NIM : A031171321
RMK PENGAUDITAN I CHAPTER 5 “BUKTI AUDIT, TUJUAN AUDIT,
PROGRAM AUDIT, DAN KERTAS KERJA
Menurut Al-Haryono(2014:220)
Empat keputusan penting tentang bukti apa yang harus diperoleh dan berapa banyak
bukti yang harus dikumpulkan :
1. Prosedur audit : instruksi detil yang menjelaskan bukti audit yang harus diperoleh
selama audit berlangsung.
2. Ukuran sampel : ukuran sampel dipilih dari populasi bukti audit.
3. Unsur yang dipilih : auditor memilih unsur-unsur mana dalam populasi yang akan
diuji.
4. Saat pelaksanaan prosedur : penerapan prosedur audit bisa dilakukan dalam
rentang waktu mulai dari awal periode sampai akhir periode akuntansi.
C. TUJUAN AUDIT SPESIFIK DAN BUKTI AUDIT
Asersi manajemen yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diklasifikasikan
berdasarkan penggolongan besar berikut ini :
1. Keberadaan atau keterjadian
Auditor akan memastikan hal-hal berikut :
- validitas/ pisah batas : semua transaksi tercatat benar-benar telah terjadi selama
periode akuntansi.
- validitas/ validity : semua aktiva, kewajiban, ekuitas adalah valid dan telah dicatat
sebagaimana mestinya dalam neraca.
2. Kelengkapan
Semua transaksi yang terjadi dalam periode telah dicatat. Semua saldo yang
tercantum dalam neraca meliputi semua aktiva, kewajiban, dan ekuitas sebagaimana
mestinya.
3. Hak dan Kewajiban
Biasanya auditor menguji tentang kepemilikan, kesesuaian atas hak entitas terhadap
aktiva, serta hak kepemilikan yang jelas terhadap aktiva.
4. Penilaian Atau Alokasi
- penerapan GAAP bahwa saldo telah dinilai sebagaimana mestinya untuk
mencerminkan penerapan GAAP dalam hal penilaian kotor dan alokasi jumlah
tertentu antarperiode
- pembukuan dan pengikhtisarian. Transaksi telah dibukukan dan diikhtisarkan
sebagaimana mestinya dalam jurnal dan buku besar.
- nilai bersih yang dapat direalisasikan. Saldo-saldo telah dinilai sebagaimana
mestinya pada nilai bersih yang dapat direalisasikan.
5. Penyajian dan pengungkapan
Data akuntansi yang mendasari saja dianggap tidak cukup mendukung laporan
keuangan. Auditor harus merancang suatu prosedur audit untuk memperoleh bukti
penguat guna mendukung data akuntansi yang mendasari tersebut. Jenis bukti penguat
tersebut adalah (a) bukti analitis; (b) bukti dokumenter; (c) bukti elektronik; (d)
konfirmasi; (e) bukti matematis; (f) bukti fisik; (g) representasi tertulis; (h) bukti lisan.
1. Prosedur Audit
Prosedur audit adalah metode yang digunakan oleh para auditor untuk mengumpulkan
dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupidan kompeten.
a. Prosedur Analitis (Analytical Procedures)
Prosedur ini meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana, analisis
vertikal dan laporan presentase, perbandingan jumlah yang sebenarnya dengan
data historis atau anggaran, serta penggunaan model matematis dan statistik.
Hal-hal yang yang berkiatan dengan prosedur analitis menurut Al-
Haryono(2014:234) :
1. Memahami bidang usaha dan bisnis klien
Auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bidang usaha dan bisnis klien
sebagai bagian dari perencanaan suatu audit. Dengan melakukan prosedur
analitis dimana informasi yang belum diaudit dari tahun ini dibandingkan
dengan informasi dari tahun lalu atau data informasi dari tahun lalu atau data
industry, maka perubahan yang terjadi akan disoroti.
