Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Sejarah Perkembangan Dan Dinamika Islam Di Singapura Dan


Brunei Darussalam

Makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah islam dan peradaban melayu
Dosen Pengajar : Dr. Tuti Indriyanti, M.Pd.i

Disusun Oleh:

Zahra mawaddah/201190246
Nur hairunisa/201190255
Fella afwa muntazah muhtar/201190248

Jurusan Pendidikan Agama Islam


Fakultas Trbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi
2019

1
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum wr wb.

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah Mata kuliah Islam Peradaban
Melayu yang berjudul “ Sejarah Perkembangan Dan Dinamika Islam Di Singapura Dan
Brunei Darussalam ”
Sholawat beserta salam kita hadiahkan untuk nabi Muhammad SAW yang mana beliau telah
membawa umatnya dari zaman jahiliyah ke zaman yang berisi ilmu pengetahuan seperti yang
kita rasakan saat ini.
Dan tak lupa pula ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengajar
mata kuliah Islam Dan Peradaban Melayu yaitu ibu Dr. Tuti Indriyanti, M.Pd.i Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kehilafan dan kekurangannya, maka dari itu
kritik dan saran demi penyempurnaan lebih lanjut sangat penulis harapkan. Semoga makalah
ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi yang berminat untuk membacanya.
Amiin

Wassallamualaikum wr.wb

Jambi , September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Negara Singapura..................................................................6-7
2.2 Masuknya Islam Di Singapura...........................................................7-8
2.3 Perkembangan Islam Di Singapura....................................................8-11
2.4 Sejarah awal masuknya dan berkembangnya islam di Brunei Darussalam…..11-14
2.5 Dinamika islam di Singapura…………………………………………14-17
2.6 Dinamika islam di Brunei Darussalam………………………………..17-18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................19
3.2 Kritik dan Saran......................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Islam di Singapura merupakan agama minoritas. Berdasarkan data pada 2008, sekitar
15 persen penduduk Singapura yang jumlahnya 4.839.000 adalah Muslim. Mayoritas
kelompok etnik Melayu di Singapura memeluk Islam. Selain itu,pemeluk Islam meliputi
kelompok etnik India dan Pakistan, juga sejumlah kecilkelompok etnik Cina, Arab, dan
Eurasia. Sekitar 17 persen muslimin Singapura berasal dari kelompok etnik India. Kaum
muslim di Singapura secara tradisi merupakan muslim Sunni yang mengikuti mazhab Syafi’i.
Sebagian muslim Singapura mengikuti mazhab Hanafi. Ada juga kelompok muslim Syiah di
Singapura.
Jumlah penduduk dilihat dari komposisi keagamaannya pada sensus yangsama tahun
1990 adalah sebagai berikut: pengikut Budhha 31.1%; Taoisme 22.4%;Islam 15.3%; Kristen
12.5%; Hindu 3.7% dan agama lain 0.6% (Sharon Siddique,1995:1). Dilihat dari komposisi
keagamaan, etnis Melayu secara mayoritasmerupakan pemeluk agama Islam. Atau bahkan
bisa dikatakan bahwa etnis Melayu berarti Islam.
Komposisi penduduk Melayu yang 14.1% adalah sama dengan 380.600
orang. Dilihat Pendidikan Sekolah Menengah Atas 3.5% dan Pendidikan Tinggi 1.4%.
Sedang apabila dilihat dari komposisi pekerjaannya adalah: Bidang Teknik dan
Professional9.7%; Bidang Administrasi dan Managerial 1.1%; Ulama dan Guru
Agama/ProfesiKeagamaan 15.4%; Sales dan Servis 14.0%: Pertanian dan Nelayan 0.3%;
Produksidan Relasi 13 57% dan lain-lain 2.5%. Mengenai partisipasi kerja antara laki-lakidan
perempuan adalah: laki-laki pekerja 78.3% dan wanita pekerja 47.3% (SharonSiddique,
1995:4). Dalam dua puluh tahun, antara tahun 1970 sampai tahun 1990,menurut Sharon
Siddique, telah terjadi perubahan yang dramatis atas Muslim-Melayu Singapura.

4
1.2 Rumusan Masalah
a. Sejarah Negara Singapura
b. Sejarah masuknya Islam di Singapura
c. Perkembangan Islam di Singapura
d. Sejarah awal masuk dan berkembangnya islam di Brunei Darussalam
e. Dinamika islam di Singapura
f. Dinamika islam di Brunei Darussalam

1.3 Tujuan dan Manfaat


a. Mahasiswa mampu mengetahui Sejarah Negara Singapura
b. Mahasiswa dapat menjelaskan masuknya Islam di Singapura
c. Mengetahui bagaimana perkembangan Islam di Singapura
d. Mengetahui sejarah awal masuk dan berkembangnya islam di brunei Darussalam
e. Mengetahui dinamika islam di singapura
f. Mengetahui dinamika islam di berunei darussalam

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Negara Singapura


Asal usul nama singapura semula bernama Temasik,Tumasik (Jawa), Tamasek (Cina),
sebagai mana di jelaskan dalam kitab Tufat al-Nafis di mana saat itu sultan Singapura di
pimpin oleh Sultan Husein Syah (1819). Ada versi lain, nama asal Singapura, ini muncul
ketika pangeran dari Sumatra bernama Sang Nila Utama singgah di pulau ini tahun 1299 dan
menemukan seekor binatang mirib singa, sehingga pulau ini di sebut Lion City (Kota
Singa). Nila Utama dan rombongan menetap dan membangun wilayah baru tersebut seta
menamai wilayah itu dengan nama “Singapura”. Ada versi lain bahwa nama Singapura
itu adalah dari kata singgah dan pura berarti ( Kota), jadi Singapura Kota Singapura, pada
akhir abad ke 14 simgapura menjadi bagian wilayah kekuasaan Malaka. Sebab Singapura ini
di kuasai oleh Parameswara dan selanjutnya di serahkan ke Majapahit. Akibatnya
Parameswara tersingkir ke Malaka dan mendirikan kerajaan Islam Malaka. Dan Singapura
menjadi bagian kekuasaan sultan Malaka.
Sir Thomas Stamford Raffles mendarat di sebuah pulau lengang di hujung
Semenanjung Tanah Melayu pada 1819, beliau mendapatkan sekumpulan orang laut dan
orang Melayu-Islam diam disitu. Tahun itu mencatat pendirian Singapura modern . sebagai
wakil Syarikat India Timur Inggris, Raffles membuat perjanjian dengan ketua masyarakat
setempat. Perjanjian ini terwujud pada tanggal 30 Januari 1819 untuk menjadikan Singapura
sebagai wilayah yang bisa diatur bersama dalam satu sistem. Kemudian pada tahun 1824,
Sultan Johor dan Tumenggung Abdul Rahman menyerahkan wilayah tersebut kepada Inggris
dengan mendapatkan imbalan ganti rugi. Sejak tahun 1826 Singapura berubah statusnya
menjadi bagian dari Straits-Settlements ( negara-negara selat ) bersama-sama dengan Penang,
Malaka dan Welleslay sebagi wilayah jajahan Inggris. Singapura menjadi koloni Inggris
sampai tahun 1946, karena Straits-Settlements dibubarkan, kemudian Singapura berdiri
sendiri yang bergabung dalam British-Commonwealth. Tahun 1959 konstitusi Singapura
terbentuk dengan pemerintahan sendiri dengan gubernurnya Sir William Goode, dengan
perdana mentri pertamanya yang diangkat pada tanggal 5 Juni 1959 yaitu Lee Kuan Yew.
Sebagai sebuah negara imigran yang era modernnya selalu dihitung sejak Stamford
Raffles menemukan pada tahun 1819, mendapatkan kemerdekaan penuhnya pada 9 Agustus
1965 dan selanjutnya bergabung menjadi salah satu anggota PBB dengan presiden pertama

