Anda di halaman 1dari 226

· um Dan Modul

atihan Fasilitator
berdayaan Masyarakat
· Bidang Kesehatan
362.1 Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
Ind
k Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Sekretariat
Jenderal.
Kurikilum dan Modul Pelatihan Fasilitator
Pemberdayaan Masyarakat di Bidang
Kesehatan,-Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI. 2011

ISBN 978-602-8937-95-S

1. Judul I. COMMUNITY HEALTH SERVICES


II. HEALTH MANPOWER -EDUCATION
KurikulumDan Modul
PelatihanFasilitator
PemberdayaanMasyarakat
Di Bidang Kesehatan

KERJASAMAANTARA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
DENGAN
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
PELATIHAN FASILITATOR
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN

(ilkf/1Ji6tt ta»i
SEKRETARIS JENDERAL
KEMENTERIAN KESEHATAN
RI

ndang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatanmengamanatkan bahwa pembangunan
kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat masyarakat yang setinggi-
tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumberdaya masyarakat.
Oleh karena itu Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan Visi
Pembangunan KesehatanTahun2010- 2014 adalah "Masyarakat Sehat yang
Mandiri dan Berkeadilan". Dengan Misi : 1) Meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta
dan masyarakat madani, 2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan
menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan
berkeadilan, 3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya
kesehatan, dan 4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
Pembangunan Kesehatan juga tidak terlepas dari komitmen
Indonesia sebagai warga masyarakat dunia untuk mencapai Millenium
Development Goals (MOGs). Lima (5) dari delapan (8) agenda
MDGs berkaitan langsung dengan kesehatan, dan tiga (3) lainnya
berkaitan secara tidak langsung. Lima (5) agenda yang berkaitan
langsung dengan kesehatan adalah Agenda ke-1
Memberantas kemiskinan dan kelaparan, Agenda ke-4 Menurunkan angka
kematian anak, Agenda ke-5 Meningkatkan kesehatan ibu, Agenda ke-6
Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit lainnya, serta Agenda ke-7
Melestarikan lingkungan hidup.
Dalam upaya mencapai visi, misi dan MOGs salah satu kunci
utama adalah pemberdayaan masyarakat, swasta, dan masyarakat madani
melalui kerjasama nasional dan global; memantapkan peran masyarakat
termasuk swasta sebagai subjek atau penyelenggara
---- -·----- -------
PELATIHAN FASILITATOR
PEMBEROAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN

dan pelaku pembangunan kesehatan; meningkatkan upaya kesehatan


bersumberdaya masyarakat dan rnensinerqikan sistem kesehatan modern
dan asli Indonesia; menerapkan promosi kesehatan yang efektif
memanfaatkan agent of change setempat; memobilisasi sektor untuk sektor
kesehatan. Sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah untuk
memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala
bentuk upaya kesehatan adalah dengan merevitalisasi pengembangan Desa
Siaga guna akselerasi pencapaian target Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
pada tahun 2015.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 7 41 /Menkes/PerNll/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM) Bidang Kesehatandi
Kabupaten dan Kota serta Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 828/
Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten dan Kota
menetapkan bahwa pada tahun 2015 sebanyak
80% Desa dan Kelurahan telah menjadi Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif. Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif juga
merupakan salah satu urusan wajib yang harus diselenggarakan oleh
Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota sebagai realisasi dari
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota kepada Desa dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2007 tentang
Pelimpahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota kepada Kelurahan.
Dengan demikian diperlukan fasilitator pemberdayaan masyarakat yang
memadai baik dalam kuantitas maupun kualitas melalui pelatihan. Oleh
karena itu saya menyambut baik terbitnya Buku Kurikulum dan Modul
Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan ini yang
dapat digunakan sebagai acuan semua pihak untuk menyelenggarakan
pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan.
Meningkatnya keberadaan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di
Bidang Kesehatan akan memberikan kontribusi bermakna terhadap
akselerasi pencapaian Desa dan Kelurahan Siaga Aktif pada tahun 2015.
PELATIHAN FASIUTATOR
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan


bimbingan dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Jakarta, Oktober 2011


Sekretaris Jenderal
Kementerian Kesehatar-1 RI

~
l\ ' '
dr. Ratna Rosita, MPHM
PELATIHAN FASIL ITATOR
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN

~{/)n6tdCI/J~
DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN
MASYARAKATDAN DESA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
esuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Pasal 13 dan 14 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota bahwa penanganan bidang kesehatan menjadi salah satu
urusan wajib kewenangan Pemerintah provinsi dan Kabupaten/Kota. Oleh
karena itu, dalam rangka penguatan pemerintah desa dan kelurahan,
Kementerian Dalam Negeri telah menerbitkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyerahan Urusan
Pemerintahan Kabupaten/ Kota kepada Desa dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 36
Tahun 2007 tentang pelimpahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/
Kota Kepada Kelurahan.
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan salah satu
target kinerja yang ingin dicapai oleh Kementerian Kesehatan yang
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, maka pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif merupakan salah satu urusan wajib yang harus
diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dan yang juga harus
berperan aktif dan mendukung serta bersinergi dengan proses
pemberdayaan masyarakat desa dan kelurahan di wilayahnya, agar target
cakupan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dapatdicapai. Untukitu
Kementerian Dalam Negeritelah menerbitkan Surat Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 140.05/292 Tahun
2011 tanggal 27 April 2011 tentang Pembentukan Kelompok Kerja
Operasional dan Sekretariat Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Tingkat
Pusat.

I
PELATIHAN FASILITATOR
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN

Kita menyadari bahwa proses pemberdayaan masyarakat menuju


kemandirian khususnya di bidang kesehatan memerlukan suatu proses
yang harus dilakukan masyarakat sendiri dengan mendapat fasilitasi
dari berbagai pihak, baik Pemerintah Pusat sampai Pemerintah Daerah
maupun organisasi masyarakat atau lembaga kemasyarakatan serta unsur
masyarakat luas termasuk dunia usaha/swasta.
Dalam rangka penumbuhkembangan, penggerakan prakarsa dan
partisipasi serta swadaya gotong royong masyarakat dalam
pembangunan di desa dan kelurahan perlu dibentuk Kader Pemberdayaan
Masyarakat dimana Kader Pemberdayaan masyarakat merupakan mitra
Pemerintah Desa dan Kelurahan yang diperlukan keberadaan dan
peranannya dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan
partisipatif di Desa dan Kelurahan. Hal ini tertuang dalam Peraturan
Menteri dalam Negeri Nomor 7
Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat.
Selain itu, untuk mendukung dan mengembangkan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, berbagai pihak dapat menggunakan dasar hukum
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2007 tentang
Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan yang
menyatakan perlunya dilakukan peningkatan kapasitas Pemberdayaan
Masyarakat melalui berbagai upaya yang meliputi pelatihan fasilitator,
pelatihan petugas kesehatan, dan pelatihan- pelatihan lain bagi
pemberdayaan masyarakat guna menciptakan fasilitator pemberdayaan
masyarakat yang memadai baik dalam kuantitas maupun kualitas.
Dengan diterbitkannya Buku Kurikulum dan Modul Pelatihan
Fasilitator Pemberdayan Masyarakat di Bidang Kesehatan ini dapat
digunakan sebagai acuan semua pihak untuk menyelenggarakan Pelatihan
Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bi dang Kesehatan yang akan
menyelenggarakan pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di
Bidang Kesehatan di daerah. Sehingga keberadaan Fasilitator
Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan semakin

I
PELATIHAN FASILITATOR
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
I DI BIDANG KESEHATAN

meningkat dan tentunya akan memberikan kontribusi bermakna terhadap


akselerasi pencapaian Desa dan Kelurahan Siaga Aktif pada tahun 2015 dan
secara tidak langsung turut mendukung pencapaian target MDG's.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan


bimbingan dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Jakarta, Oktober 2011


Direktur Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Kementerid:e:i )~~
Drs. ~M:li:h~SH, MSi

I
PELATIHAN FASILITATOR
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN

ji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha


P
engasih dan Maha Penyayang atas ijin-Nya, Kurikulum an
d
Modul PelatihanFasilitator PemberdayaanMasyarakat
di Bidang Kesehatan ini, selesai disusun. Buku ini diharapkan dapat
dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang akan menyelenggarakan pelatihan
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan terutama dalam
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
Desa dan Keluarga Siaga Aktif yang merupakan salah satu
indikator dalam Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten dan Kata yang di targetkan pada tahun 2015 mencapai
80% Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif merupakan revitalisasi dari Desa dan Kelurahan Siaga yang pada
tahun 2009 baru mencapai 42.295 (56, 1 %) dari 75.410 desa dan
kelurahan di Indonesia. Oleh karena itu keberadaan fasilitator
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan perlu ditingkatkan
sehingga dapat memfasilitasi percepatan pencapaian Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif di Indonesia.
Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan ini, terdiri dari 2 {dua) bagian:
• Bagian 1 : Kurikulum Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan
• Bagian 2 : Modul PelatihanFasilitator PemberdayaanMasyarakat di
Bidang Kesehatan yang terdiri dari :
1. Modul Kebijakan dan Strategi Promosi Kesehatan
2. Modul Konsep Dasar Desa dan Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan
3. Modul Peran dan Fungsi Fasilitator Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan
4. Modul FasilitasiPengembanganDesadan Kelurahan
SiagaAktif

II
PELATIHAN fASIUTATOR
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN

5. Modul Fasilitasi Pembinaan PHBS di Masyarakat


6. Modul Komunikasi dan Advokasi
7. Modul Kemitraan
8. Modul Praktik Kerja Lapangan
9. Modul Membangun Komitmen Belajar
10. Modul Menyusun Rencana Tindak Lanjut

Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak


yang telah memfasilitasi penyusunan kurikulum dan modul ini.
Namun demikian tetap kami harapkan masukan, saran perbaikan untuk
penyempurnaan Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator
Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan ini.

Jakarta, Oktober 2011


Kepala Pusat Promosi Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI

c~)
dr. Lily S. Sulis~owati,MM
PELATIHAN FASIUTATOR
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN

SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL


KEMENTERIAN KESEHATANRI ii

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN


MASYARAKATDAN DESA KEMENTERIAN DALAM NEGERI ..
v

KATAPENGANTAR viii

DAFTAR ISi x

BAGIAN 1
KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DI BIDANG KESEHATAN

I PENDAHULUAN .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 1
A. Latar Belakang .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 1
B. Filosofi Pelatihan 3

II PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI FASILITATOR 4


A. Peran 4
B. Fungsi 4
C. Kompetensi 4

Ill TUJUAN PELATIHAN 5


A.Tujuan Umum 5
B.Tujuan Khusus 5

IV PESERTA, PELATIH, PENYELENGGARA 6


A. Peserta 6
B. Pelatih 6
C. Penyelenggara 7

V STRUKTUR PROGRAM 8
PELATIHAN FASILITATOR
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN

VI PROSES, DIAGRAM ALIR, METODE DAN GARIS BESAR


PROSES PEMBELAJARAN 9
A. Proses Pembelajaran 9
B. Diagram Alir Proses Pembelajaran 10
C. Met ode Pembelajaran .. .. 13
D.Garis Besar Proses Pembelajaran 14

VII EVALUASI DAN SERTIFIKASI 24


A. Evaluasi 24
B.Sertifikasi 25

BAGIAN 2
MODUL PELATIHAN FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN

Modul 1 Kebijakan dan Strategi Promosi Kesehatan 27


Modul 2 Konsep Dasar Desa dan Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan 41
Modul 3 Peran dan Fungsi Fasilitator Pemberdayan
Masyarakat di Bi dang Kesehatan 67
Modul 4 Fasilitasi Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif 79
Modul 5 Fasilitasi Pembinaan PHBS di Masyarakat 105
Modul 6 Komunikasi dan Advokasi 127
Modul 7 Kemitraan 159
Modul 8 Praktik Kerja Lapang 173
Modul 9 Membangun Komitmen Bel ajar 179
Modul 10 Menyusun Rencana Tindak Lan jut 183
11,
ff
IJ
..
•·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·.::··:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·.:·:.:·.:11·::•::

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuanpembangunan kesehatansebagaimana disebutkan dalam Undang- Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa "Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumberdaya manusiayang produktifsecarasosial dan ekonomis, selanjutnya
Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif
masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan".

Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan Visi


Pembangunan Kesehatan Tahun 2010 - 2014 adalah "MASYARAKAT
SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN" dengan salah satu
misinya adalah "Meningkatkan derajat kesehatan melalui pemberdayaan
masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani.

Pusat Promosi Kesehatan sebagai unit kerja di Kelembagaan Kementerian


KesehatanRI, mempunyaitugasmelaksanakan pemberdayaan masyarakat dan
promosi kesehatan. Dalam melaksanakan tugas Pusat Promosi Kesehatan
menyelenggarakan fungsi antara lain : menyusun kebijakan teknis, rencana dan
program di bidang pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan;
melaksanakan tugas di bidang pemberdayaan masyarakat dan promosi
kesehatan; pembinaan pemberdayaan dan peran serta masyarakat di bidang
kesehatan; mengembangkan metode dan teknologi promosi kesehatan. lndikator
output antara lain; Rumah Tangga Ber-PHBS, Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

KURIKULUM PELATIHAN FASILITATORPEMBEROAYAANMASYARAKATOIBIDANGKESEHATAN


. ...
•:: :·:·:.·:·:·:·1·::: : : : ·:.:1·:·:·:·:·:.·::·.1: ··::.·:·:·:

Sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal


13 dan 14 serta Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bahwa penanganan bidang kesehatan
menjadi salah satu urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kemudian, dalam rangka penguatan
pemerintahan desa, Kementerian Dalam Negeri telah menerbitkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun
2006 tentang Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/ Kata
kepada Desa dan Peraturan Menteri Dalam Negeri 36 Tahun 2007 tentang
Pelimpahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota kepada Desai Kelurahan. Maka
diharapkan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan dapat berjalan
dengan baik di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota terutama di Puskesmas, sebagai
ujung tombak pelaksana pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, Rumah Tangga Ber-PHBS, pengembangan
dan pembinaannya juga merupakan salah satu urusan wajib yang harus
diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kata.

Oleh karena itu diperlukan Fasilitator-Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di


bidang Kesehatan yang memadai dalam kuantitas maupun kualitasnya agar dapat
dicapai target 80 % Desa dan Kelurahan Siaga Aktif pada tahun 2015.

Untuk maksud tersebut perlu disusun Buku Kurikulum dan Modul Pelatihan
FasilitatorPemberdayaan Masyarakatdi Bidang Kesehatansehinggadapat
digunakan sebagai acuan berbagai pihak yang akan menyelenggarakan pelatihan
bagi Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di bidang Kesehatan. Dengan demikian
pelatihan tersebut diharapkan menghasilkan Fasilitator yang handal mampu
memfasilitasi pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan pada umumnya dan
fasilitasi pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif pada khususnya.

KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


··:·:·:·:·:·:·:•:•:t.•:•:•:·:·: ·:·:·::.·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:.·:·:·

Kurikulum ini didesain dengan pendekatan "learner centered" yakni


pendekatan yang menempatkan pembelajar sebagai pusat perhatian, sedangkan
pelatih/fasilitator lebih berperan sebagai catalyst, process helper, dan resource
linker. Mengingat adanya keanekaragaman kebijakan dan budaya setempat,
maka tujuan pembelajarannyapun diarahkan pada tumbuhnya proses
penemuan sendiri (self discovery), sehingga kompetensi yang telah diperoleh
dapat diterapkan dalam pelaksanaan tugas.

B. Filosofi Pelatihan
Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan ini
diselenggarakan dengan memperhatikan :
1. Prinsip andragogi, yaitu bahwa selama pelatihan peserta berhak untuk:
a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya mengenai pemberdayaan
masyarakat dan promosi kesehatan
b. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapat, sejauh berada didalam
konteks pelatihan.
c. Diberikan apresiasi atas, pendapat yang baik dan positif yang
diutarakan oleh peserta.

2. Berorientasi kepada peserta, dimana peserta berhak untuk:


a. Mendapatkan paket bahan belajar.
b. Mendapatkan pelatih profesional yang dapat memfasilitasi dengan
berbagai metode, melakukan umpan balik, dan menguasai materi yang
disampaikan.
c. Belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki individu, baik secara
visual, auditorial maupun kinestetik (gerak).
d. Melakukan refleksi dan memberikan umpan balik secara terbuka.
e. Melakukan evaluasi (terhadap pelatih dan penyelenggara) dan
dievaluasi tingkat pemahaman peserta dalam pemberdayaan masyarakat
dan promosi kesehatan.

KURIKULUMPELATIHANFASILITATOR PEMBERDAYAANMASYARAKATDIBIDANG KESEHATAN


....
: : : : •:::::1:::::::::•::::::::· :::•:::::•:::::•::::::::::: .

3. Berbasis kompetensi, yang memungkinkan peserta untuk :


a. Mengembangkan keterampilan langkah demi langkah dalam
memperoleh kompetensi yang diharapkan dalam pelatihan.
b. Memperoleh sertifikat setelah dinyatakan berhasil mendapatkan
kompetensi yang diharapkan pada akhir pelatihan.

4. Learning by doing yang memungkinkan peserta untuk :


a. Berkesempatan melakukan eksperimentasi dari materi pelatihan dengan
menggunakan metode pembelajaran antara lain ceramah
tanya jawab, penugasan, diskusi kelompok, latihan-latihan, baik --....,
secara individu maupun kelompok.
b. Melakukan pengulangan atau pun perbaikan yang dirasa perlu.

II. PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI FASILITATOR

A. Peran
Sebagai fasilitator pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan khususnya dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

B. Fungsi
Dalam melakukan perannya Fasilitator berfungsi :
1. Melakukan fasilitasi pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
· khususnya dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
2. Melakukan fasilitasi pembinaan PHBS di masyarakat
3. Memfasilitasi pelatihan pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan bagi Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM)/Kader
Kesehatan khususnya dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif.

KURIKULUM PELATIHAN FASIUTATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


·:·:·:·:·:· :·:·:··:·:·:·:·:·:·:·:· ·:·:·:·:·:·:··::·:·.:·:·.1·:.::

C. Kompetensi
Setelah pelatihan, Fasilitator diharapkan memiliki kompetensi sebagai berikut :
1. Mampu menjelaskan Peran dan Fungsi Fasilitator Pemberdayaan
Masyarakat di bidang Kesehatan
2. Mampu melakukan Fasilitasi Pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif
3. Mampu melakukan Fasilitasi Pembinaan PHBS di Masyarakat
4. Mampu melakukan Komunikasi dan Advokasi
5. Mampu melakukan Kemitraan
6. Mampu melaksanakan Praktik Kerja Lapang

Ill. TUJUAN PELATIHAN

A. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti pelatihan, peserta mampu melakukan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan khususnya dalam pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif.

B. Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti pelatihan, diharapkan peserta mampu :
<:> 1. Menjelaskan Kebijakan dan Strategi Promosi Kesehatan
2. Menjelaskan Konsep Dasar Desa dan Pemberdayaan Masyarakat di
Bidang Kesehatan
3. Menjelaskan Peran dan Fungsi Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di
Bidang Kesehatan
4. Melakukan Fasilitasi Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
5. Melakukan Fasilitasi Pembinaan PHBS di Masyarakat
6. Melakukan Komunikasi dan Advokasi
7. Melakukan Kemitraan
8. Melakukan Praktik Kerja Lapang
9. Menyusun Rencana Tindak Lanjut

KURIKULUM PELATIHAN FASIUTATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!i!!!!!iiii!iiiii.

IV. PESERTA, PELATIH, PENYELENGGARA

A. Peserta
Peserta pelatihan fasilitator pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan ini adalah:
1 . Kriteria :
• Petugas Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
diutamakan Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
• Anggota Organisasi Profesi Kesehatan
• Pelatih/Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat
• Petugas Lintas Sektor terkait
• Aktivis Organisasi masyarakat/Lembaga Swadaya Masyarakat
• Penanggung Jawab Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL)

2. Jumlah peserta dalam 1 kelas berjumlah maksimal 35 orang.

B. Pelatih
Pelatih berasal dari :
1. Pelatih dari Komite Standar Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa/Kelurahan
2. Pejabat fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM) Ahli yang telah
mengikuti pelatihan pelatih (Training of the Trainers!TOT)atau pelatihan
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
3. Widyaiswara Pusat Pendidikan dan Pelatihan
4. Kelompok Profesi Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat
Indonesia (PPPKMI) yang telah berpengalaman dalam TOT atau
pelatihan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan

KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR PEMBEROAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


!iiii::!!!!!!!!!11!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!11!!!!!1

c. Penyelenggara
Penyelenggara pelatihan fasilitator pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan adalah :
1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur, Sadan PPSDM
Kesehatan
2. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan, Sadan PPSDM
Kesehatan
3. Balai Besar/Balai Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kementerian
Dalam Negeri
4. Salai Sesar Pelatihan Kesehatan (SSPK), Sadan PPSDM Kesehatan
5. Salai Pelatihan Kesehatan Nasional, Sadan PPSDM Kesehatan
6. Salai Pelatihan Kesehatan Provinsi
7. Pusat Promosi Kesehatan, Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan RI
8. lnstansi atau Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota yang membidangi
pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan

KlJRIKULUM PFLATIHAN FASILITATOR PEMBERDAYAANMASYARAKATDIBIDANG KESEHATAN


.
·:1·:·:·:·:: : ·::.·:·:·:1·:·:.·:··:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:1:··.·::·:·:·:·:·:.

V. STRUKTUR PROGRAM

Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka disusun materi yang akan
diberikan secara rinci pada tabel struktur program sebagai berikut :

JPL
NO MATERI
T p PL JUMLAH

A MATERI DASAR
1 Kebijakan dan Strategi Promosi Kesehatan 2 0 0 2
2 Konsep Dasar Desa dan Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan 3 0 0 3

B MATERI INTI
1 Peran dan Fungsi Fasilitator Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan 1 2 0 3 ,_.
2 Fasilitasi Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif 2 8 0 10
3 Fasilitasi Pembinaan PHBS di Masyarakat 2 6 0 8
4 Komunikasi dan Advokasi 2 4 0 6
5 Kemitraan 1 3 0 4
6 Praktik Kerja Lapangan 0 0 10 10

c MATERI PENUNJANG
1 Membangun Komitmen Belajar
(Building Learning Comitmment!BLC) 0 3 0 3
2 Rencana Tindak Lanjut (RTL) 0 2 0 2
TOTAL 13 28 10 51

Keterangan :
Waktu : 1 jam pembelajaran Qpl) = 45 menit
T = Teori, P = Penugasan, PL= Praktik Lapangan

KURIKULUM PELATIHAN FASIUTATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


. . •.
.·:·:·:·:·:·:·:•.:tt::•;::•:•:•!:!l!!!••:!:t•::t:!!!!!!•t::11·11:11111111

VI. PROSES, DIAGRAM ALIR, METODE DAN


GARIS BESAR PROSES PEMBELAJARAN

A. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut :
1. Dinamisasi dan penggalian harapan peserta serta membangun
komitmen belajar di antara peserta.
2. Penyiapan peserta sebagai individu atau kelompok yang mempunyai
pengaruh terhadap perubahan perilaku untuk menciptakan iklim yang
kondusif dalam melaksanakan tugas.
3. Penjajagan awal peserta dengan memberikan pre-tes.
4. Pembahasan materi kelas.
5. Praktik kelas dalam bentuk penugasan-penugasan.
6. Praktik lapangan.
7. Penjajagan akhir peserta dengan memberikan post-tes.

Dalam setiap pembahasan materi inti, peserta dilibatkan secara aktif baik
dalam teori maupun penugasan, dimana :
1. Pelatih mempersiapkan peserta untuk siap mengikuti proses
pembelajaran.
2. Pelatih menjelaskan tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada
setiap materi.
3. Pelatih dapat mengawali proses pembelajaran dengan :
a. Penggalian pengalaman peserta.
b. Penjelasan singkat tentang seluruh materi.
c. Penugasan dalam bentuk individual atau kelompok.
4. Setelah semua materi disampaikan, pelatih dan atau peserta dapat
memberikan umpan balik terhadap isi keseluruhan materi yang
diberikan.
5. Sebelum pemberian materi berakhir, pelatih dan peserta dapat
membuat rangkuman dan atau pembulatan.

KURIK ULUM PELATIHAN FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


1 ·:11111·:1:.·:1:::::11::::1:::::::::::::11::::::::•:::::::::::: .

B. Diagram Alir Proses Pembelajaran

PEMBUKAAN
+
PRE TES
+
MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR (BLC)
I
WAWASAN KETERAMPIL-'\N
1. Kebijakan dan Strategi 1. Peran dan Fungsi Fasilitator
Promosi Kesehatan 2. Fasilitasi Pengembangan Desa dan
2. Konsep Dasar Desa dan Keluarga Siaga Aktif
Pemberdayaan Masyarakat di 3. Fasilitasi Pembinaan PHBS di
Bidang Kesehatan Masyarakat
4. Komunikasi dan Advokasi
METODE 5. Kemitraan
• Curah pendapat
• Ceramah tanya jawab METODE
• Curah pendapat
• Ceramah tanya jawab
• Simulasi
• Bermain peran
• Diskusi kelompok
• Latihan
• Studi kasus

PRAKTIK KERJA LAPANGAN


+
RENCANA TINDAK LANJUT
+
EVALUASI
+
PENUTUPAN
KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIB IDANG KESEHATAN
.
·:·:·:.:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·: ·:·::·.:·:.::·:·.::·:·:·.:.:::·:··::··.::•:.•:t•:••t:••::

Rincian rangkaian alur proses pelatihan sebagai berikut :

1. Pembukaan
Proses pembukaan pelatihan meliputi beberapa kegiatan berikut:
a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan.
b. Pengarahan dari pejabat yang berwenang tentang latar belakang
perlunya pelatihan.
c. Perkenalan peserta secara singkat.

2. Pelaksanaan Pre Tes


Pelaksanaan pre tes dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman awal peserta terhadap materi yang akan diberikan pada proses
pembelajaran.

3. Membangun komitmen belajar


Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta dalam mengikuti proses
pelatihan. Kegiatannya antara lain :
a. Penjelasan oleh pelatih tentang tujuan pembelajaran dan kegiatan
yang akan dilakukan dalam materi membangun komitmen belajar.
b. Perkenalanantara peserta dan para pelatih dan panitia penyelenggara pelatihan,
dan juga perkenalan antar sesama peserta. Kegiatan perkenalan
dilakukan dengan permainan, dimana seluruh peserta terlibat secara aktif.
c. Mengemukakan kebutuhan/harapan, kekhawatiran dan komitmen
. masing-masing peserta selama pelatihan.
d. Kesepakatan antara para pelatih, penyelenggara pelatihan dan peserta
dalam berinteraksi selama pelatihan berlangsung, meliputi :
pengorganisasiankelas, kenyamanankelas, keamanankelas, dan yang lainnya.

4. Pengisian pengetahuan/wawasan
Setelah materi Membangun Komitmen Belajar, kegiatan dilanjutkan
dengan memberikan materi sebagai dasar pengetahuan/wawasan

KURIKULUM PELATIHAN FASIUTATORPEMBERDAYAANMASYARAKATDIBIDANGKESEHATAN


!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

yang sebaiknya diketahui peserta dalam pelatihan ini, sebagai berikut adalah:
a. Kebijakan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
b. Konsep dasar desa dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan.

5. Pemberian keterampilan
Pemberian materi keterampilan dari proses pelatihan mengarah pada
kompetensi keterampilan yang akan dicapai oleh peserta. Penyampaian materi
dilakukan dengan menggunakan berbagai metode yang melibatkan semua
peserta untuk berperan serta aktif dalam mencapai kompetensi tersebut, yaitu
metode tanya jawab, studi kasus, diskusi
kelompok, bermain peran, tugas baca, simulasi, dan latihan-latihan -;:»

tentang fasilitasi pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan desa dan


kelurahan siaga aktif, fasilitasi pembinaan PHBS di berbagai tatanan, serta
praktik melatih dengan menggunakan kurikulum dan modul pelatihan
fasilitator pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.

6. Pelaksanaan PraktikKerja Lapangan


Tujuan dari Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini adalah agar peserta
mampu menerapkan peran dan fungsinya sebagai fasilitator pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan.

7. Rencana TindakLanjut {RTL)


Masing-masing peserta menyusun rencana tindak lanjut hasil --- pelatihan
berupa rencana melakukan fasilitasi pelatihan pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan di wilayahnya masing-masing.

8. Evaluasi
Evaluasi dilakukan tiap hari dengan cara me-review kegiatan proses
pembelajaran yang sudah berlangsung, ini sebagai umpan balik untuk
menyempurnakan proses pembelajaran selanjutnya. Di samping itu juga
dilakukan proses umpan balik dari pelatih ke peserta berdasarkan

KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


.
:.::.:.:.:.:•:.•:tt•:•:••:t:!t!:tt•:!!;;!;!!;;!;!!;!;!;!;!;!;t;•:•:•:

penilaian penampilan peserta, baik di kelas maupun di lapangan. Selain


itu akan dilakukan post tes untuk mengetahui sejauh mana peserta dapat
menyerap materi selama pelatihan.

9. Penutupan
Acara penutupan dapat dijadikan sebagai upaya untuk mendapatkan
masukan dari peserta ke penyelenggara dan pelatih untuk perbaikan
pelatihan yang akan datang.

C. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran ini berdasarkan pada prinsip:
1. Orientasi kepada peserta meliputi latar belakang, kebutuhan dan
harapan yang terkait dengan tugas yang dilaksanakan.
2. Peran serta aktif peserta sesuai dengan pendekatan pembelajaran.
3. Pembinaan iklim yang demokratis dan dinamis untuk terciptanya
komunikasi dari dan ke berbagai arah.

Oleh karena itu metode yang digunakan selama proses pembelajaran


diantaranya adalah :
1. Ceramah singkat dan tanya jawab.
Curah pendapat, untuk penjajagan pengetahuan dan pengalaman peserta
terkait dengan materi yang diberikan.
2. Penugasan berupa : diskusi kelompok, role play dan studi kasus,
lapangan.

KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


!;t;t;•l•lti•l:e:e:e:e•l•l:e:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:••:•:•:•:•:••:•:•:••eo

D. Garis Besar Proses Pembelajaran (GBPP)


Norn or MD.1
Materi Kebijakan dan Strategi Promosi Kesehatan
Waktu : 2 Jpl (T=2 jpl; P=O; PL=O)

Tujuan Pembelajaran Umum :


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami Kebijakan dan
Strategi Promosi Kesehatan

Tujuan Pokok Bahasan/ Sub


Pembelajaran Pokok Bahasan Metode Alat Bantu Referensi
Khusus

Setelah mengikuti • Departemen Kesehatan RI,


materi ini, peserta Pusat Promosi Kesehatan,
mampu menjelaskan Kebijakan Nasional
Promosi Kesehatan,
1. Arah Kebijakan 1. ArahKebijakan • Ceramah • Komputer Jakarta,
dan Strategi dan Strategi • Tanya jawab • LCD 2004
Kementerian Kementerian dan • Departemen Kesehatan RI,
Kesehatan Kesehatan • Curah Pusat Promosi Kesehatan,
1.1 ArahKebijakan pendapat Pedoman Pelaksanaan
dan Strategi Promosi Kesehatan di
Kementerian Daerah, Jakarta,2005
Kesehatan • Departemen Kesehatan RI,
1.2. Peran Promosi Sistem Kesehatan
Kesehatan Nasional, Jakarta, 2009
• Kementerian Kesehatan RI,
Renstra 2010-2014, Jakarta
2010
2. Kebijakan 2. KebijakanPromosi • Ceramah
• Hartono. B, Materi
Promosi Kesehatan • Tanyajawab
Peningkatan Kompetensi
Kesehatan dan
Petugas Pusat Promosi
• Curah
Kesehatan, Strategi Promosi
pendapat
Kesehatan
dalam
3. Strategi 3. StrategiPromosi • Ceramah
Promosi Kesehatan • Tanyajawab
Kesehatan dan
• Curah
pendapat

KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR PEMBEROAYAAN MASYARAKAT OIBIDANG KESEHATAN


:::::::::::: : . : . : : : :::::·:.·:·::·:··:·:·:·:·:·:·:·1·: ·:·:1::··.1:1: 1
·············:·:·········1

Nomor MD.2
Materi Konsep Dasar Desa dan Pemberdayaan Masyarakat di Bidang
Kesehatan
Waktu : 3 Jpl (T=3 jpl; P=O; PL=O)

Tujuan Pembelajaran Umum :


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami Konsep Dasar Desa dan
Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan
Tujuan Pokok Bahasan/ Sub
Pembelajaran Pokok Bahasan Metode Alat Bantu Referensi
Khusus

Setelah mengikuti materi 1. Pemberdayaan Masyarakat • Ceramah • Departemen


• Komputer
ini, peserta mampu 1.1. Pengertian Pemberdayaan • Tanya jawab • LCD Kesehatan RI, Sistem
menjelaskan : Masyarakat dan Kesehatan Nasional,
1. Pengertian 1.2. Tahapan Kegiatan Pemberdayaan • Curah Jakarta,2009
Pemberdayaan Masyarakat pendapat • Kementerian
Masyarakat 1.3. Prinsip Dasar Pemberdayaan Kesehatan RI, Pedoman
Masvarakat Umum Pengembangan
Desa dan Kelurahan
2. Pengertian 2. Pemberdayaan Masyarakat di bidang • Ceramah Siaga Aktif, Jakarta,
Pemberdayaan kesehatan • Tanya jawab 2010
Masyarakat di 2.1. Pengertian Pemberdayaan dan • Totok Mardikanto,
Bidang Kesehatan Masyarakat di Bidang Kesehatan • Curah Konsep-konsep
2.2. Unsur-unsur Pemberdayaan pendapat Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan Masyarakat,
Surakarta,2010
3. Pengertian Konsep 3. Konsep Dasar Desa • Ceramah • Departemen Dalam
Dasar Desa 3.1. Pengertian Desa dan Syarat • Tanya jawab Negeri, Undang-
Pembentukan Desa dan undang Nomor 32
3.2. Penyelenggaraan Pemerintahan • Curah Tahun 2004 tentang
Desa pendapat Pemerintah Daerah,
3.3. Pokok-Pokok kebijakan desentralisasi Depdagri, Jakarta
dan otonomi daerah 2004.
3.4. Hubungan antara pemerintah pusat dan • Departemen Dalam
pemerintah daerah dengan pemerintahan Negeri, Peraturan
desa Pemerintah No. 72
3.5. Kebijakan pemerintah tentang Tahun 2005 tentang
pemerintahan desa Desa, Direktorat
Jenderal
4. Pengertian 4. Partisipasi Masyarakat • Ceramah Pemberdayaan
Partisipasi • Tanya jawab Masyarakat dan Desa,
Masyarakat dan Depdagri Jakarta,
• Curah 2005.
5. Pemberdayaan 5. Pemberdayaan Masyarakat Melalui pendapat
Masyarakat Melalui Pengembangan UKBM
Pengembangan
UKBM

KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


1111111!11111!111!!!!!!1111!!!1!!!!!!!::i!!!!!!!!!!!!:!!!!:!!.