2. Menilai kelangsungan usaha bisnis klien
3. Menunjukkan kemungkinan adanya kesalahan penyajian dalam laporan
keuangan
4. Mengurangi pengujian audit yang rinci.
b. Inspeksi (Inspecting)
Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan serta
pemeriksaan sumberdaya berwujud. Melalui inspeksi, auditor dapat menilai
keaslian dokumen, atau mungkin dapat mendeteksi keberadaan perubahan atau
item-item yang dipertanyakan.
c. Konfirmasi (Confirming)
Meminta konfirmasi adalah bentuk permintaan keterangan yang memungkinkan
auditor memperoleh informasi secara langsung dari sumber independen diluar
organisasi klien.
d. Permintaan Keterangan (Inquiring)
Pemintaan keterangan meliputi permintaan keterangan secara lisan atau tulisan
dari auditor. Permitaan keterangan tersebut biasanya ditujukan kepada manajemen
atau karyawan, umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang timbul setelah
dilaksanakannya prosedur analitis atau permintaan keterangan yang berkaitan
dengan keusangan persediaan atau piutang yang dapat ditagih.
e. Perhitungan (Counting)
Dua aplikasi yang paling umum dari perhitungan adalah: (1) perhitungan fisik
sumberdaya berwujud seperti jumlah kas dan persediaan yang ada. Hal ini akan
menyediakan cara untuk mengevaluasi bukti fisik tentang jumlah yang ada. (2)
akuntansi seluruh dokumen dengan nomor urut yag telah dicetak. Hal ini dapat
meneydiakan cara untuk mengevaluasi pengendalian internal perusahaan melalui
bukti yang objektif tentang kelengkapan catatan akuntansi.
f. Penelusuran (Tracing)
Dalam penelusuran yang seringkali juga disebut sebagai penelusuran ulang,
auditor (1) memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan, dan
(2) menentukan bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah
dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi (jurnal dan buku besar)
g. Pemeriksaan Bukti Pendukung (Vouching)
Pemeriksaan bukti pendukung meliputi (1) pemilihan ayat jurnal dalam catatan
akuntansi, dan (2) mendapatkan serta memeriksa dokumentasi yang digunakan
sebagai dasar ayat jurnal tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitian
pencatatan akuntansi.
h. Pengamatan (Observing)
Pengamatan berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan pelaksanaan
beberapa kegiatan atau proses. Biasanya pengamatan memberikan bukti bottom-
up, dan dengan bukti bottom-up lainnya auditor dapat terlebih dahulu memahami
konteks ekonomi untuk pengujian audit tersebut.
i. Pelaksanaan Ulang (Reperforming)
Auditor juga dapat melaksanakan ulang beberapa aspek pemrosesan transaksi
tertentu untuk menentukan bahwa pemrosesan awal telah sesuai dengan
pengendalian intern yang telah dirumuskan.
j. Teknik Audit Berbantuan Komputer
Apabila catatan akuntansi klien dilaksanakan melalui media elektronik, maka
auditor dapat menggunakan teknik berbantuan komputer untuk membantu
melaksanakan beberapa prosedur yang telah diuraikan sebelumnya.
E. PEMROSESAN DATA ELEKTRONIK DAN PROSEDUR AUDIT
1. Pengaruh atas Saldo Akun dan Golongan Transaksi dan Material
Auditor harus mempertimbangkan implikasi pemrosesan data elektronik atass saldo
akun dan golongan transaksi yang material. Apabila klien merupakan perusahaan
yang padat modal, seperti persahaan telekomunikasi yang secara berkesinambungan
melakukan investasi dalam bentuk berbagai peralatan baru dan serat optik, besar
kemungkinannya catatan komputer akan memiliki implikasi audit yang penting.
Dalam hal ini, perhatian utama auditor adalah pada implikasi dokumentasi elektronik
dalam saldo akun dan golongan transaksi yang berkaitan dengan proses bisni yang
signifikan.
2. Pengaruh terhadap Sifat Pengujian Audit
Akan terdapat beberapa implikasi terhadap sifat pengujian audit apabila klien
menyelenggarakan dokumentasi dan bukti yang penting dalam bentuk elektronik
untuk suatu saldo akun atau golongan transaksi yang material.
