaga kerja yang berasal dari rumah tangga konsumen untuk berproduksi.
Proses interaksi antarkeduanya adalah bahwa perusahaan memanfaatkan tenaga kerja untuk
mengelola produksi barang menjadi barang akhir, di mana dalam proses produksi tersebut
terdapat sejumlah komponen faktor produksi nontenaga kerja yang akan menghasilkan nilai
tambah bagi industry lainnya.

Proses produksi memberikan manfaat gaji yang diterima rumah tangga konsumen, serta
pada gilirannya dibelanjakan kembali sebagai pengeluaran rumah tangga konsumen ( lihat
Gambar 3.2 ). Jika dalam proses transaksi rumah tangga tersebut tidak seluruhnya dibelanjakan
untuk konsumsi, maka selebihnya adalah tabungan (saving). Dalam konteks membangun kinerja
pasar, tentu saving dapat dilihat sebagai kontra-kinerja pasar, karena peningkatan kegiatan
penabungan yang mengarah kepada penghematan total masyarakat akan berdampak kepada
resesi ekonomi, yaitu tendensi pasar yang mengalami kekurangan permintaan pasar.

Meskipun tabungan adalah upaya penangguhan konsumsi untuk memperkuat fondasi


pendapatan di masa depan, tetapi kegiatan penabungan (saving) harus diikuti oleh kegiatan
peningkatan investasi secara memadai, sehingga hilangnya kegiatan transaksi yang mendorong
bangkitnya kinerja pasar dapat digantikan dengan pengeluaran investasi.
Menyajikan model keterkaitan antarvariabel makro ekonomi dari perilaku rumah tangga
perusahaan dan rumah tangga konsumsi, yang berproses menghasilkan pendapatan, konsumsi
dan tabungan. Dinamika proses pembentukan pendapatan, konsumsi dan investasi digambarkan
pada Tabel 3.8 dimana pembentukan keseimbangan pendapatan terjadi pada tingkat tabungan
masyarajat sama dengan nol.

Perekonomian makro dalam perekonomian tertutup sederhana hanya mengenal kegiatan


konsumsi dan invetasi di mana pemerintah hanya berperan untuk fungsi pemerintahan secara
terbatas pada bidang pertahanan keamanan dan ketertiban hukum masyarakat. Bentuk persamaan
makro ekonomi sederhana dapat dirumuskan seperti pada persamaan (1.1).

Y = C + S ..................................... (1.1)

Persamaan (1.1) menyatakan bahwa komponen pendapatan nasional suatu bangsa


merupakan penjumlahan dari kegiatan konsumsi agregat ditambah dengan kegiatan penabungan
agregat. Apabila masyarakat membelanjakan seluruh pendapatannya untuk kegiatan konsumsi,
maka tidak tersedia sama sekali tabungan masyarakat, sehingga :

S = Y – C = 0 ................................ (1.2)

Pendapatan Konsumsi
0 100
80 160
100 175
200 250
400 400
400 550
800 700
1000 850
Pada perekonomian masyarakat yang lebih maju, pendapatan dikelola sedemikian rupa
untuk memperkuat konsumsi di masa yang akan datang. Langkah yang dilakukan untuk tujuan
tersebut adalah melalui kegiatan penabungan (saving), sehingga persamaan (1.2) dapat dipetakan
menjadi,

S = Y – C > 0 ..................................... (1.3)

Fondasi teori ekonomi makro Keynesian adalah bahwa tidak terdapat jaminan
penabungan semata dapat dijadikan indikator untuk menggerakkan penguatan pendapatan di
masa datang, karena setiap langkah penabungan merupakan penurunan kekuatan potensi pasar
dari transaksi kegiatan konsumsi. Dengan demikian, meningkatnya kegiatan penabungan
berdampak pada penurunan permintaan pasar (the fallacy of composition).

Bila demikian, maka penguatan pertumbuhan ekonomi di masa datang tidak semata
disebabkan oleh pola pertumbuhan tabungan, tetapi sebagian yang lain akan ditentukan oleh
perilaku sector investasi, sehingga :

Y = C + I ........................... (1.4)

Bila demikian, stabilitas perekonomian suatu bangsa dapat diwujudkan jika dipenuhi syarat di
mana :

Y = C + I = C+ S
S = I ............................ (1.5)

Grafik 1.3 menunjukkan terjadinya tingkat keseimbangan pada titik E1 di mana konsumsi
agregat sama dengan pendapatan agregat. Sebelum titik E1, kita dapatkan kurve konsumsi Ct
lebih besar dari kurve pendapatan Yt. Pada kondisi tersebut kita dapatkan permintaan agregat
(Ct) lebih besar dari pendepatan (produksi), sehingga kondisi tersebut bukan area stabilitas
ekonomi. Kerana permintaan agregat lebih besar dibandingkan produksi (Yt), maka telah
terkondisikan dengan sendirinya kenaikan harga-harga sebagai akibat dari permintaan lebih besar
dari prodsuksi.