Nomor : Ml.1
Materi : Peran dan Fungsi Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang
Kesehatan
Waktu : 3 Jpl (T=1 jpl; P=2; P=O)

Tujuan Pembelajaran Umum :


Memahami Peran dan Fungsi Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di
Bidang Kesehatan
Tujuan Pokok Bahasan/ Sub
Pembelajaran Pokok Bahasan Metode Alat Bantu Referensi
Khusus

Setelah • BPPSDMK
mengikuti materi Departemen
ini, peserta Kesehatan
mampu:
RI, Kurikulum
1 . Menjelaskan 1. Peran Fasilitator • Ceramah • Komputer & Modul
Peran Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di • Tanya jawab • LCD Pelatihan
Pemberdayaan bidang Kesehatan dan Fasilitator
Masyarakat • Curah Tingkat
di bidang pendapat Puskesmas
Kesehatan dalam
Pengembangan
2. Menjelaskan 2. Fungsi Fasilitator Pemberdayaan • Ceramah Desa Siaga,
Fungsi Masyarakat di bidang Kesehatan • Tanya jawab Jakarta, 2007
Fasilitator dan • Kementerian
Pemberdayaan • Curah Kesehatan
Masyarakat pendapat
RI, Pedoman
di bidang Umum
Kesehatan Pengembangan
Desa dan
Kelurahan
Siaga Aktif,
Jakarta,2010
• Totok
Mardikanto,
Konsep-konsep
Pemberdayaan
Masyarakat,
Surakarta,
2010
• Totok
Mardikanto,
Model-model
Pemberdayaan
Masyarakat,
Surakarta,
2010

KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


.
·.·:·: ·:·:·::·.::·:·:·:·:·:·:·:··:·::..·:·.:1··:·.:·:··:·:·:·:·:·1: ·:1·:·:·:·:::

Nomor : Ml.2
Materi : Fasilitasi Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
Waktu : 10 Jpl (T=2 jpl; P=8; PL=O)

,, Tujuan Pembelajaran Umum :


Mampu melakukan fasilitasi penyelenggaraan pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif

Tujuan Pokok Bahasan/ Sub


Pembelajaran Pokok Bahasan Metode Alat Bantu Referensi
Khusus

Setelah mengikuti • Departemen


materi ini, peserta 1. Pengembangan Desa dan Kesehatan RI,
mampu: Kelurahan Siaga Aktif • Ceramah • Komputer BPPSDMK,
1. Menjelaskan 1 .1 . Pendekatan pengembangan tan ya • LCD Kurikulum
pendekatan dan Desa dan Kelurahan Siaga jawab, • Skenario & Modul
persiapan Aktif • Curah • Lembar Pelatihan
pengembangan 1.2. Persiapan pengembangan Desa pendapat, diskusi Fasilitator
Desa dan dan Kelurahan Siaga Aktif • Diskusi kelompok Tingkat
Kelurahan Siaga kelompok • Lembar Puskesmas
Aktif • Presentasi penugasan dalam
• Simulasi lapangan Pengembangan
• Bermain Desa Siaga,
peran Jakarta,2007
• Penugasan la • Pusat Promosi
pang an Kesehatan,
Pemberdayaan
2. Melakukan 2. Langkah-langkah fasilitasi • Ceramah Masyarakat
langkah-langkah siklus pemecahan masalah tanya Dalam
fasilitasi siklus kesehatan yang dihadapi jawab, Pengembangan
pemecahan masyarakat desa dan • Curah Desa dan
masalah kesehatan kelurahan pendapat, Kelurahan
yang dihadapi 2.1. Langkah-langkah siklus • Diskusi Siaga Aktif,
masyarakat pemecahan masalah kelompok Jakarta,2009
desa dan kesehatan • Presentasi • Kementerian
kelurahan 2.2. Pentahapan pengembangan • Simulasi Kesehatan
Desa dan Kelurahan Siaga • Bermain RI, Pedoman Um
Aktif. peran um
• Penugasan Pengembangan
lapangan Desa dan
Kelurahan
Siaga Aktif,
Jakarta,2010

KURIK ULUM PELATIHAN fASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!11!!1!!1!!!!!:!!=!
Nomor :Ml.3
Materi : Fasilitasi Pembinaan PHBS di Masyarakat
Waktu : 8 Jpl (T=2 jpl; P=6; PL=O)

Tujuan Pembelajaran Umum :


Mampu melakukan fasilitasi Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) di Berbagai Tatanan

Tujuan Pokok Bahasan/ Sub


Pembelajaran Pokok Bahasan Met ode Alat Bantu Referensi
Khusus

Setelah mengikuti
materi ini, peserta 1. PHBS
mampu: 1.1. Pengertian PHBS • Ceramah • Komputer • Pusat Promosi
1 . Menjelaskan 1.2. PHBS di berbagai Tatanan tanya • LCD Kesehatan,
tentang PHBS 1.3. Hakikat Perilaku jawab, • Skenario Panduan
• Curah • Lembar Pembinaan dan
pendapat, diskusi Penilaian PHBS
• Diskusi kelompok di RT melalui
kelompok Tim Penggerak
• Presentasi PKK, Jakarta,
• Simulasi 2009
• Bermain • Pusat Promosi
peran Kesehatan,
• Penugasan Panduan
lapangan Peningkatan
PHBS di RT,
2. Melakukan 2. Langkah-langkah Fasilitasi • Ceramah Jakarta,2009
Langkah- proses pembinaan PHBS tanya • Kementerian
Langkah 2.1. Strategi Pembinaan PHBS jawab, Kesehatan
Fasilitasi Proses 2.2. Pembinaan PHBS di • Curah RI, Pedoman
Pembinaan Rumah Tangga pendapat, Umum
PHBS 2.3. lndikator keberhasilan • Diskusi Pengembangan
kelompok Desa dan
• Presentasi Kelurahan
• Simulasi Siaga Aktif,
• Bermain Jakarta,2010
peran
• Penugasan
lapangan

KURIKULUM PELATIHANFASILITATORPEMBEROAYAANMASYARAKATOIBIOANGKESEHATAN
==:!!!!!!!!!!!!!!!1!!!!!!111!111!!11!1111!!11!11111111111111111

Nomor : Ml.4
Materi : Komunikasi dan Advokasi
Waktu : 6 Jpl (T = 2 jpl; P: 4; PL: O)

-J Tujuan Pembelajaran Umum :


Mampu melakukan Komunikasi dan Advokasi

Tujuan Pokok Bahasan/ Sub


Pembelajaran Pokok Bahasan Metode Alat Bantu Referensi
Khusus

Setelah • Komputer • Pusat Promosi


mengikuti materi • Ceramah • LCD Kesehatan,
ini, peserta • Tanyajawab • Skenario Modul
mampu: 1. Komunikasi • Curah • Lembar Teknologi
1. Melakukan 1 .1. Pengertian komunikasi pendapat diskusi Advokasi
komunikasi 1 .2. Bentuk-bentuk • Diskusi kelompok Kesehatan,
Komunikasi kelompok Jakarta,2002
1 .3. Membangun komunikasi • Presentasi • Depkes.RI.,
yang efektif • Simulasi BPPSDMK,
• Bermain Kurikulum
peran & Modul
Pelatihan
Fasilitator
Tingkat
2. Melakukan 2. Advokasi • Ceramah Puskesmas dalam
advokasi 2.1. Pengertian advokasi • Tanya jawab Pengembangan
2.2. Langkah-langkah advokasi • Curah Desa Siaga,
2.3. Cara melakukan advokasi pendapat Jakarta,2007
• Diskusi • Prof.
kelompok DR.Soekidjo
• Presentasi Notoatmodjo,
• Simulasi SKM,
• Bermain M.Com.H,
peran Promosi
Kesehatan dan
llmu Perilaku,
Jakarta,2007

KURIKULUM PELATIHAN fASILITATOR PEMBERDAYAANMASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


. .: :: . .
11111:·:::•:::11:··::·:1::::::•::
:··::·.:·:··::··:·:··::·:·:·:·:·:

Nomor : Ml.5
Materi : Kemitraan
Waktu : 4 jpl (T = 1 jpl; P: 3; PL: 0)

Tujuan Pembelajaran Umum : . , Mampu


menggalang kemitraan dalam mewujudkan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif

Tujuan Pokok Bahasan/


Pembelajaran Sub Pokok Bahasan Metode Alat Bantu Referensi
Khusus

Setelah • Departemen
mengikutimateri Kesehatan RI,
ini, peserta • Ceramah • Komputer Sekretariat
mampu: • Tanya jawab • LCD Jenderal,
1. Menjelaskan 1. Kemitraan • Curah • Skenario Kemitraan
Pengertian 1.1 Pengertian Kemitraan pendapat • Lembar Menuju
Kemitraan dan 1.2 Peran Mitra • Diskusi diskusi Indonesia Sehat,
Peran mitra kelompok kelompok Jakarta,
• Presentasi 2003
• Soekidjo
Notoatmodjo,
2. Menyusun 2. Perencanaan (kemitraan) • Ceramah et.al., Promosi
rencana bersama • Tanyajawab kesehatan,Teori
bersama • Curah dan Aplikasi,
pendapat Rineka Cipta,
• Diskusi Jakarta,2005
kelompok • Kementerian
Kesehatan RI,
Second
3. Melaksanakan 3. Pelaksanaan Kemitraan, • Ceramah Decentralized
Kemitraan, pemantauan dan penilaian hasil • Tanyajawab Health Services
memantau dan • Curah Project, Modul
menilai hasil pendapat Pelatihan
• Diskusi Pemberdayaan
kelompok Masyarakat
• Bermain Bagi Petugas
peran Puskesmas,
Jakarta,2010
• Kementerian
Kesehatan
RI, Pedoman
Umum
Pengembangan
Desa dan
Kelurahan Siaga
Aktif, Tahun
2010

KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


·•·•···•·•··•·•··•··•·•··•·•··•·:•···•·:•·•·•:·•··•:•·•·•··•·:•·•·:•··•· ·••:·· ·••···•·1•·•·::•·:· ••

Nomor : Ml.6
Materi : Praktik Kerja Lapangan (PKL)
'--' Waktu : 10Jpl (T=Ojpl; P=O; PL=10)

Tujuan Pembelajaran Umum :


Setelah melaksanakan PKL, peserta mampu menerapkan peran dan
fungsinya sebagai fasilitator pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
<:> khususnya dalam mewujudkan Desa dan Kelurahan Siaga aktif.

Tujuan Pokok Bahasan/ Sub


Pembelajaran Pokok Bahasan Metode Alat Bantu Referensi
Khusus

Setelah mengikuti • Komputer • Depkes.RI,


materi ini, peserta • LCD BPPSDMK
mampu: • pedoman Kurikulum
1. Mempersiapkan 1. Persiapan PKL • Ceramah tanya dan Modul
PKL
PKL jawab
• Format Pelatihan
• kunjungan Fasilitator
laporan
lapangan Tingkat
PKL
Puskesmas
2. Mengaplikasikan 2. Mengaplikasikan dan dalam
dan memantap- memantapkan pengeta- • Ceramah tanya Pengembangan
kan pengetahuan huan dan keterampilan jawab Desa Siaga,
dan keterampilan fasilitasi pembinaan Desa • Curah pendapat Jakarta,2007
fasilitasi pembi- dan Kelurahan Siaga Aktif • kunjungan • Kementerian
naan Desa dan serta PHBS lapangan Kesehatan RI,
Kelurahan Siaga Second
Aktif serta PHBS Decentralized
Health Services
3. Menyusun lapo- 3. Laporan PKL • Penulisan Project, Modul
ran PKL La po ran Pelatihan
• Penyajian Pemberdayaan
Masyarakat
Bagi Petugas
Puskesmas,
Jakarta, 2010

KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


Nomor
.
·:1·:111·:·•11·:·•·•:·•:•·•·•:··••··•··•·•·••·•··•·•·•····
: MP.1
Materi : Membangun Komitmen Belajar {BLC}
Waktu : 3 Jpl (T =0 jpl; P=3; PL=O)
/
Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah mengikuti materi ini, peserta, pelatih dan penyelenggara/panitiasaling
mengenal serta menyepakati norma selama proses pelatihan berlangsung

Tujuan Pokok Bahasan/


Pembelajaran Sub Pokok Bahasan Metode Alat Bantu Referensi
Khusus

Setelah
mengikuti materi • BPPSDMK
ini, peserta • Ceramah • Komputer Depkes RI,
mampu: tanya jawab • LCD Kurikulum
1. Mengenal 1. Pencairan/perkenalan • Curah • Lembar & Modul
seluruh pend a pat diskusi Pelatihan
peserta, pelatih • Diskusi kelompok Fasilitator
dan panitia Kelompok • Kertas Tingkat
penyelenggara • Presentasi berwarna Puskesmas
dalam
2. Mengetahui 2. Tujuan pelatihan • Ceramah Pengembangan
tujuan pelatihan tanya jawab Desa Siaga,
yang diikutinya • Curah Jakarta,2007
pend a pat • Depkes RI,
• Diskusi Ditjen PP&PL
Kelompok Modul
• Presentasi Pelatihan Bagi
Pelatih PSN
3. Menyampaikan 3. Harapan Peserta • Ceramah DBD dengan
harapannya tanya jawab pendekatan
• Curah Komunikasi
pend a pat Perubahan
• Diskusi Perilaku
Kelompok (CQMBI), 2007
• Presentasi • Kementerian
Kesehatan
4. Norma selama proses pelatihan • Ceramah RI, Second
4. Menyepakati tanya jawab Decentralized
norma selama • Curah Health Services
proses pelatihan pend a pat Project, Modul
• Diskusi Pelatihan
Kelompok Pemberdayaan
• Presentasi Masyarakat
Bagi Petugas
Puskesmas,
Jakarta,2010
'-. /

KURIKULUM PELATIHAN FASIL ITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT OIBIOANG KESEHATAN


..
••:•:,.•:•:•:•:!.•::.•::.•:•:!.:•:.:•·:·:·:·•:!.!!•••:!•. •! ::.

Nomor : MP.2
Materi : Rencana Tindak Lanjut
Waktu : 2 Jpl (T=0 jpl; P=2; PL=O)

.:» Tujuan Pembelajaran Umum :


Mampu menyusun rencana tindak lanjut

Tujuan Pokok Bahasan/


Pembelajaran Sub Pokok Bahasan Metode AlatBantu Referensi
Khusus ,-
Setelah mengikuti • Komputer • Kementerian
materi ini, peserta • LCD Kesehatan
mampu: • Lembar RI, Pedoman Um
1 . Menjelaskan 1. Pengertian dan Ruang • Ceramah tanya
RTL um
pengertian dan lingkup RTL jawab
Pengembangan
ruang lingkup • Curah pendapat
Desa dan
RTL Kelurahan Siaga
Aktif, Jakarta,
2. Menyusun RTL 2. Langkah-langkah • Ceramah tanya 2010
penyusunan RTL jawab • ADB, Modul
• Curah pendapat Pelatihan
• Diskusi kelompok Pemberdayaan
Masyarakat
Bagi Petugas
3. Menyajikan RTL 3. Penyajian RTL • Ceramah tanya Puskesmas,
jawab Jakarta,2010
• Curah pendapat
• Diskusi
• Pleno

<::> KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


.•.
·::.·:·:·::.·:·::.·::.•::1:•:.•:.··:·:::·.:·::·.:··:·:·:·:·: ·:::·.·::·~.· ------,~

VII. EVALUASI DAN SERTIFIKASI

A. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan dalam pelatihan ini meliputi :
1. Evaluasiterhadappeserta melalui :
a. Penjajagan awal melalui pre test
b. Pemahaman peserta terhadap materi yang telah diterima (post test)
c. Evaluasi kompetensi yaitu penilaian terhadap kemampuan yang
telah didapat peserta melalui penugasan-penugasan dan praktik lapang

2. Evaluasi terhadappelatih/fasilitator
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh penilaian
yang menggambarkan tingkat kepuasan peserta terhadap kemampuan
pelatih dalam menyampaikan pengetahuan dan atau keterampilan kepada
peserta dengan baik, dapat dipahami dan diserap oleh peserta, meliputi :
a. Penguasaan materi
b. Penggunaan metode
c. Hubungan interpersonal dengan peserta d.
Motivasi

3. Evaluasi terhadappenyelenggara pelatihan


Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap pelaksanaan pelatihan. Obyek
evaluasi adalah pelaksanaan administrasi dan akademis, yang meliputi:
a. Tujuan pelatihan
b. Relevansi program pelatihan dengan tugas
c. Manfaat setiap materi bagi pelaksanaan tugas peserta di tempat kerja
d. Manfaat pelatihan bagi peserta/instansi

KURIKULUM PELATIHAN FASIUTATOR PEMBEROAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN '-.._..,/


..
·::. ::..:.:.:•:1,::1:,.t!,!,!l,t.:1•,:!,1!,.!,,!!,!!!!!!!!

e. Hubungan peserta dengan pelaksana pelatihan f.


Pelayanan sekretariat terhadap peserta
g. Pelayanan akomodasi dan lainnya h.
Pelayanan konsumsi
i. Pelayanan komunikasi dan informasi

B. Sertifikasi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No 725 tahun 2003 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di Bidang Kesehatan, bagi peserta
yang telah menyelesaikan proses pembelajaran selama 51 JPL
@ 45 menit dengan kehadiran minimal 90% dari keseluruhan jumlah jam
pembelajaran, akan diberikan sertifikat dengan angka kredit 1 (satu).
Sertifikat akan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang atas nama Menteri
Kesehatan dan oleh panitia penyelenggara. Sertifikasi juga bisa diberikan oleh
Lembaga yang berwenang menerbitkan sertifikat untuk pelatihan
pemberdayaan masyarakat.

KURIKULUMPELATIHANFASILITATORPEMBERDAYAANMASYARAKATDIBIDANGKESEHATAN
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PROMOSI KESEHATAN
..::.•::.: •::.:•::..:.:.::.:..::.::..:.::.!:•:.!:••.:::.:•.:::.•:::.:!.:.•.:!:..:•:.:....
./Uoddt
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PROMOSI KESEHATAN

DAFTAR ISi

I. DESKRIPSI SINGKAT

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Ill. POKOK BAHASAN


A. Pokok Bahasan 1 : Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian
Kesehatan
B. Pokok Bahasan 2 : Kebijakan Promosi Kesehatan
C. Pokok Bahasan 3: Strategi Promosi Kesehatan

<:> !V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATANPEMBELAJARAN

·-. /
V. URAIAN MATERI
A. Pokok Bahasan 1 : Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian
Kesehatan
B. Pokok Bahasan 2 : Kebijakan Promosi Kesehatan
C. Pokok Bahasan 3: Strategi Promosi Kesehatan

REFERENSI

-. / KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROMOSI KESEHATAN


11!!111!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!1!!11!!!!!!!!!!!!1!!!!!:·

I. DESKRIPSI SINGKAT

Modul Kebijakan dan Strategi Promosi Kesehatan ini disusun untuk membekali
para Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan agar memahami
kebijakan dan strategi promosi kesehatan kaitannya dengan keberhasilan
kesehatan.

Pengertian promosi kesehatan di Indonesia adalah "Upaya untuk meningkatkan


kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial
budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan". Makna dari pengertian tersebut sarat dengan upaya pemberdayaan
dalam bidang kesehatan agar masyarakat
mampu ber perilaku hidup sehat dan tentunya upaya tersebut perlu dibina -:::
lingkungan yang kondusif dalam dukungan pengambil keputusan/penentu kebijakan dan
pemangku kepentingan (stakeholders). Oleh karena itu
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1193 tahun 2004 tentang Kebijakan
Nasional Promosi Kesehatan disebutkan bahwa Pemberdayaan Masyarakat, Bina
Suasana, Advokasi yang didukung dengan Kemitraan <:>

merupakan Strategi Dasar Promosi Kesehatan.


Jadi dapat dikatakan bahwa promosi kesehatan merupakan tulang punggung
pembangunan kesehatan khususnya untuk mencapai visi "Masyarakat Sehat
Yang Mandiri dan Berkeadilan", seperti yang tertuang dalam Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-
2014. Masyarakat sehat yang mandiri adalah suatu kondisi dimana masyarakat
Indonesia menyadari, mau dan mampu mengenali, mencegah dan mengatasi
permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan
kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan
akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk
hidup sehat, dengan menggunakan
potensi yang dimilikinya. .,

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROMOSI KESEHATAN _,


!!!!!!!!!!!!!!1!!11!!!!!!11111111111111111!!!!11111!11111!!!!!1

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami Kebijakan dan
Strategi Promosi Kesehatan

,..../ B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan :
1 . Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Kesehatan
2. Kebijakan Promosi Kesehatan
3. Strategi Promosi Kesehatan

Ill. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

A. Pokok Bahasan 1 : Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian


Kesehatan
1 .1 . Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Kesehatan
1.2. Peran Promosi Kesehatan
... ,, B. Pokok Bahasan 2 : Kebijakan Promosi Kesehatan
C. Pokok Bahasan 3 : Strategi Promosi Kesehatan

IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 2 jam pelajaran (T=2 jpl,
P=O, PL=O) @45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut :

A. Langkah 1 (15 menit):


1. Pelatih memperkenalkan diri
2. Pelatih menyampaikan tujuan umum dan tujuan khusus
3. Menggali pendapat peserta tentang promosi kesehatan
4. Berdasarkan pendapat peserta, pelatih menjelaskan pengertian promosi
kesehatan
-._/ KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
.. . .•. .
! ! t •:::::•:t!!!•:•:•••::•:•:t:t • •:::•.1::11:•••
: :::::1:• :::·:·:.·:.···:.·:·:·:::::.

B. Langkah 2 (60 menit) :


1. Pelatih menyampaikanpokok bahasan :
• Arah kebijakandan strategi KementerianKesehatan
• Kebijakanpromosi kesehatan
• Strategi promosi kesehatan
2. Pelatih memberi kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas dan pelatih menjawab pertanyaanpeserta tersebut.

C. Langkah 3 {15 menit) :


1. Pelatih meminta peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas,
memberikanjawaban atas pertanyaanpeserta.
2. Meminta komentar, penilaian, saran bahkan kritik dari peserta pada kertas
yang telah disediakan.
3. Pelatih menutup sesi pembelajaran dengan menegaskan peran penting
promosi kesehatan dalam pembangunan kesehatan dan pentingnya
strategi pemberdayaan masyarakat yang merupakan salah satu strategi
promosi kesehatan.

V. URAIAN MATERI

POKOK BAHASAN 1 :
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN KESEHATAN

1.1. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Kesehatan


Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) Tahun 2005-2025
menetapkan bahwa Pernbanqunan Kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat setinggi-
tingginyadapat terwujud. Selanjutnya, dalam Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 201 0-2014 yang tertuang

KEBIJAKAN DAN STRATm PROMOSI KESEHATAN


.. •• . . . . . .•• ..• ~· ·
••. ..:::. .:.:.:.:.:.•::::: 11•::•.::•:.•:: : : • ::1•:::::11•:
:::1•:1::.•:.1:.•1:.•:.:. :.:1

dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :


HK.03.01/160/1/2010 telah ditetapkan bahwa Visi Kementerian
Kesehatan adalah "MasyarakaS t ehat Yang Mandiri dan Berkeadilan".
Masyarakat sehat yang mandiri adalah suatu kondisi dimana masyarakat
Indonesia menyadari, mau dan mampu mengenali, mencegah dan
mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari
gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan
kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak
mendukung untuk hidup sehat, dengan menggunakan
potensi yang dimilikinya.
Untuk mencapai visi tersebut ditetapkan Misi Kementerian Kesehatan
adalah 1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui
pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani;
<:> 2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya
upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan;
3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; 4)
Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

Dalam mencapai Misi tersebut ada lima strategiyang telah ditetapkan, salah
satunya adalah pemberdayaan masyarakat dan daerah. Peran
masyarakat dalam pembangunan kesehatan semakin penting. Tantangan
dan permasalahan pernbanqunan kesehatan makin
bertambah berat, kompleks dan bahkan terjadi secara tidak terduga, karena
Indonesia merupakan negara yang daerahnya rawan bencana. Upaya
meningkatkan status kesehatan masyarakat tidak akan tercapai apabila tidak
mengikut sertakan peran masyarakat dalam pembangunan
,.. . ./ kesehatan. Masyarakat tidak lagi sebagai obyek melainkan sebagai
subyek dalam pembanguan kesehatan, seperti yang telah diamanatkan dalam
Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Masalah
kesehatan perlu diatasi oleh masyarakat sendiri dan pemerintah. Selain itu
banyak permasalahan kesehatan yang wewenang dan tanggung jawabnya berada
di luar sektor kesehatan.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROMOSI KESEHATAN


llllllllllllllllllllllllllllliilillllllliiillii!!!!i!ii!i.

Penyelenggaraanpemberdayaanmasyarakat meliputi : a) Penggerakkan


masyarakat;masyarakatmempunyai peluangyangsebesar-besarnyauntuk terlibat
aktif dalam proses pembangunan kesehatan, b) Pengorganisasian dalam
pemberdayaan;diupayakanagar peranorganisasimasyarakatlokal
makinberfungsidalam pembangunankesehatan, c) Advokasi; masyarakat
memperjuangkan kepentingannya di bidang kesehatan, d) Kemitraan; dalam
pemberdayaanmasyarakatpenting untuk meningkatkankemitraan dan partisipasi
lintas sektor terkait, swasta, dunia usaha dan pemangku kepentingan, e) Sumber
daya; diperlukan sumber daya yang memadai seperti Sumber Daya Manusia
(SOM), informasi dan dana.

Mengapa pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan sangat


penting? 1) Ketentuan ini tercantum dalam UU Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan; 2) Dari hasil kajian ternyata 70% sumber daya
--
pembangunan nasional berasal kontribusi/partisipasi masyarakat;
3) Pemberdayaan masyarakat/partisipasi masyarakat berazaskan gotong
royong, merupakan budaya masyarakat Indonesia yang perlu dilestarikan; 4)
Perilaku masyarakat merupakan faktor penyebab utama, terjadinya
permasalahankesehatan, oleh sebab itu masyarakatsendirilah yang dapat
menyelesaikan masalah tersebut dengan pendampingan/ bimbingan
pemerintah; 5) Pemerintah mempunyai keterbatasan sumber daya dalam
mengatasi permasalahan kesehatan yang semakin kompleks di masyarakat,
sedangkan masyarakat mempunyai potensi yang cukup besar untuk dapat
dimobilisasi dalam upaya pencegahan di wilayahnya; 6) Potensi yang dimiliki
masyarakat diantaranya meliputi community leadership, community
organization, community financing, community material, community
knowledge, community technology, community decision making process,
dalam upaya peningkatan kesehatan, potensi tersebut perlu dioptimalkan. 7)
Upaya pencegahan lebih efektif dan efisien dibanding upaya pengobatan, dan
masyarakat juga mempunyai kemampuan untuk melakukan upaya
pencegahan apabila dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat terutama
untuk
ber-perilaku hidup bersih dan sehat.

K£BIJAKAN DAN STRATEGI PROMOSI KESEHATAN


•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:••:•:•:•:•,••:•::•:•:•:•:•:•:•• ::•:•:••••::::•:•,•:•••:1,:••,, ,,11·: a.
0 •• :••

1.2. Peran PromosiKesehatan


Pengertian promosi kesehatan sebagai "the process of enabling individuals and
communities to increase control over the determinants of health and thereby
improve their health" (WHO) yang di Indonesia dirumuskan sebagai "upaya
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong
dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempatdan didukungoleh kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan" (Keputusan Menteri Kesehatan RI,
Nomor 1193 Tahun 2004).
Dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014 promosi
kesehatan merupakan program generik dengan nama Pemberdayaan Masyarakat
dan Promosi Kesehatan. Tujuan umum Pemberdayaan Masyarakat dan
Promosi Kesehatan adalah meningkatnya perilaku sehat individu, keluarga,
masyarakat dan berperan aktif dalam setiap gerakan kesehatan masyarakat
melalui upaya promosi kesehatan yang terintegrasi secara lintas program, lintas
sektor, swasta dan masyarakat. Sedangkan tujuan khususnya adalah : 1)
Meningkatkan komitmen pembangunan berwawasan kesehatan dari para
pengambil kebijakan dari berbagai pihak; 2) Meningkatkan kerjasama, antar
masyarakat, antar kelompok, serta antar lembaga dalam rangka pembangunan
berwawasan kesehatan; 3) Meningkatkan peran masyarakat termasuk swasta
_ _,.../
sebagai subyek atau penyelenggara upaya pemberdayaan masyarakat dan
promosi kesehatan; 4) Meningkatkan upaya pemberdayaan masyarakat
., dan promosi kesehatan yang efektif dengan mempertimbangkan kearifan lokal; 5)
Meningkatkan keterpaduan pelaksanaan upaya pemberdayaan masyarakat dan
promosi kesehatan dengan seluruh program, dan sektor terkait, di pusat, provinsi
dan kabupaten/kota dengan mengacu kepada rencana strategis kementerian
kesehatan.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROMOS! KESEHATAN


. . ..
! !•:t.•:•:: : •::.•:::::•:t•.:•::•.:•::·.:·::·.:·:·:·:·:·:·:·:·:·::·.:·:·:·:·:•

Fokus kegiatan diarahkan kepada 1) Upaya peningkatan perilaku sehat


masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku individu dan
masyarakat untuk hidup bersih dan sehat; 2) Upaya pemberdayaan mr ~
yarakatyang bertujuanuntuk meni ngkatkan kemandirianmasyarakat untuk
hidup sehat melalui pengembangan tatanan sehat dan; 3) Upaya
pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan nasional. Ketiga fokus
utama tersebut diindikasikan dengan : 1) Meningkatnya Rumah Tangga
berPHBS (70%) pada tahun 2014; 2) Meningkatnya Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif (70%) pada tahun 2014; 3) Meningkatnya Jumlah Poskesdes
beroperasi pada tahun 2014.

Pengertian tersebut mempunyai makna bahwa promosi kesehatan sebagai


suatu proses pemberdayaan masyarakat yang memposisikan masyarakat
sebagai pelaku pembangunan yang mampu/mandiri dalam menyelesaikan
masalah dan meningkatkan kesehatannya.

Ruang lingkup utama kegiatan promosi kesehatan (Ottawa Charter) adalah:


1) Pengembangan kebijakan publikyang mendukung kesehatan (build healthy
public policy), 2) Penguatan gerakan masyarakat untuk hidup sehat
(strengthen community action), 3) Menciptakan lingkungan dan suasana yang
mendukung (create supportive environment), 4) Mengembangkan
kemampuan individu dan masyarakat untuk hidup sehat (develop personal
skills), 5) Menata kembali arah pelayanan kesehatan, yang selama ini
menitikberatkan upaya kuratif menuju upaya promotif preventif tanpa
mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif (re-orient health services).
Pelaksanaan promosi kesehatan yang menitik beratkan kepada upaya
pemberdayaan dan kemandirian masyarakat dengan maksud untuk
memfasilitasi masyarakat dengan pengetahuan untuk memperoleh
kemampuan untuk mencegah dan atau mengatasi masalah kesehatannya
dengan menggali seluruh potensi berdasarkan yang mereka miliki
dilingkungan, saat mereka berinteraksi baik di rumah tangga, sekolah, tempat
kerja, tempat- tempat umum dan sarana kesehatan.

KEBIJAKAN DAN STRATm PROMOSI KESEHATAN


. . . . . . :.
·:··:·:·:·:·•::t••:•::.•t:••.::•.:: · ·:·:·:•: :tt:• • • •:::t:•:•••:•:••:•:t:!:•:!:

Berdasarkan paparan tersebut diatas menggambarkan bahwa Promosi


kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam proses
pemberdayaan masyarakat. Yaitu melalui proses pembelajaran dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat, sesuai lingkungan sosial budaya
setempat, agar masyarakat 'dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan. Promosi kesehatan juga berperan dalam proses peningkatan
kualitas tenaga kesehatan agar lebih responsif dan mampu
. , memberdayakan kliennya, sehingga akan tercapai pelayanan yang bermutu
adil serta merata. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, upaya promosi
kesehatan harus berawal dari masalah dan potensi spesifik masing-masing daerah.
Promosi kesehatan harus dilakukan secara paripurna (komprehensif) agar
dapat melakukan peran penting yang strategis atau dapat dikatakan sebagai
pilar utama dalam pembangunan kesehatan.

POKOK BAHASAN 2 :
KEBIJAKAN PROMOSI
KESEHATAN

Kebijakan umum untuk mencapai tujuan pemberdayaan masyarakat dan


promosi kesehatan tersebut diatas adalah : 1) Menempatkan upaya promosi
kesehatan menjadi salah satu prioritas pembangunan kesehatan; 2) Melaksanakan
peningkatan akses informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan
bertanggung jawab; 3) Memantapkan peran serta masyarakat, kelompok-kelompok
potensial, termasuk swasta dan dunia usaha dalam pembangunan kesehatan; 4)
Melaksanakan upaya promosi
.:» kesehatan secara holistik dan terpadu; 5) Melaksanakan peningkatan kualitas
penyelenggaraan promosi kesehatan.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROMOS! KESEHATAN


.. .
·:11·:11·:·:·::::·:·:1:·.:11:·.:·:·.·:1:·::·.:·:·:.·:::·.··:·:·:·::·.:··:·:·:·:.

POKOK BAHASAN 3 :
STRATEGI PROMOS! KESEHATAN

Strategi promosi kesehatan yang dilaksanakan harus paripurna, yakni terdiri


dari (1) Pemberdayaan, yang didukung oleh (2) Bina suasana, dan (3) Advokasi,
serta dilandasi oleh semangat (4) Kemitraan. Pemberdayaan adalah pemberian
informasi dan pendampingan dalam mencegah dan menanggulangi masalah
kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau kelompok-kelompok
masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau, dan mampu mempraktikkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Bina suasana adalah pembentukan
suasana lingkungan sosial yang kondusif dan mendorong dipraktikkannya PHBS
serta penciptaan panutan-panutan dalam mengadopsi PHBS dan melestarikannya.
Sedangkan advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu
yang diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari
segi materi maupun non materi.

Pemberdayaan
Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan merupakan bagian yang sangat
penting, dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak. Sejak dari Piagam
Ottawa, yang mengubah istilah pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan,
pemberdayaan sudah dijadikan salah satu strategi dari promosi kesehatan.
Selanjutnya dalam komitmen global yang dicapai di setiap Konferensi
lnternasional Promosi Kesehatan, pemberdayaan tidak pernah dilupakan. Dalam
konferensi internasional yang diselenggarakan di Jakarta misalnya, yang melahirkan
DeklarasiJakarta, disebutkan bahwa salah satu prioritas bagi promosi kesehatan di
abad ke-21 adalah "Meningkatkan kemampuan masyarakat dan memberdayakan
individu-individu." Sedangkan dalam konferensi internasional terakhir yang
diselenggarakan di Nairobi, Kenya, pemberdayaan masyarakat dinyatakan sebagai
salah satu tindakan (action) yang harus segera dilaksanakan.
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada individu, keluarga
atau kelompok (klien)secara terus-menerus dan berkesinambungan

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROMOSI KESEHATAN


•~:••=:•:•:o:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•1:1•1:1•11111:1•1:1•1:·e11l 1:·e1:l1•1·11I11:1:• •

mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut
berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan atau knowledge),
dari tahu menjadi mau (aspek sikap atau attitude), dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan atau practice). Oleh
sebab itu, sesuai dengan sasaran (klien)nya dapat dibedakan adanya (a)
Pemberdayaan individu, (b) Pemberdayaan keluarga, dan (c) Pemberdayaan
kelompok/masyarakat.

Bina Suasana
Bina Suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong
individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang
diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan
<:> sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun berada (keluarga di rumah,
organisasi siswa/mahasiswa, serikat pekerja/karyawan, orang-orang yang menjadi
panutan/idola, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat
umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk
memperkuat proses pemberdayaan, khususnya dalam upaya meningkatkan para
individu dari tase tahu ke fase mau, perlu dilakukan
bina suasana.

Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders).
Pihak-pihak yang terkait ini berupa tokoh-tokoh masyarakat (formal dan informal)
yang umumnya berperan sebagai narasumber (opinion leader), atau penentu
kebijakan (norma) atau penyandang dana. Juga berupa kelompok-kelompok dalam
masyarakat dan media massa yang dapat
berperan dalam menciptakan suasana kondusif, opini publik, dan dorongan
<>
(pressure) bagi terciptanya PHBS masyarakat. Advokasi merupakan upaya
untuk menyukseskan bina suasana, pemberdayaan, dan bahkan proses
'----"' pembinaan PHBS secara keseluruhan.
Sebagaimana pemberdayaan dan bina suasana, advokasi juga akan lebih
efektif bila dilaksanakan dengan prinsip kemitraan. Yaitu dengan
.:»

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROMOSI KESEHATAN


·:1·.•·:·•.:·.•·:11·•·•·•:·•:··•·•:
·•·•··•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·• .

membentuk jejaring advokasi atau forum kerjasama. Dengan kerjasama, melalui


pembagian tugas dan saling-dukung, maka sasaran advokasi akan dapat diarahkan
untuk sampai kepada tujuan yang diharapkan. Sebagai konsekuensinya, metode
dan media advokasi pun harus ditentukan secara
cermat, sehingga kerjasama dapat berjalan baik.

Kemitraan
Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun "'----' bina
suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan dukungan. Dengan
demikian kemitraan perlu digalang antar individu, keluarga, pejabat atau instansi
pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh
masyarakat, media massa, dan
lain-lain. Kemitraan yang digalang itu harus berlandaskan kepada tiga prinsip
dasar, yaitu (a) Kesetaraan, (b) Keterbukaan, dan (c) Saling menguntungkan.
Berdasar strategi dasar tersebut dikembangkan strategi umum pemberdayaan
masyarakat dan promosi kesehatantahun 2010-2014, sebagai berikut: 1) Memperkuat,
kelembagaandan penganggaranserta saranapromosi kesehatan di tingkat pusat,
provinsi dan kabupaten/kota; 2) Mengupayakan terbitnya kebijakan publik
berwawasan kesehatan; 3) Meningkatkan advokasi, sosialisasi dan komitmen politis
disemua tingkatan; 4) Meningkatkan akses informasi dan edukasi tentang kesehatan
yang seimbang dan bertanggung jawab; 5) Meningkatkan kemitraan dengan lintas
sektor terkait, swasta, dunia usaha, dan LSM; 6) Menumbuhkan partisipasi dan
peran individu, keluarga, dan masyarakat dalam upaya kesehatan; 7) Menyelaraskan
upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat pada setiap upaya
pencegahan penyakit, peningkatan KIA dan Gizi, peningkatan akses ke pelayanan
kesehatan; 8) Melakukan riset dan pengembangan upaya promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat; 9) Melaksanakan pemantauan dan evaluasi
untuk kemajuan upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROMOSI KESEHATAN


a::e:•:•:•:•:•:•:•1:•:•=:•1::•:••=•=:••=•=1::•:••=•:=:•••:=••:=:•:•:•:•:•:••:=•••=:=1••••:1::11•1

REFERENSI
• Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Kebijakan Nasional
Promosi Kesehatan, Jakarta, 2004
• Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, Jakarta, 2005
• Departemen Kesehatan RI, Sistim Kesehatan Nasional, Jakarta, 2009
• Kementerian Kesehatan RI, Renstra 2010-2014, Jakarta, 2010
• Pusat Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi
Kesehatan, Jakarta, 2010
• Hartono. B, Materi Peningkatan Kompetensi Petugas Pusat Promosi Kesehatan, Strategi
Promosi Kesehatan dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat, Jakarta, 2011

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROMOSI KESEHATAN


"-...-·
KONSEP DASAR DESA
DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN
-J
. . ..•
· ··:·: ·:·:·:::tt•:•:•:••::••:t:.•::.··::··:·:·:·:·:: •::tt••:•::•.!:1!!!:t•:::,1

.//1odd2
KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DI BIDANG KESEHATAN
DAFTAR ISi

I. DESKRIPSI SINGKAT

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Ill. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


A. Pokok Bahasan 1 : Pemberdayaan Masyarakat
B. Pokok Bahasan 2 : Pemberdayaan Masyarakat di Bidang
Kesehatan
C. Pokok Bahasan 3: Konsep Dasar Desa
D. Pokok Bahasan 4 : Partisipasi Masyarakat
E. Pokok Bahasan 5 : Pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan UKBM

IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATANPEMBELAJARAN

V. URAIAN MATERI
A. Pokok Bahasan 1 Pemberdayaan Masyarakat
B. Pokok Bahasan 2 Pemberdayaan Masyarakat di Bidang
Kesehatan
C. Pokok Bahasan 3 Konsep Dasar Desa
D. Pokok Bahasan 4 Partisipasi Masyarakat
E. Pokok Bahasan 5 Pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan UKBM

REFERENSI

KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKATDIBIDANG KESEHATAN


!!!!!!!!!!!!l!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!ll!!!!!!!!!!!!!!i:·

I. DESKRIPSI SINGKAT

Modul Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan ini disusun


untuk membekali para fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang
Kesehatan agar memahami pengertian, unsur-unsur dan UKBM dalam --
pemberdayaan masyarakat yang dibumikan dalam mewujudkan
Desa dan Keluarga Siaga Aktif.

Desa dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan salah satu urusan wajib
Pemerintah Kabupaten/Kota yang kemudian pelaksanaannya diserahkan ke
desa/kelurahan. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota menetapkan bahwa pada tahun
2015 sebanyak 80% desa/kelurahan telah menjadi Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami Konsep Dasar
Desa dan Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu :
1 . Menjelaskan Pengertian Pemberdayan Masyarakat
2. Menjelaskan Pengertian Pemberdayaan Masyarakat di Bidang
Kesehatan
3. Menjelaskan Tentang Konsep Dasar Desa
4. Menjelaskan Pengertian Partisipasi Masyarakat
5. Menjelaskan Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengembangan
UKBM.

KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN "-.


. .. /
..
@.:.:.:.:.:.:..:.::.:.:.:.i•.::..:.:.:.:.::.:.:.:.i•:.:.i•:..::..:.:.:.::. .:.:.:i••i:i. •:.:.i•i•:.:.1·11::1111::11

111. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

A. Pokok Bahasan 1 : Pemberdayaan Masyarakat


1.1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
1.2. Tahapan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
1.3. Prinsip Dasar Pemberdayaan Masyarakat.

B. Pokok Bahasan 2: Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan


2.1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan
2.2. Unsur-unsur PemberdayaanMasyarakatdi Bidang Kesehatan.

C. Pokok Bahasan 3 : Konsep Dasar Desa


3.1. Pengertian Desa dan Syarat Pembentukan Desa
3.2. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
3.3. Pokok-Pokok kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah
3.4. Hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan
pemerintahan desa
3.5. Kebijakan pemerintah tentang pemerintahan desa. D.

Pokok Bahasan 4 : Partisipasi Masyarakat

E. Pokok Bahasan 5 : Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan


UKBM

IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

....._.,, Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 3 jam pelajaran Opl) @
45 menit (T=3 jpl) untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut :

<:> KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


.••... •. ..
·:·:·::::•::t t :::::•:t:::•:::::••:::t • :.: •::::::::::::::::::::.

A. Langkah 1 (15 menit):


1. Pelatih memperkenalkan diri
2. Pelatih menyampaikantujuan umum dan tujuan khusus
3. Menggali pendapat tentang pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan diwilayah kerja peserta.

B. Langkah 2 (90 menit) :


1. Berdasarkan pendapat peserta pelatih menyampaikan pokok bahasan
• Pemberdayaan Masyarakat
• Pengertian dan Komponen Pemberdayaan Masyarakat di Bidang
Kesehatan
• Konsep Dasar Desa
• Partisipasi Masyarakat
• Pemberdayaan Masyarakat melalui pembangunan UKBM.
2. Pelatih memberi kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas dan pelatih menjawab pertanyaan peserta tersebut.

C. Langkah 3 (30 menit) :


1 . Pelatih meminta peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas,
memberikan jawaban atas pertanyaan peserta.
2. Meminta komentar, penilaian, saran bahkan kritik dari peserta
pada kertas yang telah disediakan.
3. Pelatih menutup sesi pembelajaran dengan memberikan apresiasi pada
peserta.

KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN ~


·.··:·:·:·:·::.·:·:·:·1·:·:·:.·:·:·:·:1··:·:·:·:·:··:·::·.:1··:·:·:·:·:·:·:·::·.·:··:::.

V. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1 :
PEMBERDAYAANMASYARAKA
,.../ I

1.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat


lstilah "pemberdayaan masyarakat" sebagai terjemahan dari kata
"empowerment" mulai ramai digunakan dalam bahasa sehari-hari di
Indonesia bersama-sama dengan istilah "pengentasan kemiskinan" (poverty
alleviation) sejak digulirkannya Program lnpres Desa Tertinggal (IDT). Sejak
itu, istilah pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan merupakan "saudara
kembar" yang selalu menjadi topik dan kata kunci
dari upaya pembangunan.

.:» Sejalan dengan itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya


peningkatan kemampuan masyarakat (miskin, marjinal, terpinggirkan) untuk
menyampaikan pendapat dan atau kebutuhannya, pilihan- pilihannya,
berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengelola kelembagaan masyarakatnya
secara bertanggung-gugat (accountable)
~ demi perbaikan kehidupannya.

Dalam pengertian tersebut, pemberdayaan mengandung arti perbaikan mutu


hidup atau kesejahteraan setiap individu dan masyarakat baik dalam arti:
1. Perbaikan ekonomi, terutama kecukupan pangan
2. Perbaikan kesejahteraan sosial (pendidikan dan kesehatan)
3. Kemerdekaan dari segala bentuk penindasan
4. Terjaminnya hak asasi manusia yang bebas dari rasa takut dan
kekhawatiran, dan lain-lain.

Beberapa komponen penting yang harus diperhatikan dalam upaya


pemberdayaan masyarakat yaitu (1) Enabling ; menciptakan suasana atau
iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang

<:> KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


..•. ..
1.1.:1.11. 1. 1. .1:.•.:::1:111111::•:•::•.:.•:•:.•:1•: .:..: 1:••:••::•.:t:•.•:.::::

(enabling). Artinya tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karenajika
demikian maka dapat dikatakan sudah punah. Pemberdayaan -J adalah upaya untuk
memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan
potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. (2)
Empowering ; memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat.
Perkuatan ini meliputi langkah lebih nyata dan menyangkut penyediaaan potensi
berbagai masukan serta pembukaan akses kedalam berbagai peluang yang akan
membuat masyarakat berdaya upaya berupa peningkatan taraf pendidikan dan
derajat kesehatan, sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi dan
informasi, serta peningkatan pranata, kerja keras, hemat, keterbukaan dan
kebertanggungjawaban.

1.2. Tahapan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat


Adapun tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat yaitu penyadaran,
menunjukkan adanya masalah, membantu pemecahan masalah, memproduksi
dan mempublikasi informasi, melakukan pengujian dan
demonstrasi, menunjukkan pentingnya perubahan dan akhirnya
melaksanakan pemberdayaan/penguatan kapasitas. Untuk dapat
memaksimalkan pemberdayaan masyarakat, diperlukan pendekatan-
pendekatan berupa :
1. Pendekatan Mikro : berpusat pada tugas, pemberdayaan dilakukan terhadap
penerima manfaat secara langsung berupa bimbingan, konseling, stress
management dan crisis intervention
2. Pendekatan Mesa : dilakukan terhadap sekelompok penerima manfaat,
pemberdayaan dengan menggunakan kelompok, berupa pelatihan dan
pendidikan
3. Pendekatan Makro : berupa perumusan kebijakan, perencanaan
sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, perorganisasian masyarakat,
manajemen konflik, dan lain-lain.
Selain pendekatan-pendekatan tersebut diatas, diperlukan juga strategi
pemberdayaan masyarakat berupa pengembangan sumber daya manusia,
pengembangan kelembagaan kelompok, pemupukan modal

' . KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


.::::::!:::::::::!:!•:!!•::::::·:·::1:11:11::1::::tt!!!!t::::1:1111::111:1
$ ••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

masyarakat (swasta), pengembangan usaha produktif dan penyedia


<:> tepat guna.

1.3. Prinsip Dasar Pemberdayaan Masyarakat


Beberapa prinsip dasar pemberdayaan masyarakat yang perlu dipahami yaitu :
Dalam pemberdayaan masyarakat dikenal istilah pengorganisasian masyarakat
(community organization) dan pengembangan masyarakat (community
development). Keduanya berorientasi pada proses pemberdayaan masyarakat
menuju tercapainya kemndirian melalui keterlibatan dan peran serta aktif dari
keseluruhan anggota masyarakat.

Lima prinsip dasar pemberdayaan masyarakat tersebut yaitu :


1. Menumbuh kembangkan kemampuan, peran serta masyarakat dan
semangat gotong royong.
--.J 2. Melibatkan partisipasi masyarakat baik dalam perencanaan maupun
pelaksanaan. Berbasis masyarakat (community based), memberikan
kesempatan mengemukakan pendapat, memilih dan menetapkan keputusan
bagi dirinya (voice and choice), keterbukaan (openness), kemitraan
(partnership), kemandirian (self reliance).
3. Menggalang kemitraan dengan berbagai pihak untuk memaksimalkan sumber
daya, khususnya dalam dana, baik yang berasal dari pemerintah, swasta
maupun sumber lainnya seperti penyandang dana dan sponsor
pembangunan sosial.
4. Petugas harus lebih memfungsikan diri sebagai katalis yang menghubungkan
antara kepentingan pemerintah yang bersifat makro dan antara kepentingan
masyarakat yang bersifat mikro.
5. Untuk mempertahankan ekstensinya, pemberdayaan masyarakat memerlukan
break even dalam setiap kegiatan yang dikelola. Tidak sebagai organisasi
bisnis/profit.

KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


:.:·:·1=e1:·1:.•::•:•:•:•1•:•:•:•: ••:•:•::•:·:1:1e ::•:•:•:•:•:•:••:•:•:• :::•:•:•:•1•:•:•:•••:::••:•:•:•:•:•:• 99

POKOK BAHASAN 2 :
PEMBERDAYAAN MASYARAKATDI BIDANG KESEHATAN
2.1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakatdi Bidang Kesehatan
Pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya untuk memberikan <:»
kesempatan dan kemampuan kepada kelompok masyarakat (miskin) untuk
mampu dan berani bersuara (voice) atau menyuarakan pendapat, ide, atau
gagasan-gagasannya, serta kemampuan dan keberanian untuk memilih (choice)
sesuatu (konsep, metode, produk, tindakan, dan lain-lain) yang terbaik bagi pribadi,
keluarga, dan masyarakatnya. Sejalan dengan itu pemberdayaan dapat diartikan
sebagai upaya peningkatan kemampuan masyarakat (miskin, marjinal,
terpinggirkan). Pemberdayaan adalah suatu cara agar rakyat, komunitas, dan
organisasi diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya.
Pemberdayaan adalah sebuah proses agar setiap orang menjadi
cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan
mempengaruhi, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.
Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan sustainable
development dimana pemberdayaan masyarakat merupakan suatu prasyarat
utama yang akan membawa masyarakat menuju
keberlanjutan secara ekonomi, sosial dan ekologi yang dinamis.

KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN ---._,,/


. . . . . •.
··•·:·::·.:·:·:·::··:·::·:•:t••:t•t.•:.t:•••:•:::•.::••t ::t t :::•:.•:1::

Proses dan Keterkaitan Pemberdayaan Masyarakat dan


Sustainable Development

Pemberdayaan Masyarakat
• Self-organizing
• Self-reliance
/'

._./
Faktor Internal/ Faktor Eksternal/
Activities Activities

Mekanisme
Ekologi

--
KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN ' .
.... . . . .
! ! ! ! •:!. t•:t.•::1•:: · ·:·::.·:·:·:·:·:···::·:•t:•.::•t•:•t.:•:•t.•::.·:.·:·::··::·•:•

Proses pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor internal dan


eksternal. Kedua faktor tersebut saling berkontribusi dan mempengaruhi
secara sinergis dan dinamis. Proses pemberdayaan masyarakat didampingi -:»
oleh tim pelatih (bersifat multi disiplin) yang merupakan salah satu faktor
eksternal dalam proses pemberdayaan masyarakat. Peran Pelatih pada awal
proses sangat aktif tetapi akan berkurang secara bertahap selama proses '-...-/
berjalan sampai masyarakat sudah mampu melanjutkan kegiatannya secara mandiri.
Dalam bidang kesehatan pemberdayaan masyarakat dapat diartikan
sebagai penyediaan layanan kesehatan dasar yang mudah cepat, dan murah dengan
memanfaatkan pengobatan "modern" dan atau pengobatan tradisional yang teruji
kemanjuran dan keamanannya. Pemberdayaan <:» masyarakat bidang kesehatan,
juga rnenvanqkut kemandirian masyarakat
untuk mengorganisir lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM, PKK,
Dasawisma, Posyandu, dan lain-lain) untuk menanggulangi faktor risiko \...../
penyakit dan menghimpun iuran kesehatan, termasuk meningkatkan kemampuan
untuk memerangi kapitalistik medik yang lebih menekankan
praktik-praktik kuratif dibanding preventif dan promotif. Karena itu '--.../
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, lebih menekankan pada upaya
promotif, preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
"-.J

Pemberdayaan masyarakat merupakan sub sistim dalam Sistim Kesehatan


Nasional, dan merupakan salah satu strategi dasar promosi kesehatan. ".J

Pengertian Pemberdayaan Masyarakatdalam bidang kesehatanadalah adalah


proses pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) <:»
secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien,
serta proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak
tahu menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan atau knowledge), dari "--.../
tahu menjadi mau (aspek sikap atau attitude), dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan atau practice).

2.2. Unsur-unsur Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan


2.2.1. Penggerak Pemberdayaan : Pemerintah, masyarakat, dan swasta menjadi inisiator,
motivator, dan fasilitatoryang mempunyai kompetensi memadai dan dapat
membangun komitmen dengan dukungan para pemimpin, baik formal maupun non
formal. V

KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


. . . . ...
·:·:·:·:·:·:.:·:•:t•:•t.•:•:•··::·:·:·:·:·::•::•.:•:•t:t:•••:•:•:•:!:!:! ! !• :

2.2.2. Sasaran pemberdayaan: Perorangan (tokoh masyarakat, tokoh agama, politisi,


figur masyarakat, dan sebagainya), kelompok (organisasi kemasyarakatan,
organisasi profesi, kelompok masyarakat), dan masyarakat luas serta
pemerintah yang berperan sebagai agen perubahan untuk penerapan perilaku
hidup sehat.
2.2.3. Kegiatan hidup sehat : Kegiatan hidup sehat yang dilakukan sehari-
hari oleh masyarakat, sehingga membentuk kebisaan dan pola hidup, tumbuh
dan berkembang, serta melembaga dan membudaya dalam kehidupan
bermasyarakat.
2.2.4. Sumber daya. Potensi yang dimiliki oleh masyarakat, swasta dan
pemerintah yang meliputi : dana, sarana dan prasarana, budaya, metode,
pedoman, dan media untuk terselenggaranya proses pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan.

POKOK BAHASAN 3 :
KONSEP DASAR DESA

3.1. Pengertian Desa dan Syarat PembentukanDesa


Di dalam ketentuan Pasal 18 ayat (1) UUD 1945 ditegaskan bahwa
"Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi, dan
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan
undang-undang. Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 18 ayat (2) UUD 1945
ditegaskan bahwa "Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan. (Sekretariat Jenderal MPR-RI, 2002: 66). Di dalam UU.
Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, diatur tentang satuan wilayah administrasi
pemerintahan di daerah, yakni daerah provinsi dibagi atas daerah kabupaten dan
daerah kota (ketentuan Pasal, selanjutnya daerah kabupaten dan daerah kota
dibagi atas kecamatan (ketentuan Pasal
126), selanjutnya kecamatan dibagi atas kelurahan (ketentuan Pasal 127)
dan Desa (ketentuan Pasal 200). (Departemen Dalam Negeri, 2004).

Berdasarkan konstruksi pembagian satuan wilayah administrasi pemerintahan


tersebut, maka penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari
sistem penyelenggaraan pemerintahan secara

KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


:•111:•:•::•::•:•11:••:::••:1:•::••:•:•:1•::•::••1•:•:•::••:•:•:•:•:•:•:•:•::•,:•:•:•:•.

nasional, sehingga keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan secara nasional


turut ditentukan oleh efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa. Oleh
karena itu, mengingat strategisnya penyelenggaraan pemerintahan desa dalam
sistem penyelenggaraan pemerintahan secara nasional, maka di dalam UU.
Nornor 32 Tahun2004 tentang Pemerintahan Daerah, diatur ketentuan mengenai
penyelengaraan pemerintahan desa, yang ditindaklanjuti pengaturannya di
dalam PP Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, serta kebijakan-kebijakan
turunannya yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri.

Sesuai dengan PP No. 72 Tahun 2005, yang dimaksud dengan Desa atau yang
disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-
usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pembentukan desa dapat berupa penggabungan beberapa desa, atau bagian


desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa
atau lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada. Adapun
terkait dengan Pemerintahan Desa yaitu penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Desadan Badan Permusyawaratan Desa dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-
usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Wilayah desa dapat dibentuk Dusun atau sebutan lain yang merupakan bagian
wilayah kerja pemerintahan desa dan ditetapkan dengan peraturan desa.
Sebutan bagian wilayah kerja pemerintahan desa, disesuaikan dengan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat yang ditetapkan dengan peraturan desa.

3.2. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa


Dalam pemberdayaan masyarakat, Pemerintah Desa atau yang disebut dengan
nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan desa bekerja sama dengan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD), yang merupakan perwujudan

KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


··:·:·.·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·::.·:·:·:·:·:.·:·:·:.•:•t.:::11::t• :

demokrasi dalam penyelenggaraanpemerintahan desa sebagai unsur


penyelenggara pemerintahan desa, dan Lembaga Kemasyarakatan
(lembagayang dibentuk oleh masyarakatsesuai dengan kebutuhan dan
merupakanmitra pemerintahdesa).

Urusan pemerintahanyang menjadi kewenangandesa mencakup:


a. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa;
b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota
yang diserahkanpengaturannyakepada desa;
c. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan
PemerintahKabupaten/Kota; dan
d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-
undangan diserahkankepada desa.

Pemerintah Desa terdiri atas Kepala Desa dan Perangkat Desa. Perangkat Desa
yang dimaksud terdiri atas sekretariat desa, pelaksana teknis lapangandan
unsur kewilayahan. Adapun jumlah perangkat desa disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat dengan susunan
organisasidan tata kerja pemerintahandesa ditetapkan dengan peraturandesa.

3.3. Pokok-pokokKebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah Menurut


beberapa teori modern, bentuk-bentuk negara modern yang terpenting
dewasa ini adalah Negara Serikat atau Federasidan Negara Kesatuan atau
Unitarisme. Negara Kesatuandapat dibedakan ke dalam bentuk: a. negara
kesatuan dengan sistem sentralisasi, dimana segala sesuatu dalam Negara itu
langsung ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, dan daerah-daerah tinggal
melaksanakannya; dan b. Negara Kesatuan dengan sistem desentralisasi,
dimana kepada Daerah diberikan kekuasaan untuk mengatur dan
mengurus urusan rumah tangganya sendiri (otonomi daerah) yang
dinamakan Daerah Otonom. (Kansil,
1976).

Dengan demikian, penyelenggaraan kewenangan pemerintahan di dalam


sebuah Negara Kesatuan, senantiasa berada dalam dua pilihan kebijakan antara
"sentralisasi" atau "desentralisasi". Bila ditetapkan pilihan pada desentralisasi,
maka kewenangan pemerintahan harus diserahkan kepada daerah otonom,
sehingga setiap daerah otonom

KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


. .
·:.:1·:·:·:·:·:·:· :·:·:·:·:··:·:·:·.·:·:·::··:·:·:·:·:·:·::·.: ···:·:::

memiliki kewenangan otonomi yang disebut otonomi daerah (Lipson,


1981).

Aspek-aspek pokok pentingnya desentralisasi adalah :


a. Aspek politik dalam rangka mewujudkan demokratisasi dan partisipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan negara. '--.J
b. Aspek pemerintahan, agar dapat diselenggarakan secara lebih efektif dan
efisien.
c. Aspek pembangunan, agar dalam pengelolaannya dapat lebih sesuai "-----' dengan
prioritas masalah dan kebutuhan masyarakat lokal.
d. Aspek kultural, agar dapat lebih meningkatkan apresiasi budaya lokal sesuai latar
belakang sejarah dan warisan budaya yang dapat menjadi ,J perekat interaksi
sosial antara berbagai suku bangsa.

Oleh karena itu, setiap Daerah Otonom, baik daerah provinsi maupun '-J daerah
kabupaten dan kota, harus mengabdikan penyelenggaraan otonomi daerah bagi
kepentingan masyarakat setempat. Dengan mengikuti pendapat Rasyid (1996:37-
38), maka Pemerintah dan <::> Pemerintah Daerahmemiliki tiga fungsi hakiki,
yakni: "pelayanan (services), pemberdayaan (empowerment), dan pembangunan
(development). Meskipun, dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, menurut
'..../ Osborne dan Gaebler (1993: 49), pemerintah harus lebih mengutamakan
upaya memberdayakan masyarakat ketimbang memberikan pelayanan
kepada masyarakat (empowering rather than serving). <::'

Pentingnya tugas pelayanan, pemberdayaan, dan pembangunan yang


harus diemban oleh setiap daerah otonom, dapat dicermati di dalam "----'
konsiderans UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
yang menegaskan bahwa "otonomi daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, <:: pemberdayaan
masyarakat, dan peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip
demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan,
dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik ,J
Indonesia".

Oleh karena itu, tingkat kinerja Pemerintah Daerah dalam melaksanakan '-...../
kewenangan otonominya akan diukur dari:
a. Tingkat penerimaan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan
oleh Pemerintah Daerah. -J

II KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


og:::::::::::::•:•:::::::::::::::::::::::111111111111::::::::::::
ee•o• ••••••••• •••••••••••••••••••••••••••••••••••••o••••••••

b. Meningkatnya keberdayaan masyarakat dalam seluruh aspek


kehidupannya .
.:» c. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat sebagai dampak langsung
dari pelaksanaan pembangunan daerah.

'---' Di dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,


dinyatakan bahwa "desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan
oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur
<:> dan mengurus urusan pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia". Penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
<:» pemerintahan, diimplementasikan dalam bentuk "pembagian urusan
pemerintahan antara pemerintah dan daerah otonom". Pembagian urusan
pemerintahan tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa "selalu
<:> terdapat berbagai urusan pemerintahan yang sepenuhnya/tetap menjadi
kewenangan pemerintah".

'---' Terdapat 6 (enam) urusan pemerintahan yang tidak diserahkan kepada daerah
otonom, yakni: politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan
fiskal nasional, dan agama. Tidak diserahkannya urusan
'--/ pemerintahan tersebut kepada daerah otonom, karena pelaksanaan urusan
pemerintahan tersebut menyangkut terjaminnya kelangsungan kehidupan
bangsa dan negara secara keseluruhan dalam rangka
--.J menegakkan wibawa negara dan pemerintahan dalam hubungan
internasional (urusan politik luar negeri), menjaga persatuan dan
kesatuan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
'---' (urusan pertahanan, keamanan, dan yustisi), kepentingan stabilitas
perekonomian nasional (urusan moneter dan fiskal nasional), serta penegakkan
kebebasan beragama bagi setiap warga negara sesuai
-::> amanat Pasal 28E UUD 1945 (urusan agama).

3.4. Hubungan AntaraPemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah Dengan


<:> Pemerintahan Desa
A. Di dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah
diatur lima bentuk hubungan antara Pemerintah Pusat dan
,, Daerah Otonom, yakni:
1. Hubungan dalam bidang kewenangan, meliputi : a. penyerahan urusan
pemerintahan dari pemerintah kepada daerah otonom
.s:> untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

KONSEP OASAR DESA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


.. .. . .
lll ::::11·::1:·:111111:1:·:1::1::::•:::•:::::•:::::::::::: .

dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan


perundang-undangan (melalui asas desentralisasi dan dilaksanakan
secara otonom); dan b. penugasan dari pemerintah kepada daerah, atau
dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/ kota untuk melaksanakan
tugas tertentu berdasarkan asas tugas
pembantuan. <:»
2. Hubungan dalam bidang keuangan, meliputi: a. pemberian sumber- sumber
keuangan untuk menyelengarakan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah; b. pengalokasian .:»
dana perimbangan kepada pemerintah daerah; dan c. pemberian pinjaman
dan/atau hibah kepada pemerintahan daerah.
3. Hubungan dalam bidang pelayananumum, meliputi: a. kewenangan,
tanggungjawab dan penentuan standar pelayanan minimal; b.
pengalokasian pendanaan pelayanan umum yang menjadi
kewenangan daerah; dan c. fasilitasi pelaksanaan kerjasama antar <:>
pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pelayanan umum.
4. Hubungan dalam bidang pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya lainnya, meliputi: a. kewenangan, tanggungjawab dan pemanfaatan,
pemeliharaan, pengendalian dampak, budidaya, dan pelestarian; b. bagi
hasil atas pemanfaatan sumber daya
sumber daya alam dan sumber daya lainnya; dan c. penyerasian <:>
lingkungan dan tata ruang serta rehabilitasi lahan.
5. Hubungan dalam bidang pembinaan dan pengawasan, meliputi :
a. Pembinaan penyelengaraan pemerintahan daerah dilaksanakan "-_,,/
oleh pemerintah, yang meliputi: 1) koordinasi pemerintahan antar susunan
pemerintahan; 2) pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan
pemerintahan; 3) pemberian bimbingan, "-.../ supervisi, dan konsultasi
pelaksanan urusan pemerintahan;
4) pendidikan dan pelatihan; dan 5) perencanaan, penelitian, pengembangan,
pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan urusan '--.._../ pemerintahan.
b. Pengawasanpenyelengaraanpemerintahandaerahdilaksanakan oleh
pemerintah, yang meliputi: 1) pengawasan atas pelaksanaan urusan
pemerintahan; 2) pengawasan atas peraturan daerah dan peraturan kepala
daerah; 3) pemberian penghargaan dan sanksi
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; 4) pendidikan -:»
dan pelatihan; dan 5) perencanaan, penelitian, pengembangan,
pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan.

KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


.. .
·: : : •::.:.:.,•:.,•:.::.•::::•:t:tt:::t:tt•!:!lll!!!!!!1·1·:1:1111111=11

B. Sejalan dengan bentuk-bentuk hubungan antara Pemerintah Pusat dan


Daerah Otonom, maka sesuai dengan ketentuan UU Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP Nomor 72 tahun
2005 tentang Desa, terdapat tiga bentuk hubungan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Desa, yakni :
1. Hubungan dalam bidang kewenangan, meliputi :
a. Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Desa, meliputi:
penugasan dari pemerintah pusat kepada desa untuk
melaksanakan tugas tertentu berdasarkan asas tugas pembantuan.
b. Hubungan antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintahan Desa, meliputi:
penugasan dari pemerintah provinsi kepada desa untuk
melaksanakan tugas tertentu berdasarkan asas tugas pembantuan.
c. Hubungan antara Pemerintah Kabupaten/Kota dan
Pemerintahan Desa, meliputi: 1) penyerahan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota kepada
desa untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
tersebut; dan 2) penugasan dari pemerintah kabupaten/kota
kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan asas
tugas pembantuan.
2. Hubungan dalam bidang keuangan, meliputi:
a. Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Desa, meliputi :
pemberian bantuan keuangan oleh Pemerintah Pusat kepada desa
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan desa dan program-
program pemberdayaan masyarakat desa.
b. Hubungan antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintahan Desa,
meliputi: pemberian bantuan keuangan oleh Pemerintah Provinsi kepada
desa untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan desa dan
program-program pemberdayaan masyarakat desa.
c. Hubungan antara Pemerintah Kabupaten/Kota dan
Pemerintahan Desa, meliputi: 1) bagi hasil pajak daerah minimal
10% untuk desa; 2) bagi hasil retribusi daerah; 3) pemberian
"Alokasi Dana Desa", yakni bagian dari dana perimbangan
keuangan antara pusat dan daerah yang diterima kabupaten/ kota
minimal sebesar 10% untuk desa; dan 4) pemberian bantuan keuangan
oleh Pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan desa dan program-program
pemberdayaan masyarakat desa.

KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


. . .
•::.•:•::.•:•::.1·:·:·:·:·:::·:·:·::.·:·:.··::··:·:·: ·:·::1:·1:·1:1··::1.·· :·.·:·::•.

3. Hubungan dalam bidang pembinaan dan pengawasan, meliputi :


a. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi berkewajiban untuk
melakukan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan desa.
b. Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban untuk melakukan
pembinaan dan pengawasan atas penye!enggaraan pemerintahan desa.
c. Aparatur Kecamatan berkewajiban untuk melakukan fasilitasi dan
koordinasi atas penyelenggaraan pemerintahan desa.

3.5. Kebijakan Pemerintah Tentang Pemerintahan Desa

3.5.1. Lima Kebijakan Baru Mengenai Desa di dalam UU. Nomor 32


Tahun 2004.
Bila kita mencermati ketentuan di dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (khususnya ketentuan-ketentuan yang mengatur
mengenai desa), yang ditindaklanjuti dengan PP Nomor
72 Tahun 2005 tentang Desa, maka jika kita bandingkan dengan
pengaturan mengenai desa pada peraturan perundang-undangan sebelumnya,
sekurang-kurangnya terdapat 5 (lima) kebijakan baru mengenai desa, yakni:
1. Penambahan kewenangan desa, yakni : urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan
pengaturannya kepada desa;
2. Kepastian sumber-sumber keuangan desa, yakni: bagian dari
dana perimbangan yang diterima oleh kabupaten/kota, minimal
10% diberikan kepada Desa (yang disebut Alokasi Dana Desa);
3. Memperkuat makna demokrasi desa berdasarkan nilai
musyawarah untuk mufakat dalam penetapan kebijakan desa, yakni
merubah nomenklatur "Badan Perwakilan Desa" menjadi "Badan
Permusyawaratan Desa".
4. Memperkuat kedudukan Kepala Desa sebagai Kepala
Pemerintahan Desa, agar tercipta kesinambungan dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa yakni: a) melarang Kepala Desa menjadi pengurus
partai politik; b) memastikan kedudukan keuangan kepala desa; dan c)
Kepala Desa bertanggungjawab kepada Bupati/Walikota;
5. Meningkatkan kinerja penyelenggaraan administrasi pemerintahan
desa, yakni jabatan Sekretaris desa diisi dari pegawai negeri sipil.

KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


··•·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·::.·:·::.·:·:·:·:·:·:·:·:·:·::.•:•:•::.•::.•:•:t.•::::::::::•• ::

3.5.2. Pembentukan dan Perubahan Status Desa


1. Pembentukan Desa
a. Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan
memperhatikan asal-usul desa dan kondisi sosial budaya
masyarakat setempat.
b. Pembentukan desa harus memenuhi syarat: jumlah
penduduk; luas wilayah; bagian wilayah kerja; perangkat; dan
sarana dan prasarana pemerintahan.
c. Pembentukan desa dapat berupa penggabungan
beberapa desa, atau bagian desa yang bersandingan, atau
pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih, atau
pembentukan desa di luar desa yang telah ada.
d. Pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih
dapat dilakukan setelah mencapai paling sedikit 5 (lima)
tahun penyelenggaraan pemerintahan desa.
e. Desa yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi
memenuhi persyaratan dapat dihapus atau digabung.
f. Dalam wilayah desa dapat dibentuk Dusun atau sebutan lain
yang merupakan bagian wilayah kerja pemerintahan desa dan
ditetapkan dengan peraturan desa.
g. Sebutan bagian wilayah kerja pemerintahan desa,
disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat
setempat yang ditetapkan dengan peraturan desa.

2. Perubahan Status
a. Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi
kelurahan berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa bersama
BPD dengan memperhatikan saran dan pendapat masyarakat
setempat.
b. Perubahanstatusdesamenjadi kelurahanmemperhatikan
persyaratan: luas wilayah; jumlah penduduk; prasarana dan
sarana pemerintahan; potensi ekonomi; dan kondisi sosial
budaya masyarakat.
c. Desa yang berubah menjadi Kelurahan, Lurah dan
Perangkatnya diisi dari pegawai negeri sipil.
d. Desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan,
kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan dikelola

KONSEP DASAR DESA DAN PEMBEROAYAAN MASYARAKAT OIBIOANG KESEHATAN


.... . .
! ! t t •:t.•::•:t••:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:··::·:··::·:··· ::•.

oleh kelurahan yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat


setempat.
e. Pendanaan sebagai akibat perubahan status desa menjadi
kelurahan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah kabupaten/kota.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai Pembentukan, Penghapusan dan


Penggabungan Desa, serta perubahan status desa menjadi kelurahan
diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada
Peraturan Menteri. Peraturan Daerah Kabupaten/ Kata wajib mengakui dan
menghormati hak asal-usul, adat istiadat desa dan sosial budaya masyarakat
setempat.

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur mengenai


pembentukan dan perubahan status desa adalah: a. Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2006 tentang Penetapan Dan
PenegasanBatas Desa; dan b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
28 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan
Desa, dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan.

POKOK BAHASAN 4 :
PARTISIPASI MASYARAKAT

Pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan telah


diakui oleh semua pihak. Hasil pengamatan, pengalaman lapangan sampai
peningkatan cakupan program yang dikaji secara statistik, semuanya
membuktikan bahwa peran serta masyarakat amat menentukan tehadap keberhasilan,
kemandirian dan kesinambungan pembangunan kesehatan. Partisipasi masyarakat
itu semakin menampakkan sosoknya, setelah munculnya Posyandu sebagai salah
satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), yang
merupakan wujud nyata peran serta mereka dalam pembangunan kesehatan. Kondisi
ini ternyata mampu memacu munculnya berbagai bentuk UKBM lainnyaseperti
Polindes (Pondok Bersalin Desa), POD (Pos Obat Desa), Pos UKK (Pos Upaya
Kesehatan Kerja), TOGA (Tanaman Obat Keluarga), Dana Sehat, dan lain-lain, yang
jenis dan jumlahnya terus bertambah.

•• KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAANMASYARAKATDIBIDANG KESEHATAN


·:··:·:·:·:·:·::·:·:·:··::·:·:··::·:·:·:··::·:·:··:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:.·:·::::11:1•••:• :::

Wujud partisipasi masyarakat dalam upaya pembangunan melalui upaya


pemberdayaan antara lain melalui :
1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan
2. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan. Berupa pemerataan sumbangan
masyarakat dalam bentuk tenaga kerja, uang tunai, dan atau beragam bentuk
korbanan lainnya yang sepadan dengan manfaat yang akan diterima oleh
warga masyarakat yang bersangkutan.
3. Partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi pembangunan.
4. Dalam hal ini partisipasi masyarakat untuk mengumpulkan informasi yang
berkaitan dengan perkembangan kegiatan serta perilaku aparat pembangunan
sangat diperlukan.
5. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan.

Adapun bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dapat berupa :


1. Menjadi anggota kelompok masyarakat.
2. Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok.
3. Melibatkan diri pada kegiatan organisasi untuk menggerakkan partisipasi
masyarakat yang lain.
4. Menggerakkan sumberdaya masyarakat.
5. Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakatnya.

Kesehatan merupakan kebutuhan setiap orang, oleh karena itu kesehatan


seharusnya tercermin dalam kegiatan setiap insan. Peran serta masyarakat dalam
bidang kesehatan diarahkan melalui 3 kegiatan utama yakni :
1. Kepemimpinan, yaitu melakukan intervensi kepemimpinan yang berwawasan
Kesuma (Kesehatan Untuk Semua) bagi semua pemimpin, baik formal maupun
informal, dari tingkat atas sampai tingkat terbawah.
2. Pengorganisasian, yaitu melalui intervensi "community development" di bidang
kesehatan pada setiap kelompok masyarakat, sehingga muncul bentuk UKBM
di setiap kelompok masyarakat.
3. Pendanaan, yaitu mengembangkan sumber dana masyarakat untuk
membiayai berbagai bentuk kegiatan di bidang kesehatan, dari tingkat promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Wujudnya dapat berupa Dana Sehat atau
JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat), yang merupakan kunci
"sustainibilitas" kegiatan kesehatan kelompok masyarakat yang bersangkutan.

<::» KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


.. .
• •:•:•·• :•·:1111·:·•:•·•·•·•·•1:·•:.·11::•1•··•:•·•·•·•·:1 ··:··•·•·•::•·•1•·•·•··••·•·•·•··••··••·• .
·•:1:

Syarat tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat yaitu :


Adanya kesempatan yang Adanya kemampuan Adanya
diberikan kepada masyarakat untuk kemampuan
masyarakat untuk berpartisipasi masyarakat untuk
berpartisipasi
t
• Adanya kesempatan dari • Kemampuan
penguasa untuk untuk menemukan
melibatkan masyarakat dan memahami
• Kesempatan kesempatan untuk
memperoleh informasi memperbaiki
• Kesempatan pengetahuan
memanfaatkan dan • Kemampuan untuk
memobilisasi SDS dan melaksanakan
SDM yang dipengaruhi
• Kesempatan untuk pendidikan dan
memperoleh dan keterampilan
menggunakan • Kemampuan untuk
teknologi yang tepat memecahkan
• Kesempatan masalah
mengembangkan
kepemimpinan

KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN <:»


:.:.:.:.:.:.:•::::::•:•::::::::•:::111::1::1::•:::11:ttt•t•:t.•::::::::: .

POKOK BAHASAN 5 :
PEMBERDAYAANMASYARAKATMELALUI PENGEMBANGAN UKBM

Pemberdayaan masyarakat tidak bisa dilepaskan dari fungsi pelayanan


kesehatan daerah setempat sebagai fasilitator masyarakat untuk memainkan perannya
dalam pembangunan di daerahnya. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan
yang terinstitusionalisasi mempunyai kewenangan yang besar dalam
mengupayakan kesehatan masyarakat. Pengorganisasian masyarakat dalam rangka
pencapaian tujuan kesehatan masyarakat, pada hakikatnya adalah menghimpun
potensi masyarakat atau sumber daya yang ada didalam masyarakat itu sendiri atau
untuk mendorong secara efektif modal sosial masyarakat agar mempunyai
kekuatan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan secara mandiri.

Melalui proses pengorganisasian, masyarakat diharapkan mampu belajar untuk


menyelesaikan ketidakberdayaan dan mengembangkan potensinya dalam
mengontrol kesehatan lingkunannya dan memulai untuk menentukan sendiri upaya-
upaya strategis di masa depan, memperkokoh kekuatan komunitas basis. Jadi
pengorganisasian masyarakat mempunyai tujuan untuk membangun dan menjaga
keberlanjutan kelompok-kelompok kesehatan/ UKBM seperti Posyandu, Polindes,
Posyandu Lansia, Pokmair, Dokter Kecil, dan lain-lainnya. Organisasi di area
komunitas dapat menjamin tingkat partisipasi, pada saat bersamaan,
mengembangkan dan memperjumpakan dengan organisasi atau kelompok lain
untuksemakin memperkokoh kekuatan komunitas, serta membangun aliansi untuk
menambah proses pembelajaran dan menambah kekuatan diri. Oleh karena itu peran
Puskesmas tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan yang accessible, tapi juga
memberikan pencerdasan melalui upaya pemberdayaan masyarakat.

Perwujudan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah


pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif. Komponen Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif adalah (1) Pelayanan kesehatan dasar, (2) Pemberdayaan
masyarakat melalui UKBM, dan mendorong upaya surveilans berbasis masyarakat,
kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan,
(3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

Pemberdayaan masyarakat terus diupayakan melalui pengembangan


U KBM. U KBM adalah upaya kesehatanyang direncanakan, d ibentuk, dikelola
--.J dari, oleh, dan untuk masyarakat dalam upaya mengatasi permasalahan

'----", KONSEP OASAR OESA DAN PEMBEROAYAAN MASYARAKATOIBIOANG KESEHATAN


11··1····:···:··11·····:··:····················1·:·········
: :: ::::.:::.:: :::::.::.:::::::::::::::::::: :.:::.::::•
8

kesehatan di daerahnya. Kegiatan difokuskan pada upaya surveilans berbasis


masyarakat, kedaruratan kesehatan, dan penanggulangan bencana, serta penyehatan
lingkungan. UKBM-UKBM tersebut berupa:
a. Pas Pelayanan Terpadu (Posyandu), merupakan salah satu bentuk UKBM
yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi. Saat ini termasuk yang telah dikembangkan
pelayanannya sehingga mencakup tidak hanya bayi, balita, dan ibu hamil,
melainkan juga penduduk usia lanjut, dan lain-lain.
b. Pondok Bersalin Desa (Polindes), yang merupakan sarana bagi bidan di desa
melaksanakan pertolongan persalinan.
c. Sarana penanggulangan kedaruratan kesehatan seperti rumah tunggu (transit)
bagi ibu yang hendak bersalin, angkutan atau kendaraan yang dapat digunakan
untuk membawa pasien dari desa ke Puskesmas dan atau Ru mah Sakit secara
aman dan relatif cepat, kelompok donor darah, Tim Penanggulangan Krisis
Kesehatan Akibat Bencana, dan lain-lain.
d. Sarana penanggulangan penyakit dan wabah, seperti Pas Malaria Desa
(Posmaldes), Pas TB Desa, Kader Surveilans Desa, dan lain-lain. e.
Warung Obat Desa dan atau Taman Obat Keluarga (TOGA).
f. Sarana penyehatan lingkungan seperti Kelompok Pemakai Air (Pokmair),
Koperasi Jamban, dan lain-lain.
g. Dana sosial untuk membiayai pengeluaran masyarakat di bidang
kesehatan, seperti Dana Sehat, Tabungan Untuk lbu Bersalin (Tabulin), dan lain-
lain.
h. Upaya lain seperti Saka Bakti Husada, Usaha Kesehatan Sekolah, dan lain-lain.

. '
KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAANMASYARAKATDIBIDANG KESEHATAN
: .
..::.:.:.:.:•::.:.1•:.:.:.:.:. :.:.:.:.•:•:t.!!!!!!!!!t:1:•1:
:
REFERENSI
• Departemen Kesehatan RI, Sistim Kesehatan Nasional, Jakarta,2009
• Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, Jakarta, 2010
• Totok Mardikanto, Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta,
2010
• Kementerian Kesehatan RI, Second Decentralized Health Services Project, Modul
Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Petugas Puskesmas, Jakarta,2010
• Departemen Dalam Negeri, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Depdagri, Jakarta, 2004
• Departemen Dalam Negeri, DirektoratJenderal Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa, Depdagri, Jakarta, 2004

KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


PERAN DAN FUNGSI
FASILITATOR PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN
•:•:•:•:•:•:•1•:••:•:•t•t•:•:•:1•1•1•1•1•11.•1•:1•:•1•1•1•1••11•1•1•:••::••:•:1••::••1•1•:•:•1•:•:•:::

~cJ
PERAN DAN FUNGSI FASILITATOR
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN

DAFTAR ISi

I. DESKRIPSI SINGKAT

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Ill. POKOK BAHASAN


C. Pokok Bahasan 1 : Peran Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di
Bidang Kesehatan
D. Pokok Bahasan 2 : Fungsi Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di
Bidang Kesehatan

IV. LANGKAH-LANGKAH

KEGIATANPEMBELAJARAN V. URAIAN MATERI


A. Pokok Bahasan 1 : Peran Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di
Bidang Kesehatan
B. Pokok Bahasan 2 : Fungsi Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di
Bidang Kesehatan

REFERENSI

LEMBAR KERJA
Pedoman Diskusi Kelompok Peran dan Fungsi Fasilitator Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan

PERAN DAN FUNGSI FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


·• 1·•·•·•1·•11·•··•1·•·•··••·•·•··••··•·•·•·•·•·•·•·•·•··••·•··•·•·•·•·•·•·•·•·• •••• •••••••••••••••

I. DESKRIPSI SINGKAT

Kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai suatu proses yang


dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah atau
suatu lembaga pemberdayaan masyarakat agar masyarakat selalu tahu, '------'' mau dan
mampu mengadopsi inovasi demi tercapainya peningkatan produktivitas guna
memperbaiki mutu hidup atau kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Karena itu, kegiatan pemberdayaan masyarakat akan membutuhkan tenaga-tenaga
fasilitator yang handal
agar dapat melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
direncanakan.

Secara konvensional, peran fasilitator hanya dibatasi pada


kewajibannya untuk menyampaikan inovasi dan atau mempengaruhi
penerima manfaat pemberdayaan melalui metoda dan teknik- teknik
tertentu sampai penerima manfaat itu dengan kesadaran dan kemampuannya
sendiri mengadopsi inovasi yang disampaikan. Tetapi, dalam perkembangannya,
peran fasilitator tidak hanya terbatas pada fungsi menyampaikan inovasi dan
mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
penerima manfaatnya, tetapi juga harus mampu menjadi jembatan
penghubung antara pemerintah atau lembaga pemberdayaan masyarakat
yang diwakili dengan
masyarakatnya, baik dalam hal menyampaikan inovasi atau kebijakan- <:>
kebijakan yang harus diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat, maupun
untuk menyampaikan umpan balik atau tanggapan masyarakat kepada
pemerintah/lembaga pemberdayaan yang bersangkutan.

Modul Perandan fungsi fasilitatordisusun untuk memberikan pemahaman kepada


para Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan akan peran dan
fungsinya agar fasilitator marnpu fasilitasi pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan khususnya pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dan
Pembinaan PHBS.

PERAN DAN FUNGSI FASILITATOR PEMBEROAYAAN MASYARAKAT OIBIDANG KESEHATAN


. . . .. . . :.
·.·:·:·:·:··:·:·•:•:•t:•, t:t•::
1•: t:• t t:t•t::
•t•t:.•:•1,•:•::•:•.t:••::•,:•t.::•:,:

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami peran dan fungsinya
sebagai fasilitator pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu :
1. Menjelaskan perannya sebagai fasilitator pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan.
2. Menjelaskan fungsinya sebagai fasilitator pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan.

Ill. POKOK BAHASAN

A. Pokok Bahasan 1 : Peran fasilitator pemberdayaan masyarakat di bidang


kesehatan
B. Pokok Bahasan 2 : Fungsi fasilitator pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan

IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 3 jam pelajaran
(T=1jpl,P=2jpl) @ 45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran,
dilakukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut :

A. Langkah 1 (15 menit):


1. Pelatih memperkenalkan diri
2. Pelatih menyampaikan tujuan umum dan tujuan khusus
3. Menggali pendapat peserta tentang apa yang telah dilakukan

'-" · PERAN DAN FUNGSI FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN ..


... ..
1·11:··:1:·:1::·::1:·:··:·:1·::.·:·::·. :··: ·: ·: :··: ·: :··: :·:··: ·: :··: ··: :·:·:·:·:·::·:··: ·: ::•.t:1:•::.
selama ini sebagai fasilitator pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan
4. Pelatih mengklarifikasi pendapat peserta dikaitkan dengan
pengertian fasilitator pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
dan kegiatan yang dilakukan

B. Langkah 2 (90 menit) :


1. Pelatih membagi peserta dalam kelompok berdasar asal tempat
kerja. Kemudian masing-masing kelompok diminta untuk mendiskusikan
peran dan fungsinya selaku fasilitator pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan. Hasil diskusi tentang peran dituliskan pada kertas metaplan
warna kuning dan tentang fungsi ditulis pada kertas metaplan warna
hijau. Setelah menuliskan peran dan fungsi, peserta diminta
menempelkan pada tempat yang disediakan.
2. Wakil kelompok diminta menyajikan hasil diskusi kelompok masing-
masing.
3. Pelatih memberi kesempatan kepada peserta untuk menanggapi setiap
selesai penyajian dari masing-masing kelompok.
4. Berdasarkan pendapat peserta, pelatih menjelaskan peran dan
fungsinya sebagai fasilitator pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan.
5. Pelatih memberi kesempatan kepada peserta untuk menanyakan
hal-hal yang kurang jelas dan fasilitator menjawab pertanyaan peserta
tersebut.

C. Langkah 3 (30 menit) :


1. Pelatih merangkum sesi pembelajaran ini dan menegaskan bahwa
fasilitator pemberdayaan masyarakat bisa disebut sebagai "agen
perubahan" (change agent), Karena itu, fasilitator haruslah profesional,
memiliki kualifikasi tertentu baik yang menyangkut kepribadian,
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan memfasilitasi pemberdayaan
masyarakat. Sehingga dapat berperan dan

PERAN DAN FUNGSI FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


.
:.:.:•.:1.:.:.•::•.::::::::::::::::::::::•:::••::::::::::::::•1•:.:

menjalankan fungsinya dengan baik.


2. Peserta diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang masih
kurang jelas, Pelatih memberikan jawaban atas pertanyaan peserta.
3. Pelatih menutup sesi pembelajaran dengan memberikan apresiasi
pada peserta.
<:>

V. URAIAN
MATERI

POKOK BAHASAN 1 :
PERAN FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI
BIDANG KESEHATAN

'-....,/ Kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dapat diartikan sebagai


suatu proses pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien)
secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien,
serta proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu
menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan atau
~ knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek sikap atau attitude), dan dari mau menjadi
mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan atau practice)
oleh Fasilitator baik pemerintah atau dari suatu lembaga pemberdayaan.

Fasilitator pemberdayaan masyarakat bisa disebut sebagai "agen perubahan" (change


agent), yaitu seseorang yang atas nama pemerintah atau lembaga pemberdayaan
masyarakat berkewajiban untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh (calon) penerima manfaat dalam mengadopsi inovasi. Karena itu,
fasilitator haruslah profesional, memiliki kualifikasi tertentu baik yang
menyangkut kepribadian, pengetahuan, sikap, dan ketrampilan memfasilitasi
pemberdayaan masyarakat. Sehingga dapat berperan dan menjalankan fungsinya
dengan baik.

PERAN DAN fUNGSI fASILITATOR PEMBEROAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


.. . .
11111 : : : : :1:11·::1:::::::1:::::• ::••::::::::::11::::1:11:::::::::··· . Berdasarkan status dan lembaga

tempatnya bekerja, fasilitator dibedakan dalarn :


1. Pegawai Negeri Sipil (PNS),yaitu pegawai negeri yang ditetapkan dengan
status jabatan fungsional sebagai Penyuluh/Fasilitator.
2. Fasilitator Swasta, yaitu fasilitator Pemberdayaan Masyarakat yang bertugas
sebagai karyawan perusahaan swasta. Termasuk kategori penyuluh swasta adalah
penyuluh dari Lembaga Swadaya Masyarakat <:> (LSM).

3. Fasilitator, yaitu fasilitator Pemberdayaan Masyarakat yang berasal dari


masyarakat yang secara sukarela (tanpa imbalan) melakukan kegiatan
pemberdayaan masyarakat di lingkungannya. Termasuk kelompok ini adalah
penyuluh/fasilitator yang diangkat atau memperoleh imbalan dari masyarakat di
lingkungannya.

Fasilitator bekerja dengan mengaplikasikan keahlian dan metode spesifik yang


digabungkan dengan perhatian cermat dan kepekaan terhadap orang serta proses
yang berlangsung. Cara kerja fasilitator akan mendorong masyarakat untuk
mencapai kinerja terbaiknya. Fasilitator harus memiliki kemampuan meramu
teknologi pengelolaan masyarakat, gaya pribadi yang khas, serta kreativitas dan
energi agar dapat mengantarkan masyarakat untuk beroperasi dan berkreasi secara
maksimal.
Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di bidang Kesehatan mempunyai peran:
1. Sebagai Katalisator (Catalyst)
Fasilitator hendaknya dapat menjadi media yang subur bagi tumbuh <:>

kembang individu yang sedang dibimbingnya untuk mencapai harapan


(pengetahuan/kemampuan) untuk melaksanakan tupoksinya. Hal ini
dapat dimungkinkan jika fasilitator yang bersangkutan menguasai isi
materi yang difasilitasinya dengan menggunakan model-model fasilitasi
yang sesuai, sehingga akan menimbulkan sikap positif bagi pihak yang
difasilitasinya.

2. Sebagai Pemberi Bantuan dalam Proses (Process Helper)

PERAN DAN FUNGSI FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


o·••·•·••·••:·•·••·•11·•:·•·•·•·•:•:•11·:·••··••·•·•1::•·••·•·•·•·•·•·:•·•:•·••:·•••·••·:·••1:1:: ••

Fasilitator hendaknya dapat membantu saat pihak yang difasilitasi


.. / mengalami kesulitan dalam proses penyelesaian tugas. Perbantuan diberikan
terutama pada individu yang mengalami kesulitan dalam proses
mengaplikasikan materi atau juklak/juknis yang telah diterimanya berkaitan
dengan pelaksanaan tupoksinya.

3. Sebagai Penghubungdengan Sumber Daya (Resource Linker) Fasilitatoryang baik


hendaknya dapat membantu pihak yang dibimbing untuk dihubungkan dengan
sumber-sumber yang tepat manakali yang bersangkutan mengalami
kesulitan/keterbatasan sumber daya saat melaksanakan tupoksinya. Bentuk
dari peran ini diantaranya fasilitator harus mampu berkomunikasi secara
efektif dalam advokasi. Advokasi yang dilakukan dalam rangka
menghubungkan provider dengan pihak pemangku kepentingan (stakeholder)
untuk memperoleh dukungan
sumber daya yang dibutuhkan.

4. Sebagai Pemberi Solusi (Solution Giver)


Fasilitator jika diperlukan harus memberikan solusi, manakala
pihak yang dibimbingnya menemukan kendala dalam pelaksanaan
.. / tupoksinya. Walaupun demikian solusi yang disodorkan hendaknya
berupa alternatif-alternatif yang dihasilkan berdasarkan kesepakatan
bersama.

5. Sebagai Pemantau dan Evaluator


Fasilitator harus melakukan kegiatan pemantauan dan evaluator dengan
melakukan pembinaan monitoring dan evaluasi secara berkala dan
berkesinambungan.

-...._/ PERAN DAN FUNGSI FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


. ... .
·: ·::•.:•:•::••::1.•:•1:1•::: 1: · ·:·:·:·: :·.·:·::· :·:.·:·:·:=:.:

POKOK BAHASAN 2 :
FUNGSI FASILITATORPEMBERDAYAANMASYARAKATDI
BIDANG KESEHATAN

Dalam menjalankan perannya,fasilitator pemberdayaan masyarakatdi bidang


kesehatan berfungsi sebagai berikut :
1. Melakukan pembinaan
Bila kegiatan masyarakat dalam bidang kesehatan sudah berjalan maka
secara berkala dapat dilaksanakan telaah wawas diri oleh tokoh masyarakat
bersama kader. Kegiatan pembinaan dilakukan dengan mengkaji
berfungsinya kepemimpinan, berfungsinya pengorganisasian dan berfungsinya
pendanaan masyarakat dalam masyarakat dalam upaya kesehatan. Dengan
telaah wawas diri ini, dapat ditemukan kelemahan dan kekuatan upaya
masyarakat tersebut, sehingga dapat
dilakukan peningkatan kegiatan-kegiatannya. Pembinaan merupakan <:»
langkah untuk memelihara kelancaran dan kelestarian kegiatan program
kesehatan.
\,J
Tujuan pembinaan adalah : (1) Terpeliharanya kelancaran pelaksanaan kegiatan
oleh masyarakat; (2) Meningkatnya hasil kegiatan oleh masyarakat; (3)
Dikenalnya masalah oleh masyarakat sendiri.
Tempat, waktu dan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan pernbinaan
dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan setempat.

2. Melakukan advokasi
Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melaui macam-
macam bentuk komunikasi persuasif.
Advokasi kesehatan juga dapat diartikan suatu rangkaian komunikasi strategis
yang dirancang secara sistimatis dan dilaksanakan daklam kurun waktu
tertentu, baik oleh individu maupun kelompok agar pembuat keputusan
membuat suatu kebijakan publik yang menguntungkan masyarakat.
Sebagai fasilitator tentunya harus dapat membantu provider dilapangan

PERAN DAN FUNGSI FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN "-.../


.
···:·: ·:·::.·::··::·:·:·:··:·: ·:·::·.:::••:•::•.::•.1•:.•:::•.11:1:1:11 ·

untuk melakukan advokasi sehingga mendapatkan komitmen dan dukungan dari


pihak-pihak yang terkait (stakeholders).

3. Melakukan Pemantauan dan Evaluasi


Pemantauan (monitoring) adalah mengumpulkan informasi untuk kebutuhan
operasional manajemen, dan untuk selanjutnya hasil pekerjaan monitoring
dipakai sebagai dasar dasar evaluasi. Oleh karena itu pekerjaan monitoring dan
evaluasi saling berhubungan satu sama lain.
Evaluasi atau penilaian berarti suatu tindakan untuk menentukan
nilai sesuatu. Dalam arti luas, evaluasi adalah suatu proses dalam
merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk
membuat alternatif-alternatif keputusan.
Sebagai fasilitator tentunya mempunyai kewajiban untuk melakukan
kegiatan pemantauan dan evaluasi, sehingga selama kurun waktu tertentu dapat
diketahui hambatan-hambatan yang terjadi serta pencapaian yang telah dihasilkan.

4. Menggalang Komunikasi
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan, pendapat, perasaan atau
berita kepada orang lain. Komunikasi dapat pula diartikan sebagai proses
pertukaran pendapat, pemikiran atau informasi melaui ucapan, tulisan maupun
tanda-tanda. Dengan demikian maka komunikasi dapat mencakup segala
bentuk interaksi dengan orang lain yang berupa percakapan biasa,
melakukan kemitraan dengan pihak terkait (stakeholder) maupun advokasi.
Sebagai fasilitator harus dapat menggalang komunikasi dengan berbagai pihak
dan lapisan masyarakat, baik lintas program maupun lintas sektor, baik secara
formal maupun informal.

.:» PERAN DAN fUNGSI fASIUTATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN


.
·:1·:11: 11·:·:::11::1::•::1:::::::::::::::::::::1::::::::::::•::::· .
5. Memberi Kesempatan Konsultasi
Konsultasi merupakan media berbagi yang sangat berguna, dengan
memberikan kesempatan konsultasi fasilitator dapat memberikan masukan
sesuai dengan peran dan fungsinya. Bila terjadi masalah yang sangat spesifik
yang dialami provider di lapangan, fasilitator dapat memberikan saran,
pembinaan, dan sebagainya.

REFERENSI
• Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, 2011 <::
• Totok Mardikanto, Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat,
Surakarta, Tahun 2010
• Totok Mardikanto, Model-Model Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta, Tahun
2010
• BPPSDMK Departemen Kesehatan RI, Kurikulum & Modul Pelatihan
Fasilitator Tingkat Puskesmas dalam Pengembangan Desa Siaga,
2007

PERAN DAN FUNGSI FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN ·. /


..
··.·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·::.·:·:·: ·::.·:·:·:.·:··:.·:•!!•!!:•!••:•.:::

LEMBAR KERJA

Pedoman Diskusi Kelompok


Peran dan Fungsi FasilitatorPemberdayaan Masyarakat di
Bidang Kesehatan
.:» 1. Peserta dibagi dalam kelompok berdasar asal tempat kerja.
2. Masing-masing kelompok diminta untuk mendiskusikan peran dan fungsinya
selaku fasilitator pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.
.. /
Hasil diskusi tentang peran dituliskan pada kertas metaplan warna kuning dan
3. tentang fungsi ditulis pada kertas metaplan warna hijau.
.::» Setelah menuliskan peran dan fungsi, peserta diminta menempelkan kertas
4. metaplan pada tempat yang disediakan.
Penyajian hasil diskusi kelompok oleh wakil kelompok. Pada saat
.. / 5 . penyajian ada moderator dari kelompok lain yang memandu jalannya
penyajian. Peserta menanggapi setiap selesai penyajian dari masing-
masing kelompok.

PERAN DAN FUNGSI FASILITATOR PEMBERDAYAANMASYARAKATDIBIDANGKESEHATAN


\ ... _./
-
.:»

FASILITASI
PENGEMBANGAN DESA
DAN KELURAHAN
SIAGA AKTIF
\.J

\.._

<:

v
. ...
·:·:·:·:·:·:·:·:·•:•:1: :••:•:t•.t:: • ::1:•t:t•!: . . •• .
!!!:t•t•::.::111: •: :.

A!odd4
FASILITASI PENGEMBANGAN DESA
DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF
DAFTAR ISi
I. DESKRIPSI SINGKAT
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Ill. POKOK BAHASAN


A. Pokok Bahasan 1 : Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
B. Pokok Bahasan 2 : Langkah-langkah fasilitasi siklus pemecahan masalah
kesehatan yang dihadapi masyarakat desa dan
kelurahan

IV. LANGKAH-LANGKAH

KEGIATANPEMBELAJARAN V. URAIAN MATERI


A. Pokok Bahasan 1 : Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
B. Pokok Bahasan 2 : Langkah-langkah fasilitasi siklus pemecahan masalah
kesehatan yang dihadapi masyarakat desa dan
kelurahan

REFERENSI

LEMBAR KERJA
~, 1. Pedoman Diskusi Kelompok Persiapan dalam Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif
2. Lembar Kasus ldentifikasi Masalah Kesehatan
3. Skenario Bermain Peran
4. Musyawarah Desa/Kelurahan
5. Menyusun Perencanaan (partisipatif)
--...J 6. Melakukan Kegiatan Promosi Kesehatan melalui Dasa Wisma

FASILITASI PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF


·• 111·I11·I111
1111111111:•: 1 • 111··· · ···•·:·••·•·•1:·11•···1·•:·•·••·•·••·o·•o•o••
• •••••••••

I. DESKRIPSI SINGKAT

Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan revitalisasi


dari Desa Siaga, telah dimulai sejak tahun 2006 yang merupakan bentuk dari
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. Oleh karena itu para Fasilitator
Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan perlu mendapatkan
pemahaman mengenai pendekatan pengembangan desa dan kelurahan siaga
aktif, dapat melakukan kegiatan persiapan maupun melakukan langkah-langkah
siklus pemecahan masalah kesehatan dan mempunyai pengertian yang baik
tentang pentahapan pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif, sebagai
capaian penyelenggaraan pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif.
Sehingga dapat menghantarkan para Fasilitator mampu memfasilitasi
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif di daerah masing-masing.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Mampu melakukan fasilitasi penyelenggaraan pengembangan Desa dan <:»
Kelurahan Siaga Aktif

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu :
1. Menjelaskan pendekatan dan persiapan pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif
2. Melakukan kegiatan langkah-langkah siklus pemecahan masalah
kesehatan yang dihadapi masyarakat desa dan kelurahan

Ill. POKOK BAHASAN

A. Pokok Bahasan 1 :
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

:1 FASILITASI PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF


. . .•. ...
·.:.:.:. :. :. .:.:•t•:::::: t :•:•:::•: ...
t•1.:.::.:.::•:::.:.::.:.1:.11:1:·.1:=1111:1:·1.:111

1. Sub Pokok Bahasan 1 : Pendekatan pengembangan Desa dan


Kelurahan Siaga Aktif
2. Sub Pokok Bahasan 2 : Persiapan pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif

B. Pokok Bahasan 2 :
Langkah-langkah fasilitasi siklus pemecahan masalah kesehatan
yang dihadapi masyarakat desa dan kelurahan
1. Sub Pokok Bahasan 1 : Langkah-langkah siklus pemecahan
masalah kesehatan
2. Sub Pokok Bahasan 2 : Pentahapan pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif

IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 10 Jpl (T=2 jpl;
P=8; PL=O) @ 45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

A. Langkah 1 (20 menit):


1. Pelatih memperkenalkan diri
2. Pelatih menyampaikan tujuan umum dan tujuan khusus
3. Menggali pendapat peserta tentang pendekatan yang digunakan dalam
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
4. Berdasarkan pendapat peserta, pelatih menjelaskan pendekatan
dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

B. Langkah 2 (120 menit):


1. Pelatih membagi peserta menjadi 4 kelompok dengan jalan
berhitung 1-4, kemudian nomor satu bergabung dengan nomor 1, nomor 2
bergabung dengan nomor 2, demikian selanjutnya sampai
.::» terbentuk menjadi 4 kelompok

. / FASILITASI PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF


... . •...
: 11:•:•:t t •:!!!!•:t:: ::•:::• :.: ::::::::::::::::::::::.:::::• .

2. Pelatih meminta peserta untuk melakukan diskusi kelompok dengan topik


"Persiapan yang perlu dilakukan dalam pengembangan desa dan keluarga
siaga aktif"
3. Masing-masing wakil kelompok diminta menyajikan hasil diskusi
kelompok
4. Pelatih meminta peserta untuk menanggapi hasil diskusi
5. Pelatih melakukan klarifikasi tentang persiapan yang perlu
dilakukan dalam pengembangan desa dan keluarga siaga aktif serta
memberikan penegasan singkat tentang pentingnya kegiatan persiapan
dilakukan untuk keberhasilan pengembangan desa dan keluarga siaga aktif

C. Langkah 3 (120 menit) :


1. Pelatih membagi peserta menjadi 4 kelompok (masih kelompok yang
sama)
2. Masing-masing kelompok diskusi identifikasi masalah kesehatan
dari lembar kasus
3. Masing-masing wakil kelompok diminta menyajikan hasil diskusi
kelompok
4. Pelatih meminta peserta untuk menanggapi hasil diskusi
5. Pelatih menjelaskan berdasarkan penyajian empat kelompok tersebut
adalah mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, potensi, UKBM yang
sudah ada dan bantuan yang diharapkan pada lokus tersebut

D. Langkah 4 (150 menit):


1. Pelatih membagi peserta menjadi 3 kelompok. Masing-masing
kelompok melakukan simulasi dan bermain peran sesuai skenario yang
dibagikan, secara bergantian. Kelompok 1 melakukan simulasi dan bermain
peran "Musyawarah Desa/Kelurahan", kelompok 2 melakukan simulasi
dan bermain peran "Perencanaan Partisipatif" dan kelompok 3 melakukan
simulasi dan bermain peran "Melakukan
Kegiatan Promosi Kesehatan Melalui Dasawisma" "-.../'

FASILITASI PENGEMBANGAN OESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF "-../


. . . . .. . .
··:·:·:···::·:·:··:·:··: :·:·•:t:•!t•::•t:!.•t•:•:t.!:!.•:t••••:•.•:!:t:!:•: •: ::

2. Setiap selesai simulasi dan bermain peran, peserta diminta untuk


memberikan evaluasi
3. Setelah seluruh kelompok selesai melakukan simulasi dan bermain
peran pelatih memberikan komentar terhadap seluruh permainan peran
tersebut adalah menggambarkan penyelenggaraan desa dan kelurahan siaga
aktif

E. Langkah 5 (30 menit) :


1. Pelatih merangkum sesi pembelajaran ini dengan minta peserta untuk
menanyakan hal-hal yang masih kurang jelas, memberikan jawaban atas
pertanyaan peserta
2. Meminta komentar, penilaian, saran bahkan kritik dari peserta pada
kertas yang telah disediakan
3. Pelatih menutup sesi pembelajaran dengan memberikan apresiasi pada
peserta

V. URAIAN MATERI

POKOK BAHASAN 1 :
PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF

1.1. Pendekatan Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif


Desa dan Keluarga Siaga Aktif merupakan revitalisasi Desa Siaga yang telah
dimulai sejak tahun 2006 dan pada tahun 2009 telah mencapai Desa dan
Kelurahan Siaga sejumlah 42.295 (56, 1 % dari 75.410 desa dan kelurahan). Namun
demikian, belum semua Desa dan Kelurahan Siaga mencapai kondisi Desa dan
Keluarga Siaga Aktif. Upaya revitalisasi ini guna mengakselerasi pencapaian
target Desa atau Kelurahan Siaga Aktif
80 % pada tahun 2015.

--. / FASILITASI PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF


. . . . ..
llllll l!!!l l !!l !l l !!!lll •:::11::::•::•.::•.::11::11:1::::•1:1::::::::e .
• Pengertian Desa Dan Kelurahan Siaga Aktif
Desa dan Keluarga Siaga Aktif adalah bentuk pengembangan dari
Desa Siaga yang telah dimulai sejak tahun 2006. Desa atau Kelurahan
Siaga Aktif adalah desa atau yang disebut dengan nama lain kelurahan
yang :
1 . Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes), atau Pos Kesehatan yang ada di wilayah
tersebut seperti, Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu),
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), atau pelayanan kesehatan
dasar lainnya.
2. Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan
surveilans berbasis masyarakat (meliputi pemantauan penyakit,
kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan
kesehatan, dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan
sehingga masyarakatnya menerapkan PHBS.

• Komponen Desa Dan Kelurahan Siaga Aktif


Desa dan Kelurahan Siaga Aktif memiliki komponen :
1 . Pelayanan Kesehatan Dasar.Yang dimaksud pelayanan kesehatan dasar adalah
pelayanan primer, sesuai dengan kewenangan tenaga kesehatan yang
bertugas. Pelayanan kesehatan dasar berupa: (1) Pelayanan kesehatan
untuk ibu hamil, (2) Pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui, (3)
Pelayanan kesehatan untuk anak, serta (4) Penemuan dan penanganan
penderita penyakit.
2. Pemberdayaan Masyarakat melalui pengembangan UKBM.
Pemberdayaan masyarakat difokuskan kepada upaya surveilans berbasis
masyarakat, kedaruratan kesehatan, dan penanggulangan bencana, serta
penyehatan lingkungan.
3. PHBS. Masyarakat di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif wajib
melaksanakan PHBS. PHBS adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang
menjadikan seseorang, keluarga, atau masyarakat mampu

FASILITASI PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF


. .
·:·:·:·:·:·:·:.·:.·:·:·:·:.·:·:·1:··:·:.·:·: · 1:·::1.··:1:·:::··:·:·:·:·::

menolong dirinya sendiri (mandiri)dibidang kesehatan dan berperan aktif


dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.

Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga aktif dilaksanakan melalui


pemberdayaan masyarakat, yaitu upaya memfasilitasi proses belajar
masyarakat desa dan kelurahandalam memecahkan masalah-masalah
k_esehatannyaO. leh karena merupakan upaya pembangunan desa dan
kelurahan, maka program ini memerlukan peran aktif dari berbagai pihak
mulai dari pusat, provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, sampai ke desa dan
kelurahan.

Pendekatan Pengembangan Desa Dan Kelurahan Siaga Aktif


1. Urusan Wajib Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota
Bidang kesehatan yang berskala kabupaten dan kota merupakan salah
satu urusan wajib untuk daerah kabupaten dan kota. Berkaitan dengan hal
tersebut. Menteri Kesehatan telah menetapkan Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di kabupaten dan kota sebagai tolak ukur
kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan daerah kabupaten dan
kota. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM Kesehatan)
tersebut berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang meliputi jenis
pelayanan beserta indikator kinerja dan targetnya untuk tahun 2010 - 2015.
Salah satu target dalam SPM Kesehatan tersebut adalah cakupan Desa
(dan Kelurahan) Siaga Aktif yang harus tercapai sebesar 80% pada
tahun 2015. Dengan demikian, jajaran kesehatan di kabupaten dan kota
mulai dari dinas kesehatan, Puskesmas sampai ke rumah sakit wajib
memberikan fasilitasi dan rujukan, serta dukungan dana dan sarana bagi
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif pada hakikatnya


merupakan bagian dari urusan pemerintahan yang menjadi kewajiban dan
kewenangan kabupaten dan kota yang diserahkan pengaturannya kepada
desa dan kelurahan, dan menjadi tanggung

FASIUTASI PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF


·::·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·.::·:·:·:·:· ·:·:·:·•·:·:·:

jawab Pemerintahan Desa dan Pemerintahan Kelurahan. Pengembangan


Desa dan Kelurahan Siaga Aktif harus tercakup dalam rencana
pembangunan desa, baik dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa (RPJMD) dan Rencana
Kerja Pembangunan Desa (RKP Desa). Mekanisme perencanaan <:> dan
penganggarannya dibahas melalui forum Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa (Musrenbangdes). Sedangkan
kegiatan-kegiatan dalam rangka pengembangan Kelurahan Siaga
Aktif diusulkan melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Kata.

2. Dukungan Kebijakan di Tingkat Desa dan Kelurahan


Pada tingkat pelaksanaan di desa, pengembangan Desa Siaga Aktif
harus dilandasi minimal oleh Peraturan Kepala Desa yang tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Pada tingkat pelaksanaan di kelurahan, pengembangan Kelurahan Siaga
Aktif mengacu kepada kebijakan atau peraturan yang ditetapkan oleh
Bupati atau Walikota.

3. lntegrasi dengan Program Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan


Desa dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan program pemberdayaan
masyarakat, sehingga dalam pelaksanaan kegiatannya terintegrasi
dengan program-program pemberdayaan masyarakat lain, baik yang
bersifat nasional, sektoral maupun daerah. Salah satu contohnya
adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri.
lntegrasi pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif ke
dalam PNPM Mandiri merupakan sesuatu yang sangat penting,karena
tujuan dari PNPM Mandiri memang sejalan dengan tujuan dari
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Pada tingkat
pelaksanaannya pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
dapat bersinergi dengan program PNPM Mandiri yang ada untuk 0
kegiatan-kegiatan di bidang kesehatan masyarakat.

ii FASILITASI PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF


.. .
•••••••••••t : t ••••••t•••••••• • ::•:• ••• • • • • •
: ::: ::::: : : :::.::: :::::.:.::::. : ::::::::

2.1. Persiapan Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif


Dalam rangka persiapan untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif perlu dilakukan sejumlah kegiatan yang meliputi : pelatihan fasilitator,
pelatihan petugas kesehatan, analisis situasi perkembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, penetapan Kader Pemberdayaan Masyarakat, serta
pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan lembaga kemasyarakatan.
1. Pelatihan Fasilitator
a. Dalam rangka pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
diperlukan adanya fasilitator di kabupaten dan kota. Fasilitator
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah Petugas Promosi
Kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten atau Dinas Kesehatan Kata
yang ditunjuk/ditugasi dan tenaga lain dari program pemberdayaan
masyarakat (seperti PNPM Mandiri), LSM, dunia usaha, atau pihak-pihak
lain.
b. Pelatihan Fasilitator diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi
dengan materi pemberdayaan dan pengorganisasian masyarakat dalam
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

2. Pelatihan Petugas Kesehatan


a. Petugas kesehatan di kabupaten, kota dan kecamatan adalah pembina
teknis terhadap kegiatan UKBM-UKBM di desa dan kelurahan. Oleh
sebab itu, kepada mereka harus diberikan pula bekal yang cukup tentang
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
b. Pelatihan bagi mereka dibedakan ke dalam 2 (dua) kategori
berdasarkan kualitas pesertanya, yaitu (1) Pelatihan Manajemen, dan (2)
Pelatihan Pelaksanaan.
c. Pelatihan Manajemen diikuti oleh para Kepala Puskesmas dan pejabat
pengelola program-program kesehatan di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Materi pelatihan ini lebih ditekankan kepada konsep
dan aspek-aspek manajerial dari pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif.

FASILITASI PENGEMBANGANDESA DAN KELURAHANSIAGA AKTIF


.. .
t t•:•:: 1•:•:•:•::::•::1:::111•::•:1•.•:•::.·:·::.:·.:·:·:·:.··:·:·::··:·:·:·:·:::::

d. Pelatihan Pelaksanaan diikuti oleh para petugas yang diserahi


tanggung jawab membina Desa dan Kelurahan Siaga Aktif (satu orang
untuk masing-masing Puskesmas) dan para petugas kesehatan membantu
pelaksanaan UKBM di desa atau kelurahan (misalnya bidan di desa).
Materi pelatihan ini selain mencakup proses pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, lebih ditekankan kepada teknis pelayanan di Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif, dan promosi kesehatan
e. Pelatihan bagi petugas kesehatan diselenggarakan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi dengan mengacu kepada petunjuk teknis yang dibuat
oleh Kementerian Kesehatan.

3. Analisis Situasi Perkembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif


a. Analisis situasi perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
dilaksanakanoleh Fasilitatordengan dibantu pihak-pihak lain terkait.
b. Pelaksanaannya mengacu kepada petunjuk teknis yang dibuat oleh Kementerian
Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan, yang mengarah kepada evaluasi dan
inventarisasi terhadap desa-desa '-', dan kelurahan-kelurahan dalam kaitannya
dengan pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
c. Hasil evaluasi dan inventarisasi berupa daftar desa dan kelurahan yang
dikelompokkan ke dalam kategori : (1) Desa dan Kelurahan yang belum
digarap, (2) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Pratama, (3) Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif Madya, (4) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
Purnama, dan (5) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Mandiri.
d. Daftar desa dan kelurahan hasil evaluasi dan inventarisasi
dilaporkan kepada Bupati atau Walikota dengan tembusan kepada
: (1) Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif Tingkat Kabupaten/Kota, (2) Pokjanal Tingkat Provinsi,
dan (3) Pokjanal Tingkat Pusat.
4. Penetapan Kader Pemberdayaan Masyarakat
a. Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) adalah anggota
masyarakat desa atau kelurahan yang memiliki pengetahuan,

FASILITASI PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF


··.·:·:·:·::·:· :·:·:.·:··:·:·:·:·:·::·:··:·:·:1:··:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·::

kemauan dan kemampuan untuk menggerakkan masyarakat berpartisipasi


dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif di desa dan
kelurahan.
b. KPM merupakan tenaga penggerak di desa atau kelurahan yang
akan diserahi tugas pendampingan di desa atau kelurahan dalam rangka
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

5. Pelatihan KPM dan Lembaga Kemasyarakatan


a. Di kabupaten atau kota yang belum menyelenggarakan Pelatihan
PemberdayaanMasyarakatatau masihada PelatihanPemberdayaan
Masyarakat yang belum diselenggarakan, di dalam kurikulum
pelatihannya diintegrasikan materi tentang Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif. Dengan demikian, sekaligus para peserta
pelatihan, termasuk KPM dan lembaga kemasyarakatan, selanjutnya dapat
berperan dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
b. Untuk kabupaten atau kota yang telah menyelenggarakan Pelatihan
Pemberdayaan Masyarakat atau telah memiliki KPM, untuk para KPM
dan lembaga kemasyarakatan perlu diselenggarakan pelatihan khusus
tentang Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
c. Materi dan metode penyelenggaraan pelatihan Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif untuk KPM atau yang diintegrasikan ke dalam
Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat, mengacu kepada petunjuk teknis
dari Kementerian Kesehatan.
d. Dalam pelatihan, tugas dari Fasilitator adalah membantu Panitia Pelatihan
untuk menyusun jadwal pelatihan dan mencarikan narasumber yang
sesuai.

POKOK BAHASAN 2 :
LANGKAH-LANGKAH FASILITASI SIKLUS PEMECAHAN MASALAH
KESEHATAN YANG DIHADAPI MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN

2.1. Langkah-Langkah Siklus Pemecahan Masalah Kesehatan


Kepala Desa/Lurah dan Perangkat Desa/Kelurahan bersama Badan

.:» FASILITASI PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF


1111111111!1!!1!!!1!!!!!11!!1!!111111!11!!!1!!!!!!1!!!!!!!!!::

Permusyawaratan Desa (BPD) adalah penyelenggara pemerintah desa. Oleh


karena itu, kegiatan memfasilitasi masyarakat menyelenggarakan
pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif, yang merupakan tugas dari
Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) dan Kader Kesehatan, harus
mendapat dukungan dari Kepala Desa/Lurah dan BPD, Perangkat
Desa/Kelurahan, serta lembaga kemasyarakatan yang ada. Kegiatannya berupa
langkah-langkah dalam memfasilitasi siklus pemecahan masalah demi masalah
kesehatan yang dihadapi masyarakat desa/kelurahan, yang secara skematis
dapat digambarkan sebagai berikut :

r
2. lndentifikasi Masalah
Kesehatan & PHBS

+
1
1. Pengenalan Kondisi 3. Musyawarah Masyarakat
Desa/Kelurahan ~
' ' Konsultan/
,. Desa/Kelurahan

"
i Fasilitator/
KPM
l -::.

6. Pembinaan
Kelestarian
" "
II(
' '
)II
4. Perencanaan
Partisipatif

.
L 5. Pelaksanaan
Kegiatan ..
Sirkulasi Pemecahan masalah kesehatan oleh masyarakat Upaya
pemecahan suatu masalah dilestarikan dan masalah berikutnya
dipecahkan, dst

•• FASILITASI PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF


..
·.:·:·:··:·:·:·:·:·:.·:·:·:·:·:·:·:.:·1: .·:···:.•: · ·: ::

1. PengenalanKondisiDesa/Kelurahan
J Pengenalan kondisi Desa/Kelurahan oleh KPM/Kader kesehatan, lembaga
kemasyarakatan yang ada dan perangkat Desa/Kelurahan dilakukan
dengan mengkaji data Profil Desa/Kelurahan dan hasil analisis situasi
perkembangan desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang sudah dapat dan
belum dapat dipenuhi oleh desa atau kelurahan yang bersangkutan.

2. ldentifikasiMasalah Kesehatan dan PHBS


Dengan mengkaji Profil/Monografi Desa/Kelurahan dan hasil analisis
.:» situasi, maka dapat diidentifikasi :
a. Masalah-masalah kesehatan yang masih dihadapi masyarakat dan urutan
prioritas penanganannya.
b. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya masalah-masalah kesehatan, baik dari
sisi teknis kesehatan maupun dari sisi perilaku masyarakat.
c. Potensi yang dimiliki Desa/Kelurahan untuk mengatasi masalah-
masalah kesehatan tersebut.
d. UKBM-UKBM apa saja yang sudah ada (iika ada) dan atau harus
diaktifkan kembali/dibentuk baru dalam rangka mengatasi masalah- masalah
kesehatan tersebut.
e. Bantuan/dukungan yang diharapkan : apa bentuknya, berapa banyak, dari
mana kemungkinan didapat (sumber), dan bilamana dibutuhkan.