3. Pengaruh terhadap Saat Pengujian Audit
Apabila klien menggunakan image processing system untuk melakukan scanning
terhadap dokumen dan dokumen asli tidak dipakai, auditor akan mempertimbangkan
implikasi saat prosedur tersebut diterapkan berkaitan dengan saldo akun dan siklus
transaksi yang material. Apanila dianggap penting untuk memeriksa keaslian bukti
dokumenter, maka auditor harus merencanakan saat pengujian yang konsisten dengan
keberadaan bukti dokumenter yang tepat.
4. Pengaruh terhadap Luasnya Pengujian Audit
Apabila klien menyelenggarakan pencatatan dalam bentuk elektronik, dan auditor
dapat secara langsung mengakses catatan elektronik tersebut, maka keadaan ini dapat
memiliki implikasi signifikan terhadap luasnya prosedur audit. Penerapan teknik
audit berbantuan komputer oleh auditor pada file data elektronik, telah
memungkinkan adanya strategi audit dimana auditor dapat menetapkn target
prosedur pada sub-populasi yang beresiko tinggi dan melaksanakan prosedur
minimal terhadap subpopulasi yang tingkat kesalahannya sangat kecil.
5. Pengaruh terhadap Penetapan Staf Audit
Apabila klien memiliki masalah yang signifikan tentang sistem pemrosesan data
elektronik, maka bisanya seorang spesialis audit komputer akan ditugaskan untuk
memahami aspek-aspek penting yang terdapat pada klien, melaksanakan pengujian
pengendalian atau melaksanakan pengujian substantif.
F. PROGRAM AUDIT
Maksud suatu program audit adalah mengatur secara sistematis prosedur audit yang akan
dilaksankan selama audit berlangsung. Program audit tersebut menyatakan bahwa
prosedur audit yang diyakini oleh auditor merupakan hal yang penting untuk mencapai
tujuan audit. Program audit juga mendokumentasikan strategi audit. Biasanya auditor
berusaha menyeimbangkan prosedur audit top-down dan bottom-up ketika
mengembangkan suatu program audit. Jenis pengujian yang termasuk dalam program
audit meliputi :
a. Prosedur Analitis
Prosedur ini meneliti hubungan yang dapt diterima antara data keuangan dan data
non-keuangan untuk mengembangkan harapan atas saldo laporan keuangan.
b. Prosedur Awal
Yakni prosedur untuk memperoleh pemahaman atas (1) faktor persaingan bisnis dan
industri klien, (2) struktur pengendalian internnya. Auditor juga melaksanakan
prosedur awal untuk memastikan bahwa catatan-catatan dalam buku pembantu sesuai
dengan akun pengendali dalam buku besar.
c. Pengujian Estimasi Akuntansi
Pengujian ini meliputi pengujian subtantif atas saldo.
d. Pengujian pengendalian
Adalah pengujian pengendalain intern yang ditetapkan oleh strategi audit dari
auditor.
e. Pengujian transaksi
Adalah pengujian substantif yang terutama meliputi tracing atau vouching transaksi
berdasarkan bukti dokumenter yang mendasari.
f. Pengujian Saldo
Berfokus pada perolehan bukti secara langsung tentang saldo akun serta item-item
yang membentuk saldo tersebut.
g. Pengujian penyajian dan pengungkapan
Mengevaluasi penyajian secara wajar semua pengungkapan yang dipersyaratkan oleh
GAAP.
