Anda di halaman 1dari 15

NAMA : KIRAN SALSABILAH

NIM : A031171321
RMK PENGAUDITAN I CHAPTER 5 “BUKTI AUDIT, TUJUAN AUDIT,
PROGRAM AUDIT, DAN KERTAS KERJA

A. Audit Top Down VS Audit Bottom Up


Bukti audit top down berfokus pada upaya auditor dalam memperoleh pemahaman
tentang bisnis dan industri, sasaran dan tujuan manajemen, bagaimana manajemen
menggunakan sumberdayanya untuk mencapai sasaran, keunggulan kompetitif organisasi
dipasaran. Prosedur audit top down memberikan bukti tentang risiko bisnis strategi yang
dihadapi klien, bagaimana kline menghadapi risiko tersebut, dan kelangsungan hidup
entitas.
Bukti audit bottom up berfokus pada pengujian secara langsung atas transaksi, saldo
akun, serta sistem yang mencatat transaksi tersebut yang pada akhirnya menghasilkan
saldo akun. Bukti buttom up meliputi beberapa bentuk penarikan sampel terinci yang
mendukung saldo akun dan mengevaluasi kewajaran penyajian dari setiap rincian yang
terakumulasi dalam laporan keuangan.
Menurut Al-Haryono (2014:218-219), bukti audit adalah semua informasi yang
digunakan auditor untuk mencapai kesimpulan yang menjadi dasar opini audit.
Hakekat penting tentang bukti audit adalah :
 Meliputi informasi yang dihasilkan baik secara internal maupun eksternal
 Meliputi informasi yang mendukung maupun yang bertentangan dengan asersi
manajemen.
 Dipengaruhi oleh tindakan-tindakan manajemen, seperti: tidak membuat
dokumen yang diperlukan atau tidak membuat dokumen secara tepat waktu.
 Dapat dikembangkan dengan menggunakan ahli dari luar.
 Dapat diperoleh melalui prosedur yang lazim digunakan auditor.
B. Keputusan Penting Tentang Bukti Audit
Ketika merencanakan Audit, auditor harus membuat empat keputusan penting tentang
lingkup dan pelaksanaan audit. Keputusan tersebut meliputi:
a. Sifat Pengujian Audit
Sifat pengujian audit mengacu pada sifat dan efektivitas pengujian audit yang akan
dilaksanakan. Pertama, prosedur audit tersebut harus dapat memberikan bukti tentang
kinerja kompetitif suatu entitas atau terkait dengan tujuan audit spesifik yang ingin
dicapai auditor. Akhirnya bukti tersebut harus relevan dengan asersi laporan keuangan
manajemen. Auditor juga harus mempertimbangkan biaya relatif serta efektivitas
prosedur dalam kaitannya dengan tujuan audit yang spesifik. Auditor dapat memilih
melaksanakan pengujian guna memperoleh pemahaman yang diperlukan dalam audit,
melaksanakan pengujian pengendalian, atau melaksanakan pengujian substantif.
Setiap keputusan tersebut mencerminkan pertimbangan audit yang penting tentang
sifat pengujian audit tersebut.
b. Saat Pengujian Audit
Pengujian audit pada tanggal interim dapat memberikan pertimbangan awal tentang
masalah-masalah signifikan yang dapat mempengaruhi laporan keuangan pada akhir
tahun buku (sebagai contoh, transaksi-transaksi pihak-pihak yang memiliki hubungan
istimewa) selain itu, banyak perencanaan audit yang meliputi upaya memperoleh
pemahaman tentang pengendalian internal, mengukur risiko pengendalian, dan
penerapan pengujian substantive atas transaksi, dapat dilaksanakan sebelum tanggal
neraca.
c. Luas pengujian Audit
Luas prosedur Audit berkaitan dengan keputusan auditor tentang berapa banyak bukti
audit yang harus diperoleh. Bukti yang lebih banyak diperlukan untuk mencapai suatu
tingkat risiko deteksi yang rendah dibandingkan dengan tingkat risiko yang tinggi.
d. Penetapan Staf Audit
Auditor harus ditugaskan pada tugas-tugas yang telah ditetapkan dan disupervisi
sesuai dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan kemampuannya. Sehingga
mereka dapat mengevaluasi bukti audit yang sedang diperiksa. (AU 316.27),
consideration of fraud in a financial statement Audit SAS no 82, menyatakan bahwa
auditor dapat menanggapi risiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan
dengan cara penugasan personel.