6
Yusof bin Ishak. Penduduk Negara pulau ini adalah multi etnis. Dari jumlah penduduk
4.131.200 jiwa, etnis China sebanyak 79.7%, Melayu 13.9%, India 7.9%, dan etnis.
Agama dan orang islam pada zaman awal ini amat tertentu, islam telah bertapak di
Asia Tenggara, di sebarkan pada awal abad ke-13 oleh peniaga dan mubaligh Sufi dari
Hadramaut di Yaman dan dari bagian-bagian selatan India. Peniaga cina Islam mungkin juga
telah membantu menyebarkan agama.
Singapura menganut sistem sekuler, di mana pemerintah menerapkan netralitas
terhadap semua agama yang ada. Berdasarkan hasil sensus tahun 2000, diketahui bahwa
penduduk singapura yang berumur di atas 15 tahun menganut beberapa agama, yaitu Budha
42.5%. Islam 14.9%, Kristen 14.6%, Tao 8.5%, Hindu 4.0% dan Agama lain (Yahudi,
Zoroaster,dll 0.6%). Kecuali itu, masih ada sekitar 14.8% yang tidak memiliki atau menganut
agama tertentu.
Tahun 1961 Perdana Mentri Malaya Tun Abdul Rahman, membuat gagasan untuk
membentuk Negara Malaysia yang terdiri dari federasi Malaya, yaitu Singapura, Serawak,
Borneo Utara, dan Brunai, karena ia khawatir jikalau Singapura menjadi basis komunis. Akan
tetapi hal ini menimbulkan konflik dengan Indonesia, terkait dengan perebutan Borneo Utara
yang bergabung dengan Malaysia. Keadaan konflik ini dimanfaatkan oleh Lee Kuan Yew
pada tanggal 9 Agustus 1965 untuk memisahkan Singapura dari Malaysia, dan terbentuklah
Negara baru ditengah-tengah kebudayaan dan etnik Melayu secara umum. Sejak inilah
Singapura menjadi Negara yang paling heterogen dari segi etnik, sekalipun mayoritas
Melayu. Selain Melayu, mereka terdiri dari etnik China, India, dan sedikit Arab.

2.2 Masuknya Islam di Singapura


Pada awal abad pertengahan sampai abat ke 19, penduduk islam bertambah banyak,
hal ini tidak terlepas dari peran seorang mubaligh sufi Hadramaut di Yaman dan dari bagian-
bagian selatan India dan cina yang berdagang ke Singapura. Pada saat itu
Singapura terkenal sebagai tempat yang maju yang di singgahi banyak kapal dari berbagai
bangsa-bangsa lain yang menjadikannya tempat perdagangan. Kemudian pada saat yang
bersamaan, islam pun tumbuh dan berkembang yang di tandai dengan bergolaknya pelbagai
kegiatan.
Islam masuk ke Singapura pada abad ke- 8 karena pada abad tersebut para pedagang muslim
ini telah sampai ke Kanton, China, yang kemungkinan besar akan selalu singgah di pulau-
pulau yang telah berpenduduk di semenanjung tanah Melayu ini. Disamping sebagai
pedagang, para muslim ini tampaknya telah menjadi guru-guru agama serta imam di tengah-
tengah kelompok masyarakat setempat, mereka mengajarkan Al-Qur’an dan mendirikan

7
madrasah-madrasah sehingga orang-orang kampung senang pada kegiatan semacam itu, dan
tidak sedikit dari mereka yang pada akhirnya menikah dan memperistri penduduk setempat.
sehingga terjadilah sebuah keluarga yang berkembang makin waktu kewaktu terus
berkembang. Ada juga dari para pedagang Arab yang membawa istri dan anak-anaknya
tinggal bermukim di sana. Bagi yang belum membawa keluarga setelah dapat ongkos mereka
baru membawa keluarganya . mereka terus menjadi orang Arab- Melayu dan “Jawi
Peranakan “ yang keturunan India Melayu yang tersendiri.
Islam di Singapura disyarkan oleh para ulama dari berbagai bangsa belahan Asia
Tenggara dan benua kecil India yang berdagang ke sana. Seperti Syaikh Ahmad Haminuddun
(Minamgkabau), Syaikh Tuanku Mudo (Aceh), syaikh Ahmad Hminudin, Syaikh Syed
Usman bin Yahya bin Akil (mufti Betawi), Syaikh HabibAli Habsi (Kwitang, Jakarta),
Syaikh Anwar Sribandung (Palembang), syaikh Muhammad Jamil Jaho (Padang Panjang)
dan lain-lain.
Masuknya islam di Singapura boleh di katakana tidak ada hambatan, walaupun ada,
itu magkin hany bagian kecilnya, baik dati segi politik dan birokrasi . muslim di Singapura
mencapai lebih kurang 15% dari jumlah penduduk yaitu, lebihkurang 476.000 orang islam.
Perilaku kehidupan sehari-hari keluarga muslim melayu di Singapura adalah pencerminan
yang sangat kuat dari pengaruh guru-guru agama dan imam-imam masjid. Mereka terbiasa
dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan dan sosial secara kolektif, mayoritas masyarakat
Singapura bermazhab syafi’iyah dan sebagian kecil syi’ah.
Pusat kegiatan islam lebih kurang 80% di mesjid-mesjid yang ada di sana. 1 Juli 1968
di bentuklah MUIS (Majlis Ulama Islam Simgapura) yang mampunyai tanggung jawab besar
atas aktivitas ke agamaan , kesehatan, kesejahteraan, pendidikan, ekonomi, masyakat dan
sejarah kebudayaan islam.