G. KERTAS KERJA
1. Konsep Kertas Kerja
a. Definisi
kertas kerja sebagai catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai
prosedur audit yang ditempuhnya, pegujian yang dilakukannya, informasi yang
diperolehnya, dan kesimpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya.
b. Tujuan Dokumentasi audit Menurut Al-haryono (2014:241)
1. Suatu dasar untuk merencanakan audit
2. Suatu catatan tentang bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian
3. Data untuk menentukan jenis laporan audit yang tepat
4. Suatu dasar untuk mereview oleh supervisor dan partner
c. Pemilik File Audit Menurut Al-haryono (2014:242)
Dokumen yang dibuat auditor selama audit berlangsung termasuk daftar-daftar yang
dibuat klien untuk keperluan auditor, adalah milik auditor. Tidak seorangpun berhak
untuk melihat isi dokumen tersebut.
d. Kerahasiaan file audit Menurut Al-haryono (2014:242)
Berdasarkan seksi 140 Kode etik profesi akuntan public :
140.1 Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap praktisi untuk melakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut :
a. Mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari
hubungan profesional dan hubungan bisnis kepada pihak di luar KAP atau
jaringan KAP tempatnya bekerja tanpa adanya wewenang khusus, kecuali
terdapat kewajiban untuk mengungkapkannya sesuai dengan ketentuan
hukum atau peraturan lainnya yang berlaku, dan
b. Menggunakan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
140.2 Setiap praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam
lingkungan sosialnya.
140.4 Setiap praktisi harus mempertimbangkan pentingnya kerhasiaan informasi
terjaga dalam KAP atau jaringan KAP tempatnya bekerja.
e. Isi dan Perorganisasian Menurut Al-haryono (2014:244)
Bentuk, isi, dan luas dokumentasi audit bergantung pada factor-faktor berikut ini :
1. Ukuran dan kompleksitas entitas
2. Sifat prosedur audit yang akan dilakukan
3. Risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi
4. Signifikansi bukti audit yang diperoleh
5. Sifat dan luas penyimpangan yang diidentifikasi
6. Kebutuhan untuk mendokumentasikan suatu kesimpulan atau basis untuk suatu
kesimpulan yang belum dapat ditentukan dengan segera dari dokumentasi
pekerjaan audit yang dilakukan atau bukti audit yang diperoleh
7. Metologi dan perangkat audit yang digunakan
f. Contoh dokumentasi audit Menurut Al-haryono (2014:244)
Program audit
Analisis
Memorandum isu
Ikhtisar hal-hal signifikan
Surat konfirmasi dan surat representasi
Daftar uji
Korespondensi (termasuk email) tentang hal-hal signifikan.
2. Jenis Kertas Kerja
Terdapat banyak jenis kertas kerja yang ada di dalam suatu audit. Jenis-jenis tersebut
meliputi (1) kertas kerja neraca saldo, (2) skedul dan analisis, (3) memoranda audit
dan dokumentasi informasi penguat, dan (4) ayat jurnal penyesuaian dan reklasifikasi.
a. Kertas Kerja Neraca Saldo
Pada contoh kertas kerja neraca saldo tersedia kolom-kolom untuk saldo buku
besar tahun berjalan (sebelum penyesuaian dan reklasifikasi audit), penyesuaian,
saldo setelah penyesuaian, reklasifikasi, dan saldo akhir (telah diaudit).
Dicantumkannya saldo akhir (yang tealh diaudit) tahun sebelumnya akan
mempermudah pelaksanaan proses analitis tertentu.
Kertas kerja neraca saldo merupakan kertas kerja yang paling penting di dalam
audit karena :
i. Menjadi mata rantai penghubung antara akun buku besar klien dan item-item
yang dilaporkan dalam laporan keuangan
ii. Memberikan dasar untuk pengendalian seluruh kertas kerja individual
iii. Megindetifikasi kertas kerja spesifik yang memuat bukit audit bagi setiap item
laporan keuangan
Tidak adanya nomor akun untuk Kas menunjukkan bahwa item laporan keuangan
ini merupakan gabungan dari beberapa akun buku besar kas. Dalam kasus seperti
ini, kertas kerja awal dengan indeks A harus memuat skedul kelompok yang
menunjukkan akun buku besar apa yang telah digabungkan untuk item atau pos
laporan keuangan ini.
Referensi
Al. Haryono Jusup.2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA).Yogyakarta:
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPKN.