Anda di halaman 1dari 5

LGBT dalam Perspektif Agama-agama

Oleh : Tonny Ilham Prayogo

Pendahuluan
Indonesia adalah sebuah Negara yang taat agama dan patuh terhadap hukum.
Yang menjadikan mereka taat dan patuh adalah karena Agama merupakan sebuah
pedoman atau pelita obor untuk mendapatkan pencerahan sekaligus arahan menuju
jalan yang benar. Masyarakat pun dituntut untuk menjadi lebih taat dalam
menjalankan tugas keagamaannya dengan baik yang telah diajarkan oleh agama
mereka masing-masing tanpa harus ada rasa terbebani. Saat ini sudah banyak
ketimpangan dari sebagian kalangan masyarakat karena telah jauh dari agamanya.
Dari berbagai ketimpangan yang ada, ketimpangan yang mulai muncul dan ini
menjadi fenomena yang baru adalah ketimpangan dalam hal seks.
Seks bukanlah lagi hal yang tabu di bicarakan pada kalangan modern saat ini,
seks menjadi perbincangan yang sangat menarik. Namun, karena ketidakpuasan
mereka dalam hal seks maka mereka mencoba keluar dari seks yang mereka biasa
lakukan saat ini dengan cara homoseksual atau seks terhadap sesama jenis.
Homoseksual di Indonesia dibungkus dengan nama yang tidak asing lagi kita dengar
yaitu LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender). LGBT hanyalah sebuah
kalangan minoritas, sebuah komunitas kecil yang memiliki pengaruh sangat besar di
Indonesia. LGBT tidak hanya berkembang di Indonesia saja akan tetapi sudah
mendunia pada umumnya.
Mereka menuntut hak keadilan untuk hidup di Indonesia dengan dalih-dalih
Indonesia tanpa diskriminasi. Modal inilah yang menjadikan tuntutan bagi mereka
untuk bisa hidup dan menuntut hak keadilan dengan menyebarkan
pemahaman-pemahaman tentang seks dengan sejenis atau dikenal dengan LGBT.
Alasan LGBT membangun komunitas ini adalah sebagai wadah bagi masyarakat
yang mengalami kekerasan seksual, kekerasan rumah tangga, tak ada pengakuan
terhadap sesama teman, dan pengucilan. Orang-orang inilah yang mengalami tindakan
kekerasan dalam hidupnya dan ingin mencari jalan keluarnya dengan cara
berkonsultasi kepada komunitas LGBT. LGBT membuka peluang dan memberikan
perlindungan dan solusi jalan keluarnya, yang akhirnya menyebabkan orang-orang
tersebut merasa nyaman terhadap komunitas LGBT.
Pengertian LGBT
LGBT singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender, dalam kamus
Besar Bahasa Indonesia bahwa Lesbian artinya wanita yg mencintai atau merasakan
rangsangan seksual sesama jenisnya, Gay artinya laki-laki yang mencintai atau
merasakan rangsangan seksual sesama jenisnya. Biseksual artinya tertarik kpd kedua
jenis kelamin (baik kpd laki-laki maupun kpd perempuan), dan Transgender artinya
merupakan ketidaksamaan identitas gender seseorang terhadap jenis kelamin yang
ditunjuk kepada dirinya. Maka pemaknaan dari LGBT itu lebih cenderung kepada hal
seksualitas yang kini menjadi bahan pokok perbincangan pada masa kini.
LGBT merupakan istilah yang digunakan pada tahun 1990-an dan mengantikan
frasa Komunitas Gay karena istilah ini telah mewakili kelompok-kelompok yang telah
ada pada sebelumnya. Tujuan pemberian nama tersebut sebagai penekanan
keanekaragaman budaya yang berdasarkan indentitas seksualitas dan gender.
Kadang-kadang istilah LGBT digunakan sebagai penunjukkan diri. Istilah ini kerap
sekali digunakan oleh komunitas dan media yang berbasis identitas seksualitas dan
gender di Amerika Serikat, Belanda, Kanada, dan beberapa Negara.
Meskipun LGBT menuai kontroversi mengenai penerimaan universal atau
kelompok yang berbeda, akan tetapi secara keseluruhan istilah LGBT telah membantu
mengantarkan orang-orang yang terpinggirkan kedalam komunitas umum.
Sedangkan akronim dari LGBT adalah GLBT yang merupakan istilah paling
banyak digunakan pada saat ini. Meskipun maknanya sama, LGBT memiliki makna
konotasi yang lebih sebagai feminis dibandingkan dari GLBT.
Homoseksual sebenarnya merupakan salah satu dari 3 jenis orientasi seksual,
yaitu ketertarikan pada sesama jenis. Orientasi kedua adalah heteroseksual, tertarik
pada orang dari jenis kelamin berbeda, dan yang terakhir adalah biseksual, tertarik
pada kedua jenis kelamin(baik pria maupun wanita). Orang-orang yang dianggap
Homosesksual biasanya disebut Gay (pria dan wanita) atau Lesbi (wanita).
Orientasi seksual merupakan salah satu dari empat komponen seksualitas yang
terdiri dari daya tarik emosional, romantis, seksual dan kasih sayang yang terdapat
pada diri seseorang dalam jenis kelamin tertentu. Orientasi seksual berbeda dengan
perilaku seksual karena berkaitan dengan perasaan dan konsep diri. Orang-orang
mungkin atau mungkin tidak menunjukkan orientasi seksual mereka dalam perilaku
mereka.