2.3 Perkembangan Islam di Singapura


Sebagai Negara yang berdiri setelah perang dunia II singapura meurpakan Negara
paling Maju di kawasan Asia Tenggara. Singapura memiliki Ekonomi atau Prekonomian
Pasar yang sangat maju, yang secara historis berputar di sekitar perdagangan Interpot
Bersama Hong Kong, Korea Selatan dan Taiwan, Singapura adalah satu dari Macan Asia .
Ekonominya sangat bergantung pada ekspor dan pengolahan barang impor, khususnya di
bidang manufaktur yang mewakili 26% PDB Singapura tahun 2005 dan meliputi sector
elektronik, pengolahan minyak Bumi, bahan kimia, teknik mekanik dan ilmu biomedis.
Tahun 2006, Singapura memproduksi sekitar 10% keluaran Waferwafer dunia. Singapura
memiliki salah satu dari pelabuhan tersibuk di Dunia dan merupakan pusat pertukaran mata

8
uang asing terbesar keempat di dunia setelah London, New York dan Tokyo. Bank
Dunia,menempatkan Singapura pada peringkat hub logistik teratas dunia. Namun demikian
ditengah kemajuan Singapura sebagai sebuah negara yang menjadi sentral perdaganagan Asia
Tenggara dan memiliki perjalanan panjang mengenai perjumpaan dengan Islam.
Populasi etnis Muslim yang didominasi orang Melayu di Singapura sangatlah sedikit
dibandingkan dengan etnis Cina. Ada dua faktor yang memungkinkan terjadinya masayarakat
Islam minoritas, Pertama, mereka terbentuk akibat migrasi ke negara-negara dan kawasan
yang telah memiliki pemerintahan dan sistem nasional yang kokoh. Kedua, terjadi karena
perubahan dan perkembangan geografis dan politik.
Umat Muslim di Singapura kurang maju dibandingkan dengan golongan penduduk
lain di semua bidang. Di Bidang Pendidikan, jumlah lulusan universitas hanya 2,5% dari
jumlah seluruh lulusan. Persentase Muslim dalam profesi dan jabatan tinggi juga sangat
rendah dari rata-rata nasional mereka. Namun, pemerintah biasanya mempunyai satu utusan
seorang Muslim dalam kabinet. Sebagian Muslim mempunyai kedudukan tinggi di bidang
hukum dan universitas. Adapun secara ekonomi, Muslim Singapura berada di antara yang
paling miskin. Pemuda-pemuda Muslim menghadapi banyak kesulitan dalam mencari
pekerjaan. Hanya sebagian kecil diantara mereka yag dipanggil untuk dinas militer nasional.
Munculnya semangat keislaman di singapura, tidak luput dari adanya gerakan yang didirikan
oleh umat Muslim dan peranan pemerintah baru Singapura. Hal itu ditunjukan dengan
membentuk Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) dengan berdasarkan akta Pentadbiran
Hukum Islam (The Administration of Muslim Law Act) pada tanggal 17 Agustus 1966 oleh
parlemen Singapura.MUIS merupakan badan resmi Islam di Singapura yang mengurus
masalah keagamaan dan masyarakat Islam. Sebelum MUIS didirikan, pada tahun 1932 umat
Muslim Singapura telah mendirikan sebuah organisasi yaitu Masyarakat Dakwah Muslim.
Organisasi ini mendirikan Pusat Islam King Faisal Memorial Hall. Selain itu, organisasi ini
juga mengadakan klinik pengobatan dan pusat hukum. Organisasi Muslim penting lainnya
adalah Masyarakat Muslim Mualaf (Dar-ul-Arqam) yang merupakan organisasi dakwah
utama di Singapura dan mengurus serta membawa Islam lebih dari 8.000 orang sejak tahun
1982. Pada Oktober 1991 didirikan sebuah lembaga yang dikembangkan secara swadaya oleh
masyaakat, yaitu Association of Muslim Profesional (AMP) yang mencita-citakan munculnya
modal masyarakat minoritas Muslim dalam pengembangan diri secara dinamis dan penuh
percaya diri dalam konteks berwarga Negara Singapura yang tetap berpegang teguh kepada
warisan kultular dan agamanya. Selain lembaga dan organisasi, munculnya semangat
keislaman di Singapura adalah didirikannya sekolah yang berbasiskan Islam atau biasa

9
dikenal dengan madrasah. Sampai saat ini di Singapura terdapat 6 buah madrasah Islam di
Singapura,
diantaranya madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah, madrasah Al-Maarif Al-Islamiah,
madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah Aljunied Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-
Islamiah, dan madrasah Wak Tanjong Al-Islamiah.Selain itu di Singapura juga benar-benar
memberikan kebebasan gerak literatur Islam dalam bahasa Inggris, Melayu dan Tamil yaitu
bahasa Muslim India dan kebebasan pergi untuk berhaji, sekitar seribu jamaah setahuannya.
Ada juga pengembangan dalam masyarakatnya,di antara badan-badan yang
menyediakan berbagai pelayanan MENDAKI (Majelis Perkembangan Masyaraka Islam
Singapura ), muncul sebagai organisasi utama, dengan berbagai kegiatan yang menyeluruh ,
dan pendidikan kepada ekonomi. MENDAKI menerima dukungan dan bantuan keuangan
dari pemerintah. Badan ini di tumbuhkan pada tahun 1981 atas usaha ahli-ahli parlemen
Melayu-islam untuk mengatasi kemerosotan orang Melayu, seperti yang di perliatkan pada
tahun 1980. dalam tujuh tahun pertama, mendaki sangat perhatian terhadap soal pendidikan.
Pada tahun 1989, satu seminar diadakan di dewan persidangan singapura, untuk
memutar haluan baru bagi MENDAKI. Perlu ada komitmen sepenuhnya dan usaha. Dengan
komitmen sepenuhnya orang melayu yang kaya atau yang punya kekayaan untuk membantu
saudaranya yang kurang mampu,komitmen dukungan masyarakat terhadap rancangan
MENDAKI, komitmen pemerintah sebagai bukti anda mau bekerja sama mencapai aspirasi
masyarakat anda.” Para peserta seminar dari berbagai masyarakat islam setuju dengan beliau.
Mereka menyokong MENDAKI agar meluaskan kegiatan serta menyususn semula
rancangan-rancangannya dengaan menawarkan lebih banyak program pedidikan. Di sampang
mengajukan kegiatan sosial dan ekonomi. “ sebagian keberhasilan orang melayu-islam dalam
pendidikan adalah di sebabkan oleh Mendaki.

