Makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah islam dan peradaban melayu
Dosen Pengajar : Dr. Tuti Indriyanti, M.Pd.i
Disusun Oleh:
Zahra mawaddah/201190246
Nur hairunisa/201190255
Fella afwa muntazah muhtar/201190248
1
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum wr wb.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah Mata kuliah Islam Peradaban
Melayu yang berjudul “ Sejarah Perkembangan Dan Dinamika Islam Di Singapura Dan
Brunei Darussalam ”
Sholawat beserta salam kita hadiahkan untuk nabi Muhammad SAW yang mana beliau telah
membawa umatnya dari zaman jahiliyah ke zaman yang berisi ilmu pengetahuan seperti yang
kita rasakan saat ini.
Dan tak lupa pula ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengajar
mata kuliah Islam Dan Peradaban Melayu yaitu ibu Dr. Tuti Indriyanti, M.Pd.i Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kehilafan dan kekurangannya, maka dari itu
kritik dan saran demi penyempurnaan lebih lanjut sangat penulis harapkan. Semoga makalah
ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi yang berminat untuk membacanya.
Amiin
Wassallamualaikum wr.wb
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Negara Singapura..................................................................6-7
2.2 Masuknya Islam Di Singapura...........................................................7-8
2.3 Perkembangan Islam Di Singapura....................................................8-11
2.4 Sejarah awal masuknya dan berkembangnya islam di Brunei Darussalam…..11-14
2.5 Dinamika islam di Singapura…………………………………………14-17
2.6 Dinamika islam di Brunei Darussalam………………………………..17-18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................19
3.2 Kritik dan Saran......................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................20
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
a. Sejarah Negara Singapura
b. Sejarah masuknya Islam di Singapura
c. Perkembangan Islam di Singapura
d. Sejarah awal masuk dan berkembangnya islam di Brunei Darussalam
e. Dinamika islam di Singapura
f. Dinamika islam di Brunei Darussalam
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Yusof bin Ishak. Penduduk Negara pulau ini adalah multi etnis. Dari jumlah penduduk
4.131.200 jiwa, etnis China sebanyak 79.7%, Melayu 13.9%, India 7.9%, dan etnis.
Agama dan orang islam pada zaman awal ini amat tertentu, islam telah bertapak di
Asia Tenggara, di sebarkan pada awal abad ke-13 oleh peniaga dan mubaligh Sufi dari
Hadramaut di Yaman dan dari bagian-bagian selatan India. Peniaga cina Islam mungkin juga
telah membantu menyebarkan agama.
Singapura menganut sistem sekuler, di mana pemerintah menerapkan netralitas
terhadap semua agama yang ada. Berdasarkan hasil sensus tahun 2000, diketahui bahwa
penduduk singapura yang berumur di atas 15 tahun menganut beberapa agama, yaitu Budha
42.5%. Islam 14.9%, Kristen 14.6%, Tao 8.5%, Hindu 4.0% dan Agama lain (Yahudi,
Zoroaster,dll 0.6%). Kecuali itu, masih ada sekitar 14.8% yang tidak memiliki atau menganut
agama tertentu.
Tahun 1961 Perdana Mentri Malaya Tun Abdul Rahman, membuat gagasan untuk
membentuk Negara Malaysia yang terdiri dari federasi Malaya, yaitu Singapura, Serawak,
Borneo Utara, dan Brunai, karena ia khawatir jikalau Singapura menjadi basis komunis. Akan
tetapi hal ini menimbulkan konflik dengan Indonesia, terkait dengan perebutan Borneo Utara
yang bergabung dengan Malaysia. Keadaan konflik ini dimanfaatkan oleh Lee Kuan Yew
pada tanggal 9 Agustus 1965 untuk memisahkan Singapura dari Malaysia, dan terbentuklah
Negara baru ditengah-tengah kebudayaan dan etnik Melayu secara umum. Sejak inilah
Singapura menjadi Negara yang paling heterogen dari segi etnik, sekalipun mayoritas
Melayu. Selain Melayu, mereka terdiri dari etnik China, India, dan sedikit Arab.