3. Musyawarah Desa/Kelurahan
Bila dirasakan perlu, Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan dapat
dilakukan secara berjenjang dengan terlebih dulu menyelenggarakan
Musyawarah Dusun atau Rukun Warga (RW). Musyawarah Desai
Kelurahan ini bertujuan :
a. Menyosialisasikan tentang adanya masalah-masalah kesehatan yang
masih dihadapi masyarakat dan program pengembangan Desa dan
Kelurahan menjadi Desa Siaga.
b. Mencapai kesepakatan tentang urutan prioritas masalah-masalah kesehatan
yang hendak ditangani.
c. Mencapai kesepakatan tentang UKBM-UKBM yang hendak

,. fASILITASI PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF


ii
.
! ·:::.·:·:·:··::··::··::.·:··: :·:·:.··: ·: ·: ::··::.·::··.:··:·: ::·.··: :··: :··: ·: ·:·:·:·::·:::
dibentuk baru atau diaktifkan kembali.
d. Memantapkan data/informasi tentang potensi Desa/Kelurahan serta
bantuan/dukungan yang diperlukan dan alternatif sumber- sumber
bantuan/dukungan tersebut.
e. Menggalang semangat dan partisipasi warga Desa/Kelurahan untuk
mendukung pengembangan Desa Siaga dan Kelurahan Siaga
Aktif.

4. PerencanaanPartisipatif
Setelah diperolehnya kesepakatan dari warga Desa/Kelurahan, KPM dan
lembaga kemasyarakatan yang ada mengadakan pertemuan- pertemuan secara
intensif guna menyusun rencana pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif untuk dimasukkan ke dalam Rencana Pembangunan Desa/Kelurahan.
Rencana pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif mencakup :
a. UKBM-UKBM yang akan dibentuk baru atau diaktifkan kembali, berikut
jadwal pembentukan/pengaktifannya kembali.
b. Sarana-sarana yang akan dibangun baru atau direhabilitasi (misalnya
Poskesdes, Polindes, Sarana Air Bersih, Sarana Jamban Keluarga, dan lain-
lain), berikut jadwal pembangunannya.
c. Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dan membutuhkan biaya
operasional, berikut jadwal pelaksanaannya.

Hal-hal yang dapat dilaksanakan dengan swadaya masyarakat dan atau


bantuandaridonatur (misalnyaswasta), disatukandalamdokumentersendiri.
Sedangkan hal-hal yang memerlukan dukungan Pemerintah dimasukkan ke
dalam dokumen Musrenbang Desa/Kelurahan untuk diteruskan ke
Musrenbangselanjutnya.

5. PelaksanaanKegiatan
a. Sementara menunggu proses Musrenbang selesai dan ditetapkannya alokasi
dana Pemerintah, KPM/Kader kesehatan dan lembaga kemasyarakatan
yang ada dapat memulai kegiatan dengan

FASILITASI PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF


.
·:·:·:·:·:·: ·:·:·:·::.•:t•·:.:·:·::··:·:•:•:•t:.•:•tt••
: : •::.::

membentuk UKBM-UKBM yang diperlukan, menetapkan kader- kader


pelaksananya, dan melaksanakan kegiatan-kegiatan swadaya atau yang
sudah diperoleh dananya dari donatur. Juga pelaksanaan kegiatan-kegiatan
yang tidak memerlukan biaya operasional seperti misalnya promosi
kesehatan melalui Dasa Wisma, pertemuan Rukun Tetangga, pertemuan
Rukun Warga/Dusun, atau forum-forum kegiatan kemasyarakatan dan
keagamaan.
b. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan secara swakelola oleh
masyarakat dengan didampingi Perangkat Pemerintahan serta dibantu oleh para
KPM/Kader Kesehatan dan Fasilitator. Pelaksanaan kegiatan meliputi
pemilihan dan penetapan tim pengelola kegiatan (para kader pelaksana
UKBM atau pihak lain), pengajuan dan pencairan dana, pengerahan tenaga
kerja (khususnya untuk pembangunan sarana), pengadaan barang dan jasa,
serta pelaksanaan kegiatan yang diusulkan.
c. Tim pelaksana kegiatan bertanggung jawab mengenai realisasi fisik,
keuangan, dan administrasi kegiatan yang dilakukan, sesuai dengan rencana.
d. Apabila dibutuhkan barang/jasa berupa bahan, alat dan tenaga teknis
kesehatan yang tidak dapat disediakan/dilakukan sendiri oleh
masyarakat, maka Dinas Kesehatan melalui Puskesmas dapat membantu
masyarakat untuk menyediakan barang/jasa tersebut.
e. Pencatatan dan pelaporan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan
petunjuk teknis dari Kementerian Dalam Negeri.
f. Pelatihan teknis, termasuk kursus-kursus penyegar, bagi para kader
pelaksanan UKBM menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan
kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Dinas Kesehatan Provinsi untuk
melaksanakannya, dengan mengacu kepada petunjuk teknis yang dibuat oleh
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan.

2.2. Pentahapan Pengembangan Desa Dan Kelurahan Siaga Aktif


Pentahapan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dapat
J digambarkan sebagai berikut :

<:> FASILITASI PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF


11:1:::1::::::::::::::::•:::::::::•:::::::•:::::::::::::::::
····~···················=·········=·······=··················
PENTAHAPANDESA/KELURAHAN SIAGA AKTIF
KRITERIA
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
I
1 . Forum Desa/Kelurahan Ada, tetapi Berjalan, tetapi Berjalan setiap Berjalan setiap
belum berjalan belum rutin triwulan bulan
setiap riwulan

2. KPM/Kader Kesehatan Sudah ada minimal Sudah ada 3-5 Sudah ada 6-8 Sudah ada 9
2 orang orang orang orang atau lebih

3. Kemudahan Akses Ya Ya Ya Ya
Pelayanan Kesehatan

4. Posyandu dan UKBM Posyandu ya, Posyandu dan Posyandu dan Posyandu dan
lainnya aktif UKBM lainnya 2 UKBM lainnya 3 UKBM lainnya 4 UKBM lainnya
tidak aktif aktif aktif aktif

5. Dukungan dana untuk Sudah ada dana Sudah ada dana Sudah ada dana Sudah ada dana
kegiatan kesehatan di dari Pemerintah dari Pemerintah dari Pemerintah dari Pemerintah
Desa dan Kelurahan : Desa dan Desa dan Desa dan Desa dan Kelurahan
• Pemerintah Desa dan Kelurahan serta Kelurahan serta Kelurahan serta serta dua sumber
Kelurahan belum ada sumber satu sumber dana dua sumber dana lainnya
• Masyarakat dana lainnya lainnya dana lainnya
• Dunia Usaha

6. Peran serta masyarakat Ada peran aktif Ada peran aktif Ada peran aktif Ada peran aktif
dan Organisasi masyarakat dan masyarakat dan masyarakat dan masyarakat dan
kemasyarakatan tidak ada peran peran aktif satu peran aktif dua peran aktif lebih
aktif ormas ormas ormas dari dua ormas

7. Peraturan Kepala Desa Belum ada Ada, belum Ada,sudah Ada,sudah


atau peraturan Bupati/ direalisasikan direalisasikan direalisasikan
Walikota

8. Pembinaan PHBS di Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan


Rumah Tangga PHBS kurang PHBS minimal PHBS minimal PHBS minimal
dari 20% Rumah 20% Rumah 40% Rumah 70% Rumah
Tangga yang ada Tangga yang ada Tangga yang ada Tangga yang ada

FASIUTASI PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF "--./


.
·.·:·:·:·:·:·:·:·:·::.·:·:·:·:·1:1.1.111··:·:·.1: 11·1: .
1·::·.·:··:1:11.1.1111··.·:·:1:1:1::··1:··: ::

Dengan ditetapkannya tingkatan atau kategorisasi tersebut diatas, maka Desa


dan Kelurahan Siaga yang saat ini sudah dikembangkan harus dievaluasi
untuk menetapkan apakah masih dalam kategori Desa dan Kelurahan Siaga
atau sudah dapat dimasukkan kedalam salah satu dari tingkatan/kategori Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif. Evaluasi ini dilakukan dengan mengacu kepada
petunjuk teknis yang disusun bersama oleh Kementerian Dalam Negeri dan
Kementerian Kesehatan.

• Pembinaan Kelestarian Desa Siaga


<:> Pembinaan kelestarian Desa dan Kelurahan Siaga Aktif pada dasarnya
merupakan tugas dari KPM/kader kesehatan, Kepala Desa/Lurah dan perangkat
Desa/Kelurahan dengan dukungan dari berbagai pihak, utamanya Pemerintah
Daerah dan Pemerintah. Dengan demikian kehadiran Fasilitator di
Desa/Kelurahan sudah sangat minimal, karena perannya sudah dapat
sepenuhnya digantikan oleh para KPM/kader kesehatan.

Perencanaan partisipatif dalam rangka pembinaan Desa dan Kelurahan Siaga


Aktif sudah berjalan baik dan rutin serta terintegrasi dalam proses
perencanaan Pembangunan Desa/Kelurahan dan mekanisme Musrenbang.
Kemitraan dan dukungan sumber daya dari pihak di luar
Pemerintah juga sudah tergalang dengan baik dan melembaga.
Pada tahap ini, selain pertemuan-pertemuan berkala dan kursus- kursus
.s;r penyegar bagi para kader, termasuk KPM/kader kesehatan, juga
dikembangkan cara-cara lain untuk memelihara dan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan para kader tersebut. Antara lain melalui
. ._./ program Kelompencapir dan Perpustakaan Desa/Kelurahan.

..._.,,-
Pembinaan kelestarian juga dilaksanakan terintegrasi dengan
penyelenggaraan Perlombaan Desa dan Kelurahan yang diselenggarakan
setiap tahun secara berjenjang sejak dari tingkat Desa dan Kelurahan
..-/ yang diselenggarakan tiap tahun secara berjenjang sejak dari tingkat
Desa/Kelurahan sampai ke tingkat Nasional.

.. / FASILITASI PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF


l :e:e·l1·I·l11111•11·I11·I1:·e1l:.:·:·::•:·•:·:·:::•:•· :···::·:·:·:·:1::···.:·:o•

REFERENSI
• Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, Tahun 201 0
• Kementerian Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif - Panduan bagi Petugas Puskesmas, Tahun 2010
• Totok Mardikanto, Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta, Tahun
2010
• Totok Mardikanto, Model-Model Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta,
Tahun 2010

..J

.. fASILITASI PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTlf


. . . . .. . .•.
•:: : :•:: : : •:::::•::. :::1:•:.:.::..:.::. .::.:.::. :. :.:.1:•.1::.11
. •:.1•1•::..:1•:.::...
LEMBAR KERJA

Pedoman Diskusi Kelompok Persiapan


dalam Pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif

1. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok memilih


Ketua, Sekretaris dan Penyaji.
2. Masing-masing kelompok mendiskusikan topik "persiapan yang perlu
dilakukan dalam pengembangan Desa dan Keluarga Siaga Aktif".
3. Masing-masing wakil kelompok diminta menyajikan hasil diskusi
kelompok, peserta dari kelompok lain menanggapi. Demikian sampai
selesai seluruh kelompok menyajikan hasil diskusinya.
J 4. Pelatih melakukan klarifikasi tentang persiapan yang perlu dilakukan
dalam pengembangan desa dan keluarga siaga aktif serta memberikan
penegasan singkat tentang pentingnya kegiatan persiapan dilakukan
untuk keberhasilan pengembangan Desa dan Keluarga Siaga Aktif .

..../

FASILITASI PENGEMBANGAN OESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF


..
•:t.•:t.•:•::.•:1:•:::•:1.·:·:·:··:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:1. ·:·.·:·:·:·:·:·:·:·::•

LEMBAR KERJA
. .. .,,

Pedoman Diskusi Kelompok


ldentifikasiMasalah Kesehatan
di Desa Cisoka Kecamatan Sukaraja

1. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok (kelompok yang sama), masing-


masing kelompok memilih Ketua, Sekretaris dan Penyaji.
2. Masing-masing kelompok diskusi "ldentifikasi masalah kesehatan di desa
Cisoka kecamatan Sukaraja", silahkan menambahkan angka dalam dalam
kasus Desa Cisoka untuk menggambarkan besaran masalah. Diskusikan
juga penyebab masalah dan prioritas masalah yang perlu ditangani.
3. Masing-masing wakil kelompok diminta menyajikan hasil diskusi
kelompok, peserta dari kelompok lain menanggapi. Demikian sampai selesai
seluruh kelompok menyajikan hasil diskusinya.

FASIUTASI PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF


··:·:·: ·:·:·:·:·::·:··: :··::··:·:·::·:·:··:·:·:·::.·:·:·:·:·:·::·:

LEMBAR KERJA

Skenario Bermain Peran

1. Peserta menjadi 3 kelompok. Masing-masing kelompok melakukan


simulasi dan bermain peran sesuai skenario yang dibagikan.
• Kelompok 1 melakukan simulasi dan bermain peran "Musyawarah
Desa/Kelurahan",
• kelompok 2 melakukan simulasi dan bermain peran "Perencanaan
Partisipatif" dan
• kelompok 3 melakukan simulasi dan bermain peran "Melakukan
Kegiatan Promosi Kesehatan Melalui Dasawisma".

2. Kelompok 1 melakukansimulasi "Musyawarah Desa" dibalai desa, pada malam


hari. Musyawarah desa tersebut bertujuan:
- Menyosialisasikan tentang adanya masalah kesehatan (bisa
menggunakan kasus didesa Cisoka)
- Kesepakatan tentang urutan prioritas masalah
- Kesepakatan tentang UKBM yang hendak dibentuk baru atau
diaktifkan kembali
- Memantapkan data potensi desa
- Menggalang semangat dan partisipasi warga desa untuk mendukung
pengembangan Desa Siaga Aktif
Anggota kelompok 1 bermain peran sebagai : Pak Bunari, Kepala
Desa yang membuka Musyawarah Desa dan Bu Nanon, Sekretaris desa
yang mencatat seluruh proses musyawarah desa tersebut. Bapak
Bunyamin, Tokoh Masyarakat, Ustadzah Rohmah, Tokoh Agama juga
hadir. Bu Risa, Kader kesehatan, melaporkan adanya masalah kesehatan,
sedangkan Pak Sigrak, Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM),
menyampaikan kondisi UKBM didesanya dan ditambah informasi dari Bu
Benah, Tim Penggerak PKK yang hadir

FASILITASI PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF


. . •. • .
•!!!!!!••:•:t•.•:t:: •1•::.••.•::•:•.:•:::.:•:•:. :1:: : 1 · · · ·:·::::·:··· :::.

bahwa Posyandu yang sedikit pengunjungnya dan kekurangan dana untuk


penyelenggaraannya. Musyawarah berlanjut untuk menyepakati prioritas
masalah. Sebagai narasumber hadir lbu Laila, Petugas Pustu dan Pak
Muhaimin, Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Sukaraja, yang
menjelaskan pengembangan Desa Siaga Aktif guna menyelesaikan masalah
kesehatan yang dihadapi sekaligus sebagai upaya kemandirian masyarakat
desa dalam penyelesaian masalah di
bidang kesehatan. , .,,

3. Kelompok 2 melakukan simulasi "Perencanaan Partisipatif" dibalai


desa. Perencanaan partisipatif ini dilakukan guna menyusun rencana
pengembangan desa siaga aktif untuk dimasukkan kedalam Rencana
Pembangunan Desa.
Anggota kelompok 2 bermain peran sebagai : Pak Sigrak, KPM dan
anggota Lembaga Kemasyarakatan Desa (Bapak Bunyamin, Tokoh
Masyarakat, Bu Risa, Kader PKK, Pak Lihai, kader Pokmair dan Pak
Toni Guru SD di desa Cisoka) yang berdiskusi mencakup aspek :
a. UKBM-UKBM yang akan dibentuk baru atau diaktifkan kembali,
berikut jadwal pembentukan/pengaktifannya kembali.
b. Sarana-sarana yang akan dibangun baru atau direhabilitasi (misalnya
Poskesdes, Polindes, Sarana Air Bersih, Sarana Jam ban Keluarga, dan lain-
lain), berikut jadwal pembangunannya.
c. Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dan membutuhkan
biaya operasional, berikut jadwal pelaksanaannya.
Hal-hal yang dapat dilaksanakan dengan swadaya masyarakat
dan atau bantuan dari donatur (misalnya swasta), disatukan dalam -::: dokumen
tersendiri. Sedangkan hal-hal yang memerlukan dukungan Pemerintah dimasukkan
ke dalam dokumen Musrenbang Desai Kelurahan untuk diteruskan ke
Musrenbang selanjutnya.
Dalam bermain peran ini ada yang memimpin diskusi dan ada yang
berperan sebagai notulis. Pada akhir pertemuan Pimpinan Rapat "---"
menyimpulkan hasil rapat perencanaan partisipatif tersebut.

•• FASIUTASI PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF


4.
. . •. . . . .
·:·:·:·:·:··:·:·:·::.•:11:•:t•.:t:: •::•. •: •: :t•. :: •::::·:·:.::·.:··:::••:•::••.•::•:t.t:
Kelompok 3 melakukan simulasi "Melakukan Kegiatan Promosi
Kesehatan Melalui Dasawisma".
<:>
Anggota kelompok 3 bermain peran sebagai : sebagai Bu Munir dan Bu
Risa, KPM/Kader Kesehatan/Kader PKK melakukan kunjungan rumah
(dasawisma), mengumpulkan ibu-ibu untuk penyuluhan kelompok tentang
KIA dan ibu-ibu/masyarakat yang mempunyai anak balita. Dan juga ada yang
berperan sebagai ibu-ibu/masyarakat yang mempunyai anak balita. Media
penyuluhan yang digunakan adalah lembar balik, flash card, poster, buku
KIA.

5. Setiap selesai simulasi dan bermain peran, peserta diminta untuk


memberikan evaluasi.

6. Setelah seluruh kelompok selesai melakukan simulasi dan bermain peran


pelatih memberikan komentar terhadap seluruh permainan peran
tersebut yang menggambarkan penyelenggaraan desa dan kelurahan.

'-...../ .

.._/ FASILITASI PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF



.
·:·:·:·:·: ,:·:·:··:·:·:·:·:·:·:·::··:·:·:··: ·:·:·::··:·•::

LEMBAR KASUS

Kasus Desa Cisoka


di Kecamatan Sukaraja

Desa Cisoka terletak 20 Km ibukota kecamatan Sukaraja dan berlokasi di


perbukitan. Hanya kendaraan tertentu saja yang bisa mencapai daerah tersebut
karena jalannya yang menanjak, berbelok dan tidak bagus. Untuk mencapai desa
tersebut hanya dapat dicapai dengan kendaraan yang dobel gardan, Puskesling tidak
bisa masuk ke wilayah desa tersebut, petugas harus jalan kaki atau naik ojek.
Masalah kesehatan yang ada di Desa Cisoka yang terdiri dari 3 RW dan 9 '-.._,/
RT berpenduduk 2890 jiwa tersebut, dapat diketahui dengan melihat laporan
Puskesmas Pembantu yaitu dari 10 besar penyakit yang banyak disana
diantaranya adalah ISPA, diare, TB, darah tinggi, penyakit pencernaan. Masalah
kesehatan lainnya adalah pada tahun 2009 jumlah kasus Tetanus Neonatorum pada
bayi menelan korban 2 orang, hal ini disebabkan masih banyak ibu-ibu yang
masih bersalin ditolong oleh dukun. KLB diare juga sering terjadi. Jumlah anak
balita yang tergolong kurang gizi pun meningkat. Anak sekolah dasar yang menderita
diare, juga masih tergolong tinggi, hal ini karena anak sekolah makan jajanan
yang tidak sehat di sekolahnya. Mulai tahun 2009 angka penderita TB juga
mengalami peningkatan, yang memprihatinkan adalah penderita TB tersebut tidak
suka minum obat dari puskesmas melainkan minum ramuan obat tradisional.
Fasilitas kesehatan yang ada disamping puskesmas pembantu adalah
adanya dokter dan bidan praktik, rumah bersalin swasta, dan beberapa warung
yang juga menjual obat.
Di wilayah Desa Cisoka ada beberapa lokasi peternakan ayam milik
perorangan. Berdasarkan laporan dari masyarakat, banyak kematian unggas
mendadak terjadi di Desa Cisoka, Cijambe dan Glodok, Kecamatan Sukaraja. ..... .,
Pada mulanya mereka merasa tidak ada masalah dalam kematian unggas
yang mendadak tersebut. Pemeliharaan unggas masih bersifat tradisionial

FASIUTASI PENGEMBANGAN DESA DAM KFLURAHAN SIAGA AKTIF


. .
···•·•·•·•·•·•·•·•··•··••·•·•·::•:·••:··••··:•:.•·•··•··•··•·:·•:•·•···:•:·••·:•·:•1•··:• · ···:·

yaitu diliarkan di halaman rumah dan kandangnya diletakan di bawah rumah atau
sangat berdekatan dengan rumah. Masyarakat di 3 desa tersebut menganggap
kematian unggas mendadak sebagai hal biasa, karena setiap tahun pada musim
dingin terjadi banyak unggas yang mati (tetelo). Bahkan sebagian disembelih pada
waktu unggas itu sakit sehingga dagingnya dapat dimakan keluarga atau dijual.
Mereka berpendapat yang haram itu makan ayam mati sedangkan makan ayam
sakit dan sudah dipotong dan sesuai ajaran agama, tidak masalah. Baru mereka
merasa khawatir karena ada anak usia 7 tahun dari desa Glodok yang meninggal
akibat flu burung.
-. ./ Karena Desa Cisoka terletak 15 Km dari pasar traditional yang letaknya di desa
Glodok, penduduk membeli bahan makanan untuk keperluan sehari
- hari (beras, sayur, daging sapi dan ayam) dari pedagang keliling yang
menggunakan sepeda motor. Pedagang keliling tersebut mengunjungi Cisoka
2 hari sekali, karena jangkauan penjualannya meliputi beberapa desa.
Setiap bulan ada pertemuan bapak-bapak dimasing-masing RT dan ibu-ibu
mengadakan arisan PKK sebulan sekali di balai desa. Kerja bakti diadakan sesekali
dan tidak rutin. Sebagian besar penduduknya adalah karyawan pabrik yang
mempunyai status ekonomi menengah kebawah. Di Desa Cisoka ada beberapa pabrik
pembuatan teh, kopi dan cokelat. Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang ada di
DesaCisoka adalah sumbangan dana kematian dan kas RT yang berasal dari warga
masyarakat. Sebulan sekali di beberapa RW ada kegiatan posyandu juga posyandu
lansia, tetapi jumlah
'--" pengunjungnya sedikit. Jumlah warga yang merokok cukup banyak, sumber
air yang digunakan untuk keperluan MCK berasal dari air tanah, hanya saja mereka
tidak memasak air tersebut terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.

FASILITASI PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF


'--'I

/
6

FASILITASI
PEMBINAAN PHBS
DI MASYARAKAT
'J
:::!!!!!li!!!!!!!llllllll!!l!!!llllll!lll!llllllllll!IIIIIIIIIIIII

Afodd6
FASILITASI PEMBINAAN PHBS DI MASYARAKAT

DAFTAR ISi

I. DESKRIPSI SINGKAT

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Ill. POKOK BAHASAN


A. Pokok Bahasan 1 : PHBS
B. Pokok Bahasan 2 : Langkah-langkah Fasilitasi Proses Pembinaan
PHBS

IV. LANGKAH-LANGKAH

KEGIATANPEMBELAJARAN V. URAIAN MATERI


A. Pokok Bahasan 1 : PHBS
B. Pokok Bahasan 2 : Langkah-langkah Fasilitasi Proses Pernbinaan
PHBS

REFERENSI

LEMBAR KERJA

1. Pedoman Diskusi Kelompok dengan topik: 1 :"Kegiatan PHBS di


Rumah Tangga". Kelompok 2 :"Kegiatan PHBS di Sekolah". Ke!ompok
3 :"Kegiatan PHBS di Tempat Kerja". Kelompok 4 :"Kegiatan PHBS di
Tempat-tempat Umum". Kelompok 5 : "Kegiatan PHBS di lnstitusi
Kesehatan".
2. Pedoman Diskusi Kelompok "ldentifikasi masalah PHBS penyebab
masalah dan kegiatan solusi permasalahan dari lembar kasus".
3. Skenario bermain peran "Pembinaan terhadap kader/rnotlvator dalam kaitan
ASI ekslusif", "Melakukan kegiatan prornosi kesehatan dalam kaitan
membudayakan gaya hidup sehat di suatu kelurahan". ·

FASILITASPEMBINAAN PHBS Ill MASYARAKAT


:•:•111111111:•1::•:1•::1•1111111:::
• :•:1••·:1:1::
• •:::•:•:•·•:=•1•1•1:::::
• •::•:•:.•••••••
I. DESKRIPSI SINGKAT

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang
menjadikan seseorang, keluarga, atau masyarakat mampu menolong dirinya
sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat. PHBS merupakan upaya pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan yang harus dilakukan di perbagai tatanan terutama di tatanan
Rumah Tangga.

Dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, yang dijadikan tolok ukur


keberhasilan pembinaan PHBS adalah persentase rumah tangga yang sudah
mempraktikkan PHBS. Namun disadari bahwa PHBS di rumah tangga memiliki
hubungan saling pengaruh dengan PHBS di tatanan- tatanan lain, yaitu institusi
pendidikan, tempat kerja, tempat umum, dan sarana kesehatan. Maka jika
diinginkan keberhasilan dalam pembinaan PHBS di rumah tangga, pembinaan
PHBS harus dilaksanakan di semua tatanan. Dengan demikian, pembinaan PHBS
tidak hanya melibatkan dua atau tiga sektor saja, melainkan banyak sektor.
Kerjasama dan keterpaduan antar berbagai sektor tersebut diperlukan dalam
akselerasi pencapaian sasaran yang telah ditetapkan.

Komitmen dan aliansi strategis berbagai pihak, termasuk swasta dan dunia
usaha dapat dikembangkan, sehingga kebijakan-kebijakan dan kegiatan-
kegiatan dalam rangka pembinaan PHBS di semua tatanan terkoordinasi
dengan baik. Kapasitas pengelola tatanan dapat ditingkatkan, sehingga
pembinaan PHBS tidak lagi merupakan tugas dan tanggung jawab
pemerintah, melainkan juga seluruh komponen masyarakat. Akses informasi
tentang kesehatan bagi masyarakat di semua tatanan meningkat, dan dengan
demikian gerakan dan peran serta masyarakat, khususnya di bidang kesehatan,
menjadi semakin kuat.

•• FASIUTAS PEMBINAAN PHBS DI MASYARAKAT


.. ...•.•
·:·:·:·:··:·•:t.•·: :~··::t•:.•::•:••.::•1:1.•: : ::11:•:1•.•:•:.:::1:1

Saat ini, perilaku masyarakat merupakan faktor utama yang menyebabkan


masalahkesehatan, oleh sebab itu upaya untukpemberdayaan masyarakat agar
mampu berperilaku hidup bersih dan sehat menjadi prioritas utama dalam
program kesehatan. PHBS juga merupakan salah satu komponen pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Oleh karena itu para Fasilitator
Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan harus mampu memfasilitasi
Pembinaan PHBS di daerah masing-masing.

11. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Mampu melakukan fasilitasi Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu :
1. Menjelaskan tentang PHBS
2. Melakukan Langkah-Langkah Fasilitasi Proses Pembinaan
PHBS

111. POKOK BAHASAN

A. Pokok Bahasan 1 : PHBS


1.1. Pengertian PHBS
1.2. PHBS di Berbagai Tatanan
1.3. Hakikat Perilaku

B. Pokok Bahasan 2 : Langkah-langkah FasilitasiProsesPembinaan


PHBS
2.1. Strategi Pembinaan PHBS
2.2. Pembinaan PHBS di Rumah Tangga
2.3. lndikator keberhasilan

FASILITASPEMBINAANPHBS DI MASYARAKAT
1 ·:·:1:•·•··•··•·:·:·:·••·••·••:··:1:•1··:·•1··••1·:•:.·•·:•··•·::··••·•·•·•·•·•·•·•·•··•··•··•·•·•·*•• •••
3

IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN


PEMBELAJARAN

Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 8 Jpl (T=2 jpl; P=6; PL=O)
@ 45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan langkah-langkah
kegiatan pembelajaran sebagai berikut : <:»

A. Langkah 1 (20 menit) :


1. Pelatih memperkenalkan diri
2. Pelatih menyampaikan tujuan umum dan tujuan khusus
3. Menggali pendapat peserta tentang PHBS
4. Berdasarkan pendapat peserta pelatih menjelaskan tentang
pengertian dan tujuan PHBS

B. Langkah2 (60 menit) :


1 . Pelatih membagi peserta menjadi 5 kelompok dengan jalan berhitung
1-5, kemudian nomor satu bergabung dengan nomor
1, nomor 2 bergabung dengan nomor 2, demikian selanjutnya
sampai terbentuk menjadi 5 kelompok
2. Pelatih meminta masing-masing kelompok melakukan diskusi dengan
topik berlainan seperti berikut Kelompok 1 :"Kegiatan PHBS di
Rumah Tangga". Kelompok 2 :"Kegiatan PHBS di Sekolah".
Kelompok 3 :"Kegiatan PHBS di Tempat Kerja". Kelompok 4
:"Kegiatan PHBS di Tempat-tempat Umum". Kelompok 5 :"Kegiatan
PHBS di lnstitusi Kesehatan"
3. Masing-masing wakil kelompok diminta menyajikan hasil diskusi
kelompok
4. Pelatih meminta peserta untuk menanggapi hasil diskusi n
tersebut
5. Berdasarkan hasil diskusi kelompok pelatih menjelaskan hakikat
perilaku dan pentingnya PHBS dilakukan di berbagai tatanan,
terutama di rumah tangga

,: FASILITAS PEMBINAAN PHBS DI MASYARAKAT


ee:e:e:•:•:•:•:••:•t•:•::•1••::.•:•::.•:•:•:••:•1 1•.•::•t•:••:t•.1••: 1:1•t• t•:S.!:!•l!••!•:•I•:.

C. Langkah 3 (90 menit) :


1. Pelatih membagi peserta menjadi 2 kelompok
2. Masing-masing kelompok diskusi identifikasi masalah PHBS
penyebab masalah dan kegiatan solusi permasalahan yang ada dari lembar
kasus yang dibagikan
3. Masing-masing wakil kelompok diminta menyajikan hasil diskusi
kelompok
4. Pelatih meminta peserta untuk menanggapi hasil diskusi
5. Pelatih menjelaskan berdasarkan penyajian dua kelompok tersebut adalah
mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, kegiatan solusi yang bisa
dilakukan sebagai fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di bidang kesehatan

D. Langkah 4 (150 menit):


1. Pelatih membagi peserta menjadi 2 kelompok (kelompok yang sama pada
langkah 3). Masing-masing kelompok melakukan simulasi dan bermain
peran sesuai skenario yang dibagikan, secara bergantian. Kelompok 1
melakukan simulasi dan bermain peran "Pembinaan terhadap
kader/motivator dalam kaitan ASI ekslusif". Kelompok 2 melakukan
simulasi dan bermain peran "Melakukan kegiatan promosi kesehatan dalam
kaitan membudayakan gaya hidup sehat di suatu kelurahan".
2. Setiap selesai simulasi dan bermain peran, peserta diminta untuk
memberikan evaluasi.
3. Setelah seluruh kelompok selesai melakukan simulasi dan bermain peran
pelatih memberikan komentar terhadap seluruh permainan peran tersebut
dikaitkan dengan pembinaan rumah tangga ber PHBS.

E. Langkah 5 (40 menit):


1. Pelatih merangkum sesi pembelajaran ini dengan meminta peserta untuk
menanyakan hal-hal yang masih kurang jelas, memberikan jawaban atas
pertanyaan peserta dan menegaskan kembali pentingnya penerapan
PHBS di masyarakat.

FASILITAS PEMBINAAN PHBS 01 MASYARAKAT


••
. . . ..
111111111 11 : 1111=111=1·:11·:·1::.·: 11:··:·:·:·:·::·:·:::.:

2. Meminta komentar, penilaian, saran bahkan kritik dari peserta pada kertas
yang telah disediakan.
3. Pelatih menutup sesi pembelajaran dengan memberikan apresiasi
pada peserta.

V. URAIAN MATERI

POKOK BAHASAN 1 :
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT {PHBS)

1.1. Pengertian PHBS


Dalam Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada
pasal 4 disebutkan bahwa "Setiap orang berhak atas kesehatan",
selanjutnyapadapasal 11 menyatakan bahwa"Setiaporang berkewajiban
berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan
memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya".

Masyarakat di Desa atau Kelurahan Siaga Aktif wajib melaksanakan PHBS. PHBS
adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat
mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan '-..._/ kesehatan masyarakat. Dengan demikian, PHBS
mencakup beratus-
ratus bahkan mungkin beribu-ribu perilaku yang harus dipraktikkan dalam
rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya. Di
bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit serta penyehatan
lingkungan harus dipraktikkan perilaku mencuci tangan dengan sabun,
menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik
nyamuk, tidak merokok di dalam ruangan, dan lain- lain. Di bidang kesehatan
ibu dan anak serta keluarga berencana harus dipraktikkan perilaku meminta
pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, menimbang balita secara berkala, mengimunisasi lengkap --. ,/

FASIUTAS PEMBINAAN PHBS 01 MASYARAKAT


::.::.:.::.:.:.t;:.•:::::::t;:.•:t:::tt
; ;:;•.t:!;•;t:t;:;1.;1;:.1;:::1:•;.::t..:•:. :. :.1.11
. ;;;

balita, menjadi akseptor keluarga berencana, dan lain-lain. Di bidang gizi dan
farmasi harus dipraktikkan perilaku makan dengan gizi seimbang, minum tablet
tambah darah selama hamil, memberi bayi air susu ibu (ASI) eksklusif,
mengkonsumsi garam beryodium, dan lain-lain. Sedangkan di bidang
pemeliharaan kesehatan harus dipraktikkan perilaku ikut serta dalam
jaminan pemeliharaan kesehatan, aktif mengurus dan atau memanfaatkan
upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM), memanfaatkan Puskesmas
dan sarana kesehatan lain, dan lain-lain.

Namun demikian perlu disadari bahwa PHBS di tatanan rumah tangga sangat
dipengaruhi oleh PHBS di tatanan-tatanan lain, yaitu tatanan institusi
pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum, dan tatanan sarana
kesehatan. Oleh sebab itu, yang dimaksud dengan masyarakat dalam hal ini
tidak terbatas pada masyarakat dalam
pengertian umum, tetapi juga masyarakat khusus di berbagai tatanan.

BAGAN TATANAN PHBS

TATANAN SARANA TATANAN INSTITUSI


KESEHATAN PENDi Di KAN

TATANAN TEMPAT KERJA TATANAN TEMPAT UMUM

l TATANAN RUMAH TANGGA


l

FASILITAS PEMBINAAN PHBS DI MASYARAKAT


.•. . .• .
•::•t;t;t;t;t;t;t;t;t;:.t;t;t;t;t;t;t;;t;•tt:t:•
: :: : : : : 1 :::t•t:
t::::1•::::•: :::•:::::• .
Sebagaimana masyarakat di tatanan rumah tangga, yaitu masyarakat umum,
masyarakat di masing-masing tatanan pun memiliki struktur masyarakat
dan peran-peran dalam masyarakat. Jika di masyarakat umum terdapat
struktur masyarakat formal dan struktur masyarakat informal, di tatanan-
tatanan lain pun terdapat pula struktur yang serupa. Di masing-masing tatanan
juga terdapat berbagai peran, sehingga dapat dijumpai tiga kelompok besar
sasaran pembinaan PHBS, yaitu sasaran primer, sasaran sekunder, dan sasaran
tersier. Sasaran primer berupa sasaran langsung, yaitu individu anggota
masyarakat, kelompok- kelompok dalam masyarakat, dan masyarakat secara
keseluruhan, yang diharapkan untuk mempraktikkan PHBS. Sasaran
sekunder adalah mereka yang memiliki pengaruh terhadap sasaran primer
dalam pengambilan keputusannya untuk mempraktikkan PHBS. Termasuk
di sini adalah para pemuka masyarakat atau tokoh masyarakat, yang
umumnya menjadi panutan sasaran primer.

Terdapat berbagai jenis tokoh masyarakat, seperti misalnya tokoh atau


pemuka adat, tokoh atau pemuka agama, tokoh politik, tokoh pertanian, -. ,,/
tokoh pendidikan, tokoh bisnis, tokoh pemuda, tokoh remaja, tokoh wanita,
tokoh kesehatan, dan lain-lain. Pemuka atau tokoh adalah seseorang yang
memiliki kelebihan di antara orang-orang lain dalam suatu kelompok atau
dalam masyarakat. la akan menjadi panutan bagi kelompoknya atau bagi
masyarakat karena ia merupakan figur yang menonjol. Di samping itu, ia dapat
mengubah sistim nilai dan norma masyarakat secara bertahap, dengan terlebih
dulu mengubah sistim nilai dan norma yang berlaku dalam kelompoknya.
Sedangkan sasaran tersier adalah mereka yang berada dalam posisi pengambilan
keputusan formal, sehingga dapat memberikan dukungan, baik berupa
kebijakan/ pengaturan dan atau sumber daya dalam proses pembinaan
PHBS terhadap sasaran primer. Mereka sering juga disebut sebagai tokoh
masyarakat formal, yakni orang yang memiliki posisi menentukan dalam
struktur formal di masyarakatnya (disebut juga penentu kebijakan). Dengan
posisinya itu, mereka juga memiliki kemampuan untuk

FASILITAS PEMBINAAN PHBS DI MASYARAKAT


.. .. .
~: · : : •:::::·:.·1: 1:::::::::1::1::1:1:·:::1:.1.: 11111111111111•11.11: 11111

mengubah sistim nilai dan norma masyarakat melalui pemberlakuan


kebijakan/pengaturan.

1.2. PHBS Di Berbagai Tatanan


'---../ Di atas disebutkan bahwa PHBS mencakup semua perilaku yang harus
dipraktikkan di bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit, penyehatan
lingkungan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, farmasi, dan
pemeliharaan kesehatan. Perilaku-perilaku tersebut harus dipraktikkan di mana
pun seseorang berada - di institusi pendidikan, di tempat kerja, di tempat
umum, di sarana kesehatan, dan di rumah tangga - sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dijumpai.

Di institusi pendidikan, sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang


dapat menciptakan institusi pendidikan (kampus, sekolah, pesantren, seminari,
padepokan, dan lain-lain) sehat, yang mencakup antara lain mencuci tangan
menggunakan sabun, mengonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan
jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak
mengkonsumsi napza, tidak meludah sembarang tempat, memberantas jentik
nyamuk, dan lain-lain.

Di tempat kerja, sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat


menciptakan tempat kerja (kantor, pabrik, dan lain-lain) sehat, yang
mencakup mencuci tangan dengan sabun, mengonsumsi makanan dan minuman
sehat, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah,
tidak merokok, tidak mengkonsumsi napza, tidak meludah sembarang
tempat, memberantas jentik nyamuk, dan lain- lain.

Di tempat umum, sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat


menciptakan tempat umum (tempat ibadah, pasar, pertokoan, terminal,
dermaga, dan lain-lain) sehat, yang mencakup mencuci tangan dengan sabun,
menggunakan jamban sehat, membuang sampah di

-.. / FASILITAS PEMBINAAN PHBS DI MASYARAKAT


:.:.:.:.:.:.:.:..::.:.:•. ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::•.

tempat sampah, tidak merokok, tidak mengkonsumsi napza, tidak meludah di


sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk, dan lain- lain.