Kerap di anggap pesaing mendaki,ampdengansegera menyiapkan berbagai rancangan


dari pada bersipat pendidikan kepada kauseling untuk keluarga serta individu dan program-
program latihan bagi para pekerja. Pada awal tahun 1994, AMP mendirikan pusat latihan
untuk meningkatkan kemahiran pekerja melayu islam. Dan kemajuan kemahiran pemerintah
telah menyumbang lebih $2 juta dalam usia ini. Dalam masa tiga tahun akan datang kira-kira
6,600 orang pekerja islam akan menjalani latihan. AMP juga giat dalam usaha niaga, ia
mendirikan sarikat pemegangan untuk kegiatan perdagangan dan pembangunan di rantau ini.
Sebuah lagi badan melayu sosial islam ialah taman bacaan pemuda pemudi melayu
singapura,didirikan tahun 1959 untuk memupuk minat terhadap kesastraan dengan
meminjamkan jurnal dan buku kepadaahli-ahlinya. Beberapa tahun kemudian taman bacaan

10
bertukar peranan untuk memenuhi kepeluan masyarakat. Ia mulai mengendalikan bengkel
untuk ibu bapak dan pelajar seta rancangan-rancangan pendidikan termasuk aspek-aspek
kemahiran,keibubapaan, pengurusan waktu dan kelas-kelas bahasa.
Islam di Singapura yang masih merupakan etnis minoritas dengan sejarah dan
perjuangannya yang panjang, mampu membangkitkan semangat keislaman mereka dengan
berbagai organisasi dan gerakan-gerakan yang mereka dirikan. Jumlah jamaah haji pertahun
meningkat, populasi umat bertambah, sarana dan prasarana dibangun, sekolah-sekolah Islam
atau madrasah ditingkatkan dan banyak lagi yang lainnya. Semua ditujukan untuk kemajuan
dan semangat umat Muslim di tengah-tengah keminoritasan dalam berwarga negara,
meskipun masih kurang dalam berbagai aspek dan diplat sebagai masyarakat kelas dua.
Semangat, kemauan, kegigihan dan perjuanga mereka sebagai yang minoritas patut kita
contoh dan kita ambil hikmahnya.

2.4 Sejarah Awal Masuk dan Berkembangnya Islam di Brunei


Ditemukan beragam versi dan pendapat tentang sejarah awal mas- uknya Islam di
Brunei. Azyumardi Azra menulis bahwa sejak tahun 977 Kerajaan Borneo (Brunei) telah
mengutus P'u Ali ke Istana Cina. P'u Ali yang dimaksud adalah pedagang Muslim yang nama
sebenarnya adalah Abu 'Ali. Pada tahun yang sama, diutus lagi tiga duta ke Istana Sung, salah
seorang di antaranya bernama Abu 'Abdullah.Dari segi namanya saja, sudah jelas bahwa
kedua orang yang diutus tadi adalah orang Islam. Namun tidak ditemukan data lebih lanjut
tentang asal usul utusan tersebut, apakah dia orang pribumi Melayu asli sekaligus pendakwah
Islam, atau pedagang Muslim dari luar (Hadramaut atau Yaman) dan tinggal di Brunei
kemudian diutus ke China untuk misi perdagangan. Sebab, sebagaimana yang telah
disinggung, Kerajaan Brunei pada awalnya adalah pusat perdagangan orang-orang China.
Versi lain menerangkan bahwa sekitar abad ke-7 pedagang Arab dan sekaligus
sebagai pendakwah penyebar Islam telah datang ke Brunei. Kedatangan Islam di Brunei,
melegatimasikan bagi rakyat Brunei untuk menikmati Islam yang tersusun dari adat dan
terhindar dari akidah tauhid.10 Maksudnya, adat dan atau tradisi yang telah menjadi anutan
masyarakat tetap dijalankan selama dapat memperkaya khazanah ke-islaman.Karenaitu,
sampai sekarang secara jelas terlihat pengamalan ajaran Islam di sana beralkulturasi dengan
adat,misalnya dalam acara pesta dilaksanakan berdasarkan syariat Islam, tanpa mengabaikan
tradisi setempat.
Kemudian dalam ensiklopedi Oxford yang ditulis dan diedit John L. Esposito, seorang
pakar Islam dari kalangan orientalis dinyatakannya bahwa orang Melayu Brunei menerima
Islam pada abad ke-14 atau ke-15 setelah pemimpin mereka diangkat menjadi Sultan