Celah antara kurve konsumsi dan pendapatan sebelum mencapai titik E1 disebut
inflationary gap, yaitu terjadinya kenaikan harga- harga. Apabila peningkatan konsumsi
menciptakan reaksi pasar untuk menambah produksi, maka secara bertahap perekonomian akan
menuju keseimbangan titik E1 di mana peningkatan permintaan agregat Ct mendapat respon
melalui peningkatan produksi.

Kurve Konsumsi Agregat Linear


Namun, rangsangan permintaan pasar dapat membuat unit bisnis merencanakan perluasan
produksi lebih besar dari kapasitas permintaan yang tersedia sehingga produksi melewati
permintaan pasar yang tersedia. Ketika kurve konsumsi Ct melewati titik E, tampak bahwa
perkembangan produksi dan pendapatan (Yt) lebih besar dibandingkan dengan kurve konsumsi
Ct, sehingga kondisi demikian menggambarkan kondisi ekonomi yang mulai melesu atau
ekonomi yang kekurangan permintaan pasar. Celah (gap) yang terjadi setelah melewati titik E1
adalah disebut dengan deflationary gap.

Cross Keynesian Prilaku Konsumsi (Ct), Dan Tabungan dalam penentuan pendapatan (Yt)

menunjukkan kurve Tabungan S yang bergerak dari – 100 sampai pada titik 0 di mana C
= S. Kurve konsumsi C dimulai dari angka 100, yang berarti bahwa ilmu ekonomi berpandangan
orang pasti melakukan konsumsi untuk mempertahankan E 1 hidup, yang dapat dilakukan
dengan cara menghutang (dissaving = - 100). Bersamaan dengan peningkatan pendapatan, maka
dissaving tampak menjadi semakin mengecil hingga mencapai titik 0 pada titik E1.
Melewati batas titik E1, kita dapatkan kurve tabungan S melewati titik 0 dan menaik
sedemikian rupa, sehingga memberi dampak pada kinerja pasar pembeli. Meningkatnya kegiatan
penabungan berpotensi mengurangi permintaan pasar, sehingga pasar terkondisikan pada situasi
melesunya permintaan. Inilah sebabnya diperlukan langkah baru untuk menggerakkan
pertumbuhan ekonomi sekaligus dapat dipertahankan untuk tidak berbalik mundur kembali.
Maka tiba saatnya kita perlukan tindakan nyata para enterpreneur untuk melakukan
pengembangan usaha, sehingga dana tabungan yang mengendap tersebut dapat digulirkan
kembali melalui belanja investasi I. Dengan mewujudkan kegiatan belanja investasi, maka
deflationary gap dapat dicairkan kembali melalui tindakan investasi dari para enterpreneur.

3.7 Angka Pengganda Konsumsi

Perekonomian suatu bangsa tidak memiliki perilaku yang sama dalam kegiatan konsumsi
dan penabungan. Pada masyarakat dengan tingkat pertumbuhan ekonomi lebih tinggi atau pada
Negara kaya, mungkin memiliki kemampuan yang lebih besar dalam mengelola pendapatan
untuk diinvesrtasikan pada masa mendatang.

Cross Keynesian Prilaku Konsumsi (Ct), Dan Tabungan dalam penentuan pendapatan (Yt)

3.8 Definisi dan Fungsi Investasi

Investasi merupakan kegiatan produktif dalam menghasilkan barang dan jasa. Kegiatan
investasi digerakkan oleh kelompok entrepreneur dengan tujuan akhir mendapatkan laba dari
kegiatan investasi tersebut. Dalam upaya entrepreneur mencapai sasaran akhir yang mereka
inginkan, tentunya mereka lakukan dengan cara mengkombinasikan faktor-faktor produksi
sedemikian rupa termasuk pengkombinasian secara efektif dan optimal dari teknologi dan tenaga
kerja serta financial resources untuk mencapai tujuan akhir dengan kalkulasi atas resiko bisnis
dari peluang pasar dan keberadaan pesaing.

Dalam studi ekonomi makro, investasi dikaitkan secara langsung dengan financial
resources yang tersedia pada pasar keuangan khususnya yang dapat disediakan oleh industri
perbankan. Itu sebabnya analisis tentang investasi sebagai keputusan akhir para entrepreneur
dipetakan sebagai fungsi dari cost of capital suku bunga, meski tidak dapat disangkal bahwa
teknologi dan sumber daya lainnya adalah fakta yang menentukan arah investasi. Namun, untuk
kepentingan studi ekonomi makro, penyederhanaan dunia nyata diperlukan agar analisis yang
disertakan tidak terlalu kompleks dan lebih mudah dipahami.
Jika investasi merupakan fungsi atau tergantung kepada suku bunga bank, maka
hubungan kedua variable ekonomi makro tersebut memiliki karakter yang berlawanan arah.
Grafik 3.8menyajikan suku bunga (i) pada posisi garis vertikal dan investasi swasta nasional
pada posisi horizontal. Kuve I yang menghubungkan antara suku bunga dan investasi
membentuk harga keseimbangan pada titik E.

Fungsi Linear Investasi dan Suku Bunga

Kurve I yang bergerak dari kiri atas ke kanan bawah dinyatakan sebagai negatively slope
of investment demand, disebabkan oleh karakter investor yang akan bersedia berinvestasi lebih
banyak jika suku bunga semakin menurun. Dengan kata lain, suku bunga dan investasi bergerak
berlawanan arah. Dalam upaya perluasan investasi, tentu dapat dikembangkan kebijakan industri
perbankan yang dapat berfungsi kondusif untuk mendorong perluasan investasi.

3.9 Investasi sebagai Komponen Kinerja Pasar

Kinerja transaksi pasar menjadi berkurang apabila seluruh masyarakat mengurangi


konsumsi dan meningkatkan kegiatan penabungan. Kita menyatakan bahwa penabungan
merupakan kebocoran (leakage) pendapatan yang mengurangi kegiatan transaksi pasar.
Kebocoran pendapatan tersebut akan dapat diatasi dengan upaya meningkatkan kegiatan
investasi, sehingga Y = C + I yang sama dengan Y = C + S.

Dengan demikian, perekonomian akan bergeser ke kanan apabila transaksi pasar


mencakup kegiatan konsumsi (C) ditambah investasi (I). Gambar 1.6 menyajikan pola hubungan
antarkelembagaan ekonomi meliputi transaksi yang terjadi di pasar barang dan jasa melalui
pengeluaran rumah tangga serta dukungan pasar keuangan sebagai penyangga likuiditas
masyarakat. Pada perekonomian dengan dukungan sektor industri perbankan yang sedemikian
maju, kegiatan penabungan tentu dilakukan melalui dukungan perbankan yang melakukan
mobilisasi dana tabungan masyarakat, serta pada gilirannya menyalurkannya kepada para
entrepreneur dalam rangka pembiayaan investasi mereka.

Maka financial market adalah jelas memiliki fungsi mediasi yang menjembatani antara
kepentingan penabung yang mendapatkan imbalan jasa suku bunga darti perbankan, pada sisi
lain perbankan menjual dana kepada para investor dengan motif mendapatkan keuntungan (laba).

Peta Hubungan Transaksi Antar Variabel Makro Ekonomi Permintaan Agregat dan Pasar
Uang

Pada pembahasan kita seterusnya terkait dengan investasi, kita posisikan investasi
sebagai variabel eksogen, yaitu variabel ekonomi makro yang ditentukan di luar model atau
variabel yang tidak kita telusuri asal- usulnya. Dalam praktik bisa saja kegiatan investasi
ditentukan oleh sejumlah faktor seperti suku bunga, peningkatan pendapatan atau insentif laba,
tetapi penyederhanaan model makro kita perlukan untuk menye-derhanakan konsep agar tidak
menjadi kompleks.
Grafik 3.8 menggambarkan investasi sebagai garis lurus horizontal, yaitu pada anggapan
kita bahwa investasi dalam periode analisis kita adalah sebesar 25 milyar. Dinyatakan sebagai
garis lurus karena kita memandang investasi ditetapkan secara eksogen sebesar 25 milyar,
dengan itu kita kemudian ingin memperoleh tingkat keseimbangan makro ekonomi berdasarkan
keberadaan investasi sebesar 25 milyar tersebut.

Gambar 3.8

Kurve Fungsi Investasi eksogen

3.10 Efek Multiplier Makro Ekonomi

Sekarang saatnya kita mulai membahas kekuatan apa yang ada dan berfungsi dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan kerja. Pertama, bahwa setiap transaksi
yang dilakukan rumah tangga konsumen akan berdampak pada rumah tangga produsen. Pada
saat bersamaan, rumah tangga produsen akan meningkatkan pembelian faktor produksi dalam
rangka menghasilkan produksi berikutnya. Proses pengkombinasian faktor produksi yang
dilakukan banyak perusahaan pada hakikatnya menciptakan nilai tambah pada industri lain.
Fakta inilah yang menjadi inspirasi pemikiran tentang adanya efek pengganda (multiplier effect)
yang mendorong pertumbuhan pendapatan nasional.