Di sarana kesehatan, sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang <:::


dapat menciptakan sarana kesehatan (klinik, puskesmas, rumah sakit, dan lain-
lain) sehat, yang mencakup mencuci tangan dengan sabun, menggunakan
jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak
mengonsumsi napza, tidak meludah di sembarang tempat, memberantas jentik
nyamuk, dan lain-lain.

Di rumah tangga, sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat


menciptakan rumah tangga sehat, yang mencakup persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan, bayi diberi ASI eksklusif, berat badan balita ditimbang
secara teratur, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan sabun,
mengkonsumsi buah dan sayursetiap hari, menggunakan jamban sehat,
membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok di dalam rumah, tidak
mengonsumsi napza, melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak meludah
sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk, dan lain-lain.

1.3. Hakikat Perilaku


Perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku individu berkaitan dengan faktor-
faktor pengetahuan dan sikap individu. Perilaku juga menyangkut dimensi
kultural yang berupa sistim nilai dan norma. Sistim nilai adalah acuan tentang
hal-hal yang dianggap baik dan hal-hal yang dianggap buruk. Sedangkan
norma adalah aturan tak tertulis yang disebut norma sosial, dan aturan
tertulis yang disebut norma hukum. Selain itu, perilaku juga berkaitan dengan
dimensi ekonomi dan hal-hal lain yang merupakan pendukung perilaku.
Perilaku seseorang, selain dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikapnya, memiliki
acuan kepada sistim nilai dan norma yang dianutnya. Dengan kata lain, nilai
dan norma merupakan rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan atau
tidak melakukan

FASILITAS PEMBINAAN PHBS DI MASYARAKAT


·e·:·•·:·:·:·:·:·:·:·::·:·:·:·:·:·:·:·:::•.:•:•:t1!1•!:e:et:e•e:•:••::•:.•••:::

sesuatu. Sistim nilai dan norma dibuat oleh masyarakat di suatu tatanan
untuk dianut oleh individu-individu anggota masyarakat tatanan tersebut.

Namun demikian nilai dan norma, sebagai sistim sosial, adalah sesuatu
yang dinamis. Artinya, nilai dan norma suatu masyarakat akan berubah
mengikuti perubahan-perubahan lingkungan dari masyarakat yang
bersangkutan. Jadi, antara nilai dan norma di satu pihak dengan individu-
individu masyarakat di pihak lain, terdapat hubungan timbal- balik, nilai dan
norma mempengaruhi perilaku individu, perilaku individu
yang berubah akan dapat mengubah nilai dan norma.

HAKIKAT PERILAKU
SISTEM NILAI
(Acuan Baik/Buruk)

/NORMA SOSIAL NORMA HUKUM


(Aturan Tak Tertulis) (Aturan Tertulis)

PENGETAHUAN ---+ SIKAP PERILAKU

Untuk nilai dan norma yang sesuai dengan kaidah-kaidah kesehatan, perlu
'-..,-.
diupayakan terpeliharanya nilai dan norma tersebut. Sedangkan untuk sistim
nilai dan norma yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah kesehatan, perlu
dilakukan upaya guna mengubah sistim nilai dan norma tersebut melalui
perubahan perilaku individu-individu anggota masyarakat. lndividu-individu
anggota masyarakat yang memiliki potensi besar untuk mengubah sistim
nilai dan norma adalah mereka yang disebut dengan pemuka masyarakat atau
tokoh masyarakat, baik yang formal maupun yang informal.

FASILITAS PEMBINAAN PHBS DI MASYARAKAT


!;!;!;!;!;!;!;!;l!l!!lt::1:tt!!ltt:::::::1:••t::•:11::.
1•::.:::•.:.::......

Akan tetapi perilaku juga menyangkut dimensi ekonomi. Seseorang yang sudah
mau berperilaku tertentu tidak pernah mempraktikkan perilaku itu karenatidak
adanya kemampuan secara ekonomis. Misalnya, seseorang yang sudah mau
membuang hajat (air besar) di jamban, tidak kunjung
melakukan hal itu karena ia tidak mampu membuat jamban pribadi dan di '--.,/
sekitarnya tidak terdapat jamban umum. Contoh lain : seorang ibu yang sudah
mau memeriksakan kandungannya secara teratur di Puskesmas, tidak juga
datang ke Puskesmas karena ia tidak memiliki uang untuk ongkos transport,
walaupun untuk periksa di Puskesmas tidak dipungut
biaya alias gratis.
Oleh karena itu, agar perilaku dari sasaran primer di setiap tatanan dapat
tercipta dan berkesinambungan diperlukan dukungan perilaku dari sasaran
sekunder dan sasaran tersier di setiap tatanan yang bersangkutan.
Sasaran sekunder harus berperilaku yang dapat menciptakan suasana
kondusif dan lingkungan sosial yang mendorong (social pressure) bagi
tercipta dan berkesinambungannya perilaku sasaran primer. Sasaran
sekunder juga diharapkan berperilaku sebagai panutan dalam rangka
mempraktikkan PHBS. Sedangkan sasaran tersier harus berperilaku
memberikan dukungan, baik material maupun non material, bagi tercipta dan
'-----"'
berkesinambungannya perilaku sasaran primer. Dukungan tersebut antara lain
dalam bentuk menetapkan dan memberlakukan kebijakan atau peraturan
sebagai acuan dan rambu- rambu bagi pembinaan PHBS di tatanan, dan juga
menyediakan sarana- sarana sebagai faktor pemudah (enabling factors)
seperti misalnya tempat sampah, air bersih, jamban sehat, kantin sehat,
perlengkapan
kesehatan kerja, dan lain-lain.

FASIUTAS PEMBINAAN PHBS DI MASYARAKAT


• ••::•:•:•:•::•:•:·••1·:=·
: •:11:1•::•1•:1•::•1•::•:•::••::•:•1•:•::•:1•1•1111111::1:•:1•·•:•

POKOK BAHASAN 2 :
LANGKAH-LANGKAH FASILITASIPROSES PEMBINAAN PHBS

2.1. StrategiPembinaan PHBS


--.J Pembinaan PHBS dilaksanakan melalui penyelenggaraan promosi
kesehatan, yaitu upaya untuk membantu individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS, melalui proses
pembelajaran dalam mencegah dan mengatasi masalah- masalah kesehatan yang
dihadapi, sesuai sosial budaya setempat serta didukung oleh kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan.

Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu dilaksanakan


strategi promosi kesehatan paripurna yang terdiri dari (1) Pemberdayaan, yang
didukung oleh (2) Bina suasana, dan (3) Advokasi, serta dilandasi oleh semangat
(4) Kemitraan.

Ketiga strategi tersebut dilaksanakan dalam bentuk tindakan-tindakan sebagai


berikut:
1. Mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (healthy
public policy), yaitu mengupayakan agar para penentu kebijakan di
berbagai sektor di setiap tingkatan administrasi menetapkan kebijakan
dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap
masyarakat.
2. Menciptakan lingkungan yang mendukung (supportive environment), yaitu
menupayakan agar setiap sektor dalam melaksanakan kegiatannya
mengarah kepada terwujudnya lingkungan sehat (fisik dan non fisik).
3. Memperkuat gerakan masyarakat (community action), yaitu
memberikan dukungan terhadap kegiatan masyarakat agar lebih berdaya
dalam mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan.
4. Mengembangkan kemampuan individu (personal skills), yaitu
mengupayakan agar setiap individu masyarakat tahu, mau, dan

FASILITAS PEMBINAAN PHBS DI MASYARAKAT


..
·:·:11·:·:·:·:·:·:1·::·.:1111·1::·.:.1: ·1:··:·:.::·.·:·:·:·::::1:···:·:·:·:·:::

mampu membuat keputusan yang efektif dalam upaya memelihara,


meningkatkan, serta mewujudkan kesehatannya, melalui pemberian
informasi, serta pendidikan dan pelatihan yang memadai.
5. Menata kembali arah pelayanan kesehatan (reorient health services),
yaitu mengubah pola pikir serta sistim pelayanan kesehatan "------,,
masyarakat agar lebih mengutamakan aspek promotif dan preventif,
tanpa mengesampingkan aspek kuratif dan rehabilitatif.

2.2. Pembinaan PHBS Di Rumah Tangga


Di tatanan rumah tangga, pembinaan PHBS dilaksanakan secara <::>

terintegrasi dengan kegiatan pengembangan dan pembinaan Desa dan Kelurahan Siaga.
Tanggungjawab pembinaan terendah berada di tingkat kecamatan (Forum Kecamatan).

a. Pemberdayaan
Pemberdayaan di tatanan rumah tangga dilakukan terhadap individu, keluarga, dan
kelompok masyarakat. Prosesnya diawali dengan pemberdayaanterhadap
kelompok masyarakatmelaluipengorganisasian masyarakat, untuk membentuk atau
merevitalisasi Forum Desai Kelurahan. Dengan pengorganisasian masyarakat,
maka selanjutnya pemberdayaan individu dan keluarga dapat ditimbang-
terimakan kepada perangkat desa/kelurahan, pemuka masyarakat, dan anggota-
anggota masyarakat yang ditunjuk sebagai kader. Pemberdayaan <:> individu

dilaksanakan dalam berbagai kesempatan, khususnya pada


saat individu-individumasyarakatberkunjungdan memanfaatkanupaya- upaya
kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, Poskesdes, dan
lain-lain, melalui pemberian informasi dan konsultasi. Sedangkan
pemberdayaan keluarga dilaksanakan melalui kunjungan rumah dan
konsultasi keluargaoleh para kader.Juga melalui bimbingan atau
pendampingan ketika keluarga tersebut membutuhkan (misalnya tatkala
membangun jamban, membuat taman obat keluarga, dan lain- lain).

FASILITAS PEMBINAAN PHBS DI MASYARAKAT


.J
.. . .
s:.:.::. :.••. ::::•t::•:
::• t :: ..
•:••::•:.::::•::::::•:••::•.:::.••:: •t::•t.••: • •:.::::::

b. Bina Suasana
Bina suasana di tatanan rumah tangga dilakukan oleh para pemuka atau
tokoh-tokoh masyarakat, termasuk pemuka agama dan pemuka adat, dalam
rangka menciptakan opini publik, suasana yang kondusif, dan panutan di
<:> tingkat desa dan kelurahan bagi dipraktikkannya PHBS oleh rumah tangga.
Bina suasana juga dilakukan oleh para pengurus organisasi kemasyarakatan
di tingkat desa dan kelurahan seperti pengurus Rukun Warga/Rukun
Tetangga, pengurus PKK, pengurus pengajian, pengurus arisan, pengurus
koperasi, pengurus organisasi pemuda(seperti KarangTaruna),dan lain-lain.
Parapengurusorganisasi kemasyarakatan tersebut ikut memotivasi anggota-
anggotanya agar mempraktikkan PHBS. Di samping itu, bina suasana
juga dapat dilakukan dengan pemanfaatan media seperti pemasangan
spanduk dan atau billboard di jalan-jalan desa/kelurahan, penempelan poster
di tempat-tempat strategis, pembuatan dan pemeliharaan taman obat/ taman
gizi percontohan di beberapa lokasi, serta pemanfaatan media tradisional.

c. Advokasi
Advokasi dilakukan oleh fasilitator dari kecamatan/kabupaten/ kota
terhadap para pemuka masyarakat dan pengurus organisasi
kemasyarakatan tingkat desa dan kelurahan, agar mereka berperan serta
dalam kegiatan bina suasana. Advokasi juga dilakukan terhadap para
penyandang dana, termasuk pengusaha, agar mereka membantu upaya
pembinaan PHBS di rumah tangga (desa/kelurahan).

Kegiatan-kegiatan pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi di desa dan


kelurahan tersebut di atas harus didukung oleh kegiatan- kegiatan (1) Bina
suasana PHBS di rumah tangga dalam lingkup yang lebih luas
(kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional} dengan memanfaatkan
media massa berjangkauan luas seperti surat kabar, majalah, radio, televisi,
dan internet; serta (2) Advokasi secara berjenjang dari tingkat pusat ke
tingkat provinsi, dari tingkat provinsi

FASILITAS PEMBINAAN PHBS DI MASYARAKAT


lllll!!lll! l!!!llll :•1:e·l:e·l:e1·I11··l:e·l1·I1:.·::•:••:•:•:•:•:••:t:•.:•:•::e

ke tingkat kabupaten/kota, dan dari tingkat kabupaten/kota ke tingkat


kecamatan.

d. Kemitraan
Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun '-----'/ bina
suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan dukungan.
Dengan demikian kemitraan perlu digalang
antar individu, keluarga, pejabat atau instansi pemerintah yang
terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh
masyarakat, media massa, dan lain-lain. Kemitraan yang digalang harus
berlandaskan pada tiga prinsip dasar, yaitu (a) kesetaraan, (b) keterbukaan,
dan (c) saling menguntungkan.
1. Kesetaraan; berarti tidak diciptakan hubungan yang bersifat
hirarkis. Semua harus diawali dengan kesediaan menerima bahwa masing-
masing berada dalam kedudukan yang sama (berdiri sama tinggi, duduk
sama rendah). Keadaan ini dapat dicapai apabila semua pihak bersedia
mengembangkan hubungan kekeluargaan. Yaitu hubungan yang
dilandasi kebersamaan atau kepentingan bersama. Bila kemudian
dibentuk struktur hirarkis (misalnya sebuah tim), adalah karena
kesepakatan.
2. Keterbukaan; di dalam setiap langkah diperlukan adanya kejujuran dari
masing-masing pihak. Setiap usul/saran/komentar harus disertai dengan
alasan yang jujur, sesuai fakta, tidak menutup- nutupi sesuatu. Pada
awalnya hal ini mungkin akan menimbulkan diskusi yang seru layaknya
"pertengkaran". Akan tetapi kesadaran akan kekeluargaan dan
kebersamaan, akan mendorong timbulnya solusi yang adil dari
"pertengkaran" tersebut.
3. Saling menguntungkan; solusi yang adil ini terutama dikaitkan dengan
adanya keuntungan yang didapat oleh semua pihak yang terlibat.PHBS
dan kegiatan-kegiatan kesehatan dengan demikian harus dapat
dirumuskan keuntungan-keuntungannya (baik langsung maupun tidak
langsung) bagi semua pihak yang terkait. Termasuk keuntungan
ekonomis, bila mungkin.

FASILITAS PEMBINAAN PHBS DI MASYARAKAT


. . . . .. .....
:.•::.·:·::.:··:·::: : • •:1~.:: ::··:·:··::··::··:·:·:·•:t•,:•••::•t:!••••:t!!::!:! • :

2.3. lndikator Keberhasilan


Untuk melihat keberhasilan pembinaan PHBS , praktik PHBS yang diukur
adalah yang dijumpai di tatanan rumah tangga. Telah ditetapkan
10 (sepuluh) indikator untuk menetapkan apakah sebuah rumah tangga
telah mempraktikkan PHBS, yaitu : (1) Persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan, (2) Bayi diberi ASI eksklusif, (3) Berat badan balita ditimbang secara
teratur, (4) Menggunakan air bersih, (5) Mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun, (6) Menggunakan jamban sehat, (7) Memberantas jentik nyamuk, (8)
Mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari, (9) Melakukan aktivitas fisik setiap
hari, dan (10) Tidak merokok di dalam rumah. Kesepuluh indikator tersebut
merupakan sebagian dari semua perilaku yang harus dipraktikkan di rumah
tangga, dan dipilih karena dianggap mewakili atau dapat mencerminkan
keseluruhan perilaku.

REFERENSI
• Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Kebijakan Nasional
Promosi Kesehatan, Jakarta, 2004
• Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan dan llmu Perilaku, Rineka
Cipta, Jakarta, Tahun 2007
• Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan,Panduan Pembinaan dan
Penilaian PHBS di Rumah Tangga melalui Tim Penggerak PKK, Tahun
2009.
• Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan
Peningkatan PHBS di Rumah Tangga Tahun 2009.
• Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Rumah Tangga
Ber-PHBS, Tahun 2009
<:»: • Kementerian Kesehatan Rl,Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, Tahun 2010

,_.

FASILITAS PEMBINAAN PHBS DI MASYARAKAT


1111111111111111111111!11111111111111111111111!11111!!!!1:II::!

LEMBAR KERJA

Pedoman Diskusi Kelompok"KegiatanPHBS


di Berbagai Tatanan"
1. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok.Masing-masing kelompok memilih
Ketua, Sekretaris dan Penyaji.
2. Kelompok 1 mendiskusikan topik: "Kegiatan PHBS di Rumah Tangga".
Kelompok 2 mendiskusikan topik: "Kegiatan PHBS di Sekolah". Kelompok 3
mendiskusikan topik: "Kegiatan PHBS di Tempat Kerja". Kelompok 4
mendiskusikan topik : "Kegiatan PHBS di Tempat-tempat Umum".
Kelompok 5 mendiskusikan topik : "Kegiatan PHBS di lnstitusi
Kesehatan".
3. Setelah diskusi, wakil masing-masing kelompok menyajikan hasil
diskusinya.
4. Setiap selesai penyajian, peserta dari kelompok lain diminta untuk
menanggapi.
5. Pelatih menyampaikan rangkuman hasil diskusi 5 kelompok tersebut.
....._.,,
I

FASIUTAS PEMBINAAN PHBS DI MASYARAKAT


. ..
e:e:e:••:••::•:•:•::•.::••::••.::••.:•:•:::1:•:.••::.•::•.:•::.::.:••: • • ::•:•.•::::::

LEMBAR KERJA

Pedoman Diskusi Kelompok "ldentifikasimasalah


PHBS penyebab masalah dan kegiatan solusi
permasalahan dari lembar kasus"
1. Peserta dibagi menjadi 2 kelompok.
2. Masing-masing kelompok diskusi identifikasi masalah PHBS
penyebab masalah dan kegiatan solusi permasalahan yang ada dari lembar
kasus Desa Cisoka.
3. Masing-masing wakil kelompok diminta menyajikan hasil diskusi
kelompok.
4. Pelatih meminta peserta untuk menanggapi hasil diskusi
'--------''
5. Pelatih menjelaskan berdasarkan penyajian dua kelompok tersebut adalah
mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, kegiatan solusi yang bisa
dilakukan sebagai fasilitator Pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan.

FASILITAS PEMBINAAN PHBS DI MASYARAKAT


11111111 ·:11·•·•:·:•••1·:•·•·:••:·•·:•··:•·••···•···•··•:··•··•··•··•·····•·······

LEMBAR KERJA

Pedoman Bermain Peran "Pembinaan terhadap kader/


motivatordalam kaitan ASI eksklusif"dan "Melakukan kegiatan
promosi kesehatan dalam kaitan membudayakan gaya hidup sehat di
suatu desa"

Bermain Peran "Pembinaan terhadap kader/motivator dalam kaitan ASI


eksklusif"
1. Pelatih membagi peserta menjadi 2 kelompok
2. Kelompok 1 melakukan simulasi pembinaan terhadap kader
kesehatan/PKK dalam kaitan ASI ekslusif di Poskesdes, dan anggota
kelompok 1 bermain peran sebagai :
- Bidan Desa yang memberikan pembinaan kader/motivator dalam
kaitan ASI eksklusif, yang mencakup
- Kader kesehatan/PKK
- Toma
- Toga
- Dukun bayi
Bermain Peran "Melakukan kegiatan promosi kesehatan dalam kaitan
membudayakan gaya hidup sehat di suatu desa". <::
1. Kelompok 2 melakukan simulasi memberikan penyuluhan pertemuan PKK
bulanan di balai desa, dan anggota kelompok 2 bermain peran sebagai:
• Kepala Desa yang memberikan sambutan pada acara pertemuan
• Ketua PKK Desa yang membuka acara pertemuan PKK
• Petugas Puskesmas yang memberikan penyuluhan, meliputi aspek
: pengertian, tujuan, sasaran manfaat dan indikator PHBS
• Ketua RW, menyampaikan permasalah PHBS di wilayah RWnya
• Ketua RT, menanyakan bagaimana cara membina kepada anggota
RTnya

FASILITAS PEMBINAAN PHBS DI MASYARAKAT


111:::::•1:•:1:•.•::::::•1:
e•::::::::::::::•: ••:11:•11:11:::•1::••.1:•11:

• Tokoh Agama, menyampaikan pertanyaan untuk dapat berperan aktif


• Kader Posyandu
• Dukun bayi
• lbu-ibu, anggota PKK Desa
2. Setiap selesai simulasi dan bermain peran, peserta diminta untuk
memberikanevaluasi
3. Setelah seluruh kelompok selesai melakukan simulasi dan bermain peran
pelatih memberikan komentar terhadap seluruh permainan peran tersebut
dikaitkan dengan pembinaan rumah tangga ber PHBS

fASILITAS PEMBINAAN PHBS DI MASYARAKAT


J
<::»
11
r

KOMUNIKASI DAN
ADVOKASI
. .. . . . .
::··.·:·:·:·:·:·:·:::·:1·:·:··:·:::11: ··:.11: 11:1·:·:·.1: 1: 1·11:=111111111111111111111

A1uddb
KOMUNIKASI DAN ADVOKASI

DAFTAR ISi

'-..,./' I. DESKRIPSI SINGKAT

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


a. Tujuan Pembelajaran Umum b.
Tujuan Pembelajaran Khusus

Ill. POKOK BAHASAN


A. Pokok Bahasan 1 : Komunikasi
B. Pokok Bahasan 2 : Advokasi

IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATANPEMBELAJARAN

<:> V. URAIAN MATERI


A. Pokok Bahasan 1 : Komunikasi
B. Pokok Bahasan 2 : Advokasi

REFERENSI

LEMBAR KERJA
1. Skenario Bermain Peran Komunikasi Efektif
2. Skenario Bermain Peran Advokasi

KOMUNIKASI DAN AOVOKASI


..
11111111111 ·:•=•==•·:=•11111=·•::::••:•:·•:::••:•:•:•:•:•:•:•::••:•::•:•:•:•:•••••

I. DESKRIPSISINGKAT

Keberhasilan mewujudkan desa dan kelurahan siaga aktif membutuhkan


dukungan pemangku kepentingan (stakeholders) oleh karena itu perlu berbagai
upaya antara lain komunikasi yang efektif dan advokasi.

Komunikasi dapat pula diartikan sebagai proses pertukaran pendapat,


pemikiran atau informasi melalui ucapan, tulisan maupun tanda-tanda yang
dapat mencakup segala bentuk interaksi dengan orang lain yang berupa
percakapan biasa juga diperlukan dalam melakukan advokasi. Advokasi adalah
upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen
dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders).

Strategi membangun komunikasi yang efektif dan kemampuan melakukan


advokasi perlu dikuasai oleh Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang
Kesehatan sehingga dapat melaksanakan peran dan fungsinya dalam fasilitasi.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum ·._;

Mampu melakukan Komunikasi dan Advokasi

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu :
1. Melakukan komunikasi
2. Melakukan advokasi

KOMUNIKASI DAN ADVOKASI


·:.e:e••t•:••=:••:•:·:.·:·:1::•1•1·1I:•:•·=:1•1·:=:•1:1• 1:::
• ••·•1=1·:::1..111:1:•:1•:•::•1•:•::·•1••=
Ill. POKOK BAHASAN
A. Pokok Bahasan 1 : Komunikasi
1.1. Pengertian komunikasi
....../ 1.2. Bentuk-bentuk Komunikasi
1.3. Membangun komunikasi yang efektif

B. Pokok Bahasan 2 : Advokasi


2.1. Pengertian advokasi
2.2. Langkah-langkah advokasi
2.3. Cara melakukan advokasi

.:» IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak Waktu : 6 Jpl (T=2 jpl;
P=4; PL=O) @ 45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

A. Langkah 1 (15 menit):


1. Pelatih memperkenalkan diri
2. Pelatih menyampaikan tujuan umum dan tujuan khusus
3. Menggali pendapat peserta tentang pengalamannya melakukan
komunikasi dan advokasi dalam pengembangan desa dan kelurahan siaga
aktif

B. Langkah 2 (120 menit) :


1. Pelatih membagi peserta menjadi 4 kelompok dengan jalan
berhitung 1-4, kemudian nomor satu bergabung dengan nomor 1, nomor 2
bergabung dengan nomor 2, demikian selanjutnya sampai terbentuk
menjadi 4 kelompok.
2. Pelatih meminta masing-masing kelompok bermain peran
komunikasi efektif
3. Setiap selesai permainan peran peserta diminta untuk
menanggapi.

KOMUNIKASI DAN ADVOKASI


..
·:1·:1·:1111:.·::11·:·:.11111·:··:·:1:1:: • :::· ::·.1 ·::::::1:•::•.::•:.:::5::::::::: .

4. Setelah seluruh permainan peran selesai, berdasarkan hasil


permainan peran tersebut fasilitator menjelaskan komunikasi efektif dan
memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya hal-hal yang belum
jelas.

C. Langkah 3 (120 menit) :


1. Pelatih membagi peserta menjadi 4 kelompok (masih kelompok yang
sama).
2. Masing-masing kelompok bermain peran advokasi sesuai skenario
yang dibagikan.
3. Setiap selesai permainan peran peserta diminta untuk
menanggapi.
4. Setelah seluruh permainan peran selesai, berdasarkan hasil
permainan peran tersebut pelatih menjelaskan pengertian, langkah-langkah
advokasi, cara melakukan advokasi dan memberi kesempatan kepada
peserta untuk bertanya hal-hal yang belum jelas.

D. Langkah 4 (15 menit) :


1. Pelatih merangkum sesi pembelajaran ini dengan meminta peserta untuk
menanyakan hal-hal yang masih kurang jelas, memberikan jawaban atas
pertanyaan peserta.
2. Meminta komentar, penilaian, saran bahkan kritik dari peserta pada
kertas yang telah disediakan.
3. Pelatih menutup sesi pembelajaran dengan memberikan apresiasi pada
peserta.

• KOMUNIKASI DAN AOVOKASI


....• .•
e~:::::•::.••:::::::•:::::::1•::•.:.1:•.1:••.:•.1:::tt•!!:l!!!!t:•••::::t•! :.

· V. URAIAN MATERI

POKOK BAHASAN 1 :
KOMUNIKASI

1.1. Pengertian Komunikasi


Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan. Pendapat, perasaan, atau berita
kepada orang lain. Komunikasi dapat pula diartikan sebagai proses pertukaran
pertukaran pendapat, pemikiran atau informasi melalui ucapan, tulisan maupun
tanda-tanda.

Dengan demikian maka komunikasi dapat mencakup segala bentuk interaksi


dengan orang lain yang berupa percakapan biasa, advokasi.

1.2. Bentuk-Bentuk Komunikasi


1.2.1. Komunikasi Verbal
Komunikasi yang ada sangat beragam sekali, mempunyai aneka bentuk
tergantung dari sisi apa kita melihat komunikasi tersebut. Yang dimaksud
dengan verbal adalah lisan, dengan demikian komunikasi verbal
adalah penyampaian tujuannya secara lisan. Proses penyampaian
informasi secara lisan ini yang biasa kita kenal dengan berbicara.
Dalam praktik sehari-hari penyampaian dan penerimaan pesan
yang menggunakan kata-kata, sering juga menggunakan tulisan. Meskipun
dalam bentuk tulisan tetapi bahasa yang dipakai adalah bahasa lisan.
Contoh konkritnya adalah apabila kita mengirim pesan melalui telepon
seluler (HP) atau yang kita kenal dengan SMS (Short
..._/ Message Service). Bahasa yang kita gunakan adalah bahasa lisan.
Kenyataannya bahwa SMS tersebut mempunyai hubungan personal yang
tinggi dan dapat langsung memberikan umpan balik. Bahkan orang dapat
bertransaksi apa saja melalui SMS tersebut, seolah-olah kita berbicara satu
sama lain. Contoh lain misalnya media verbal; seperti buletin, pamflet,
leaflet, dan sebagainya. Demikian juga dengan dokumen organisasi

..
lainnya yang diterbitkan secara berkala

KOMUNIKASI DAN ADVOKASI


; :;t.;:::tt;S;t.t;S;t.!;S;t.t;;tt;:;t. ;:•. ::::::t:t;•.t;:t:;::::::::
t;;tt;t;t;!;S. t;t;t;t::::::t ; .
/

yang berisi masalah-masalah yang berhubungan dengan organisasi,


kemajuan-kemajuan yang telah dicapai, PROTAP kerja, standar- standar,
dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan berbagai isu
misalnya pengembangan SOM dan sebagainya.

1.2.2. Komunikasi Non Verbal


Penyampaian pesan selain melalui lisan atau tulisan dapat juga
dilakukan dengan melalui cara berpakaian, waktu, tempat, isyarat
(gestures),gerak-gerik (movement),sesuatu barang, atau sesuatu yang
dapat menunjukkan suasanan hati perasaan pada saat tertentu. '-..J
Contoh komunikasi non verbal :
a. Cara berpakaian
Orang yang sedang berkabung karena kematian seseorang, biasanya
akan berpakaian hitam-hitam atau memasang tanda dengan kain
hitam di lengan bajunya. Dengan demikian kita menjadi tahu bahwa
orang tersebut dalam suasana berkabung. Atau seseorang yang biasanya
berpakaian biasa-biasa saja tiba- tiba berpakaian lengkap dengan jas atau
dasi, ini tentu juga suatu informasi bahwa yang bersangkutan mungkin
sedang dalam suasana yang lain misalnya akan dilantik menjadi
pejabat, akan menghadiri pesta atau pertemuan yang penting dan
sebagainya.

b. Waktu
Bunyi beduk atau lantunan suara adzan di mesjid atau mushola,
memberikan informasi bahwa waktu shalat telah tiba. Contoh lain
adalah bunyi bel di sekolah yang menunjukkan bahwa waktu masuk
kelas, istirahat atau pulang telah tiba.

c. Tempat
Pemimpin suatu pertemuan atau rapat biasanya duduk di depan . atau di
kepala meja, tidak pernah di belakang. lni menginformasikan bahwa yang
bersangkutan adalah pemimpin rapat atau pemimpin
pertemuan yang biasanya orang penting atau memiliki jabatan -:»
tertentu. Ruang Kerja Kepala Puskesmas tentunya akan berbeda
KOMUNIKASI DAN ADVOKASI
.
·:.:.:.:.:.:.:•:::1:::1::1·:.·:1··:·:·:: :·::1.•:::11·1:
11111:::::::11:: .

dengan ruang kerja juru imunisasi demikian juga ruang kerja dan
peralatannya. Demikian juga di instansi lain misalnya di Kecamatan dan di
Kelurahan atau di instansi lainnya.

d. lsyarat
Audience di suatu seminar secara spontan bertepuk tangan dengan
riuh setelah mendengarkan paparan seorang presenter yang
mempresentasikan materinya dengan baik dan menarik. Tepuk tangan
tersebut merupakan isyarat bahwa audience puas terhadap paparan
presentan tersebut. Sebaliknya para peserta latih mulai menguap, atau
keluar masuk kelas, atau ada yang berbisik- bisik satu dengan lainnya
ketika pelatih memberikan materi/kuliah, ini juga suatu isyarat bahwa
materi, atau cara membawakan materi tersebut kurang berkenan di hati
peserta latih. Conteh lain misalnya mengacungkan dua jari tanda Victory
(kemenangan), menggeleng tanda tidak tahu, raut wajah yang asam tanda
tidak senang, murung tanda bersedih, tangan mengepal tanda marah,
tatapan mata bisa bermacam arti dan sebagainya.

1.3. Membangun Komunikasi Yang Efektif


1.3.1. Strategi Membangun Komunikasi yang Efektif
Komunikasi yang efektif dapat terjadi apabila pesan yang dikirim oleh
komunikator (sender) dapat diterima dengan baik dalam arti kata
menyenangkan, aktual, nyata oleh si penerima (komunikan). Kemudian
penerima menyampaikan kembali bahwa pesan telah diterima dengan
baik dan benar. Dalam hal ini terjadi komunikasi dua arah atau
komunikasi timbal balik. Agar terjadi komunikasi yang efektif, maka perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Mengetahui siapa mitra bicara
Dalam berkomunikasi kita harus menyadari benar dengan siapa kita
berbicara, apakah dengan Pak Camat, dengan Pak Lurah, dengan Bidan
desa, dengan tokoh masyarakat, atau dengan Kader.
Kenapa kita harus mengetahui dengan siapa kita bicara ? Karena

KOMUNIKASI DAN ADVOKASI


.
•::1:••·•:1:1••·:•····:•1:•:·:•···•··•··•··•···•··•··•:··

dengan mengetahui audience, kita harus cerdas dalam memilih


kata-kata yang digunakan dalam menyampaikan informasi buah -. .,1 pikiran

kita. Kita harus memakai bahasa yang sesuai dan mudah dipahami oleh audience
kita.
Selain itu pengetahuan mitra bicara kita juga harus diperhatikan
informasi yang ingin kita sampaikan mungkin bukan merupakan hal yang
baru bagi mitra kita, tetapi kalau penyampaiannya menggunakan istilah-
istilah yang tidak dipahami oleh mitra kita, informasi atau gagasan yang kita
sampaikan bisa saja tidak dipahami oleh mitra. Dengan memperhatikan
mitra bicara kita <:» akan dapat menyesuaikan diri dalam berkomunikasi
dengannya.

b. Mengetahui apa tujuan komunikasi


Cara kita menyampaikan informasi sangat tergantung kepada tujuan
kita berkomunikasi, misalnya;
• Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan ingin
menyampaikan informasi mengenai Pelatihan bagi Bidan desa di
wilayah Kecamatan A, jika tujuannya hanya menyampaikan
informasi maka komunikasi dapat dilakukan dengan membuat
Pengumuman atau surat edaran.
• Jalan pedesaan di Kecamatan A pada waktu musim hujan menjadi
becek dan licin, sehingga menyulitkan mobil Puskesmas keliling masuk
ke desa-desa terutama dalam pembinaan POSKESDES. Untuk itu
maka jalan pedesaan perlu diperbaiki dan dibuat selokan air sehingga
jalan tidak terendam dan licin pada musin hujan. Fasilitator akan
mengusulkan kepada Pak Camat agar diinstruksikan kepada seluruh
Kepala Desa/Lurah
agar warga memperbaiki jalan dan lingkungan. Bila tujuannya '-----' seperti
ini tentu pendekatannya bukan dengan surat tapi melalui advokasi.
• Bidan desa diinstruksikan oleh Pak Camat untuk apel setiap hari
Senin pagi di Kecamatan, bila hal ini terjadi maka kemungkinan kegiatan
Poskesdes akan terganggu karena setiap Senin ada .. ,1

KOMUNIKASI DAN ADVOKASI


e•: :•:••:•:•••::•:•:•:••:•:•••: :•:•:•:1•:••:•::•::•.•••: :•:::1:•.11:•:•11•:1: :

kegiatan Posyandu, padahal jarak dari desa ke Kecamatan sebagian besar


harus ditempuh lebih dari 2 jam pulang pergi. Untuk kasus seperti
ini tentunya yang paling cocok adalah melalui negosiasi.
• Menqetahui dalam konteks apa komunikasi dilakukan.
• Dalamberkomunikasimaka kita perlu mempertimbangkan keadaan atau
lingkungansaat kita berkomunikasi. Bahasadan informasiyang
disampaikan harussesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana
komunikasi itu terjadi. Bisa saja kita menggunakan bahasa dan
informasi yang jelas dan tepat tetapi karena konteksnya tidak tepat,
reaksiyang kita peroleh tidak sesuai dengan yang diharapkan.
• Mempertimbangkan penggunaan kata hemat :
- Kita harus hemat dalam mengelola anggaran Poskesdes.
- Menurut hemat saya, Bidan desa sebaiknya tinggal di desa
dimana Poskesdes berada.
- Penggunaan kata hemat pada kedua kalimat tersebut
konteksnya pasti berbeda satu sama lain.

c. Mengetahui kultur
Dalam berkomunikasi harus diingat peribahasa " Dimana bumi dipijak,
disitu langit dijunjung" artinya bahwa dalam berkomunikasi kita harus
memperhatikan dan menyesuaikan diri dengan budaya atau habit atau
kebiasaan orang atau masyarakat setempat. Misalnya berbicara sambil
menunjuk sesuatu dengan telunjuk kepada orang yang lebih tua atau
lebih tinggi kedudukannya di daerah Jawa Barat atau Jawa Tengah bisa
dianggap kurang sopan atau kurang ajar walaupun mungkin di daerah
lain itu biasa-biasa saja. Atau kalau di daerah Sumatera Utara orang
bisa berbicara dengan intonasi dan suara yang keras, maka apakah
orang non Sumatera Utara harus mengimbangi pula dengan nada yang
keras? Dalam hal ini, misalnya orang Sunda kalau berbicara dengan orang
Batak tidak perlu bertutur seperti orang Batak, begitu pula sebaliknya.
Dengan demikian maka tidak terjadi salah tafsir yang mengakibatkan
kegagalan komunikasi.
..
1.!.1!.1!.!.1.!1!.!1. .!.•!:!1!!1•:t:t•:::••::•:.•t: : :•:.:.:.:.:•....

d. Mengetahui bahasa
Dalam berkomunikasi seyogyanya kita memahami bahasa mitra kita, hal
ini tidak berarti kita harus memahami semua bahasa dari mitra bicara.
Oleh karena ada kata-kata yang menurut etnis tertentu merupakan hal yang
lumrah tapi menurut etnis lain merupakan hal yang tabu untuk dikatakan
atau mempunyai arti yang berbeda. Misalnya ucapan 'nangka tok'
menurut bahasa Sunda berarti
'nangka saja', tetapi untuk orang Jawa ini tentu lain artinya. Begitu
juga 'gedang' menurut orang Sunda artinya 'pepaya' tapi menurut orang
Jawa artinya 'pisang'. Bahasa asing juga perlu kita pahami manakala kita
berkomunikasi dengan orang asing yang tidak bisa berbahasa Indonesia,
misalnya ada turis asing yang tersasar ke kampung kita, kita ingin
menolongnya tapi tidak mengerti bahasa asing misalnya bahasa lnggris,
padahal si turis tidak menguasai Bahasa Indonesia, maka jelas
komunikasi akan terhambat sebab komunikasi verbal tidak jalan. Selain
itu untuk memperjelas pesan yang hendak disampaikan dalam
berkomunikasi, gunakanlah kalimat-kalimat sederhana yang mudah
dipahami. Kalimat panjang dan kompleks seringkali mengaburkan arti
dan makna pesan yang akan disampaikan. Misalnya Kepala Puskesmas,
berbicara kepada para Bidan desa dalam suatu rapat "Bu Bidan sekalian
dalam rangka mensukseskan Pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif, maka semua Bidan Desa harus menyadari akan arti <:»
pentingnya pembangunan kesehatan dengan memberdayakan semua
potensi yang ada dalam masyarakat, untuk itu maka lbu-ibu Bidan harus
berusaha sekuat tenaga untuk membuat masyarakat berdaya dan
mendukung Desa Siaga dan Kelurahan Siaga Aktif
dalam membangun Poskesdes". Kalimat tersebut terlalu panjang "----'
dan kompleks. Padahal informasi yang perlu disampaikan ialah agar
Poskesdes di setiap desa dibangun dengan memberdayakan potensi yang
ada di masyarakat.