11
Johor.Sultan sebagai pemimpin kerajaan dan sekaligus pemimpin agama, dan ber-tanggung
jawab menjunjung tinggi pelaksanaan ajaran agama di wilayah kerajaannya.
Berdasar dari data-data dan keterangan di atas, dapat dipahami bahwa sebenarnya,
Islam telah menjadi perhatian raja Brunei sejak masa lalu. Raja Brunei Brunei justru
mengutus orang Islam dalam misi per- dagangan, dan karena itu maka ketika pedagang Islam
dari Arab datang ke Brunei mendapat sambutan dari masyarakat setempat, selanjutnya setelah
Raja Brunei dikukuhkan menjadi sultan, maka orang Melayu di sana secara luas menerima
Islam. Artinya, bahwa peta perkembangan Islam di Brunei berdasar pada pola top down.
Ahmad M. Sewang merumuskan, pola top down adalah pola pen- erimaan Islam oleh
masyarakat elit, penguasa kerajaan, kemudian disosialisasikan dan berkembang kepada
masyarakat bawah. Di samping top down, ada juga yang disebut bottom up, yakni Islam
diterima ter- lebih dahulu oleh masyarakat lapisan bawah, kemudian berkembang dan
diterima oleh masyarakat lapisan atas, atau elit penguasa kerajaan.12 Oleh karena pola top
down yang menjadi pola Islamisasi di Brunei, praktis agama Islam di Brunei cepat sekali
perkembangannya karena masyarakatnya sangat patuh terhadap raja-raja mereka. Apalagi,
sejarah mencatat bahwa raja-raja Brunei sejak turun-temurun adalah kerajaan Islam.
Adapun raja-raja Brunei yang memerintah sejak resmi didiri- kannya dan menjadikan
Islam sebagai agama resmi kerajaan adalah (1) Sultan Muhammad Shah (1383-1402); (2)
Sultan Ahmad (1408-1425); (3) Sultan Syarif Ali (1425-1432); (4) Sultan Sulaiman (1432-
1485); (5) Sultan Bolkiah (1485-1524); (6) Sultan Abdul Kahar (1524-1530); (7) Sultan
Saiful Rizal (1533-1581); (8) Sultan Shah Brunei (1581-1582); (9) Sultan Muhammad Hasan
(1582-1598); (10) Sultan Abdul Jalilul Akbar (1598-1659); (11) Sultan Abdul Jalilul Jabbar
(1669-1660); (12) Sultan Haji Muhammad Ali (1660-1661); (13) Sultan Abdul Hakkul
Mubin (1661-1673); (14) Sultan Muhyiddin (1673-1690); (15) Sultan Nasruddin (1690-
1710); (16) Sultan Husin Kamaluddin (1710-1730 & 1737-1740); (17) Sultan Muhammad
Alauddin (1730-1737); (18) Sultan Omar Ali, Saifuddien I (1740-1795); (19) Sultan
Muhammad Tajuddin (1795-1804) (1804-1807); (20) Sultan Muhammad Jamalul Alam I
(1804); (21) Sultan Muhammad Kanzul Alam (1807-1826); (22) Sultan Muhammad Alam
(1826-1828); (23) Sultan Omar Ali Saifuddin II (1828-1852); (24) Sultan Abdul Momin
(1852-1885); (25) Sultan Hashim Jalilul Alam Aqama- ddin (1885-1906); (26) Sultan
Muhammad Jamalul Alam II (1906-1924); (27) Sultan Ahmad Tajuddin (1924-1950); (28)
Sultan Omar 'Ali Saifud- dien III (1950-1967); (29) Sultan Haji Hassanal Bolkiah
Mu'izzaddin Waddaulah(1967-sekarang).
Dalam pada itu, Kerajaan Brunei dalam konstitusinya secara tegas menyatakan bahwa
kerajaan tersebut adalah negara Islam,yang beraliran Sunni (Ahl as-Sunnah wa al-Jamaah).14

12
Perkembangan Islam di negara Brunei didukung sepenuhnya oleh pihak pemerintah
kesultanan yang menerapkan konsep kepemimpinan Sunni yang ideal dengan menerapkan
prinsip-prinsip ketatanegaraan dan pemerintahan dalam Islam.
Sejak akhir abad ke-19 sampai ke-20, terlihat perkembangan kehidupan keagamaan
pada masyarakat Brunei yang sangat signifikan, baik pada tingkat kelembagaan maupun
penerapan ide-ide reformis. Perubahan administrasi ketatanegaraan pada abad ini juga besar
andilnya terhadap proses skripturalisasi dan reformasi keagamaan. Karena sultan (raja)
memiliki wewenang penuh dalam bidang agama, sehingga hubungan antara sultan dan agama
menjadi sangat kuat. Dengan demikian, perubahan politik dan dinamika agama yang
dikedepankan pemerintah juga berimbas pada reformasi kehidupan umat beragama.
Dalam abad itu juga status dan institusi-institusi Islam di Brunei tetap mencerminkan
tradisi yang umumnya juga menjadi tradisi kesul- tanan di Semenanjung Melayu. Literatur
yang ada dalam kurun abad tersebut tidak menunjukkan ada gerakan atau kejadian penting
yang dapat merongrong agama. Brunei benar-benar tidak tersentuk kontro- versi keagamaan
yang kadang-kadang terjadi di negara lain di kawasan ini. Ketika Inggris datang pada dalam
masa itu, sebagian besar masyarakat Islam Brunei menghormati Inggris sebagai penyelamat
negara mereka. Di sinilah letak keunikan masyarakat Islam Brunei, sekaligus sebagai indikasi
bahwa Islam di Brunei bisa berkembang tanpa ada hambatan, karena masyarakatnya
menghindari zhu'u zhanny (perangka buruk) yang berlebihan terhadap Inggris, justru dengan
sikap tasamuh (toleran) masyarakat Muslim menyebabkan Brunei benar-benar menjadi darus-
salam (negara yang selamat) dari berbagai goncangan dan malapetaka.
Jadi dipahami bahwa Islam di Brunei dari masa ke masa mengalami perkembangan
dari segala aspeknya, dan perkembangan tersebut ber- mula dari sejarah kedatangan Islam
sampai ke pemerintahan al-Marhum Sultan Haji Omar Ali Saifuddien. Usaha-usaha untuk
mengembangkan Islam diteruskan pula oleh Yang Mulia Paduka Seri Baginda Sultan Haji
Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Wadaulah, Sultan dan yang Di-Pertuan Negara Brunei dengan
wawasan yang lebih luas, jauh dan mantap lagi. Berbagai usaha telah dibuat dan dilaksanakan
termasuk pembinaan masjid, pendidikan agama, pembelajaran al-Qur'an, perundangan Islam
dan banyak lagi dengan hasrat menuju ke arah kegemilangan Islam di Brunei.
Perkembangan Islam di Brunei dapat juga dilihat dari segi kuantitas umat Islam itu
sendiri di sana. Brunei berpenduduk 227.000 jiwa (tahun 1988) dengan kaum Muslim sebagai
mayoritas, Melayu 155.000 jiwa, China pendatang 41.000 jiwa, masyarakat campuran 11.500
jiwa, dan 20.000 dari Eropa dan pekerja dari Asia sekitarnya yang berasal dari Fil- ipina.Pada
tahun 1991 penduduk berjumlah 397.000 jiwa; masyarakat Muslim 64%, Budha 14%, dan