7
madrasah-madrasah sehingga orang-orang kampung senang pada kegiatan semacam itu, dan
tidak sedikit dari mereka yang pada akhirnya menikah dan memperistri penduduk setempat.
sehingga terjadilah sebuah keluarga yang berkembang makin waktu kewaktu terus
berkembang. Ada juga dari para pedagang Arab yang membawa istri dan anak-anaknya
tinggal bermukim di sana. Bagi yang belum membawa keluarga setelah dapat ongkos mereka
baru membawa keluarganya . mereka terus menjadi orang Arab- Melayu dan “Jawi
Peranakan “ yang keturunan India Melayu yang tersendiri.
Islam di Singapura disyarkan oleh para ulama dari berbagai bangsa belahan Asia
Tenggara dan benua kecil India yang berdagang ke sana. Seperti Syaikh Ahmad Haminuddun
(Minamgkabau), Syaikh Tuanku Mudo (Aceh), syaikh Ahmad Hminudin, Syaikh Syed
Usman bin Yahya bin Akil (mufti Betawi), Syaikh HabibAli Habsi (Kwitang, Jakarta),
Syaikh Anwar Sribandung (Palembang), syaikh Muhammad Jamil Jaho (Padang Panjang)
dan lain-lain.
Masuknya islam di Singapura boleh di katakana tidak ada hambatan, walaupun ada,
itu magkin hany bagian kecilnya, baik dati segi politik dan birokrasi . muslim di Singapura
mencapai lebih kurang 15% dari jumlah penduduk yaitu, lebihkurang 476.000 orang islam.
Perilaku kehidupan sehari-hari keluarga muslim melayu di Singapura adalah pencerminan
yang sangat kuat dari pengaruh guru-guru agama dan imam-imam masjid. Mereka terbiasa
dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan dan sosial secara kolektif, mayoritas masyarakat
Singapura bermazhab syafi’iyah dan sebagian kecil syi’ah.
Pusat kegiatan islam lebih kurang 80% di mesjid-mesjid yang ada di sana. 1 Juli 1968
di bentuklah MUIS (Majlis Ulama Islam Simgapura) yang mampunyai tanggung jawab besar
atas aktivitas ke agamaan , kesehatan, kesejahteraan, pendidikan, ekonomi, masyakat dan
sejarah kebudayaan islam.
8
uang asing terbesar keempat di dunia setelah London, New York dan Tokyo. Bank
Dunia,menempatkan Singapura pada peringkat hub logistik teratas dunia. Namun demikian
ditengah kemajuan Singapura sebagai sebuah negara yang menjadi sentral perdaganagan Asia
Tenggara dan memiliki perjalanan panjang mengenai perjumpaan dengan Islam.
Populasi etnis Muslim yang didominasi orang Melayu di Singapura sangatlah sedikit
dibandingkan dengan etnis Cina. Ada dua faktor yang memungkinkan terjadinya masayarakat
Islam minoritas, Pertama, mereka terbentuk akibat migrasi ke negara-negara dan kawasan
yang telah memiliki pemerintahan dan sistem nasional yang kokoh. Kedua, terjadi karena
perubahan dan perkembangan geografis dan politik.
Umat Muslim di Singapura kurang maju dibandingkan dengan golongan penduduk
lain di semua bidang. Di Bidang Pendidikan, jumlah lulusan universitas hanya 2,5% dari
jumlah seluruh lulusan. Persentase Muslim dalam profesi dan jabatan tinggi juga sangat
rendah dari rata-rata nasional mereka. Namun, pemerintah biasanya mempunyai satu utusan
seorang Muslim dalam kabinet. Sebagian Muslim mempunyai kedudukan tinggi di bidang
hukum dan universitas. Adapun secara ekonomi, Muslim Singapura berada di antara yang
paling miskin. Pemuda-pemuda Muslim menghadapi banyak kesulitan dalam mencari
pekerjaan. Hanya sebagian kecil diantara mereka yag dipanggil untuk dinas militer nasional.
Munculnya semangat keislaman di singapura, tidak luput dari adanya gerakan yang didirikan
oleh umat Muslim dan peranan pemerintah baru Singapura. Hal itu ditunjukan dengan
membentuk Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) dengan berdasarkan akta Pentadbiran
Hukum Islam (The Administration of Muslim Law Act) pada tanggal 17 Agustus 1966 oleh
parlemen Singapura.MUIS merupakan badan resmi Islam di Singapura yang mengurus
masalah keagamaan dan masyarakat Islam. Sebelum MUIS didirikan, pada tahun 1932 umat
Muslim Singapura telah mendirikan sebuah organisasi yaitu Masyarakat Dakwah Muslim.
Organisasi ini mendirikan Pusat Islam King Faisal Memorial Hall. Selain itu, organisasi ini
juga mengadakan klinik pengobatan dan pusat hukum. Organisasi Muslim penting lainnya
adalah Masyarakat Muslim Mualaf (Dar-ul-Arqam) yang merupakan organisasi dakwah
utama di Singapura dan mengurus serta membawa Islam lebih dari 8.000 orang sejak tahun
1982. Pada Oktober 1991 didirikan sebuah lembaga yang dikembangkan secara swadaya oleh
masyaakat, yaitu Association of Muslim Profesional (AMP) yang mencita-citakan munculnya
modal masyarakat minoritas Muslim dalam pengembangan diri secara dinamis dan penuh
percaya diri dalam konteks berwarga Negara Singapura yang tetap berpegang teguh kepada
warisan kultular dan agamanya. Selain lembaga dan organisasi, munculnya semangat
keislaman di Singapura adalah didirikannya sekolah yang berbasiskan Islam atau biasa
9
dikenal dengan madrasah. Sampai saat ini di Singapura terdapat 6 buah madrasah Islam di
Singapura,
diantaranya madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah, madrasah Al-Maarif Al-Islamiah,
madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah Aljunied Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-
Islamiah, dan madrasah Wak Tanjong Al-Islamiah.Selain itu di Singapura juga benar-benar
memberikan kebebasan gerak literatur Islam dalam bahasa Inggris, Melayu dan Tamil yaitu
bahasa Muslim India dan kebebasan pergi untuk berhaji, sekitar seribu jamaah setahuannya.
Ada juga pengembangan dalam masyarakatnya,di antara badan-badan yang
menyediakan berbagai pelayanan MENDAKI (Majelis Perkembangan Masyaraka Islam
Singapura ), muncul sebagai organisasi utama, dengan berbagai kegiatan yang menyeluruh ,
dan pendidikan kepada ekonomi. MENDAKI menerima dukungan dan bantuan keuangan
dari pemerintah. Badan ini di tumbuhkan pada tahun 1981 atas usaha ahli-ahli parlemen
Melayu-islam untuk mengatasi kemerosotan orang Melayu, seperti yang di perliatkan pada
tahun 1980. dalam tujuh tahun pertama, mendaki sangat perhatian terhadap soal pendidikan.
Pada tahun 1989, satu seminar diadakan di dewan persidangan singapura, untuk
memutar haluan baru bagi MENDAKI. Perlu ada komitmen sepenuhnya dan usaha. Dengan
komitmen sepenuhnya orang melayu yang kaya atau yang punya kekayaan untuk membantu
saudaranya yang kurang mampu,komitmen dukungan masyarakat terhadap rancangan
MENDAKI, komitmen pemerintah sebagai bukti anda mau bekerja sama mencapai aspirasi
masyarakat anda.” Para peserta seminar dari berbagai masyarakat islam setuju dengan beliau.
Mereka menyokong MENDAKI agar meluaskan kegiatan serta menyususn semula
rancangan-rancangannya dengaan menawarkan lebih banyak program pedidikan. Di sampang
mengajukan kegiatan sosial dan ekonomi. “ sebagian keberhasilan orang melayu-islam dalam
pendidikan adalah di sebabkan oleh Mendaki.
10
bertukar peranan untuk memenuhi kepeluan masyarakat. Ia mulai mengendalikan bengkel
untuk ibu bapak dan pelajar seta rancangan-rancangan pendidikan termasuk aspek-aspek
kemahiran,keibubapaan, pengurusan waktu dan kelas-kelas bahasa.
Islam di Singapura yang masih merupakan etnis minoritas dengan sejarah dan
perjuangannya yang panjang, mampu membangkitkan semangat keislaman mereka dengan
berbagai organisasi dan gerakan-gerakan yang mereka dirikan. Jumlah jamaah haji pertahun
meningkat, populasi umat bertambah, sarana dan prasarana dibangun, sekolah-sekolah Islam
atau madrasah ditingkatkan dan banyak lagi yang lainnya. Semua ditujukan untuk kemajuan
dan semangat umat Muslim di tengah-tengah keminoritasan dalam berwarga negara,
meskipun masih kurang dalam berbagai aspek dan diplat sebagai masyarakat kelas dua.
Semangat, kemauan, kegigihan dan perjuanga mereka sebagai yang minoritas patut kita
contoh dan kita ambil hikmahnya.
11
Johor.Sultan sebagai pemimpin kerajaan dan sekaligus pemimpin agama, dan ber-tanggung
jawab menjunjung tinggi pelaksanaan ajaran agama di wilayah kerajaannya.
Berdasar dari data-data dan keterangan di atas, dapat dipahami bahwa sebenarnya,
Islam telah menjadi perhatian raja Brunei sejak masa lalu. Raja Brunei Brunei justru
mengutus orang Islam dalam misi per- dagangan, dan karena itu maka ketika pedagang Islam
dari Arab datang ke Brunei mendapat sambutan dari masyarakat setempat, selanjutnya setelah
Raja Brunei dikukuhkan menjadi sultan, maka orang Melayu di sana secara luas menerima
Islam. Artinya, bahwa peta perkembangan Islam di Brunei berdasar pada pola top down.
Ahmad M. Sewang merumuskan, pola top down adalah pola pen- erimaan Islam oleh
masyarakat elit, penguasa kerajaan, kemudian disosialisasikan dan berkembang kepada
masyarakat bawah. Di samping top down, ada juga yang disebut bottom up, yakni Islam
diterima ter- lebih dahulu oleh masyarakat lapisan bawah, kemudian berkembang dan
diterima oleh masyarakat lapisan atas, atau elit penguasa kerajaan.12 Oleh karena pola top
down yang menjadi pola Islamisasi di Brunei, praktis agama Islam di Brunei cepat sekali
perkembangannya karena masyarakatnya sangat patuh terhadap raja-raja mereka. Apalagi,
sejarah mencatat bahwa raja-raja Brunei sejak turun-temurun adalah kerajaan Islam.
Adapun raja-raja Brunei yang memerintah sejak resmi didiri- kannya dan menjadikan
Islam sebagai agama resmi kerajaan adalah (1) Sultan Muhammad Shah (1383-1402); (2)
Sultan Ahmad (1408-1425); (3) Sultan Syarif Ali (1425-1432); (4) Sultan Sulaiman (1432-
1485); (5) Sultan Bolkiah (1485-1524); (6) Sultan Abdul Kahar (1524-1530); (7) Sultan
Saiful Rizal (1533-1581); (8) Sultan Shah Brunei (1581-1582); (9) Sultan Muhammad Hasan
(1582-1598); (10) Sultan Abdul Jalilul Akbar (1598-1659); (11) Sultan Abdul Jalilul Jabbar
(1669-1660); (12) Sultan Haji Muhammad Ali (1660-1661); (13) Sultan Abdul Hakkul
Mubin (1661-1673); (14) Sultan Muhyiddin (1673-1690); (15) Sultan Nasruddin (1690-
1710); (16) Sultan Husin Kamaluddin (1710-1730 & 1737-1740); (17) Sultan Muhammad
Alauddin (1730-1737); (18) Sultan Omar Ali, Saifuddien I (1740-1795); (19) Sultan
Muhammad Tajuddin (1795-1804) (1804-1807); (20) Sultan Muhammad Jamalul Alam I
(1804); (21) Sultan Muhammad Kanzul Alam (1807-1826); (22) Sultan Muhammad Alam
(1826-1828); (23) Sultan Omar Ali Saifuddin II (1828-1852); (24) Sultan Abdul Momin
(1852-1885); (25) Sultan Hashim Jalilul Alam Aqama- ddin (1885-1906); (26) Sultan
Muhammad Jamalul Alam II (1906-1924); (27) Sultan Ahmad Tajuddin (1924-1950); (28)
Sultan Omar 'Ali Saifud- dien III (1950-1967); (29) Sultan Haji Hassanal Bolkiah
Mu'izzaddin Waddaulah(1967-sekarang).
Dalam pada itu, Kerajaan Brunei dalam konstitusinya secara tegas menyatakan bahwa
kerajaan tersebut adalah negara Islam,yang beraliran Sunni (Ahl as-Sunnah wa al-Jamaah).14
12
Perkembangan Islam di negara Brunei didukung sepenuhnya oleh pihak pemerintah
kesultanan yang menerapkan konsep kepemimpinan Sunni yang ideal dengan menerapkan
prinsip-prinsip ketatanegaraan dan pemerintahan dalam Islam.
Sejak akhir abad ke-19 sampai ke-20, terlihat perkembangan kehidupan keagamaan
pada masyarakat Brunei yang sangat signifikan, baik pada tingkat kelembagaan maupun
penerapan ide-ide reformis. Perubahan administrasi ketatanegaraan pada abad ini juga besar
andilnya terhadap proses skripturalisasi dan reformasi keagamaan. Karena sultan (raja)
memiliki wewenang penuh dalam bidang agama, sehingga hubungan antara sultan dan agama
menjadi sangat kuat. Dengan demikian, perubahan politik dan dinamika agama yang
dikedepankan pemerintah juga berimbas pada reformasi kehidupan umat beragama.
Dalam abad itu juga status dan institusi-institusi Islam di Brunei tetap mencerminkan
tradisi yang umumnya juga menjadi tradisi kesul- tanan di Semenanjung Melayu. Literatur
yang ada dalam kurun abad tersebut tidak menunjukkan ada gerakan atau kejadian penting
yang dapat merongrong agama. Brunei benar-benar tidak tersentuk kontro- versi keagamaan
yang kadang-kadang terjadi di negara lain di kawasan ini. Ketika Inggris datang pada dalam
masa itu, sebagian besar masyarakat Islam Brunei menghormati Inggris sebagai penyelamat
negara mereka. Di sinilah letak keunikan masyarakat Islam Brunei, sekaligus sebagai indikasi
bahwa Islam di Brunei bisa berkembang tanpa ada hambatan, karena masyarakatnya
menghindari zhu'u zhanny (perangka buruk) yang berlebihan terhadap Inggris, justru dengan
sikap tasamuh (toleran) masyarakat Muslim menyebabkan Brunei benar-benar menjadi darus-
salam (negara yang selamat) dari berbagai goncangan dan malapetaka.
Jadi dipahami bahwa Islam di Brunei dari masa ke masa mengalami perkembangan
dari segala aspeknya, dan perkembangan tersebut ber- mula dari sejarah kedatangan Islam
sampai ke pemerintahan al-Marhum Sultan Haji Omar Ali Saifuddien. Usaha-usaha untuk
mengembangkan Islam diteruskan pula oleh Yang Mulia Paduka Seri Baginda Sultan Haji
Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Wadaulah, Sultan dan yang Di-Pertuan Negara Brunei dengan
wawasan yang lebih luas, jauh dan mantap lagi. Berbagai usaha telah dibuat dan dilaksanakan
termasuk pembinaan masjid, pendidikan agama, pembelajaran al-Qur'an, perundangan Islam
dan banyak lagi dengan hasrat menuju ke arah kegemilangan Islam di Brunei.