Menurut Al-Haryono(2014:220)
Empat keputusan penting tentang bukti apa yang harus diperoleh dan berapa banyak
bukti yang harus dikumpulkan :
1. Prosedur audit : instruksi detil yang menjelaskan bukti audit yang harus diperoleh
selama audit berlangsung.
2. Ukuran sampel : ukuran sampel dipilih dari populasi bukti audit.
3. Unsur yang dipilih : auditor memilih unsur-unsur mana dalam populasi yang akan
diuji.
4. Saat pelaksanaan prosedur : penerapan prosedur audit bisa dilakukan dalam
rentang waktu mulai dari awal periode sampai akhir periode akuntansi.
C. TUJUAN AUDIT SPESIFIK DAN BUKTI AUDIT
Asersi manajemen yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diklasifikasikan
berdasarkan penggolongan besar berikut ini :
1. Keberadaan atau keterjadian
Auditor akan memastikan hal-hal berikut :
- validitas/ pisah batas : semua transaksi tercatat benar-benar telah terjadi selama
periode akuntansi.
- validitas/ validity : semua aktiva, kewajiban, ekuitas adalah valid dan telah dicatat
sebagaimana mestinya dalam neraca.
2. Kelengkapan
Semua transaksi yang terjadi dalam periode telah dicatat. Semua saldo yang
tercantum dalam neraca meliputi semua aktiva, kewajiban, dan ekuitas sebagaimana
mestinya.
3. Hak dan Kewajiban
Biasanya auditor menguji tentang kepemilikan, kesesuaian atas hak entitas terhadap
aktiva, serta hak kepemilikan yang jelas terhadap aktiva.
4. Penilaian Atau Alokasi
- penerapan GAAP bahwa saldo telah dinilai sebagaimana mestinya untuk
mencerminkan penerapan GAAP dalam hal penilaian kotor dan alokasi jumlah
tertentu antarperiode
- pembukuan dan pengikhtisarian. Transaksi telah dibukukan dan diikhtisarkan
sebagaimana mestinya dalam jurnal dan buku besar.
- nilai bersih yang dapat direalisasikan. Saldo-saldo telah dinilai sebagaimana
mestinya pada nilai bersih yang dapat direalisasikan.
5. Penyajian dan pengungkapan

Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah kompone-


komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan
semestinya.
D. Bukti Audit, Informasi Penguat, dan Prosedur Audit
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain
yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar
yang layak untuk meyatakan penadapat.
Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari:
1. Data akuntansi
Salah satu tipe bukti audit adalah data akuntansi yaitu seperti: jurnal, buku besar,
dan buku pembantu, serta buku peoman akuntansi, memorandum dan catatan
tidak resmi
2. Semua informasi penguat (corrobating information) yang tersedia bagi auditor.
Informasi penguat meliputi segala dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak,
notulen rapat, konfirmasi, dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui
informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan keterangan, pengamatan,
infeksi dan pemerisaan fisik; serta informasi lain yang dikembangkan oleh atau
tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik kesimpulan
berdasarkan alassan yang kuat.
Data Akuntansi dan Informasi Penguat
Ketika auditor mengembangkan perencanaan audit serta merancang prosedur audit
untuk mencapai tujuan audit spesifik, ia harus mempertimbangkan sifat bukti yang
akan diperoleh. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data
akuntansi yang mendasari, dan informasi penguat yang tersedia bagi auditor.
Bagi yang menekuni bidang auditing, tentunya lebih akrab dengan komponen dasar
dari data akuntansi yang mendasari yaitu (jurnal, buku besar, kertas kerja, rekonsiliasi
dan sebagainya) semuanya tergolong sebagai bukti yang mendukung laporan
keuangan. Dewasa ini data-data tersebut seringkali ada dalam bentuk data elektronik.