13
Kristen 10%. Data terakhir, tahun 2004 penduduk Brunei berjumlah 443.653 jiwa, dan
tentunya umat Muslim masih tetap menjadi dominan sampai saat sekarang ini.
Salah satu bukti lagi, di samping bukti-bukti lain bahwa Islam di Brunei mengalami
perkembangan yang cukup signifikan di antara negara-negara Muslim lainnya adalah bahwa
selama tahun 1991, bangsa Brunei telah menyelenggarakan dan berpartisipasi dalam ber-
bagai forum Islam regional dan internasional. Misalnya, pada Juni 1991 Brunei menjadi tuan
rumah bagi Pertemuan Komite Eksekutif Dewan Dakwah Islam Asia Tenggara, dan Pasifik
(Regional Islamic Council of Southheast Asia and Pasific atau RISEAP). Pada Oktober 1991,
Sultan menghadiri perayaam menandai pembukaan Festival Budaya Islam di Jakarta. Bulan
Desember, Paduka menghadiri Konvensi Islam OKI yang diselenggarakan di Qatar. Posisi
sentral Islam lagi-lagi diperkuat di bulan September 1992 dengan didirikannya Tabung
Amanah Islam Brunei (TAIB atau dana Amanah Islam Brunei), lembaga Finansial pertama di
Brunei yang dijalankan berdasarkan ajaran syariat Islam.
Aktivitas-aktivitas yang telah disebutkan di atas, tentu berfungsi untuk memperkokoh
pengembangan Islam, dan posisi sentral Islam, baik sebagai komponen penting dalam
ideologi maupun sebagai prinsip yang mengatur kehidupan sehari-hari masyarakat Brunei.

2.5 Dinamika islam di Singapura


Muslim Singapura–secara politis–tergolong minoritas yang hidup di tengah
masyarakat plural dan multi-kultural (Suzaina Kadir, 2004). Sejak kolonialisasi Inggris,
keragaman etnis, budaya, dan agama semakin tampak jelas di negara ini sebagai konsekuensi
dari lajunya arus migrasi terutama dari etnis Cina (Hefner, 2001). Selain itu, arus modernisasi
dan pembangunan yang begitu pesat serta ekonomi global modern yang berlangsung di
negara ini memerlukan tenaga kerja yang handal dan profesional di bidangnya. Hal ini
menjadi salah satu faktor penyebab lajunya arus migrasi tenaga kerja dari berbagai belahan
dunia ke negara ini, sehingga semakin menambah keragaman etnis, budaya, dan agama
(pluralitas dan multi-kultural) warga Singapura sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1: Persentase jumlah penduduk Singapura berdasarkan etnis
No Etnis Persentase
1 Cina 74,1
2 Melayu 13,4
3 India 9,2
4 Pakistan,arab,dll 3,3

14
Tabel 2: Jumlah penduduk Singapura berdasarkan pemeluk agama
No Agama Persentase
1 Budha 33
2 Kristen 18
3 Islam 17
4 Tanpa agama 15
5 Taois atau khong hu chu 11
6 Hindu 5,1
7 Dan lain-lain 0,9

Sumber: Singapore Department of Statistics, Pers Release: Census of population


2010: Statistical Release on Demographic Characteristics, Education, Language and
Religion.

Dari tabel di atas terlihat bahwa Muslim hanya 15 persen dari seluruh jumlah penduduk,
di mana sekitar 13,4 persen di antaranya adalah etnis Melayu, dan lain-lain sisanya.
Selain itu, bila dilihat dari hubungan negara dan agama, Singapura dikenal sebagai
negara sekular, di mana negara menjadi netral dalam permasalahan agama; tidak mendukung
orang beragama maupun
Enyedi, 2003). Agama menjadi urusan pribadi, pemerintah tidak memiliki hak dan kewajiban
untuk mengatur agama setiap individu. Sekularisme Singapura ini ditegaskan oleh
Kamaludeen, Here is a society that is determined to be a secular state… Hal yang sama juga
disampaikan oleh George Yeo, menteri informasi, komunikasi dan seni: “Singapore ‘s
government is secular, but it is certainly not atheisttic. Pandangan ini menggambarkan
tentang paham sekularisme strategis pemerintah, yang menegaskan bahwa sekular bukan
berarti atheis (tidak bertuhan) karena faktanya lebih dari 80% penduduk Singapura menganut
agama tertentu.
Paham sekularisme pemerintah berimplikasi pada beberapa kebijakan. Misalnya,
suara azan yang berfungsi sebagai pengingat dan pemanggil Muslim untuk mendirikan shalat,
tidak boleh dikumandangkan melalui loud speaker. Alasannya adalah agar non-Muslim yang
mayoritas tidak terganggu. Contoh lain dapat ditunjukkan dari pelarangan memakai jilbab
bagi siswi Muslim di sekolah-sekolah pemerintah. Seperti ditegaskan oleh, PM, Lee Hsien
Loong, kepada warga Muslim; “Hijab was not part of the school uniforms and effectively
banned in institutions of learning. Saat diwawancarai oleh Berita Harian, Malay Newspaper,
15
putra Lee Kuan Yew itu kembali menegaskan bahwa pelarangan jilbab dimaksudkan untuk
memelihara integrasi dan keharmonisan sosial. Jilbab dipandang sebagai simbol agama
tertentu. Mengizinkan Muslimah memakai jilbab di sekolah akan mengganggu integrasi
nasional, karena akan memunculkan persoalan di kalangan siswa lainnya. Larangan yang
sama juga dulu pernah diberlakukan kepada para pegawai Muslimah saat mereka bekerja di
lembaga-lembaga pemerintah seperti rumah sakit.

Masyarakat plural dan multikultural ditandai oleh keanekaragaman kelompok sosial


dalam masyarakat. Perbedaan etnis, agama, pola pikir, warna kulit, dan bahasa adalah
contoh-contoh keanekaragaman kelompok sosial dalam masyarakat multikultural. Seperti
dikemukakan oleh Furnival (1994), plural sosiety is a society that comprise two or more
elements or social orders which live side by side, yet without mingling in one political unit”.
Kondisi semacam ini pula yang terdapat di negara Singapura sebagai dampak migrasi global
(Tourres, 2003), seperti digambarkan oleh Kamaludeen (2010): “global migration makes
modern societies more complex in terms of religion and ethnicity”.

Tak dapat dipungkiri bahwa keanekaragaman dan perbedaan–termasuk perbedaan


agama–menjadi salah satu pembatas antar warga dalam kehidupan sosial. Sepanjang sejarah,
agama dapat memberi kontribusi positif bagi masyarakat dengan memupuk persaudaraan dan
semangat kerjasama. Namun di sisi
masyarakat beragama bila tidak dapat mengelolanya dengan baik. Untuk itu, menurut
Azyumardi Azra: “kehidupan multikultural memang mengharuskan adanya tolak angsur-
toleransi dan kemampuan adaptasi dan integrasi dengan seluruh lapisan masyarakat tanpa
mengurangi makna agama dan tradisi masyarakat tertentu.”
Secara historis, kehidupan multikultural bukanlah sesuatu yang baru bagi kaum
Muslim. Sejak masa awal Islam dan lebih khusus lagi pada masa pasca al-Khulafa al-
Rasyidun, pertumbuhan kaum Muslim yang begitu cepat di berbagai wilayah dunia sekaligus
merupakan pertemuan yang melibatkan berkat kehadiran Islam dan kaum Muslim juga kian
multikultural. Realitas ini terlihat kian jelas ketika kekuasaan politik yang melintasi berbagai
wilayah budaya berada di tangan kaum Muslimin sejak Dinasti Umaiyah, Abbasiyah di
Baghdad dan Andalusia, Usmani, Moghul (Amin, 1975; Hasan, t.th.) dan seterusnya sampai
ke Asia Tenggara.Secara teologis, agama senantiasa mengajarkan toleransi, keadilan,
perdamaian dan saling menghargai (justice, peace and mutual respect). Ini adalah etika
universal yang merupakan bagian dari gagasan multikulturalisme. Etika tersebut merupakan

16
nilai bersama, yang tidak hanya dimiliki oleh bangsa tertentu, tetapi juga merupakan nilai
yang juga diakui dunia.
Pelaksanaan syiar Islam dan dinamikanya di Singapura tak dapat dipisahkan dari
fungsi dan peran penting Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) sebagai lembaga tertinggi
pemerintah untuk urusan agama Islam. Institusi yang setingkat kementerian agama di
Indonesia ini didirikan sejak tanggal 1 Juli 1968 dan memiliki wewenang dan tanggung
jawab atas seluruh aktivitas keagamaan yang berkaitan dengan urusan peribadahan, hukum,
perekonomian, kemasyarakatan, pendidikan, dan kebudayaan Islam. Lebih jelasnya, MUIS
mempunyai tugas dan fungsi utama sebagaimana berikut:
1. Memberi saran kepada presiden dalam masalah- masalah yang berkaitan dengan agama
Islam
2. Mengurusi masalah yang berkaitan dengan agama Islam dan kaum Muslimin, termasuk
urusan haji
3. Mengelola wakaf dan dana kaum Muslimin berdasarkan undang-undang dan amanah.
4. Mengelola pengumpulan zakat, infak, dan sedekah untuk mendukung dan mensyiarkan
agama Islam, atau untuk kepentingan umat Islam.
5. Mengelola semua masjid dan madrasah di Singapura
Singkatnya, kondisi sosio kultural dan sistem politiknya telah mendorong Muslim
Singapura untuk memaksimalkan fungsi institusi pendidikan non-formal seperti masjid,
madrasah, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk menegakkan syiar Islam,
mengembangkan pendidikan Islam, dan melestarikan peradaban Islam.