Perkembangan Islam di Brunei dapat juga dilihat dari segi kuantitas umat Islam itu
sendiri di sana. Brunei berpenduduk 227.000 jiwa (tahun 1988) dengan kaum Muslim sebagai
mayoritas, Melayu 155.000 jiwa, China pendatang 41.000 jiwa, masyarakat campuran 11.500
jiwa, dan 20.000 dari Eropa dan pekerja dari Asia sekitarnya yang berasal dari Fil- ipina.Pada
tahun 1991 penduduk berjumlah 397.000 jiwa; masyarakat Muslim 64%, Budha 14%, dan
13
Kristen 10%. Data terakhir, tahun 2004 penduduk Brunei berjumlah 443.653 jiwa, dan
tentunya umat Muslim masih tetap menjadi dominan sampai saat sekarang ini.
Salah satu bukti lagi, di samping bukti-bukti lain bahwa Islam di Brunei mengalami
perkembangan yang cukup signifikan di antara negara-negara Muslim lainnya adalah bahwa
selama tahun 1991, bangsa Brunei telah menyelenggarakan dan berpartisipasi dalam ber-
bagai forum Islam regional dan internasional. Misalnya, pada Juni 1991 Brunei menjadi tuan
rumah bagi Pertemuan Komite Eksekutif Dewan Dakwah Islam Asia Tenggara, dan Pasifik
(Regional Islamic Council of Southheast Asia and Pasific atau RISEAP). Pada Oktober 1991,
Sultan menghadiri perayaam menandai pembukaan Festival Budaya Islam di Jakarta. Bulan
Desember, Paduka menghadiri Konvensi Islam OKI yang diselenggarakan di Qatar. Posisi
sentral Islam lagi-lagi diperkuat di bulan September 1992 dengan didirikannya Tabung
Amanah Islam Brunei (TAIB atau dana Amanah Islam Brunei), lembaga Finansial pertama di
Brunei yang dijalankan berdasarkan ajaran syariat Islam.
Aktivitas-aktivitas yang telah disebutkan di atas, tentu berfungsi untuk memperkokoh
pengembangan Islam, dan posisi sentral Islam, baik sebagai komponen penting dalam
ideologi maupun sebagai prinsip yang mengatur kehidupan sehari-hari masyarakat Brunei.
14
Tabel 2: Jumlah penduduk Singapura berdasarkan pemeluk agama
No Agama Persentase
1 Budha 33
2 Kristen 18
3 Islam 17
4 Tanpa agama 15
5 Taois atau khong hu chu 11
6 Hindu 5,1
7 Dan lain-lain 0,9
Dari tabel di atas terlihat bahwa Muslim hanya 15 persen dari seluruh jumlah penduduk,
di mana sekitar 13,4 persen di antaranya adalah etnis Melayu, dan lain-lain sisanya.
Selain itu, bila dilihat dari hubungan negara dan agama, Singapura dikenal sebagai
negara sekular, di mana negara menjadi netral dalam permasalahan agama; tidak mendukung
orang beragama maupun
Enyedi, 2003). Agama menjadi urusan pribadi, pemerintah tidak memiliki hak dan kewajiban
untuk mengatur agama setiap individu. Sekularisme Singapura ini ditegaskan oleh
Kamaludeen, Here is a society that is determined to be a secular state… Hal yang sama juga
disampaikan oleh George Yeo, menteri informasi, komunikasi dan seni: “Singapore ‘s
government is secular, but it is certainly not atheisttic. Pandangan ini menggambarkan
tentang paham sekularisme strategis pemerintah, yang menegaskan bahwa sekular bukan
berarti atheis (tidak bertuhan) karena faktanya lebih dari 80% penduduk Singapura menganut
agama tertentu.
Paham sekularisme pemerintah berimplikasi pada beberapa kebijakan. Misalnya,
suara azan yang berfungsi sebagai pengingat dan pemanggil Muslim untuk mendirikan shalat,
tidak boleh dikumandangkan melalui loud speaker. Alasannya adalah agar non-Muslim yang
mayoritas tidak terganggu. Contoh lain dapat ditunjukkan dari pelarangan memakai jilbab
bagi siswi Muslim di sekolah-sekolah pemerintah. Seperti ditegaskan oleh, PM, Lee Hsien
Loong, kepada warga Muslim; “Hijab was not part of the school uniforms and effectively
banned in institutions of learning. Saat diwawancarai oleh Berita Harian, Malay Newspaper,
15
putra Lee Kuan Yew itu kembali menegaskan bahwa pelarangan jilbab dimaksudkan untuk
memelihara integrasi dan keharmonisan sosial. Jilbab dipandang sebagai simbol agama
tertentu. Mengizinkan Muslimah memakai jilbab di sekolah akan mengganggu integrasi
nasional, karena akan memunculkan persoalan di kalangan siswa lainnya. Larangan yang
sama juga dulu pernah diberlakukan kepada para pegawai Muslimah saat mereka bekerja di
lembaga-lembaga pemerintah seperti rumah sakit.