Data akuntansi yang mendasari saja dianggap tidak cukup mendukung laporan
keuangan. Auditor harus merancang suatu prosedur audit untuk memperoleh bukti
penguat guna mendukung data akuntansi yang mendasari tersebut. Jenis bukti penguat
tersebut adalah (a) bukti analitis; (b) bukti dokumenter; (c) bukti elektronik; (d)
konfirmasi; (e) bukti matematis; (f) bukti fisik; (g) representasi tertulis; (h) bukti lisan.
1. Prosedur Audit
Prosedur audit adalah metode yang digunakan oleh para auditor untuk mengumpulkan
dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupidan kompeten.
a. Prosedur Analitis (Analytical Procedures)
Prosedur ini meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana, analisis
vertikal dan laporan presentase, perbandingan jumlah yang sebenarnya dengan
data historis atau anggaran, serta penggunaan model matematis dan statistik.
Hal-hal yang yang berkiatan dengan prosedur analitis menurut Al-
Haryono(2014:234) :
1. Memahami bidang usaha dan bisnis klien
Auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bidang usaha dan bisnis klien
sebagai bagian dari perencanaan suatu audit. Dengan melakukan prosedur
analitis dimana informasi yang belum diaudit dari tahun ini dibandingkan
dengan informasi dari tahun lalu atau data informasi dari tahun lalu atau data
industry, maka perubahan yang terjadi akan disoroti.
2. Menilai kelangsungan usaha bisnis klien
3. Menunjukkan kemungkinan adanya kesalahan penyajian dalam laporan
keuangan
4. Mengurangi pengujian audit yang rinci.
b. Inspeksi (Inspecting)
Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan serta
pemeriksaan sumberdaya berwujud. Melalui inspeksi, auditor dapat menilai
keaslian dokumen, atau mungkin dapat mendeteksi keberadaan perubahan atau
item-item yang dipertanyakan.
c. Konfirmasi (Confirming)
Meminta konfirmasi adalah bentuk permintaan keterangan yang memungkinkan
auditor memperoleh informasi secara langsung dari sumber independen diluar
organisasi klien.
d. Permintaan Keterangan (Inquiring)
Pemintaan keterangan meliputi permintaan keterangan secara lisan atau tulisan
dari auditor. Permitaan keterangan tersebut biasanya ditujukan kepada manajemen
atau karyawan, umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang timbul setelah
dilaksanakannya prosedur analitis atau permintaan keterangan yang berkaitan
dengan keusangan persediaan atau piutang yang dapat ditagih.
e. Perhitungan (Counting)
Dua aplikasi yang paling umum dari perhitungan adalah: (1) perhitungan fisik
sumberdaya berwujud seperti jumlah kas dan persediaan yang ada. Hal ini akan
menyediakan cara untuk mengevaluasi bukti fisik tentang jumlah yang ada. (2)
akuntansi seluruh dokumen dengan nomor urut yag telah dicetak. Hal ini dapat
meneydiakan cara untuk mengevaluasi pengendalian internal perusahaan melalui
bukti yang objektif tentang kelengkapan catatan akuntansi.
f. Penelusuran (Tracing)
Dalam penelusuran yang seringkali juga disebut sebagai penelusuran ulang,
auditor (1) memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan, dan
(2) menentukan bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah
dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi (jurnal dan buku besar)
g. Pemeriksaan Bukti Pendukung (Vouching)
Pemeriksaan bukti pendukung meliputi (1) pemilihan ayat jurnal dalam catatan
akuntansi, dan (2) mendapatkan serta memeriksa dokumentasi yang digunakan
sebagai dasar ayat jurnal tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitian
pencatatan akuntansi.
h. Pengamatan (Observing)
Pengamatan berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan pelaksanaan
beberapa kegiatan atau proses. Biasanya pengamatan memberikan bukti bottom-
up, dan dengan bukti bottom-up lainnya auditor dapat terlebih dahulu memahami
konteks ekonomi untuk pengujian audit tersebut.
i. Pelaksanaan Ulang (Reperforming)
Auditor juga dapat melaksanakan ulang beberapa aspek pemrosesan transaksi
tertentu untuk menentukan bahwa pemrosesan awal telah sesuai dengan
pengendalian intern yang telah dirumuskan.
j. Teknik Audit Berbantuan Komputer