LGBT dalam Perspektif Agama-agama

Komunitas LGBT banyak menuai penolakan dari berbagai kalangan


agama-agama di Indonesia, karena tidak sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia.
Berikut penjabaran beberapa agama yang menolak akan kehadiran LGBT atau GLBT
di Indonesia
a. Agama Islam
Dalam Islam Allah SWT sudah melarang keras hamba-Nya agar tidak masuk
golongan orang-orang yang menyukai sesama jenis, seperti LGBT. Al-Quran sebagai
sumber ajaran agama Islam di dalamnya terdapat sejarah masa lampau yang pernah di
alami oleh Nabi Luth dengan kaumnya. Dimana kaum Luth sangat terkenal dengan
saling menyukai sesama jenis dan akhirnya mendapatkan adzab yang sangat pedih. Ini
pertanda bahwa Allah sangat tidak menyukai orang yang saling menyukai sesama
jenis.
Di dalam Firman Allah bahwa: “ Maka tatkala datang azab kami, kami jadikan
negeri kaum Luth itu yang diatas ke bawah (kami balikkan dan kami hujani mereka
dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh
Tuhanmmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim”(Qs. Al-Hud:
82-83)
Dalam Al-Qur’an kita telah diberi rambu-rambu akan bahaya LGBT, sebelum
LGBT di zaman sekarang telah ada pada zaman Nabi Luth yang dihukumi oleh adzab
yang sangat pedih dan menakutkan. Sesungguhnya, LGBT merupakan merupakan
suatu perbuatan yang menyimpang dari fitrah manusia yang sesungguhnya di dalam
Islam memiliki pandangan hukum LGBT adalah Haram.
b. Agama Kristen
Di dalam Al-Kitab, khususnya Perjanjian Baru, bahwa Al-Kitab
menunujukkan bagaimana seharusnya paradigma orang Kristen terhadap
homoseksualitas, gay, dan juga lesbian. Al-kitab secara tegas menunjukkan bahwa
homoseksualitas adalah dosa, tetapi Al-kitab tidak menyatakan bahwa para pelakunya
LGBT dalam hal ini biasa disebut gay dan lesbian bebas diperlakukan dalam
ketidakadilan seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Tuhan Yesus membeci dosa
homoseksualitas, sama seperti Dia membenci dosa-dosa yang lain, tetapi Dia tetap
mengasihi mereka yang terlibat di dalam-Nya. Tuhan mau para gay dan lesbian ini
diperlakukan dalam terang kasih ilahi, sehingga mereka dapat bertobat dan dipulihkan
dari dosa homoseksualitas. Alkitab jelas menyebutkan bahwa homoseksualitas adalah
dosa dan kekejian di mata Yesus.
“Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan
perempuan, karena itu suatu kekejian”. (Imamat 18:22)
“…sama seperti Sodo, dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan
cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak
wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang.
Namun demikian orang-orang yang bermimpi-mimpian ini juga mencemarkan tubuh
mereka dan menghina kekuasaan Allah serta menghujat semua yang mulia di
sorga”(Yudas 1:7-8)
Pencipta kita telah menetapkan peraturan tentang perkawinan jauh sebelum
pemerintah manusia melakukannya. Buku pertama dalam Alkitab memberi tahu
kita, ”Seorang pria akan meninggalkan bapaknya dan ibunya dan ia harus berpaut
pada istrinya dan mereka harus menjadi satu daging.” (Kejadian 2:24)
Tuhan tidak pernah menciptakan seseorang dengan keinginan homoseks,
homoseksualitas bukan merupakan dalih untuk hidup dalam dosa dengan mengikuti
keinginan dosa mereka. Tetapi Alkitab tidak menggambarkan homoseksualitas
sebagai dosa yang “lebih besar” dibanding dosa-dosa lainnya. Semua dosa adalah
kekejian dan tidak menyenangkan Tuhan. Menurut Alkitab, pengampunan Allah
tersedia bagi kaum homoseks, sama seperti bagi orang yang berzinah, penyembah
berhala, pembunuh, pencuri, dll. Allah juga menjanjikan kekuatan untuk menang
terhadap dosa, termasuk homoseksualitas, kepada setiap orang yang percaya kepada
Yesus Kristus untuk keselamatan mereka.

c. Agama Budha
LGBT adalah penyakit fitrah manusia dan seksualitas yang menyimpang,
inilah pandangan yang sangat tidak sesuai dan kurang tepat menurut pernyataan Ven
Ajahn Brahm bahwa pernyataan tersebut sama saja seperti orang bodoh yang berkata
bahwa,”Apabila bunuh diri dilegalkan, maka semua orang akan melakukannya” di
dalam ruang lingkup Ajaran Buddha,yang penuh cinta kasih sesuai dengan Karaniya
Metta Sutta dimana sewaktu anda membacakan Karaniya Metta Sutta (dalam tradisi
Theravada) anda mengatakan,”Semoga semua makhluk berbahagia, semua makhluk
bebas dari penderitaan”.
Sekilas bahwa hal ini tampaknya ada benarnya. Di dunia barat, setidaknya
banyak kaum mereka yang menderita masalah kejiwaan, kecanduan alkohol, dan
menunjukkan perilaku seksual yg sangat menggoda. Dalam penggelompokan data,
kaum mereka menduduki peringkat tertinggi dalam sekian banyak kasus bunuh diri.
Kemungkinan besar bahwa kaum mereka lebih menderita dibandingkan dengan kita,
akibat perlakukan masyarakat terhadap sosial masyarakat terhadap mereka atas dasar
orientasi seksual mereka, dan apabila mereka diperlakukan sama layaknya dengan
perlakuan terhadap masyarakat pada umumnya, bukan tidak mungkin bahwa mereka
juga akan menunjukkan gejala yang sama pula. Sesungguhnya inilah argumen yang
terkuat untuk menerima dan memahami kaum mereka.
Kita seharusnya mengikuti langkah Sang Buddha dengan mencoba mengerti
mereka dengan landasan kasih sayang dan pengeritan yang selalu diajarkan dalam
agama Buddha, dan cobalah untuk mengerti bahwa kehidupan homoseksual saat ini
sangatlah keras, terutama di tempat-tempat tertentu dimana mereka tidak dimengerti,
dimana mereka dilihat dengan mata yang penuh ketakutan dan jijik. Kasih sayang
Buddhis seharusnya dapat menerima mereka sebagaimana adanya (sesuai ajaran
Buddha) dan mencoba untuk menasehati mereka, apabila mereka menjadi
homoseksual, jadilah homoseksual yang penuh kasih sayang, yang baik dan bermoral.
Dalam pandangan agama Budha perilaku homoseksual masih abu-abu, tetapi
sebagian besar para bhikku menolak pernikahan sejenis. Menurut Bhikkhu Uttamo
Mahathera, seperti dikutip dari situs Bodhi Buddhist Centre Indonesia, berpendapat
bahwa seseorang yang berprilaku seksual menyimpang (Homoseksual, red) bisa saja
mengikuti Buddha Dhamma.