Dalam rangka memahami bagimana efek pengganda itu bekerja, perhatikan persamaan (3.1) dan
detail prilakunya,

Y = C + I ................. (3.1) C = 100 + 0.75 Y

I = 25, Substitusikan (ii) dan (iii), maka :


C = 100 + 0.75 Y + 25, besarnya pendapatan (Y) menjadi, Y – 0.75 Y = 125

25 Y = 125 Y= 500

Pendapatan nasional adalah sebesar 500 milyar dan investasi 25 milyar.


Maka Y = 475 + 25 = 500 milyar.
Efek pengganda berasal dari kegiatan transaksi rumah tangga konsumen yang dikelola
melalui kegiatan konsumsi. Perhatikan Grafik 3.14 tentang rumusan ∆C dan ∆Y, keduanya
mewakili masing-masing garis vertical C dan garis horizontal Y.- Maka kemiringan garis C dan
Y digambarkan sebagai kecenderungan konsumsi marginal propensity to consume, yang sama
dengan,

Hasil perhitungan berdasarkan fungsi konsumsi C = 100 + 0.75 Y dan dengan investasi I
= 25 milyar dapat dilihat pada Tabel 1.9. Berdasarkan fungsi konsumsi tersebut diperoleh tingkat
keseimbangan makro ekonomi pada pendapatan nasional sebesar 500 milyar dimana konsumsi C
= 475 milyar dan investasi 25 milyar.

Proses pembentukan keseimbangan ditunjukkan oleh equilibrium point sebagaimana


dapat dilihat pada Grafik 1.10. Ketika aggregate demand berada pada tingkat 275 milyar, maka
terjadi inflationary gap yaitu pengeluaran agregat lebih besar dari garis pendapatan. Hal ini akan
mendorong dan memicu kinerja pasar produksi untuk bergerak kekanan, sampai suatu tingkat
dimana garis aggregate demand berpotongan dengan garis pendapatan pada pendapatan 500
milyar.

Melewati titk equilibrium point, produksi kekurangan permintaan pasar, sehingga


diperlukan variabel makro lainnya untuk memicu agar pertumbuhan pendapatan bergerak ke
kanan. Kita akan membahas pada Modul 5 model makro ekonomi dengan peranan pemerintah
dan sektor luar negeri sebagai pemicu produksi untuk bisa bergerak ke kanan.

Pada perekonomian tertutup sederhana, kita masih membahas terbatas pada model makro
ekonomi dengan peranan sektor rumah tangga konsumsi C dan kegiatan investasi I. Dengan
anggapan sebuah perekonomian berlangsung secara tertutup sederhana di mana pemerintah tidak
ikut serta dalam mengelola politik anggaran belanja untuk membangkitkan kinerja pasar
produksi sebagaimana direkomendasikan pendekatan Keynesian, maka bentuk keseimbangan
makro ekonomi suatu negara adalah pada kondisi di mana S = I sebagaimana dipetakan pada
Gambar.
Proses Pembentukan Keseimbangan Makro Ekonomi Pada Y = C + I = 500 Milyar.

Sejauh yang sudah dapat kita jelaskan sebelumnya, bahwa tabungan selalu dimulai pada
kondisi dissaving yang berfungsi sebagai penyeimbang dari nilai konsumsi yang tidak bergerak
dari pendapatan sama dengan nol. Kita memahami bahwa ilmu ekonomi beranggapan bahwa
tindakan konsumsi selalu harus dilakukan, meskipun orang yang bersangkutan tidak memiliki
pendapatan sama sekali. Inilah sebabnya kemudian muncul istilah dissaving, yaitu melakukan
tindakan mendapatkan uang dengan cara berhutang.

Proses Pembentukan Keseimbangan Makro Ekonomi Pada Syarat dimana S = I

Grafik 3.20 menunjukkan bahwa keseimbangan pendapatan tidaklah terjadi pada saat tabungan S
= 0, di mana pada S = 0 didapatkan pendapatan sebesar 400 milyar, tetapi karena adanya
dorongan investasi sebesar 25 milyar, maka pendapatan berubah menjadi 500 milyar.
Pembentukan pendapatan baru sebesar 100 milyar didapatkan dari bekerjanya efek pengganda
sebesar Y = 1/0.25 x 25 = 100 milyar.

Anda mungkin juga menyukai