Apabila catatan akuntansi klien dilaksanakan melalui media elektronik, maka
auditor dapat menggunakan teknik berbantuan komputer untuk membantu
melaksanakan beberapa prosedur yang telah diuraikan sebelumnya.
E. PEMROSESAN DATA ELEKTRONIK DAN PROSEDUR AUDIT
1. Pengaruh atas Saldo Akun dan Golongan Transaksi dan Material
Auditor harus mempertimbangkan implikasi pemrosesan data elektronik atass saldo
akun dan golongan transaksi yang material. Apabila klien merupakan perusahaan
yang padat modal, seperti persahaan telekomunikasi yang secara berkesinambungan
melakukan investasi dalam bentuk berbagai peralatan baru dan serat optik, besar
kemungkinannya catatan komputer akan memiliki implikasi audit yang penting.
Dalam hal ini, perhatian utama auditor adalah pada implikasi dokumentasi elektronik
dalam saldo akun dan golongan transaksi yang berkaitan dengan proses bisni yang
signifikan.
2. Pengaruh terhadap Sifat Pengujian Audit
Akan terdapat beberapa implikasi terhadap sifat pengujian audit apabila klien
menyelenggarakan dokumentasi dan bukti yang penting dalam bentuk elektronik
untuk suatu saldo akun atau golongan transaksi yang material.
3. Pengaruh terhadap Saat Pengujian Audit
Apabila klien menggunakan image processing system untuk melakukan scanning
terhadap dokumen dan dokumen asli tidak dipakai, auditor akan mempertimbangkan
implikasi saat prosedur tersebut diterapkan berkaitan dengan saldo akun dan siklus
transaksi yang material. Apanila dianggap penting untuk memeriksa keaslian bukti
dokumenter, maka auditor harus merencanakan saat pengujian yang konsisten dengan
keberadaan bukti dokumenter yang tepat.
4. Pengaruh terhadap Luasnya Pengujian Audit
Apabila klien menyelenggarakan pencatatan dalam bentuk elektronik, dan auditor
dapat secara langsung mengakses catatan elektronik tersebut, maka keadaan ini dapat
memiliki implikasi signifikan terhadap luasnya prosedur audit. Penerapan teknik
audit berbantuan komputer oleh auditor pada file data elektronik, telah
memungkinkan adanya strategi audit dimana auditor dapat menetapkn target
prosedur pada sub-populasi yang beresiko tinggi dan melaksanakan prosedur
minimal terhadap subpopulasi yang tingkat kesalahannya sangat kecil.
5. Pengaruh terhadap Penetapan Staf Audit
Apabila klien memiliki masalah yang signifikan tentang sistem pemrosesan data
elektronik, maka bisanya seorang spesialis audit komputer akan ditugaskan untuk
memahami aspek-aspek penting yang terdapat pada klien, melaksanakan pengujian
pengendalian atau melaksanakan pengujian substantif.
F. PROGRAM AUDIT
Maksud suatu program audit adalah mengatur secara sistematis prosedur audit yang akan
dilaksankan selama audit berlangsung. Program audit tersebut menyatakan bahwa
prosedur audit yang diyakini oleh auditor merupakan hal yang penting untuk mencapai
tujuan audit. Program audit juga mendokumentasikan strategi audit. Biasanya auditor
berusaha menyeimbangkan prosedur audit top-down dan bottom-up ketika
mengembangkan suatu program audit. Jenis pengujian yang termasuk dalam program
audit meliputi :
a. Prosedur Analitis
Prosedur ini meneliti hubungan yang dapt diterima antara data keuangan dan data
non-keuangan untuk mengembangkan harapan atas saldo laporan keuangan.
b. Prosedur Awal
Yakni prosedur untuk memperoleh pemahaman atas (1) faktor persaingan bisnis dan
industri klien, (2) struktur pengendalian internnya. Auditor juga melaksanakan
prosedur awal untuk memastikan bahwa catatan-catatan dalam buku pembantu sesuai
dengan akun pengendali dalam buku besar.
c. Pengujian Estimasi Akuntansi
Pengujian ini meliputi pengujian subtantif atas saldo.
d. Pengujian pengendalian
Adalah pengujian pengendalain intern yang ditetapkan oleh strategi audit dari
auditor.
e. Pengujian transaksi
Adalah pengujian substantif yang terutama meliputi tracing atau vouching transaksi
berdasarkan bukti dokumenter yang mendasari.
f. Pengujian Saldo
Berfokus pada perolehan bukti secara langsung tentang saldo akun serta item-item
yang membentuk saldo tersebut.
g. Pengujian penyajian dan pengungkapan