d. Agama Hindu
Ada yang berpendapat di kalangan Budha bahwa LGBT itu tidak
melanggar aturan dharma dan tidak pula bertentangan dengannya. Mereka
berpendapat bahwa seseorang yang hidup dengan pengabdian penuh belas
kasih, meskipun itu seorang LGBT atau tidak, dan telah menguasai keinginan
dan dorongan nafsu (seksual dan lain sebagainya) memiliki kemampuan dan
kemungkinan yang sama untuk mencapai Moksha.
Dalam sastra suci Sruti tidak ada tulisan yang mendukung untuk
memperlakukan orang LGBT sebagai inferior atau mendukung penindasan
terhadap mereka. Dalam penjabaran dari beberapa pendapat, dharma, dan
sastra suci Sruti bahwa homoseksual (lesbi dan gay) berhak untuk mencapai
moksa dan tidak ada penjatuhan hukuman terhadap mereka, merujuk pada
kitab suci Veda sruti yang tidak mengatur perilaku homoseksual. Jika
dicermati maksud dari penjelasan tersebut bahwa seorang LGBT juga berhak
untuk mencapai moksa apabila ia kembali ke jalan dharma; menjalankan hidup
dengan pengabdian penuh belas kasih dan telah menguasai keinginan dan
dorongan nafsu seksual.
Penyimpangan seksual yang dilakukan kaum homoseksual memang
bukan kejahatan, akan tetapi hal itu tetap sebagai perbuatan dosa yang
ditanggung oleh pribadi masing-masing. Ajaran Hindu tidak membenarkan
pernikahan diantara pria dengan pria (gay), wanita dengan wanita (lesbi).
Dengan kata lain, pelaku penyimpangan seks (homoseksual) tidak diberikan
hak untuk mendapat upacara pernikahan atau upacara perkawinan dengan puja
mantra Veda.
Ada dua jenis waria, yaitu mereka yang bertindak selaku pria dan
mereka yang bertindak selaku wanita. Waria yang bertindak selaku wanita
menyamarkan diri mereka dalam berpakaian, pembicaraan, gerakan tangan
dan kepala, kelemah lembutan, sifat pemalunya, kesederhanaannya,
kegemulaiannya dan sifat penakutnya. Kegiatan yang biasa dilakukan terhadap
bagian jaghana atau bagian tengah dari wanita, oleh para waria ini dilakukan
dengan mulutnya dan hal inilah yang disebut Auparistaka. Para waria ini
mendapat kesenangan imajinatif dan mata pencaharian mereka dari jenis
hubungan badan semacam itu menjadikan mereka menjalani kehidupan
sebagai wanita penghibur. Demikian keterlibatan tersamar dari seorang waria
yang berperan sebagai wanita. (Kama Sutra, hal 127-128).
Dalam kitab suci Manawa Dharmasastra, Astamodyaya atau bab
delapan menyinggung hukuman terhadap pelaku lesbi. Mereka tidak
dibenarkan menodai seorang gadis, mereka dapat dipidana atau didenda. Pada
sloka 369 dinyatakan, apabila seorang gadis menodai seorang gadis lain, akan
didenda sebesar 200 pana dan membayar mas kawin dua kali lipat.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditafsirkan bahwa bilamana seorang
lesbi menodai seorang gadis lain maka dapat dikenakan sanksi.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa homoseksual
bertentangan dengan dharma dan merupakan perbuatan dosa, mereka tidak
dibenarkan menikah dengan upacara Veda. Meski demikian, bagi mereka yang
mengalami kelainan seksual tersebut dibenarkan mendapatkan kesenangan
seksual dengan sesamanya tanpa menodai seseorang yang bukan
homoseksual.

Kesimpulan
LGBT menjadi sebuah komunitas yang sangat menghantui di kalangan
masyarakat pada saat ini. Sebagian masyarakat pun ada yang masih mendukung akan
kehadiran LGBT, dimana LGBT adalah sebuah kejadian yang fakta dan real yang ada
wujudnya di lingkungan Indonesia. Beberapa daerah pun sudah tercemari akan
kehadiran LGBT saat ini, namun sebagian tokoh agama dan aktifis selalu menahan
dan melarang akan kehadiran mereka di lingkungan Indonesia. LGBT menuntut hak
keadilan untuk dapat diterima di kalangan masyarakat dari segi agama, budaya, dan
sosial.
Namun harus diketahui bahwa Indonesia adalah Negara mayoritas Islam dan
patuh terhadap agama-agama yang disahkan oleh hukum Indonesia. Tuntutan hak
keadilan juga harus di barengi dengan tuntutan hak saling menghormati terhadap
masyarakat. Di dalam agama-agama pun mereka juga tidak menerima akan kehadiran
LGBT di Indonesia. Dalam Islam dinyatakan bahwa LGBT adalah haram. Dalam
pandangan agama Kristen bahwa LGBT adalah dosa dan kekejian di mata Yesus, di
dalam Budha bahwa LGBT masih dalam keadaan abu-abu belum jelas akan kepastian
kehadiran LGBT akan tetapi mereka tetap mendefinisikan bahwa sifat seks LGBT
yang tidak diterima oleh Budha. Di dalam pandangan Hindu tentang LGBT bahwa
LGBT bertentangan dengan dharma dan merupakan perbuatan dosa, mereka tidak
dibenarkan menikah dengan upacara Veda. Wallahu’alambishawab.

Anda mungkin juga menyukai