• KOMUNIKASI DAN ADVOKASI


. ····:: . ·:··•:
3..·.:..·.· ·1·11::::·····1·:·· 1:1····:··1111··:11:·1·:··:·1•.· 1:1:1·1 :

1.3.2. Komunikasi Verbal yang Efektif


Komunikasi akan efektif bila pesan yang disampaikan pemberi pesan
diterima oleh penerima pesan sesuai dengan maksud penyampai pesan
dan menimbulkan saling pengertian. Dalam komunikasi verbal atau berbicara
yang didengar adalah suara yang diucapkan melalui kata-kata yang keluar
dari mulut. Suara-suara itu harus mempunyai makna sehingga maksud dari
berbicara itu dapat dimengerti. Komunikasi dapat dikatakan efektif apabila:
- Pesan diterima dan dimengerti sebagaimana yang dimaksud oleh si
pengirim.
- Pesandisetujui oleh penerima dan ditindak lanjuti dengan perbuatan
yang dikehendaki oleh pengirim.
- Tidak ada hambatan untuk melakukan apa yang seharusnya
dilakukan untuk menindaklanjuti pesan yang dikirim.

a. Ciri-cirikomunikasi verbal yang efektif


- Langsung (to the point, tidak ragu menyampaikan pesan)
- Asertif (tidak takut mengatakan apa yang diinginkan dan
mengapa)
- Ramah dan bersahabat (congeniaD
- Jelas (hal yang disampaikan mudah dimengerti)
- Terbuka(tidak ada pesan dan makna yang tersembunyi)
- Secara lisan (menggunakan kata-kata untuk menyampaikan
gagasan dengan jelas)
- Dua arah (seimbangantara berbicara dan mendengarkan)
- Responsif (memperhatikan keperluan dan pandangan orang lain)
- Nyambung (menginterpretasi pesan dan kebutuhan orang lain
dengan tepat)
- Jujur (mengungkapkan gagasan, perasaan, dan kebutuhan yang
sesungguhnya)

KOMUNIKASI DAN ADVOKASI


..
. .
11 : 111111111:.:·:1·:111::::1::1:::::::1:::•::•.:•::•.:: ::::::::: .

b. Ciri-ciri komunikasi verbal yang tidak efektif


- Tidak langsung (bertele-tele)
- Pasif (malu-malu, tertutup)
- Antagonistis (marah-marah, agresif, atau bernada kebencian)
- Kriptis (pesan atau maksud yang sesungguhnya tidak pernah
diungkapkan secara terbuka)
- Satu arah (lebih banyak berbicara daripada mendengarkan)
- Tidak responsif (sedikit/tidak ada minat terhadap pandangan atau
kebutuhan orang lain)
- Tidak nyambung (respon dan kebutuhan orang lain disalahartikan -,__,,
dan disalah interpretasikan)
- Tidak terus terang (perasaan, gagasan dan keputusan diungkapkan
secara tidak jujur)

c. Keterampilan berbicara
Pada dasarnya keterampilan berbicara dapat dipelajari dan ditingkatkan
dengan berlatih, agar mampu berbicara secara efektif maka dalam tiap
komunikasi baik informal maupun formal, beberapa teknik dapat
dimanfaatkan dalam meningkatkanefektivitas berbicara sebagai berikut:
- Percaya diri.
- Ucapkan kata-kata dengan jelas dan perlahan-lahan.
- Bicara dengan wajar, seperi biasanya jangan terkesan sebagai <:>
penyair atau sedang deklamasi.
- Atur irama dan tekanan suara dan jangan monoton. Gunakan tekanan
dan irama tertentu, untuk menampilkan poin-poin tertentu, tapi
hindarkan kesan sebagai pemain drama.
- Tarik nafas dalam-dalam 2 atau 3 kali untuk mengurangi
ketegangan. Mengatur nafas secara normal dan jangan terkesan seperti
orang yang dikejar-kejar. Bila perlu menghentikan pembicaraan
sejenak, selain untuk mengambil napas juga berfungsi menarik
perhatian.
- Hindari sindrom : Ehm, Ah, Au, Barangkali, Mungkin, anu, Apa,

iii KOMUNIKASI DAN ADVOKASI


. •..
..•:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:. 1•• :•.1:•.•:1:.:. :. :. :. 1. :•1.:•:. :. :.1:. :.•:::1: :

dan lain-lain. Jika terpojok dan kehabisan bicara atau lupa cukup
berhenti sejenak, cara ini menunjukkan bahwa seakan- akan kita
sedang berpikir dan akan berdampak positif dibanding mengatakan
mengatakan 'apa', 'ya, eh ... ', 'apa ya, saya pikir.. .',
'barangkali', dan seterusnya.
- Membaca paragraf yang dianggap penting dari teks tulisan.
Jangan merasa malu melakukan hal ini, karena pendengar akan
berpikir bahwa kita hanya menekankan poin pembicaraan tertentu
agar lebih lengkap.
- Siapkan air minum. lni sangat membantu pembicara berhenti
sejenak juga untuk membasahi kerongkongan.

<:> 1.3.3. Komunikasi Non-Verbal yang Efektif


Komunikasi non verbal adalah proses pertukaran pesan/makna melalui
berbagai cara selain kata-kata. Yaitu melalui bahasa tubuh, ekspresi muka,
tatapan, sentuhan tampilan vokal suara (volume, intonasi, irama, dan
sebagainya), baju yang dipakai, penggunaan ruangan, dan lain-lain. Wajah
mengekspresikan bagaimana perasaan kita, tubuh mengekspresikan
intensitas emosi. Misal kalau sedih wajah terlihat murung atau dengan
tangan mengepal kalau sedang marah.
Dalam komunikasi pertukaran makna verbal dan non verbal saling
melengkapi, saling mempengaruhi dan tidak terpisahkan satu sama lain.
Komunikasi interpersonal selalu menyangkut pesan verbal dan non verbal.
Suatu kata yang sama diekspresikan dengan berbeda emosi yang berbeda
akan bermakna berbeda. Misal: "Sebaiknya Bu Bidan, memeriksa pasien
terlebih dahulu sebelum merujuk ke Rumah
Sakit", bila disampaikan dengan kata-kata yang lembut akan diterima
-::: berbeda jika disampaikan dengan dengan kata-kata yang sama tapi dengan
volume suara yang keras dan tegas. Kualitas komunikasi verbal seringkali
ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain : intonasi
suara, ekspresi raut wajah, gerakan tubuh (body language).

KOMUN!KASI DAN ADVOKASI


:••:•••::•::•:•:1:::1::::::::::::•::::::1:::::::::::::: •
=••••••••••••••••••=•••••••••••••••••••••
ellellleelee ee

Sebuah hasil riset (Mechribian & Ferris) menunjukkan bahwa dalam


komunikasi verbal, khususnya pada saat presentasi keberhasilan
penyampaian informasi adalah sebagai berikut :
- 55 % ditentukan oleh bahasa tubuh (body language)
- 38 % ditentukan oleh isyarat dan kontak mata
- 7 % ditentukan oleh kata-kata

Beberapa contoh yang dapat dikembangkan, agar komunikasi non verbal


dapat lebih efektif :
a. Cara berpakaian
Cara berpakaian mengkomunikasikan siapa dan apa status seseorang,
baik dalam pekerjaan sehari-hari maupun dalam waktu tertentu
(pesta, rapat, kunjungan kerja, dan lain-lain). Misalnya seorang
Kepala Puskesmas bila menghadiri rapat dinas dengan Pak Camat,
akan lebih dihargai bila berpakaian dinas (PDH)dibandingkan jika
berpakaian biasa-biasa saja. Atau seorang dokter akan lebih dikenal
jika sedang mengadakan
kunjungan ke desa menggunakan pakaian dokter Uas putih) dan <:>
memakai stetoskop dibanding kalau hanya memakai pakaian dinas
biasa. Demikian juga seorang Bidan akan lebih cepat dikenali oleh
masyarakat jika memakai seragam bidan. Tapi penggunaan pakaian
juga harus tepat pada saat yang tepat, misalnya pada waktu pesta di
luar jam kantor maka tentu kurang tepat kalau kita datang dengan
menggunakan pakaian dinas kantor.

b. Waktu
Di dalam berkomunikasi manfaatkan waktu secara tepat, artinya
manfaatkanlah waktu dengan sebaik-baiknya. Karena waktu adalah
sesuatu yang sangat berarti. Misalnya, kalau Tim Fasilitator
Puskesmas akan mengadakan rapat dinas dengan para Bidan
Poskesdes, maka pilihlah waktu dimana rapat tersebut tidak
mengganggu pelayanan kepada pasien.

KOMUNIKASI DAN ADVOKASI


... . .
:··:·:·:·•:t.•t:: : t t • •:::1··::··: :··:··::·:•:t•.!: t•:t.•:••.•:••: :•:::•.::.

c. Tempat
Tempat sangat menentukan efektivitas komunikasi, misalnya kantor
adalah tempat kerja, restoran adalah tempat makan, lapangan tenis
adalah tempat olahraga. Namun demikian seringkali urusan kantor bisa
diselesaikan di lapangan ten is atau bahkan di hotel atau restoran. Dalam
dunia bisnis dikenal istilah entertain yaitu untuk melobi rekan bisnis,
pertemuan diadakan di restoran atau di hotel sambil menjamu
rekan bisnis. Dan hal ini ternyata banyak membawa hasil ketimbang
pertemuan dilakukan secara formal di kantor. Demikian pula misalnya
Tim Fasilitator Puskesmas apabila bertemu dengan Pak Camat atau Pak
Lurah di lapangan tenis sambil bermain tenis, di sela-sela waktu
istirahat dapat berkomunikasi secara informal mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan kedinasan. Selanjutnya hasil pembicaraan tersebut
ditindak lanjuti di kantor.

Selain hal-hal tersebut diatas, perlu juga dipahami fungsi-fungsi yang


menunjukkan ke-non-verbal-an komunikasi, antara lain :
• Pengulangan (repetition) yaitu pengulangan pesan dari individu
dilakukan dengan verbal.
• Penyangkalan (contradiction) yaitu penyangkalan pesan yang
dilakukan terhadap seseorang. Misalnya mengangkat bahu menyatakan
"tidak tahu", menggeleng kepala sama dengan "tidak", dan
sebagainya. Namun penggunaannya juga harus memperhatikan
budaya atau kebiasaan, misal, untuk orang India menggelengkan kepala
bukan berarti tidak.
• Pengganti pesan (substitution) misal mendelik berarti marah.
• Melengkapi pesan verbal misal mengatakan "bagus" sambil
mengacungkan ibu jari, dan sebagainya.
• Penekanan (accenting) menggaris bawahi pesan verbal misalnya
berbicara dengan sangat pelan atau menekan kaki.

KOMUNIKASI DAN ADVOKASI


..
lllll!ll : 1111:::1::::1::1::1:::::::::1::1:::::•::::::•:: :::: .
POKOK BAHASAN 2 :
ADVOKASI

2.1. Pengertian Advokasi


Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui
macam-macam bentuk komunikasi persuasif (JHU, 1999).

Advocacy is a combination on individual and action to design to gain


political commitment, policy support, social acceptance and system support
for particular health goal programs (WHO, 1989).
Advokasi kesehatan dapat diartikan juga suatu rangkaian komunikasi
strategis yang dirancang secara sistimatis dan dilaksanakan dalam
kurun waktu tertentu baik oleh individu maupun kelompok agar pembuat <:»
keputusan membuat suatu kebijakan publik yang menguntungkan masyarakat.

Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait <:> (stakeholders).
Berbeda dengan bina suasana, advokasi diarahkan
untuk menghasilkan dukungan yang berupa kebijakan (misalnya dalam bentuk
peraturan perundang-undangan), dana, sarana, dan lain-lain. Stakeholders
yang dimaksud bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya
berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana
pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh
agama, tokoh adat, dan lain-lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu
"kebijakan" (tidak tertulis) di bidangnya. Yang juga tidak boleh dilupakan
adalah tokoh-tokoh dunia usaha, yang diharapkan dapat berperan sebagai
penyandang dana non- pemerintah.

Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu (1)


Mengetahui atau menyadari adanya masalah, (2) Tertarik untuk ikut mengatasi
masalah, (3) Peduli terhadap pemecahan masalah dengan

KOMUNIKASI DAN ADVOKASI


• ::.:. :. :.:.:.:.:. • :.:1.•:.1:.•1. :. :••.•t:t:!•t:::tt!•!•:t.••::.:1:1:• :

mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, (4) Sepakat untuk


memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah,
dan (5) Memutuskan tindak lanjut kesepakatan. Dengan demikian, maka
advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan tepat.

Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu :


1 . Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi
2. Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah
3. Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah
4. Berdasarkan kepada fakta (evidence-based)
5. Dikemas secara menarik dan jelas
6. Sesuai dengan waktu yang tersedia

Advokasi akan lebih efektif bila dilaksanakan dengan prinsip kemitraan yaitu
dengan membentuk jejaring advokasi atau forum kerjasama.

2.2. Langkah-Langkah Advokasi


2.2.1. Mendefinisikan isu strategis
Untuk melakukan advokasi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menetapkan atau mendefinisikan isu-isu strategis di suatu wilayah.
Penetapan isu ini sangat penting sebagai dasar untuk melakukan kebijakan.

Sebagai contoh, isu strategis di bidang Pembangunan Berwawasan


Lingkungan adalah sebagai berikut :
- Perilaku pekerja PT Y belum sesuai dengan perilaku sehat, yang lebih
dikenal dengan Paraigma Sehat, mereka mengkonsumsi rokok, makanan
berkadar lemak tinggi, malas minum air putih.
- Tambang emas rakyat menggunakan merkuri dan membuang
limbahnya di wilayah sekitarnya. Padahal merkuri adalah logam
beracun bagi kehidupan masyarakat sekitarnya.

KOMUNIKASI DAN ADVOKASJ


IS
. ..
•::. •:•: : : •:•:::•:.1:·:·:··::·:·:·:··:·:·:·:·:·:·:·:··::··:·:·:·:·:·:·::
Setelah diterapkan isu-isu strategis, kemudian dilakukan inventarisasi
pemangku kepentingan, dan kemudian ditetapkan kegiatan-kegiatan advokasi
yang perlu dilakukan. Sebagai contoh, dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:

No ISU PEMANGKU KEGIATANADVOKASI


KEPENTINGAN

1 Kurangnya PEMDA, DINKES, DINAS • Peningkatan kebijakan


pengetahuan PENDIDIKAN NASIONAL, tentang PHBS
masyarakat tentang TP PKK, LSM, ORSOSMAS, • Peningkatan ekspos media
PHBS TOGA/ TOMA, MEDIA massa tentang PHBS
MASSA • Pengkajian peraturan
perundang-undangan terkait
dengan penerapan PHBS

2 Meningkatnya PEMDA, DINKES, DINAS • Peningkatan kebijakan tentang


perokok dikalangan PENDIDIKAN NASIONAL, Kawasan Tanpa Asap Rokok
remaja di Kab/ PRAMUKA, LSM, • Peningkatan expose media
KotaX ORSOSMAS, TOGA/ masa tentang bahaya merokok
TOMA, MEDIA MASSA • Pengkajian peraturan
perundang-undangan terkait
dengan penerapan budaya tidak
merokok

Kerangkalsu Pilihan

NILAI (P)
No KRITERIAUNTUK MEMILIH ISU
1 2 3

1 lsu yang mempengaruhi banyak orang


2 lsu yang mempengaruhi terhadap program kesehatan
3 lsu dengan misi/mandat organisasi
4 lsu dengan tujuan pembangunan berwawasan
kesehatan
5 lsu dapat dipertanggung jawabkan dengan intervensi
advokasi
6 lsu dapat memobilisasi para mitra/pemangku
kepentingan

TOTAL NILAI

• KOMUNIKASI DAN ADVOKASI


\._ ,/
.•.
•:::::::::•:•:t::•:•::ttt:t:::::tt!!tt:1·:·::.·::.1:1.1111::•:.1:1.111111:::
. ...
2.2.2. Menentukan tujuan advokasi
Tujuan adalah suatu pernyataan tentang suatu keadaan yang akan dicapai
pada masa tertentu. Dalam menetapkan tujuan advokasi lebih diarahkan
pada perubahan perilaku untuk meyakinkan para penentu kebijakan yang
berkaitan dengan isu-isu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, dalam
menetapkan harus didahulukan dengan pertanyaan, "Siapa yang
diharapkan mencapai seberapa banyak dalam kondisi apa, berapa lama,
dan dimana ?".

Jadi secara umum dapat dikatakan tujuan advokasi adalah :


- Realistis, bukan angan-angan.
- Jelas dan dapat diukur.
- lsu yang akan disampaikan.
- Siapa sasaran yang akan diadvokasi.
- Seberapa banyak perubahan yang diharapkan.

Penetapan tujuan advokasi sebagai dasar untuk merancang pesan


dan media advokasi dalam merancang evaluasi. Jika tujuan advokasi yang
ditetapkan tidak jelas dan tidak operasional maka pelaksanaan advokasi
menjadi tidak fokus. Berikut adalah salah satu contoh menetapkan
tujuan mengenai pentingnya Kawasan
Tanpa Rokok ditempat kerja.

Tujuan Umum :
Meningkatnya Kawasan Tanpa Rokok ditempat kerja dari 50%
·- menjadi 70% sampai tahun 2014 di Kabupaten Bandung.

2.2.3. Mengembangkan pesan advokasi


Pesan adalah terjemahan tujuan advokasi ke dalam ungkapan atau kata
yang sesuai untuk khalayak sasaran.
Mengembangkan pesan advokasi diperlukan kemampuan
perpaduan antara ilmu pengetahuan dan seni. Pesan advokasi
mengajukan fakta dan data akurat, juga diharuskan mampu untuk

. / KOMUNIKASI DAN ADVOKASI


1 ·• 1·•·••·•·1·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•1··•·••· ·••··•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•··•·••··••• •••••••••••••••••••

membangkitkan emosi dan kemampuan seni untuk mempengaruhi para


penentu kebijakan.

a. Efektivitaspesan (SevenC's for Effective Communication)


Suatu pesan advokasi dapat dikatakan efektif dan kreatif jika '---"
memenuhi tujuh kriteria sebagai berikut :
- Command Attention
Kembangkan suatu isu atau ide yang merefleksikan desain suatu pesan.
Bila terlalu banyak ide akan membingungkan penentu kebijakan,
sehingga mudah dilupakan.
- Clarify the Message
Buatlah pesan advokasi yang mudah, sederhana dan jelas. Pesan
yang efektif harus memberikan harus memberikan informasi yang
relevan dan baru bagi penentu kebijakan. Sebab bila diremehkan oleh
mereka secara otomatis pesan tersebut sudah gagal.
- Create Trust
Pesan advokasi dapat dipercaya dengan menyajikan data dan fakta
yang akurat.
- Communicate the Benefit
Tindakan yang dilakukan harus memberi keuntungan sehingga penentu
kebijakan merasa termotivasi untuk menerapkan kebijakan yang baru.
"----
- Consistency
Pesan advokasi harus konsisten. Artinya sampaikan suatu pesan utama
di media apa saja secara terus-menerus, baik melalui pertemuan,
tatap muka, atau pun melalui media.
- Cather to the Heart and Head \.__./
Pesan advokasi harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi yang
efektif tidak hanya memberikan alasan teknis, tetapi harus menyentuh
nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan yang nyata.

• KOMUNIKASI DAN AOVOKASI


·e·:·:·:·:·:·:·:·:·::·:·:·l:a·l:ee·l·:l·al··l:l·a·ll··l:l1e·11·le::=:•1•1•11·11·:· II

- Call to Action
Pesan advokasi harus dapat mendorong penentu kebijakan untuk
bertindak atau berbuat sesuatu. Kebijakan kawasan tanpa rokok yang
dikeluarkan oleh pimpinan perusahaan, merupakan suatu tindakan
nyata untuk menerapkan Kawasan Tanpa Rokok bagi karyawan di
tempat kerja.

• Pesan Advokasi
- Merupakan pernyataan yang singkat, padat dan bersifat membujuk.
- Berhubungan dengan tujuan Anda dan menyimpulkan apa yang ingin
Anda capai.
- Bertujuan untuk menciptakan aksi yang Anda inginkan untuk dilakukan oleh
pendengar pesan Anda.
• Gaya Pesan Advokasi
- Seruan : Emosional vs Rasional
- Seruan : Positif vs Negatif
- Seruan : Masa vs lndividu
- Kesimpulan Tertutup vs Kesimpulan Terbuka
• Pengemasan Pesan
<:> - Presentasi adalah kunci untuk menyampaikan pesan.
- Sebuah presentasi yang berhasil adalah presentasi yang menarik,
didukung oleh fakta yang sahih dan tampilan yang menarik.
- Pengemasan mencakup cetakan, materi audiovisual.
- Dukungan kemasan dengan ilustrasi sederhana, grafik dan foto.
b. Pengemasan materi bagi kelompok sasaran berbeda.
Pesan bagi pembuat keputusan

Pesan bagi mitra dan sekutu


1. Masalah
2. Ukuran isu Pesan bagi keluarga yang bertahan/menolak
3. Dampak

Pesan bagi masyarakat

KOMUNIKASI DAN ADVOKASI


!!!!!!l!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!l!!!!!!!!!!!!!llll!!!i!ii!!!:::
."-----

c. Penggalangan sumber daya termasuk dana.


Kenali dan coba dapatkan sumber daya (uang, tenaga, keahlian, jejaring
dan perlengkapan lainnya) untuk melaksanakan kampanye advokasi.

d. Mengembangkan rencana kerja


Pelaksanaan rencana kegiatan advokasi sesuai dengan identifikasi kegiatan,
tugas pokok, dan fungsi dari para pelaksana, jangka waktu, serta sumber daya,
POA yang dibutuhkan.

2.3. Cara Melakukan Advokasi


2.3.1. Analisa Pemangku Kepentingan (Stakeholder)
Analisis pemangku kepentingan diperlukan karena sangat penting
peranannya dalam pengembangan rencana advokasi selanjutnya. Dalam
analisis tersebut, setiap pemangku kepentingan potensial dijajagi siapa dan
seberapa besar peranannya dalam isu yang akan diadvokasi.

Contoh Analisis Pemangku Kepentingan :


Pengambil Keputusan
Hal yang perlu diidentifikasi adalah :
- Siapa, jumlah, lokasi dan jenis kelamin
- Pengetahuan tentang masalah atau isu advokasi
- Saluran untuk mencapai pengambil keputusan
- Seberapa jauh pengaruhnya terhadap isi advokasi
- Apakah mendukung atau menentang masalah/isu advokasi dan
alasannya.

Sekutu/mitra/teman
Hal yang perlu diidentifikasi adalah :
• Siapa, jumlah, lokasi dan jenis kelamin
• Pengetahuan tentang isu advokasi
• Jejaring kerja dan besarnya kelompok

KOMUNIKASl DAN ADVOKASI


. . .. . ....
:: : : : : : •::..:.1:•.1•1:•.:.1:•.:.1•1t••tt••tt••:::•::::.1.: •1.:1. :•:.•:.1:.••.1.1•1:

• Kekuatan spesial seperti hubungan dengan media, kemampuan


mobilisasi massa
• Pengalaman masa lalu di bidang advokasi
• Keinginan untuk membagi pengalaman keahlian dan sumber daya
• Harapan bergabung sebagai anggota sekutu

Kelompok bertahan/menolak lawan


Hal yang perlu diidentifikasi adalah :
• Siapa, jumlah, lokasi dan jenis kelamin
• Pengetahuan tentang masalah atau isu advokasi
• Alasan bertahan/menentang
• Bagaimana menjangkau kelompok oposisi
• Kepada siapa kelompok tersebut berkonsultasi dan melihat
kelemahan dan kekuatannya

2.3.2. StrategiAdvokasi
Adalah sebuah kombinasi dari pendekatan, teknik dan pesan-pesan yang
diinginkan oleh para perencana untuk mencapai maksud dan tujuan
advokasi. Langkah-langkah kunci dalam merumuskan strategi advokasi:
- Mengidentifikasi dan menganalisa isu advokasi
- Mengidentifikasi dan menganalisa pemangku kepentingan utama
- Merumuskan tujuan yang terukur
- Mengembangkan pesan-pesan utama advokasi
- Mengembangkan strategi (pendekatan, teknik-teknik, pesan-pesan, dan
lain-lain)
- Mengembangkan rencana aksi advokasi
- Merencanakan pengawasan, pemantauan, dan penilaian

KOMUNIKASI DAN ADVOKASI


•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Rangkaian Perubahan Perilaku :
Strategi Advokasi yang memungkinkan perubahan

Tidak menyadari Tumbuhkan kesadaran dan Tawarkan solusi

Menyadari, ldentifikasi hambatan dan keuntungan yang


berkepentingan dirasakan untuk merubah perilaku tersebut

Sediakan informasi yang logis, manfaatkan


Mendorong untuk kelompok masyarakat, dorong dan berikan
merubah penyuluhan

Sediakan informasi, dorong secara kontinyu,


gunakan jasa media dengan menekankan
Mencoba perilaku keuntungannya. Kurangi hambatan
baru melalui penyelesaian masalah, tingkatkan
kemampuan melalui uji coba, dukungan sosial

Melanjutkan lngatkan mereka akan keuntungan perilaku


perilaku baru baru.Yakinkan bahwa mereka mampu untuk
meningkatkan dukungan sosial

2.3.3. Pendekatan
Pendekatan merupakan kunci advokasi
- Melibatkan para pemimpin/pengambil keputusan
- Menjalin kemitraan
- Memobilisasi kelompok peduli
a. Lobi Politik
Merupakan suatu teknik advokasi yang bertujuan untuk menyampaikan
kebijakan publik melalui pertemuan, telepon resmi, surat, intervensi media,
dan lain-lain. Lobi politik seringkali diarahkan kepada sekelompok
pemimpin politik.
<:>

• KOMUNIKASI DAN AOVOKASI


:.::. :.:.•::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::•::::::: .
Hal-hal yang harus diingat :
- Akan efektif bila terdapat kebutuhan bersama yang spesifik dari sistim
legislatif
- ldentifikasi anggota parlemen kunci yang anda ingin raih, jadikan
mereka sebagai individu atau komite yang berhubungan dengan pokok
persoalan
- Bertindaklah secara terfokus, tetapkan hanya pada satu pokok
persoalan untuk tiap-tiap komunikasi
- Cari tahu posisi anggota parlemen dan latar belakangnya
- Buatlah hubungan pribadi, jika Anda memiliki teman atau kolega yang
akrab dengan anggota parlemen tersebut, beritahu dia mengenai hal
ini
- Sampaikan kebenaran, memberikan informasi yang salah akan
berakibat sebaliknya
- Melobi membutuhkan kesinambungan, kadang-kadang melebihi waktu
yang telah ditentukan

b. Petisi
.- Merupakan pernyataan tertulis dan resmi untuk menyampaikan isu
masalah yang sedang hangat diperbincangkan
• Mewakili suatu pandangan kolektif dan tidak hanya individu dan
kelompok tertentu
• Merupakan pernyataan yang singkat dan jelas atas isu
permasalahan dan tindakan apa yang perlu dilakukan diikuti dengan
nama dan alamat dari sejumlah besar inividu yang
mendukung petisi tersebut

KOMUNIKASI DAN ADVOKASI


iii
11111!111!11111!1!111!!1!!1!!!1!1111!!11111111!1!!11!!1!!!:ii:i=!.

REFERENSI
• Pusat Promosi Kesehatan, Modul Teknologi Advokasi Kesehatan,
Jakarta,Tahun 2002
• Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Kiat-kiat advokasi
Kesehatan, Jakarta, 2003
• Soekidjo Notoatmodjo, et.al., Promosi kesehatan,Teori dan Aplikasi, Rineka
Cipta, Jakarta,2005
• Departemen Kesehatan RI, BPPSDMK , Kurikulum & Modul Pelatihan
Fasilitator Tingkat Puskesmas dalam Pengembangan Desa Siaga, Jakarta, Tahun
2007
• Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, Tahun 2010

iii KOMUNIKASI DAN ADVOKASI


:• :::::•:: t:tt•::t!1•: ·:11:t•:::t• :t1!tl::•tt::t:tt!
•*••···=·· ····=···· :. .:. • :.. •:: .•••.. :•. ..••.•••
LEMBAR KERJA

Skenario Bermain Peran Komunikasi Efektif

-...._/ 1. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok, tiap kelompok menentukan


ketua.
2. Masing-masing kelompok bermain peran komunikasi efektif dengan
menggunakan lembar kasus :
- Kelompok 1 : melakukan rapat. Anggota kelompok 1 berperan sebagai
Bapak Danu, seorang Petugas Promosi Kesehatan di Puskesmas
Bungapadi yang akan menjelaskan kepada para undangan rapat mengenai
perencanaan pelaksanaan pemantauan jentik di rumah seluruh warga di
wilayah Kecamatan Bungapadi. Rapat ini dihadiri oleh, lbu Bidan Dedeh
(Bidan Koordinator Puskesmas Bungapadi), Bapak Ridho (Camat
Bungapadi), lbu Rahayu (Ketua Juru Pemantau Jentik/Jumantik
Kecamatan Bungapadi}, dan lbu Sarmiati (Anggota aktif Jumantik).
Rapat ini bertujuan untuk menentukan waktu pemantauan jentik di
seluruh rumah warga pada bulan Juni, pembagian kelompok Jumantik
yang akan mengunjungi rumah warga, dan pembiayaan konsumsi para
petugas Jumantik dan pendamping dari Puskesmas.
- Kelompok 2 : melakukan pertemuan. Anggota kelompok 2
berperan sebagai : Bapak Danu, Petugas Puskesmas Bungapadi yang
mengadakan pertemuan dengan Bapak Amir, Kepala Desa
Sekarwangi dan lbu Rini Bidan Desa yang tidak tinggal di desa tersebut.
Tujuan pertemuan membahas tempat Poskesdes sebaiknya dimana.
Peran antara ketiga orang tersebut untuk mendukung penyelenggaraan
Poskesdes agar bisa dimanfatkan secara optimal oleh masyarakat
setempat.
- Kelompok 3: melakukan pertemuan antar 6 kader PKK di ruang PKK Desa
Sekarwangi, Anggota kelompok berperan sebagai Kader PKK,
yaitu: lbu Rahayu (koordinator Kader PKK), lbu Rahmi, lbu Kurnia,

- ,/ KOMUNIKASI DAN ADVOKASI


iii
:0:•t•:•t•:•:•:••::•:•:•:•:•:•:•::•:•:•:•::•t:•:••::•:•:•••

lbu Sarmi, lbu Suni dan lbu Euis. Pertemuan tersebut mempunyai tujuan
sepakat berbagi tugas untuk melakukan kunjungan rumah di RT desa
Sekarwangi. Serta materi apa saja yang perlu dipersiapkan untuk
kunjungan rumah tersebut.
- Kelompok 4 : melakukan rapat antara Petugas UKS dengan Guru
UKS/BP dan Guru Olahraga SD Sekarwangi. Anggota kelompok
4 berperan sebagai bapak Danu, seorang Petugas UKS di Puskesmas, lbu
Rini selaku Guru UKS/BP dan bapak Sardi sebagai Guru Olahraga. Tujuan
pertemuan untuk menyepakati materi PHBS bisa diberikan kepada
siswa SD tersebut, dan bagaimana
mekanismenya.
3. Setiap selesai permainan peran peserta diminta untuk menanggapi.
4. Setelah seluruh permainan peran selesai, berdasarkan hasil permainan
peran tersebut fasilitator menjelaskan komunikasi efektif dan memberi
kesempatan kepada peserta untuk bertanya hal-hal yang belum <:
jelas. :

--- KOMUNIKASI DAN ADVOKASI


..
··:·:·:··:·::··:·:·:·::.·: ·::··:·:·:·:·::::••••::••::•t:•:•.::•:.::

LEMBAR KERJA

Skenario Bermain Peran Advokasi

1. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok. tiap kelompok menentukan ketua.


2. Masing-masing kelompok bermain peran advokasi berdasarkan
lembar kasus Desa Sekarwangi.
'--"' - Kelompok 1 : bermain peran melakukan advokasi kepada Bapak Amir,
Kepala Desa Sekarwangi. Advokasi dilakukan oleh lbu Rini Bidan Desa,
lbu Rahayu (koordinator Kader PKK) , Pak Munif, Fasilitator dalam
Pemberdayaan Masyarakat di bidang kesehatan dari Kecamatan
Bungapadi. Tujuan advokasi adalah meminta dukungan kebijakan Kepala
desa untuk pengembangan Desa Siaga Aktif di Sekarwangi.
- Kelompok 2 : bermain peran melakukan advokasi kepada Bapak Gufron,
Tokoh Agama Desa Sekarwangi. Advokasi dilakukan oleh lbu Rini
Bidan Desa, Pak Saroji, Sekretaris Desa Sekarwangi, Pak Alif, Guru
Agama SD Bungapadi yang kebetulan tinggal di Sekarwangi. Tujuan
advokasi adalah minta dukungan Tokoh Agama untuk memberikan
informasi kepada masyarakat tentang PHBS.
- Kelompok 3 : bermain peran melakukan advokasi kepada Bapak
Hartawan, Petani kaya Desa Sekarwangi. Advokasi dilakukan oleh lbu Rini
Bidan Desa, lbu Rahayu (koordinator Kader PKK) , Pak Saroji, Sekretaris
Desa dan Pak Arif Kepala SD Sekarwangi. Tujuan advokasi adalah minta
dukungan pendanaan untuk pengembangan Desa Siaga Aktif di desa
Sekarwangi.
- Kelompok 4 : bermain peran melakukan advokasi kepada Bapak Arif
Kepala SD Sekarwangi. Advokasi dilakukan oleh lbu Rini Bidan Desa dan
Pak Danu Petugas Promosi Kesehatan Puskesmas yang merangkap
Petugas UKS dari Puskesmas Bungapadi. Tujuan

KOMUNIKASI DAN ADVOKASI


.. . ..
111:: 111:11·::1:1:11:··1:::::•::::•.1.::..::. ..
llll :11:·:1·:111111111·:1:11·:

advokasi adalah minta dukungan penyelenggaraan Sekolah Sehat di desa


Sekarwangi.
3. Setiap selesai permainan peran peserta diminta untuk menanggapi.
4. Setelah seluruh permainan peran selesai, berdasarkan hasil permainan peran
tersebut fasilitator menjelaskan pengertian, langkah-langkah advokasi, cara
melakukan advokasi dan memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya
hal-hal yang belum jelas.

KOMUNIKASI DAN AOVOKASI


.. .. .
·.::••:::•:1:1::1•:::..:1:.:•.•••. :•:::•:1•:•t.:t•• • !:•:.1:1•:••t•:!:t!.•:t•t•:t•.!:.t!:•. : :

LEMBAR KASUS

KASUS DESA SEKARWANGI

Desa Sekarwangi yang berpenduduk 2150, dari 430 KK dalam 15 RT, dalam 4
RW dan merupakan salah satu desa yang terletak di wiiayah Kecamatan
Bungapadi, Kabupaten Pohonrindang. Waktu tempuh dari pusat kota kabupaten
sekitar 6 jam dengan menggunakan kendaraan darat. Rata
'-./ ~ rata penduduk bekerja sebagai petani, peternak kambing dan sapi. Hasil utama
adalah beras dan susu sapi yang memasok kebutuhan ke desa dan kecamatan
terdekat. Selain itu sebagian penduduk terutama yang miskin mendapat
penghasilan dari jualan sapu lidi dan pengki yang bahannya didapatkan dari
tanaman kelapa dikebunnya.
.:» Dari data Puskesmas dapat diketahui beberapa permasalahan kesehatan
yang ada di Desa Sekarwangi yaitu dari 10 besar penyakit yang banyak di sana
diantaranya adalah Diare, ISPA, malaria, TB, campak, penyakit pencernaan,
penyakit kulit, dan lain-lain. Data jumlah balita yang ditimbang setahun empat kali
atau lebih sekitar 49% dan yang tidak pernah ditimbang sekitar 23%. Selanjutnya,
50% balita yang ditimbang tidak memiliki KMS, termasuk buku KIA yang
dimiliki oleh lbu Balita hanya sekitar 30% saja. Anak balita yang mendapat
imunisasi lengkap hanya 33%, IMO hanya 16% dan ASI Eksklusif sekitar 15%.
Gambaran akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar adalah sebagai
berikut : di Polindes (15%), praktik bidan (10%), Puskesmas (10%), karena
Puskesmas letaknya cukup jauh. Tidak ada Tenaga Kesehatan/Bidan di Desa
Sekarwangi. Sebagian besar masyarakat desa masih percaya dengan dukun.
Meskipun Desa Sekarwangi berada di pegunungan tetapi susah untuk
mendapatkan air bersih. Penduduk harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk
mendapatkan air bersih. Terdapat beberapa peternakan sapi perah yang limbahnya
mencemari air tanah di desa Sekarwangi.
Kegiatan sosial penduduk pengajian, silaturahmi hajatan dan masih
<:» tampak kegotongroyongan penduduk pada terutama pada saat ada

KOMUNIKASI DAN ADVOKASI


llll :•:•:•:•:•:•11:•:1:•11=•11=•=•111::•:•:•::•1•:•1••::•:•:1•:•1:•1•:•::•:•:•:•:••

kematian, pendirian rumah dan masa tanam. Bapak Camat adalah seorang
pemimpin yang sangat berkomitmen dalan melaksanakan tugasnya.
Dari gambaran masalah kesehatan, perlu pengembangan segera
diwujudkan. Oleh karena itu perlu advokasi kepada Kepala Desa ~/ Jaim
dan Imam, Tokoh Agama, Tukul, Petani dan Peternak berada
agar memberikan dukungan untuk mewudkan desa siaga aktif di desa
Sekarwangi.

iii KOMUNIKASI DAN ADVOKASI


KEMITRAAN
:$:•::•:•:••::• :•::•:•,•:•:•:•:•:•,••::.•:::••:: :•:•t•:••:t•t:•tt•t••::••t:•!:g•:t•:t•:•t:•:••

./fiodai7
KEMITRAAN

DAFTAR ISi

I. DESKRIPSI SINGKAT

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Ill. POKOK BAHASAN


A. Pokok Bahasan 1 : Kemitraan
B. Pokok Bahasan 2 : Perencanaan (Kemitraan) bersama
C. Pokok Bahasan 3 : Pelaksanaan Kemitraan, Pemantauan, dan
Penilaian Hasil

IV. LANGKAH-LANGKAM KEGIATAN

PEMBELAJARAN V. URAIAN MATERI


A. Pokok Bahasan 1 : Kemitraan
B. Pokok Bahasan 2 : Perencanaan (Kemitraan) bersama
C. Pokok Bahasan 3 : Pelaksanaan Kemitraan, Pemantauan, dan
Penilaian Hasil

REFERENSI

LEMBAR KERJA
1. Pedoman diskusi kelompok "Kemitraan"
2. Skenario untuk bermain peran:
• Menyelenggarakan pertemuan kemitraan untuk menyusun rencana
bersama;
• Melaksanakan kegiatan kemitraan pemantauan dilapangan;
• Menyelenggarakan pertemuan kemitraan membahas hasil
monitoring dan evaluasi

KEMITRAAN
IHHIHHHHHIHHHH!HUIHHHHIHHHHHHH!HH!:i!i!

I. DESKRIPSI SINGKAT

Kemitraan harus digalang dengan baik guna membangun kerjasama dalam


mewujudkan desa dan kelurahan siaga aktif, yang berlandaskan prinsip dasar,
yaitu (a) Kesetaraan, (b) Keterbukaan, dan (c) Saling menguntungkan.

Wadah kemitraan dalam mewujudkan desa dan kelurahan siaga aktif, adalah
Forum Desa dan Kelurahan Siaga Aktif di berbagai tingkat administrasi
berdasarkan Surat Mendagri No. 140/1508/SJ, Tanggal
27 April 2011. Hal : Pedoman Pelaksanaan Pembentukan Kelompok Kerja
Operasional dan Forum Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Wadah ini dapat
dioptimalkan agar terlaksana koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergisme
antar mitra sehingga dapat mempercepat terwujudnya desa dan kelurahan siaga
aktif diwilayah kerja masing-masing fasilitator pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan.

. 11. TUJUAN PEMBELAJARAN

· A. Tujuan Pembelajaran Umum


Mampu menggalang kemitraan dalam mewujudkan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu :
1. Menjelaskan pengertian Kemitraan dan Peran Mitra
2. Menyusun rencana bersama
3. Melaksanakan kemitraan, memantau dan menilai hasil

Ill. POKOK BAHASAN

A. Pokok Bahasan 1 : Kemitraan


1.1. Pengertian Kemitraan


1.2. Peran Mitra
KEMITRAAN
~:!:!::lililiii!l!lllllllllllllll!!!!!lllll!llll!!!!!!!!ll!!II!!!!!

B. Pokok Bahasan 2 : Perencanaan (Kemitraan) bersama


C. Pokok Bahasan 3 : Pelaksanaan Kemitraan, Pemantauan, dan
<:> Penilaian Hasil

IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATANPEMBELAJARAN

Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 4 Jpl (T=1 jpl; P=3; PL=O)
@ 45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan langkah-
langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut :

A. Langkah 1 (15 menit) :


1. Pelatih memperkenalkan diri
2. Pelatih menyampaikan tujuan umum dan tujuan khusus
3. Menggali pendapat peserta tentang kemitraan yang pernah
dilakukan
4. Berdasarkan pendapat peserta, pelatih menjelaskan secara singkat
pentingnya kemitraan dalam mewujudkan desa dan kelurahan siaga
aktif

B. Langkah 2 (60 menit) :


1. Pelatih membagi peserta menjadi 3 kelompok dan masing-masing
kelompok diminta untuk diskusi identifikasi jenis dan peran mitra
dalam mewujudkan desa dan kelurahan siaga aktif .
2. Wakil kelompok menyajikan hasil diskusinya. Kelompok lainnya
menanggapi.
3. Setelah seluruh penyajian selesai pelatih menyimpulkan dan
klarifikasi berdasarkan hasil diskusi kelompok.

C. Langkah 3 (90 menit) : .


1. Masih kelompok yang sama, masing-masing kelompok diminta untuk
bermain peran:
• Menyelenggarakan pertemuan kemitraan untuk menyusun
rencana bersama;
• Melaksanakan kegiatan kemitraan pemantauan dilapangan;

KEMITRAAN


. •.
•:.1•:: : •:1.•:1::•::. .:1•:.1•1:•.:.:.•:::::::::::::::::::::::::::::::::: .

• Menyelenggarakan pertemuan kemitraan membahas hasil


monitoring dan evaluasi
2. Setiap selesai bermain peran, peserta lain memberikan
tanggapan.
3. Setelah semua selesai bermain peran, pelatih merangkum hasil permainan
peran dikaitkan dengan penjelasan tentang kemitraan secara keseluruhan.

D. Langkah 4 (15 menit) :


1. Pelatih merangkum sesi pembelajaran ini dengan meminta peserta untuk
menanyakan hal-hal yang masih kurang jelas, memberikan jawaban atas
pertanyaan peserta.
2. Meminta komentar, penilaian, saran bahkan kritik dari peserta pada
kertas yang telah disediakan.
3. Pelatih menutup sesi pembelajaran dengan memberikan apresiasi pada
peserta.

V. URAIAN MATERI

POKOK BAHASAN 1 :
KEMITRAAN

1.1. Pengertian Kemitraan


Kemitraan adalah kerjasama yang sinergis antar dua (atau lebih) pihak untuk
melaksanakan sesuatu kegiatan (in action with) berlandaskan prinsip dasar,
yaitu (a) Kesetaraan, (b) Keterbukaan, dan (c) Saling menguntungkan.

• Alasan terbangunnyaKemitraan
Terbangunnyakemitraan, seringkali dilatarbelakangi oleh alasan-alasan :
a. Adanya kesamaan tujuan
b. Adanya kesamaan peluang yang harus dilaksanakan bersama

KEMITRAAN
.
·•·:·: ·:·:::·::·:.·:·:·:··::·:1··:·:·:·:·:·:··:·:·:·:·:·:··: ·:1·: ·:·:·:·::::

c. Adanya masalah/tantangan · yang harus dihadapi/dipecahkan bersama

• Prinsip-prinsipKemitraan
a. Saling membutuhkan
b. Saling ketergantungan c.
Saling percaya
d. Saling menguntungkan
e. Saling mendukung f.
Saling membangun g.
Saling melindungi

• Syarat Kemitraan
a. Kesetaraan (simetris)
b. Saling menyadari kebutuhan pihak lain
c. Saling memiliki keunggulan untuk dapat membantu (memenuhi
kebutuhan) pihak lain
d. Niatan yang sama untuk bekerjasama dan bukan saling memanfaatkan
(eksploitatif)
e. Kejujuran

• Pemangku kepentingan (Stakeholders) Kemitraan


Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pengembangan desa dan
kelurahan siaga aktif. Jenis mitra atau pemangku kepentingan terkait
(stakeholders) di kecamatan dan di desa/kelurahan yaitu :
a) Pemerintah kecamatan b)
Puskesmas
c) Kepala Desa/Kelurahan
d) Lembaga Kemasyarakatan
e) Kader Pemberdayaan masyarakat (KPM)
f) Bidan di Desa
g) Keluarga, Masyarakat

KEMITRAAN


!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!l!!!!!I!!!!!!!!!:

1.2. Peran Mitra


Pemangku kepentingan terkait atau mitra dalam pengembangan desa dan kelurahan
siaga aktif mempunyai peran sebagai berikut :
1. Peran Pemangku kepentingan di Kecamatan dan Desa/Kelurahan
- lnteqrasi pelaksanaan pengembangan dan kebijakan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dengan pemberdayaan masyarakat terkait.
- Membentuk Forum Desa/Kelurahan Siaga tingkat Kecamatan.
- Menyelenggarakan Sistim lnformasi Desa Siaga terintegrasi dalam
Sistim lnformasi Pembangunan Desa/Kelurahan.

2. Peran Puskesmas
- Menggerakan masyarakat desa
- Menyelengarakan pelayanan kesehatan dasar
- Menggalang komitmen dan kerja sama tim di tingkat Kecamatan dan
Desa/Kelurahan
- Monitoring

3. Peran Kepala Desa/Kelurahan


- Menerbitkan peraturan desa dan kelurahan untuk pengembangan
Desa/Kelurahan Siaga Aktif
- Mengintegrasikan Rencana Pengembangan Desa/Kelurahan Siaga
Aktif ke dalam Rencana Kerja Pembangunan (RKP) Desa/Kelurahan
- Mengupayakan bantuan dana dan sumber daya lain
- Memanfaatkan · Forum Desa/Kelurahan yang sudah ada, dengan susunan
sebagai berikut.
(1) Ketua : Kepala Desa/Lurah
(2) Wakil Ketua/Sekretaris : Sekretaris Desa/Kelurahan
(3) Anggota : Perangkat Pemerintahan Desa/Kelurahan, Unsur Lembaga
Kemasyarakatan seperti Tim Penggerak PKK, KPM Desa/Kelurahan
dan tokoh masyarakat
- Melaksanakan pencatatan dan pelaporan Desa Siaga Aktif atau
Kelurahan Siaga Aktif

iii KEMITRAAN
•:i!!!l!!!l!!!!!!!!!l!!l!!!!!!!!!!!!ll!llllll!!IIIIIIIIIIIII

4. Lembaga Kemasyarakatan
- Mengintegrasikan Desa Siaga Aktif atau Kelurahan Siaga Aktif
- Menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong dan swadaya
masyarakat dalam rangka Desa Siaga Aktif atau Kelurahan Siaga Aktif

5. Peran Tim PKK


- Berperan aktif menyelenggarakan dan mengelola UKBM
- Penyelenggarakan penyuluhan PHBS

6. Peran Tokoh Masyarakat


- Menggali sumber daya, membina, menggerakkan untuk berperan akif dalam
kegiatan DesalKelurahan Siaga Aktif

7. Organisasi Kemasyarakat dan Dunia Usaha


- Berperan aktif menyelenggarakan dukungan saran dan dana untuk
pengembangan dan penyelenggaraan DesalKelurahan Siaga Aktif

8. Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM)


- Menyusun rencana, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara, menggerakan melaksanakan
promosi peningkatan kegiatan Desai Kelurahan Siaga Aktif bersama Forum
DesalKelurahan Siaga

POKOK BAHASAN 2 :
PERENCANAAN (KEMITRAAN) BERSAMA

Menyusun rencana kemitraan bersama merupakan bagian kegiatan penting pada


langkah kemitraan dalam pengembangan dan penyelenggaraan Desai Kelurahan
Siaga Aktif. Langkah kemitraan tersebut adalah : 1) Penjajagan yang mencakup
identifikasi jenis dan potensi/peran mitra; 2) Penyamaan persepsi, tujuannya
diperoleh pandangan yang sama dalam penanganan

KEMITRAAN
.
·:111111111·•··•·•·:1·:·1:1··•:1•··:·•:•·•·•·•·•·•1•::•1•:·1•·•··•·•·•·•1•1•1···•·•••··:•·:•·•··•·•·

pengembangan dan penyelenggaraan Desa/Kelurahan Siaga Aktif. Untuk itu para


mitra perlu bertemu agar saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi serta peran
masing-masing secara terbuka dan kekeluargaan. Wadah kemitraan dalam
pengembangan dan penyelenggaraan Desa/KelurahanSiaga Aktif adalah Pokjanal dan
Forum Desa dan Kelurahan Aktif; 3) Pengaturan peran, tujuannya agar masing-
masing mitra mengetahui perannya; 4) Komunikasi intensif, untuk menjalin dan
mengetahui perkembangan kemitraan maka perlu dilakukan komunikasi antar mitra
secara teratur dan terjadwal; 5) Melakukan kegiatan, diharapkan sesuai dengan
rencana kerja tertulis yang disepakati bersama. Pelaksanaan kegiatan biasanya
dilaksanakan bersama- sama atau sendiri-sendiri; 6) Pemantauan dan penilaian,
kegiatan ini juga harus disepakati sejak awal dalam pelaksanaan kegiatan kemitraan.
Hasil dari pemantauan dan penilaian dapat digunakan untuk menyempurnakan
kesepakatan yang telah dibuat.
Rencana kemitraan bersama dalam pengembangan dan penyelenggaraan
Desa/Kelurahan Siaga Aktif mencakup aspek tujuan, jenis kegiatan kemitraan yang
akan dilakukan, peran mitra dalam kegiatan tersebut, jadwal waktu
dan juga disepakati indikator keberhasilan kegiatan kemitraan yang akan <:>
dilaksanakan tersebut.

POKOK BAHASAN 3 : PELAKSANAAN


KEMITRAAN, PEMANTAUAN DAN
PENILAIAN HASIL

Kemitraan dapat berjalan efektif dan efisien, antar mitra perlu melakukan
koordinasi, yang disepakati dalam mekanisme kerja kemitraan. Wadah koordinasi
dalam pengembangan dan penyelenggaraan Desa/KelurahanSiaga Aktif telah dibentuk
dengan nama Kelompok kerja Operasional (Pokjanal) Desa/Kelurahan Siaga Aktif
di masing-masing tingkatan pemerintahan dan Forum Desa Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif di Daerah.
Pelaksanaan kegiatan kemitraan hendaknya sesuai dengan yang tertulis
dalam dokumen perencanaan. Kegiatan dapat dilaksanakan bersama-sama

KEMITRAAN
·1°e·•·•·•·•·•·•·•1 1·•·•:•·••••• ·· ••••·•·•:•·•·•·•·• ··•••1··· •· •·1·•·· 1•·•··•·• • 1•·•: •
$0 • • •• ·····::······· ·· ·:···: :••:• :•• ··:· :

atau sendiri-sendiri. Masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan


dapat dibahas dan disepakati pemecahannya dalam pertemuan
koordinasi/pertemuan kemitraan yang telah dijadwalkan.

• Jenis Kegiatan kemitraan dalam pengembangan Desa/Kelurahan Siaga


Aktif
Pada dasarnya kegiatan kemitraan dalam pengembangan Desai Kelurahan Siaga
Aktif tidak terlepas dari kegiatan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif saat :
a. Persiapan
Dalam rangka persiapan untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif perlu dilakukan sejumlah kegiatan yang meliputi : pelatihan fasilitator,
pelatihan petugas kesehatan, analisis situasi perkembangan Desa/Kelurahan
Siaga Aktif, penetapan kader pemberdayaan masyarakat, serta pelatihan
kader pemberdayaan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan.

b. Penyelenggaraan
Kegiatannya berupa langkah-langkah dalam memfasilitasi siklus pemecahan
masalah demi masalah kesehatan yang diderita /dihadapi masyarakat desa
atau kelurahan, yang meliputi : Pengenalan Kondisi Desa atau Kelurahan,
ldentifikasi Masalah Kesehatan dan PHBS, Musyawarah Desa/Kelurahan,
Perencanaan Partisipatif, Pelaksanaan Kegiatan.

c. Pemantauan dan evaluasi


Pemantauan terhadap pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak, melalui berbagai cara, yaitu:
(1) Pemantauan dan pemeriksaan partisipatif oleh masyarakat, (2)
Pemantauan dan pemeriksaan oleh Pemerintah, (3) Pemantauan dan
pengawasan oleh Fasilitator, (4) Pemantauan dan pengawasan independen
oleh berbagai pihak, serta (5) Kajian dan
audit keuangan.

KEMITRAAN


1.!•1.1.1.!•1.!•1.11!.•1.!•1.1.1.1.1.1.1.11.1.1.1:.:.•:::::•:::::::::::::::::: .

Sedangkan evaluasi dilakukan terhadap kemajuan pengembangan dan


pembinaan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif akan dilakukan secara: (1)
Tahunan, (2) Pada tengah periode, yaitu tahun 2012, dan (3) Pada akhir
periode, yaitu pada tahun 2014.

Jadi kegiatan kemitraan dapat disepakati berdasarkan kegiatan pada tahapan


persiapan, penyelenggaraan dan saat pemantauan dan evaluasi. Namun
pemantauan dan evaluasi kegiatan kemitraan dapat memperhatikan indikator
keberhasilan kemitraan secara kuantitatif dan kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan kemitraan yang
telah ditetapkan.

• lndikator Keberhasilan Kemitraan


1. lndikator masukan (input) : jumlah mitra yang menjadi anggota kemitraan
(Pokjanal Desadan KelurahanSiaga Aktif), adanya pedoman kemitraan
2. lndikator proses (process) : kontribusi mitra, frekuensi pertemuan, jumlah
kegiatan dan keberlangsungan
3. lndikator luaran (output) : jumlah produk percepatan upaya, efektifitas dan
efisiensi

REFERENSI
• Departemen Kesehatan RI, Sekretariat Jenderal, Kemitraan Menuju <:>
Indonesia Sehat, Jakarta, 2003
• Soekidjo Notoatmodjo, et.al., Promosi kesehatan,Teori dan Aplikasi, Rineka
Cipta, Jakarta,2005
• Kementerian Kesehatan RI, Second Decentralized Health Services
Project, Modul Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Petugas
Puskesmas, Jakarta, 201 0
• Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, Tahun 2010
• Surat Mendagri No. 140/1508/SJ, Tanggal 27 April 2011. Hal: Pedoman
Pelaksanaan PembentukanKelompok KerjaOperasionaldan Forum Desa dan
KelurahanSiaga Aktif

KEMITRAAN
··:·: ·:·:·:.·::.·:·:··:·::·1: ·:·1:·:··::·:.·:·::·.1:·:·::·:·:·:·:··:·:·:·::

LEMBAR KERJA

Pedoman diskusi kelompok


"Kemitraan"

1. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok memilih


Ketua, Sekretaris dan Penyaji.
2. Masing-masing kelompok diminta untuk diskusi kemitraan dalam
mewujudkan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
3. Selesai diskusi kelompok secara bergantian wakil kelompok
menyajikan hasil diskusinya. Kelompok lainnya menanggapi.
4. Setelah seluruh penyajian selesai pelatih menyimpulkan dan klarifikasi
berdasarkan hasil diskusi kelompok.

KEMITRAAN


..
t.•:: t •::.•:•::.•:::•::•.:•:t.••::••:•:•:::•.t·:·:·::··:·:··: :·:·:·:·::·:.:.

LEMBAR KERJA

Pedoman Bermain Peran

1. Masih kelompok yang sama, masing-masing kelompok diminta untuk


bermain peran : Menyelenggarakan pertemuan kemitraan dalam wadah Pokjanal
dan Forum Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
2. Kelompok 1 bermain peran untuk menyusun rencana bersama.
Anggota kelompok 1 berperan sebagai : Pak Amir, Kepala Desa, Pak Tahir,
KPD, lbu Minah wakil Kader PKK, Pak Jumhana, Pak Amir wakil Lembaga
Masyarakat Desa, lbu Rukinem-Toma, Pengusaha home made bakpia dan Pak Ali
Petugas Pustu serta Bu Nina Bidan Desa melakukan pertem~n kemitraan
untuk menyusun rencana kemitraan bersama. Dalam menyusun rencana
kemitraan bersama aspek yang dibahas adalah: 1) Penjajagan yang
mencakup identifikasi jenis dan potensi/ peran mitra; 2) , Jenis kegiatan
kemitraan yang akan dilakukan, peran mitra dalam kegiatan tersebut, jadwal
waktu dan 3) Menentukan indikator keberhasilan, cara pemantauan dan penilaian
kegiatan kemitraan yang akan dilaksanakan tersebut.

Kelompok 2 : bermain peran sebagai Pak Tahir, KPD, lbu Minah Wakil Kader
PKK, Bu Nina Bidan Desa dan melaksanakan kegiatan kemitraan pemantauan
dilapangan dengan mengunjungi dasawisma menggunakan formulir PHBS. Dari
hasil pemantauan dilapangan tersebut masih banyak rumah tangga yang belum
ber-PHBS.

Kelompok 3 : menyelenggarakan pertemuan kemitraan membahas hasil


monitoring dan evaluasi. Anggota kelompok 3 berperan sebagai : Pak Amir,
Kepala Desa, Pak Tahir, KPD, lbu Minah Wakil Kader PKK, Pak Jumhana, Pak
Amir wakil Lembaga Masyarakat Desa, lbu Rukinem- Toma, Pengusaha home
made bakpia dan Pak Ali Petugas Pustu serta

KEMITRAAN
. .
:.::. :.:.·:.·:111::::::::::111::11·:·:·.::1.11:1·::::::::1:111.1111

Bu Nina Bidan Desa melakukan pertemuan kemitraan membahas hasil


monitoring dan evaluasi, yang membahas aspek temuan masalah, penyebab
masalah dan menentukan cara pemecahan masalah yang dapat dilakukan
secara kemitraan.
<:» 3. Setiap selesai bermain peran, peserta Jain memberikan tanggapan.
4. Setelah semua selesai bermain peran, pelatih merangkum hasil
permainan peran dikaitkan dengan penjelasan tentang kemitraan secara
keseluruhan.

... ..... .,/

KEMITRAAN


f
-...../

PRAKTIK KERJA
LAPAN GAN
:::::::•t::•:::::::::::::::::::::::::::::::::::::•:•:t:::::
~······=···=·····································=·=·······

.#/odui&
PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

DAFTAR ISi

..._/ I. DESKRIPSI SINGKAT

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Ill. POKOK BAHASAN


A. Pokok Bahasan 1 : Persiapan Praktik Kerja Lapangan (PKL) B.
Pokok Bahasan 2 : Mengaplikasikan dan memantapkan
pengetahuan dan keterampilan fasilitasi pembinaan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif serta PHBS.
C. Pokok Bahasan 3 : Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) IV.

LANGKAH-LANGKAH KEGIATANPEMBELAJARAN

REFERENSI

LEMBAR KERJA
1 . Pedoman Melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL)

PRAKTIK KERJA LAPANG (PKLI


irii
•.. .•
:. 1.1.:.:.1.1.1.11.:.1:.:.1.: .:.1.1:.1.•1.::::1•: 1::1111:•:::::::::: .

I. DESKRIPSISINGKAT

Modul ini disusun untuk memberikan kesempatan kepada peserta


memperdalam, mengaplikasikan dan memantapkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh di kelas seperti keterampilan fasilitasi ,_./
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, keterampilan fasilitasi PHBS,
keterampilan praktik komunikasi dan advokasi serta menggalang kemitraan,
yangsekaligus menerapkan perandanfungsinyasebagaifasilitator dalam
pemberdayaanmasyarakat di bidang kesehatan. Hasil Praktik Kerja Lapangan
(PKL) dilaporkan secara tertulis dan dipresentasikan.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah melakukan PKL peserta mampu menerapkan peran dan
fungsinya sebagai fasilitator dalam pemberdayaanmasyarakatdi bidang
kesehatan, khususnyadalam pengembangan Desadan KelurahanSiaga Aktif

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah melakukan PKL, peserta mampu :
1. MempersiapkanPKL
2. Mengaplikasikan dan memantapkan pengetahuan dan keterampilan <:>
fasilitasi pembinaan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif serta PHBS.
3. Menyusun laporan PKL

Ill. POKOKBAHASAN

A Pokok Bahasan 1 : PersiapanPKL


B. Pokok Bahasan2 : Mengaplikasikan dan memantapkan pengetahuan
dan keterampilan fasilitasi pembinaan Desa dan <:»

Kelurahan Siaga Aktif serta PHBS. C.


Pokok Bahasan3: Laporan PKL

irii PRAKTIK KERJA LAPANG IPKLl


..:.::.:•::::::::•:1:.·::1111:.::::1:::•::::1:1:::::::·1::::::::1::::1·1::.:.
IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 10 jam pelajaran (T=0 jpl;
P=O; PL=10)@ 45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan
langkah-langkahkegiatan pembelajaran sebagai berikut :

1. Langkah 1 (60 menit) :


a. Pelatih memperkenalkandiri
b. Pelatih menyampaikantujuan umum dan tujuan khusus
c. Pelatih menjelaskanpersiapanyang harus dilakukan untuk PKL
d. Pesertadibagi menjadibeberapakelompok, disesuaikandenganjumlah
RW dari Desa/Kelurahanlokasi PKL (setiap kelompok mengunjungi 1
RW). Setiap kelompok menunjuk Ketua, Sekretarisdan Penyaji.Setiap
kelompok menyusun agenda PKL, instrumen/panduandialog.

Langkah 1 ini, sebaiknya dilakukan sehari sebelum PKL dan diharapkan


peserta telah mendapatkan informasi profil desa bahkan profil :
, ., kecamatan.

2. Langkah 2 (240 menit) :


a. Masing-masing kelompok melakukan pengenalan kondisi di RW,
identifikasi masalah kesehatandan PHBS, hal-hal yang menyebabkan
terjadinya masalah, menganalisis situasi di RW, perkembangan
Desa/Kelurahan Siaga aktif, UKBM, potensi RW/Desa/Kelurahan: Tokoh
Masyarakat/TokohAgama, dan lain-lain, bantuan/dukungan yang
diharapkan. Pengumpulan data ini dinamakan Survey Mawas Diri (SMD).
Hasil musyawarah RW dibawa ke Musyawarah Desai Kelurahan.
b. Melakukan musyawarah Desa/Kelurahan dengan tujuan:
- Menyosialisasikantentang adanya masalah kesehatandan program
pengembangan Desa/KelurahanSiaga Aktif
- Kesepakatantentang urutan prioritas masalah
- Kesepakatan tentang UKBM yang hendak dibentuk baru atau

PRAKTIK KERJA LAPANG (PKLI


·:·:·:1·:·:.·:1·:.:·

diaktifkan kembali
- Memantapkan data potensi desa atau potensi kelurahan
- Menggalang semangat dan partisipasi warga desa atau kelurahan untuk
mendukung pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga aktif
- Menyusun rencana partisipatif

Langkah 2 ini banyak melakukan praktik keterampilan komunikasi,


advokasi dan penggalangan kemitraan.

3. Langkah3 (120menit):
a. Masing-masing kelompok menyusun laporan PKL.
b. Hasil PKL disajikan secara pleno dan pelatih memberikan feed back
hasil PKL tersebut.

4. Langkah4 (30 menit):


a. Pelatih menyampaikan simpulan tentang sesi PKL ini dengan
menegaskan peran dan fungsi peserta sebagai fasilitator pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan.
b. Pelatih menutup sesi pembelajaran dengan memberikan apresiasi
kepada peserta.

REFERENSI
1. Depkes.RI, BPPSDMK Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Tingkat
Puskesmas dalam Pengembangan Desa Siaga, Jakarta, 2007
2. Kementerian Kesehatan RI, Second Decentralized Health Services Project, Modul
Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Petugas Puskesmas, Jakarta,2010

iii PRAKTIK KERJA LAPANG (PKU


.•....
•:::::::::•::.:,.•:.:.•:::.:.:.,•:.•:,::::

LEMBAR KERJA

Pedoman Melakukan PKL

<:»: 1. Persiapan (sebaiknya dilakukan sehari sebelum PKL)


• Pelatih menjelaskan persiapan yang harus dilakukan untuk PKL
• Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok, disesuaikan dengan jumlah
RW dari Desa/Kelurahan lokasi PKL (setiap kelompok mengunjungi 1
RW). Setiap kelompok menunjuk Ketua, Sekretaris dan Penyaji. Setiap
kelompok menyusun agenda PKL, instrumen/ panduan dialog.

2. ldentifikasi masalah kesehatan


Masing-masing kelompok melakukan pengenalan kondisi di RW,
identifikasi masalah kesehatan dan PHBS, hal-hal yang menyebabkan
terjadinya masalah, menganalisis situasi di RW, perkembangan
Desa/Kelurahan Siaga aktif, UKBM, potensi RW/Desa/Kelurahan: Tokoh
Masyarakat/Tokoh Agama, dan lain-lain, bantuan/dukungan yang
diharapkan. Pengumpulan data ini dinamakan Survei Mawas Diri (SMD).
Hasil musyawarah RW dibawa ke Musyawarah Desai Kelurahan.

<:» 3. Melakukan musyawarah desa/kelurahan dengan tujuan :


• Menyosialisasikan tentang adanya masalah kesehatan dan program
pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif
• Kesepakatan tentang urutan prioritas masalah
• Kesepakatan tentang UKBM yang hendak dibentuk baru atau
diaktifkan kembali
• Memantapkan data potensi desa atau potensi kelurahan
• Menggalang semangat dan partisipasi warga desa atau kelurahan untuk
mendukung pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga aktif

PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL)


.. . . .
•:•:•:•:•::t •t.::tt•:••::••: :•.: ··::.:·.:· ·:·::1: •••:t•t:.•:•:.::·· · ·:·::.:·::••

4. Menyusun rencana partisipatif


Rencana partisipatif ini mencakup UKBM yang akan dibentuk atau diaktifkan
·J
kembali, sarana yang akan dibangun, kegiatan-kegiatan
yang akan dilaksanakan dengan swadaya masyarakat atau bantuan. Hal-hal
yang memerlukan dukungan pemerintah dimasukkan dalam dokumen
Musrenbang Desa/Kelurahan untuk diteruskan ke
Musrenbang Kecamatan dan Kabupaten/Kota
5. Menyusun laporan PKL
• Setelah kunjungan lapangan masing-masing kelompok menyusun laporan <::»
PKL.
• Hasil PKL disajikan secara pleno dan pelatih memberikan feed back
hasil PKL tersebut.

• PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL)


MEMBANGUN
-:»
-
KOMITMEN
~ BELAJAR (BLC)
.:» f
-; I
;;I':
u .
3 c:
!!::
r

co
5
.. /
.
··· ·:·:·:.::••::•:•.t:•.::·:·:·:·:·:·.::·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:··::··::··:·:·:·:·:·:· :::··:··::·:·:·:·:··::··:·:::

./f/£oduiy
.:»: MEMBANGUN KOMITMENBELAJAR (BLC)

DAFTAR ISi

I. DESKRIPSI SINGKAT

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Ill. POKOK BAHASAN


A. Pokok Bahasan 1 : Pencairan/Perkenalan
B. Pokok Bahasan 2 : Tujuan pelatihan
C. Pokok Bahasan 3: Harapan peserta
D. Pokok Bahasan 4 : Norma selama proses pelatihan IV.

LANGKAH-LANGKAH KEGIATANPEMBELAJARAN

REFERENSI

MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR IBLC)


.
l:••·•·: :•11·:·•11:•:••••:•1:•:••:••·:•::•·•·•1•·1•1···:•·•·:1•··•·•·•:•·•·•·•·•·•:··••·•·:•·•o··••·

I. DESKRIPSISINGKAT

Perkenalanadalahadaptasiawalantarpesertadan pelatihjuga denganpanitia


penyelenggara pelatihan, supaya cepat terlibat dalam proses pembelajaran.
Perkenalan yang baik dan menarik biasanya akan memperlancar proses belajar
selanjutnya. Mengenai peserta dari mana asal dan pengalaman dalam
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan akan mendapat gambaran
variasi pengetahuan dan pemahaman tentang pemberdayaan masyarakatdi
bidang kesehatan.

Dalamkomunitas PembentukanTim dan BLC dibutuhkan lebih dari sekedar


wacana,konsepatau kumpulanmateriyangdilatihkandidalamkelas.Sebagai
komitmen, pembelajarandisini sangat erat kaitannyadengan pembentukan tim.
Namun kualitas dan keberhasilan pembentukan tim tergantung kepada setiap
individu yang membangun komitmen pembelajaran.Setiap individu harus
senantiasa melibatkan dirinya untuk secara terus menerus
meningkatkankemampuan belajarnya.

Komunitas harus menghargai setiap individu yang terlihat dari komitmen


komunitas terhadap pembelajaran. Kinerja individu dalam komunitas
ditingkatkan dengan memberdayakandan mendorong kreativitas mereka. Sebuah
komunitas memahami persyaratan untuk mencapai keberhasilan
dengan menghargai perbedaan, mengakui setiap usaha dan mendorong -:»
terjadinya partisipasi.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta, pelatih dan penyelenggara/panitia
saling mengenal serta menyepakati norma selama proses pelatihan --._,/
berlangsung

MEMSANGUN KOMITMEN BELAJAR (BLCI


. .
··:·: ·:·:·:::·:·:·::•.:•:!t ••:t•.::.·:·:.:·:·:·:·::·.:·:.::.

B. TujuanPembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini peserta dapat
1. Mengenal seluruh peserta, pelatih dan panitia penyelenggara
2. Mengetahui tujuan pelatihan yang diikutinya
~, 3. Menyampaikan harapannya
4. Menyepakati norma selama proses pelatihan

Ill. POKOK BAHASAN

A. Pokok Bahasan 1 : Pencairan/Perkenalan


B. Pokok Bahasan 2 : Tujuan pelatihan
C. Pokok Bahasan 3 : Harapan peserta
, D. Pokok Bahasan 4 : Norma selama proses pelatihan

IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATANPEMBELAJARAN

Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 3 jam pelajaran (T=0
jpl; P=3; PL=O) @ 45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut :

A. Langkah 1 (30 menit) :


1. Pelatih memperkenalkan diri
2. Pelatih menyampaikan tujuan umum dan tujuan khusus
3. Pelatih menyampaikan agar proses belajar berjalan efektif maka antar peserta,
dengan pelatih dan narasumber juga dengan panitia harus saling mengenal.
Perkenalan dilakukan dengan memainkan permainan yang telah disediakan.

B. Langkah 2 (30 menit) :


1. Masing-masing peserta diminta untuk menuliskan harapannya di kertas
metaplan kuning.
2. Kemudian ditempelkan pada tempat yang telah disediakan.
3. Salah satu peserta diminta untuk membacakan.

MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR (BLC)


ill
•:•:•:•:•:t.•:•:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·::.·:·:·:·:·:·:·:·::.·:·:·:·:·:·::.·:·:·:·:·:•:•:•:.t:•:··::·:··:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·

4. Pelatih menanggapi, dikaitkan dengan tujuan pelatihan yang telah


disampaikan pada awal sesi tadi.

C. Langkah 3 (45 menit) :


1. Pelatih membagi peserta menjadi 4 kelompok. Masing-masing
kelompok diminta untuk mendiskusikan norma selama proses
pelatihan berlangsung.
2. Hasil diskusi kelompok disajikan kemudian disepakati disusun menjadi
norma pelatihan.

D. Langkah 4 (30 menit) :


1. Pelatih menyampaikan kesimpulan tentang sesi yang berhasil menyepakati
norma, dan menekankan bahwa keberhasilan proses belajar sangat tergantung
pada peserta sendiri.
2. Pelatih menutup sesi pembelajaran dengan memberikan apresiasi pada
peserta.

REFERENSI
• Departemen Kesehatan RI, Badan PPSDM Kesehatan, Kurikulum & Modul Pelatihan
Fasilitator Tingkat Puskesmas dalam Pengembangan Desa Siaga, Jakarta,2007
• Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal PP&PL, Modul Pelatihan
Bagi Pelatih PSN DBD dengan pendekatan Komunikasi Perubahan Perilaku
(COMBI), 2007
• Kementerian Kesehatan RI, Second Decentralized Health Services Project, Modul
Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Petugas Puskesmas, Jakarta,2010

MEMBANGUNKOMITMEN BELAJAR (BLCI


10

REN CANA
TINDAK LANJUT (RTL)

.:»

-
<:»

....._
rii
<:» 1-=
~
. .. .
··:·: ·:·::·.:·::.·:·:.·:·:·.:.·::·.::·.::·:::·.·:·:·:·1:: ···:·::··:::: : • : ::

Afudd10
RENCANATINDAK LANJUT (RTL)

DAFTAR ISi

I. DESKRIPSI SINGKAT

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Ill. POKOK BAHASAN


A. Pokok Bahasan 1 : Pengertian dan Ruang lingkup RTL B.
Pokok Bahasan 2 : Langkah-langkah penyusunan RTL C. Pokok
Bahasan 3 : Penyajian RTL

IV. LANGKAH-LANGKAH

KEGIATANPEMBELAJARAN REFERENSI

LEMBAR KERJA
1. Pedoman Penyusunan RTL

RENCANA TINDAK LANJUT IRTLI


iii
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••e ••
: : : : :::::::::::::::::::: :::::::::

I. DESKRIPSI SINGKAT

Modul RTL ini disusun untuk membekali para Fasilitator Pemberdayaan


Masyarakatdi Bidang Kesehatanagar mampu memahami rincian kegiatan dan
dapat menyusun RTLyang akan dilaksanakandi tempat tugas masing- .
masing.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menyusun rencanatindak
Ianjut

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan:
1 . Menjelaskanpengertiandan ruang lingkup RTL
2. Menyusun RTL
3. MenyajikanRTL

Ill. POKOK BAHASAN

A. Pokok Bahasan 1 : Pengertian dan Ruang lingkup RTL B.


Pokok Bahasan 2 : Langkah-langkah penyusunan RTL
C. Pokok Bahasan 3 : Penyajian RTL

IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 2 jam pelajaran (T:
O jpl; P: 2; PL: 0) @ 45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran,
dilakukan langkah-langkah kegiatan pembelajaransebagai berikut:

iii RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)


. .. ...
·•·:·: ·:·::··: :··:·:·:·:·::··:··::··:·:·:·:•t::t:•t •t:.•:t•:t:.• :

A. Langkah 1 (15 menit):


1. Pelatih memperkenalkan diri
2. Pelatih menyampaikantujuan umum dan tujuan khusus
3. Menggali pendapat peserta tentang pengertian dan ruang lingkup dan langkah-
<:»: langkah RTL
4. Berdasarkanpendapat peserta, pelatih menjelaskan pentingnya RTL
5. Pelatih memberi kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
... ,,,
yang kurang jelas dan pelatih menjawab pertanyaan peserta tersebut

B. Langkah 2 (60 menit) :


1. Pesertadibagi kelompok berdasarkantempat kerja
2. Masing-masing kelompok menyusun RTL
C. Langkah 3 (15 menit) :
1. Pelatihmemilihwakil kelompok untuk menyajikan RTLnya, diupayakan
seluruh kelompok mendapatkan kesempatan untuk menyajikan
-::> RTLnyasecara bergantian
2. Pelatih memberi kesempatan kepada peserta lainnya untuk
menanggapi penyajian RTL yang disajikan
3. Pelatih menyampaikan kesimpulan tentang RTL yang telah disusun
peserta
.:> 4. Pelatih menutup sesi pembelajaran dengan memberikan apresiasi pada
peserta

REFERENSI
• Kementerian KesehatanRI, Second Decentralized Health Services Project, Modul
Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Petugas Puskesmas, Jakarta,2010
• Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
KelurahanSiaga Aktif, Jakarta, 2010

RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)


•:t:tt!!!!!tt•:::::•:t:•::•:.•. .
tt:t:::,::,:•:::.:.:.,:•:.:,..,:•:•:.:.•:.::: .
LEMBAR KERJA

Pedoman Penyusunan RTL

1. Peserta dibagi kelompok menurut asal tempat tugas masing-masing


2. Masing-masing kelompok menyusun RTL, yang mencakup aspek :
a. Jenis kegiatan b.
Tujuan
c. Sasaran (orang dan lokasi)
d. Waktu
e. Sumber dana
f. Penanggung Jawab

• RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)


.•.•. .•.
·::.:.:.:.:.:•:•:••::::::::•1::•:. :.:.:.:•:1:1::•::::::::::•:1::

TIM PENYUSUN KURIKULUM DAN


MODUL PELATIHAN
FASILITATOR
PEMBERDAYAANMASYARAKATDI BlDANG KESEHATAN

PENGARAH
dr. Lily S. Sulistyowati, MM

PENANGGUNGJAWAB
drg. Rarit Gempari, MARS

TIM PENYUSUN
lsmoyowati, SKM, M.Kes
Dr. P. A. Kodrat Pramudho, SKM,M.Kes.
Dr. Bambang Hartono,MSc.
Ora. Ruflina Rauf, SKM,M.Si.
Ora. Zuraidah, SKM, MPH.
Dr. Ir. Bambang Setiaji, SKM, M.Kes.
Ir. Dina Agoes Soelistijani, M.Kes

KONTRIBUTOR
Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M.Sc
Tati Nuryati, SKM, M.Kes, Haryati Rahman, SKM, M.Pd
Ucu Djuwitasari, S.Kp, MM, M.Kes, Ora. Enny Wahyu Lestari, M.Sc
Dra. Euis Maryani, M. Kes, Ir. D. Slamet, Ph, MM, Sartono, S.Si, MM
,,..- Willianto P Siagian, S.STP, Drg. Marlina Br Ginting, M.Kes, Sunarti, S. Sos
,.. ,; Ch. Hartawan, MIA, Ir. Sondang Hutagalung, M.Si
Dedeh Syaadah, SKM, MKM, Dwiati Sekaringsih, SKM, M.Kes, Drg. Yusra, M.Kes
Drg. Ery HZD, MRM, Marsuli, S.Sos, M.Kes, Irma Guspita Dewi, SKM
lis Bilqis Robitoh, Amd, Mulyana Chandra, S.Si
Woro S. Aryani, SKM, Eunice Margarini, SKM R.
Danu Ramadityo, S.Psi, dr. Marti Rahayu D.K

RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)


iii

Anda mungkin juga menyukai