Mengevaluasi penyajian secara wajar semua pengungkapan yang dipersyaratkan oleh
GAAP.
G. KERTAS KERJA
1. Konsep Kertas Kerja
a. Definisi
kertas kerja sebagai catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai
prosedur audit yang ditempuhnya, pegujian yang dilakukannya, informasi yang
diperolehnya, dan kesimpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya.
b. Tujuan Dokumentasi audit Menurut Al-haryono (2014:241)
1. Suatu dasar untuk merencanakan audit
2. Suatu catatan tentang bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian
3. Data untuk menentukan jenis laporan audit yang tepat
4. Suatu dasar untuk mereview oleh supervisor dan partner
c. Pemilik File Audit Menurut Al-haryono (2014:242)
Dokumen yang dibuat auditor selama audit berlangsung termasuk daftar-daftar yang
dibuat klien untuk keperluan auditor, adalah milik auditor. Tidak seorangpun berhak
untuk melihat isi dokumen tersebut.
d. Kerahasiaan file audit Menurut Al-haryono (2014:242)
Berdasarkan seksi 140 Kode etik profesi akuntan public :
140.1 Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap praktisi untuk melakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut :
a. Mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari
hubungan profesional dan hubungan bisnis kepada pihak di luar KAP atau
jaringan KAP tempatnya bekerja tanpa adanya wewenang khusus, kecuali
terdapat kewajiban untuk mengungkapkannya sesuai dengan ketentuan
hukum atau peraturan lainnya yang berlaku, dan
b. Menggunakan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
140.2 Setiap praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam
lingkungan sosialnya.
140.4 Setiap praktisi harus mempertimbangkan pentingnya kerhasiaan informasi
terjaga dalam KAP atau jaringan KAP tempatnya bekerja.
e. Isi dan Perorganisasian Menurut Al-haryono (2014:244)
Bentuk, isi, dan luas dokumentasi audit bergantung pada factor-faktor berikut ini :
1. Ukuran dan kompleksitas entitas
2. Sifat prosedur audit yang akan dilakukan
3. Risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi
4. Signifikansi bukti audit yang diperoleh
5. Sifat dan luas penyimpangan yang diidentifikasi
6. Kebutuhan untuk mendokumentasikan suatu kesimpulan atau basis untuk suatu
kesimpulan yang belum dapat ditentukan dengan segera dari dokumentasi
pekerjaan audit yang dilakukan atau bukti audit yang diperoleh
7. Metologi dan perangkat audit yang digunakan
f. Contoh dokumentasi audit Menurut Al-haryono (2014:244)
 Program audit
 Analisis
 Memorandum isu
 Ikhtisar hal-hal signifikan
 Surat konfirmasi dan surat representasi
 Daftar uji
 Korespondensi (termasuk email) tentang hal-hal signifikan.
2. Jenis Kertas Kerja
Terdapat banyak jenis kertas kerja yang ada di dalam suatu audit. Jenis-jenis tersebut
meliputi (1) kertas kerja neraca saldo, (2) skedul dan analisis, (3) memoranda audit
dan dokumentasi informasi penguat, dan (4) ayat jurnal penyesuaian dan reklasifikasi.
a. Kertas Kerja Neraca Saldo
Pada contoh kertas kerja neraca saldo tersedia kolom-kolom untuk saldo buku
besar tahun berjalan (sebelum penyesuaian dan reklasifikasi audit), penyesuaian,
saldo setelah penyesuaian, reklasifikasi, dan saldo akhir (telah diaudit).
Dicantumkannya saldo akhir (yang tealh diaudit) tahun sebelumnya akan
mempermudah pelaksanaan proses analitis tertentu.
Kertas kerja neraca saldo merupakan kertas kerja yang paling penting di dalam
audit karena :
i. Menjadi mata rantai penghubung antara akun buku besar klien dan item-item
yang dilaporkan dalam laporan keuangan
ii. Memberikan dasar untuk pengendalian seluruh kertas kerja individual
iii. Megindetifikasi kertas kerja spesifik yang memuat bukit audit bagi setiap item
laporan keuangan
Tidak adanya nomor akun untuk Kas menunjukkan bahwa item laporan keuangan
ini merupakan gabungan dari beberapa akun buku besar kas. Dalam kasus seperti
ini, kertas kerja awal dengan indeks A harus memuat skedul kelompok yang
menunjukkan akun buku besar apa yang telah digabungkan untuk item atau pos
laporan keuangan ini.