16
nilai bersama, yang tidak hanya dimiliki oleh bangsa tertentu, tetapi juga merupakan nilai
yang juga diakui dunia.
Pelaksanaan syiar Islam dan dinamikanya di Singapura tak dapat dipisahkan dari
fungsi dan peran penting Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) sebagai lembaga tertinggi
pemerintah untuk urusan agama Islam. Institusi yang setingkat kementerian agama di
Indonesia ini didirikan sejak tanggal 1 Juli 1968 dan memiliki wewenang dan tanggung
jawab atas seluruh aktivitas keagamaan yang berkaitan dengan urusan peribadahan, hukum,
perekonomian, kemasyarakatan, pendidikan, dan kebudayaan Islam. Lebih jelasnya, MUIS
mempunyai tugas dan fungsi utama sebagaimana berikut:
1. Memberi saran kepada presiden dalam masalah- masalah yang berkaitan dengan agama
Islam
2. Mengurusi masalah yang berkaitan dengan agama Islam dan kaum Muslimin, termasuk
urusan haji
3. Mengelola wakaf dan dana kaum Muslimin berdasarkan undang-undang dan amanah.
4. Mengelola pengumpulan zakat, infak, dan sedekah untuk mendukung dan mensyiarkan
agama Islam, atau untuk kepentingan umat Islam.
5. Mengelola semua masjid dan madrasah di Singapura
Singkatnya, kondisi sosio kultural dan sistem politiknya telah mendorong Muslim
Singapura untuk memaksimalkan fungsi institusi pendidikan non-formal seperti masjid,
madrasah, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk menegakkan syiar Islam,
mengembangkan pendidikan Islam, dan melestarikan peradaban Islam.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan diatas adalah sebagai berikut:
a) Masih ada kesamaran mengenai kapan pertama kali Singapura ditemukan. Ada sejumlah
legenda yang berkembang tentang mengapa pulau itu kemudian bernama Singapura. Pernah
pulau itu menjadi wilayah kekuasaan Majapahit, dan pernah pula menjadi vassal Kerajaan
Siam dan Pahang.
b) Penduduk Muslim Singapura terbagi kepada dua golongan, yaitu Muslimpribumi dan
Muslim-migran. Pribumi adalah orang Melayu, sedang migran adalah orang-orang Jawa,
Bugis, Sumatera, Riau, Arab dan India. Dalam perkembangan selanjutnya, peran yang
menonjol dipegang oleh para Muslim-migran. Untuk pembangunan masjid-masjid banyak
dipelopori oleh migran-Arab. Mereke juga punya peran penting dalam penerbitan buku-buku
Islam, terutama sekali buku-buku keagamaan yang bercirikan pemikiran reformis.
c) Peran-peran politik umat Islam di Singapura ternyata juga banyak dipelopori oleh kaum
migran ini. Mengingat keberadaannya sebagai kaum minoritas, umat Islam Singapura lebih
bersikap adaptasionis, melakukan kerjasama yang menguntungkan dengan pemerintah
Singapura.
d) Pada tahap awal proses Islamisasi, Islam diidentikan dengan agamanya orang Melayu.
Dalam hal ini karena Islam menjadi agama yang dianut oleh sultan di Malaka, yang juga
pernah singgah di Singapura ketika lari dari Palembang, dan kemudian mendirikan
kesultanan Malaka dan menjadi Muslim. Identifikasi Melayu dan Sultan ini memberikan
kemungkinan awal dari perkembangan Islam di Singapura
19
DAFTAR PUSTAKA
20