2.6 Dinamika Islam Di Brunei Darussalam


Kerajaan Brunei Darussalam adalah negara yang memiliki corak
pemerintahan monarki absolut dengan Sultan yang menjabat sebagai Kepala Negara dan
Kepala Pemerintahan, merangkap seagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan dengan
dibantu oleh Dewan Penasihat Kesultanan dan beberapa Menteri. Sultan Hassanal
Bolkiah yang gelarnya diturunkan dalam wangsa yang sama sejak abad ke-15, ialah kepala
negara serta pemerintahan Brunei. Baginda dinasihati oleh beberapa majelis dan sebuah
kabinet menteri, walaupun baginda secara berkesan merupakan pemerintah
tertinggi. Media amat memihak kerajaan, dan kerabat kerajaan melestarikan status yang
dihormati di dalam negeri.
Brunei tidak memiliki dewan legislatif, namun pada bulan September 2000, Sultan
bersidang untuk menentukan Parlemen yang tidak pernah diadakan lagi sejak tahun 1984.
Parlemen ini tidak mempunyai kuasa selain menasihati sultan. Disebabkan oleh pemerintahan
mutlak Sultan, Brunei menjadi salah satu negara yang paling stabil dari segi politik di Asia.
Pertahanan Keamanan Brunei mengandalkan perjanjian pertahanan dengan Inggris di
mana terdapat pasukan Gurkha yang terutama ditempatkan di Seria. Jumlah pertahanan
keamanannya lebih kecil bila dibandingkan dengan kekayaannya dan negara negara tetangga.
Secara teori, Brunei berada di bawah pemerintahan militer sejak pemberontakan yang terjadi
17
pada awal dekad 1960-an. Pemberontakan itu dihancurkan oleh laskar-laskar Britania
Raya dari Singapura.
Brunei memiliki dengan hubungan luar negeri terutama dengan negara
negara ASEAN dan negara negara lain serta ikut serta sebagai anggota PBB. Kesultanan ini
juga terlibat konflik Kepulauan Spratly yang melibatkan hampir semua negara ASEAN
(kecuali Indonesia, Kamboja, Laos dan Myanmar), RRC dan Republik Cina. Selain itu
terlibat konflik perbatasan laut dengan Malaysia terutama masalah daerah yang
menghasilkan minyak dan gas bumi. Brunei menuntut wilayah di Sarawak, seperti Limbang.
Banyak pulau kecil yang terletak di antara Brunei dan Labuan, termasuk Pulau Kuraman,
telah dipertikaikan oleh Brunei dan Malaysia. Bagaimanapun, pulau-pulau ini diakui sebagai
sebagian Malaysia di tingkat internasional.
Kesultanan Brunei Darussalam mempunyai sejarah yang cukup panjang. Secara
kultural, hukum yang berlaku di Brunei Darussalam tidak jauh berbeda dengan tetangganya
Malaysia, karena keduanya memang mempunyai akar budaya yang sama. Meskipun sejak
1888 – 1984 Brunei menjadi negara protektorat Inggris, namun hal tersebut tidak
menyebabkan hukum Islam tidak berlaku di Brunei Darussalam. Sikap Inggris terhadap Islam
sangat berbeda dengan sikap Belanda, terutama terhadap penduduk negeri jajahannya.
Kalaupun Inggris ikut campur tangan, yang mereka lakukan adalah menempatkan Islam di
bawah wewenang para Sultan, sehingga agama menjadi kekuatan yang konservatif.
Pola hukum Islam yang dianut oleh penduduk Brunei lebih banyak dipengaruhi oleh
mazhab Syafii. Sistem Hukum dan Pengadilan mereka lebih banyak dipengaruhi oleh hukum
adat Inggris Sampai dekade sekarang ini sistem hukumnya, kecuali hukum-hukum agama
Islam, masih didominasi oleh sistem hukum Inggris. Bahkan Mahkamah Agung/Hakim
Agungnya masih dirangkap oleh Mahkamah Agung/Hakim Agung Hongkong. Hukum
Perdata Islam bagaimanapun juga dapat terhindar dari upaya modernisasi (bacawestern isa
si).
Pengadilan Syariah (Mahkamah Qadi) secara tradisional mengurus masalah- masalah
perdata Islam (perkawinan, perceraian, hubungan keluarga, amanah masyarakat, nafkah dsb)
berdasarkan mazhab Syafii. Sistem ini tetap dipertahankan sebagai pranata hukum dan politik
Sultan.Sejak tahun 1898 setidak-tidaknya telah terjadi 6 kali perubahan (penyempurnaan)
peraturan perundang-undangan yang mengatur kehidupan keagamaan masyarakat Brunei
Darussalam, yaitu Undang- Undang tahun 1898, 1955, 1956, 1957, 1960, 1961 dan 1967. Hal
ini secara sepintas mengesankan adanya dinamika dalam kehidupan hukum Islam di Brunei
Darussalam. Hanya saja seberapa jauh dinamika itu terjadi perlu mendapat kajian lebih lanjut
dan lebih mendalam.
Kesan adanya dinamika tersebut, ternyata sifatnya lebih konservatif. Hal ini disebabkan oleh
kultur masyarakat Melayu (Brunei), terutama struktur kelas masyarakat tidak mengalami
perubahan secara tajam. Jika perubahan struktur masyarakatnya terjadi secara tajam, tentu
saja akan memberikan interpretasi yang lebih progresif terehadap Islam di Brunei.
Persoalannya semakin menarik untuk dikaji, apakah dinamika itu terjadi sebagai akibat
perubahan yang terjadi dalam masyarakat, ataukah sesungguhnya terjadi sebagai akibat
terjadinya perubahan kebijakan politik Sultan.
Lebih lanjut dapat juga dicermati apakah dinamika itu terjadi masih dalam ruang lingkup
mazhab Syafii, ataukah sudah keluar dari mazhab Syafii atau bahkan mungkin telah
menggunakan model-model pembaharuan yang dilakukan oleh dunia muslim pada umumnya
yaitu dengan mengadopsi perundang-undangan Barat.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan diatas adalah sebagai berikut:
a) Masih ada kesamaran mengenai kapan pertama kali Singapura ditemukan. Ada sejumlah
legenda yang berkembang tentang mengapa pulau itu kemudian bernama Singapura. Pernah
pulau itu menjadi wilayah kekuasaan Majapahit, dan pernah pula menjadi vassal Kerajaan
Siam dan Pahang.
b) Penduduk Muslim Singapura terbagi kepada dua golongan, yaitu Muslimpribumi dan
Muslim-migran. Pribumi adalah orang Melayu, sedang migran adalah orang-orang Jawa,
Bugis, Sumatera, Riau, Arab dan India. Dalam perkembangan selanjutnya, peran yang
menonjol dipegang oleh para Muslim-migran. Untuk pembangunan masjid-masjid banyak
dipelopori oleh migran-Arab. Mereke juga punya peran penting dalam penerbitan buku-buku
Islam, terutama sekali buku-buku keagamaan yang bercirikan pemikiran reformis.
c) Peran-peran politik umat Islam di Singapura ternyata juga banyak dipelopori oleh kaum
migran ini. Mengingat keberadaannya sebagai kaum minoritas, umat Islam Singapura lebih
bersikap adaptasionis, melakukan kerjasama yang menguntungkan dengan pemerintah
Singapura.
d) Pada tahap awal proses Islamisasi, Islam diidentikan dengan agamanya orang Melayu.
Dalam hal ini karena Islam menjadi agama yang dianut oleh sultan di Malaka, yang juga
pernah singgah di Singapura ketika lari dari Palembang, dan kemudian mendirikan
kesultanan Malaka dan menjadi Muslim. Identifikasi Melayu dan Sultan ini memberikan
kemungkinan awal dari perkembangan Islam di Singapura

3.2 Kritik dan Saran


Penulis menyadari makalah ini mungkin masih jauh dengan kata sempurna. Akan
tetapi bukan berarti makalah ini tidak berguna. Besar harapan yang terpendam dalam hati
semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih pada suatu saat terhadap makalah tema
yang sama. Dan dapat menjadi referensi bagi pembaca serta menambah ilmu pengetahuan
bagi kita semua.kemudian mari kita banyak mempelajari semaksimal mungkin

19
DAFTAR PUSTAKA

Drs.H.Suhaimi,2006,Cahaya Islam di Ufuk Asia Tenggara,Pekanbaru:Suska Press


Abdullah, Taufik, dan Sharon Siddique. 1989. Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia
Tenggara. Jakarta: LP3ES.
Iik Arifin Mansurnoor dan Drs. Dadi Damadi, “Minoritas Islam” dalam Ensklopedi Tematis
Dunia Islam: Asia Tenggara, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002)
M Ali Kettani, Minoritas Muslim: di Dunia Dewasa Ini, (Terj) Zarkowi Soejoeti, (Jakarta :
Rajagrafindo Persada, 2005
Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusan- tara Abad XVII dan
XVIII. Cet. II. Jakarta: Kencana, 2005. "Jejak Rasul 10: Pedagang Arab sebarkan Islam ke
Brunei," www.bharian. com.my.misc/RamadhanAlmubarak/jejakrasul/20041105112413/
Article.
Esposito, John L (ed.). The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World, Vol. 3. New
York: Oxford University, 1995.
Gayo, Iwan (ed.). Buku Pintar Seri Senior Plus 20 Negara Baru. Cet. VI. Jakarta: Dipayana,
2000.
Hasibuan, Lukman Hakim. Pemberdayaan Masjid Masa Depan. Cet. II. Jakarta: Bina Rena
Pariwara, 2003.
Dr.Helmiati,M.Ag , Dinamika Islam Asia Tenggara ( Pekanbaru : suska Press, 2008)

.M.Holt, Ann K.S.Lambton dan Bernard Lewis(ed.),The Cambridge History of Islam,(New

York:Cambridge University Press, 1970), hlm.128-129.

Brunai Darussalam Newsletter, 15july 1991, hlm 8

20

Anda mungkin juga menyukai