b. Skedul dan Analisis


Istilah skedul kertas kerja (working paper schedule) dan analisis kertas kerja
(working paper analysis) digunakan secara bergantian untuk menggambarkan
setiap kertas kerja yang memuat bukti yang mendukung item-item dalam kertas
kerja neraca saldo. Apabila beberapa akun buku besar digabung untuk tujuan
pelaporan, maka harus disusun sebuah skedul kelompok (group schedule) atau
sering juga disebut sebagai skedul utama (lead schedule). Selain menunjukkan
akun masing-masing buku besar yang adat dalam kelompok tersebut, skedul
utama juga mengindentifikasi skedul atau analisis kertas kerja individu yang
memuat bukti audit yang diperoleh untuk masing-masing akun dalam kelompok
tersebut.
c. Memoranda Audit dan Informasi Penguat
Memoranda audit (audit memoranda) merujuk pada data tertulis yang disusun
oleh auditor dalam bentuk naratif. Memoranda meliputi komentar-komentar atas
pelaksanaan prosedur-prosedur audit yang meliputi (1) lingkup pekerjaan, (2)
temuan-temuan, dan (3) kesimpulan audit. Sebagai contoh, auditor dapat menulis
sebuah memo yang berisikan ikhtisar dari lingkup konfirmasi, tanggapan
konfirmasi, temuan-temuan, dan kesimpulan audit berdasarkan bukti-bukti yang
diperoleh.
Selain itu, auditor juga dapat menyusun memoranda audit untuk
mendokumentasikan informasi penguat sebagai berikut :
i. Salinan risalah rapat dewan direksi
ii. Reprensentasi tertulis dari manajemen dan para pakar yang berasal dari luar
organisasi.
iii. Salinan kontrak-kontrak penting
d. Ayat Jurnal Penyesuaian dan Ayat Jurnal Reklasifikasi
Ayat jurnal penyesuaian (adjusting entries) merupakan koreksi atas kesalahan
klien sebagai akibat pengabaian atau salah dalam penerapan GAAP (Prinsip
akuntansi berlaku umum). Oleh karena itu, pada akhirnya ayat jurnal penyesuaian
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama akan dianggap material, dengan harapan
akan dicatat oleh klien sehingga saldo buku besar dapat disesuaikan. Sebaliknya,
ayat jurnal reklasifikasi berkaitan dengan penyajian laporan keuangan yang benar
dengan saldo akun yang sesuai. Pada dasarnya ayat jurnal reklasifikasi hampir
sama dengan ayat jurnal penyesuaian, namun pengaruh material pada ayat jurnal
reklasifikasi masih harus dibuat terlebih dahulu. Ikhtisar ayat jurnal penyesuaian
dan ayat jurnal reklasifikasi pada awalnya dirancang sebagai “ayat jurnal yang
diusulkan”, karena pertimbangan akhir yang harus dibuat auditor atas ayat jurnal
tersebut mungkin tidak akan terjadi sampai audit tersebut berakhir. Pada akhirnya
susunan setiap ayat jurnal yang diusulkan tersebut harus dicatat dalam kertas
kerja. Namun, apabila klien menolak untuk membuat ayat jurnal penyesuaian dan
ayat jrunal reklasifikasi yang dianggap penting oleh auditor, maka auditor akan
melakukan modifikasi seperlunya atas laporan auditor.
3. Menyusun kertas Kerja
Teknik-teknik dasar yang harus diperhatikan untuk menyusun kertas kerja yang baik
adalah sebagai berikut ini :
a. Judul (heading). Setiap kertas kerja harus memuat nama klien, judul deskriptif
yang dapat mengidentifikasi isi dari kertas kerja tersebut, seperti “Rekonsilisasi
Bank-City Nasional Bank”, serta tanggal neraca atau periode yang menjadi ruang
lingkup audit.
b. Nomor Indeks (index number). Setiap kertas kerja diberi nomor indeks atau
nomor referensi untuk tujuan identifikasi atau pengarsipan, seperti A-1, B-1, dan
seterusnya.
c. Referensi silang (cross-referencing). Data dalam kertas kerja yang diambil dari
kertas kerja lainnya atau yang digunakan dalam kertas kerja lain harus diberi
referensi silang.
d. Tanda koreksi (tick marks). Tanda koreksi berupa simbol-simbol seperti tanda
pengecekan yang digunakan dalam kertas kerja, menunjukkan dalam auditor telah
melaksanakan sejumlah prosedur pada item-item dimana tanda pengecekan
tersebut diberikan, atau dapat juga berarti bahwa informasi tambahan tentang item
tersebut dapat diperoleh pada bagian lain dalam kertas kerja tersebut.
e. Tanda tangan dan tanggal (signature and dates). Setelah menyelesaikan
masing-masing tugasnya, penyusun maupun pe-review kertas kerja tersebut harus
membubuhkan paraf dan tanggal pada kertas kerja tersebut. Hal ini diperlukan
untuk menetapkan tanggung jawab atas pekerjaan dan review yang dilaksanakan.
4. Me-review Kertas Kerja
Terdapat beberapa tingkatan dalam melakukan review kertas kerja dalam suatu kantor
CPA. Review tingkat pertama dilakukan oleh supervisor dari penyusun, seperti atasan
atau manajernya. Review dilakukan apabila pekerjaan pada segmen tertentu dalam
suatu audit telah diselesaikan. Pihak yang melakukan review terutama menekankan
perhatian pada lingkup pekerjaan yang dilakukan, bukti dan temuan yang diperoleh,
serta kesimpulan yang tela dicapai oleh penyusun. Review lainnya dilakukan atas
kertas kerja apabila pekerjaan lapangan telah diselesaikan semuanya.
5. Pengarsipan Kertas Kerja
Pada umumnya kertas kerja diarsipkan menurut dua kategori sebagai berikut; (1) file
permanen dan (2) file tahun berjalan. File permanen (permanent file) memuat data
yang diharapkan tetap bermanfaat bagi auditor dalam banyak perikatan dengan klien
di masa mendatang. Sebaliknya, file tahun berjalan (current file) memuat informasi
penguat yang berkenaan dengan pelaksanaan program audit tahun berjalan saja.
Pada umumnya item-item yang dijumpai dalam berkas permanen ialah :

a. Salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien


b. Bagan akun dan manual atau pedoman prosedur
c. Struktur organisasi
d. Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk-produk utama
e. Ketentuan-ketentuan dalam modal saham dan penerbitan obligasi
f. Salinan kontrak jangka panjang, seperti sewa guna usaha, rencana pensiun,
perjanjian pembagian laba dan bonus
g. Skedul amortisasi kewajiban jangka panjang serta penyusutan aktiva pabrik
h. Ikhtisar prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh klien
6. Kepemilikan dan Penyimpanan Kertas kerja
Kertas kerja menjadi milik kantor akuntan, bukan milik klien atau pribadi auditor.
Namun hak kepemilikikan oleh kantor akuntan tersebut masih tunduk pada
pembatasan-pembatasan yang diatur dalam kode etik profesi auditor itu sendiri.
Peraturan 301, code of professional conduct dari AICPA menentukan bahwa seorang
CPA dilarang untuk mengungkapkan setiap informasi rahasia yang diperoleh selama
pelaksanaan penugasan profesional tanpa seizin klien, kecuali untuk kondisi tertentu
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan.
Penyimpanan kertas kerja terletak pada tangan auditor, dimana ia bertanggung jawab
untuk menyimpannya dengan aman. Kertas kerja yang tergolong sebagai file
permanen akan disimpan untuk waktu yang tak terbatas. Sedangkan kertas kerja yang
tergolong sebagai file tahun berjalan akan disimpan selama file tersebut dibuuhkan
oleh auditor untuk melayani klien atau diperlukan untuk memenuhi persyaratan
hukum sebagai retensi catatan. Ketentuan mengenai batasan waktu penyimpanan
jarang yang melampui waktu enam bulan.
Hal-hal yang membuat auditor dapat memberikan informasi tentang klien kepada
pihak lain adalah :
a. Jika klien tersebut menginginkannya,.
b. Jika misalnya praktek kantor akuntan dijual kepada akuntan publik lain, jika
kertas kerjanya diserahkan kepada pembeli harus atas seijin klien.
c. Dalam perkara pengadilan (dalam perkara pidana).
d. Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan publik dapat menetapkan
keharusan untuk mengadakan peer review di antara sesama akuntan publik. Untuk
me-review kepatuhan auditor terhadap standar auditing yang berlaku, dalam peer
review informasi yang tercantum dalam kertas kerja diungkapkan kepada pihak
lain (kantor akuntan public lain) tanpa memerlukan izin dari klien yang
bersangkutan dengan kertas kerja tersebut.

Referensi
Al. Haryono Jusup.2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA).Yogyakarta:
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPKN.

Boynton,William C. Johnson.,Raymond N. and Kell, Walter G.2003.“Modern


Auditing”,Edisi Ketujuh, Jilid 1.Jakarta:Erlangga

Anda mungkin juga menyukai