Anda di halaman 1dari 25

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sekolah

Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin yaitu: skhole, scola,


scolae atau skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang,
dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di
tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan
waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu
luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan
mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni).

Untuk mendampingi dalam kegiatan scola anak-anak didampingi oleh orang


ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memberikan kesempatan
yang sebesar-besarnya kepada anak untuk menciptakan sendiri dunianya
melalui berbagai pelajaran di atas. Namun saat ini kata sekolah telah
berubah arti menjadi suatu bangunan atau lembaga untuk belajar dan
mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sekolah dipimpin
oleh seorang Kepala Sekolah. Kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala
sekolah. Jumlah wakil kepala sekolah di setiap sekolah berbeda-beda
tergantung dengan kebutuhannya. Bangunan sekolah disusun meninggi
untuk memanfaatkan tanah yang tersedia dan dapat diisi dengan fasilitas
yang lain. Ketersediaan sarana dalam suatu sekolah mempunyai peran
penting dalam terlaksananya proses pendidikan.

9
10

Sekolah adalah tempat utama dimana individu mengikuti proses pendidikan


formal untuk menambah pengetahuan dan mengasah keterampilan sebagai
bekal kehidupannya di kemudian hari. Sekolah merupakan bangunan atau
lembaga untuk mengajar. Sekolah merupakan lembaga yang dengan
sengaja didirikan untuk membina dan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia baik fisik, mental, moral, maupun intelektual.

Sumber : https://edukasimedia.wordpress.com/2011/07/15/definisi-sekolah/.

2.2 Pengertian Sekolah Dasar

Sekolah dasar ( disingkat SD; bahasa Inggris : Elementary School atau


Primary School ) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal
di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas
1 sampai kelas 6. Saat ini murid kelas 6 diwajibkan mengikuti Ujian
Nasional (Ebtanas) yang mempengaruhi kelulusan siswa. Lulusan sekolah
dasar dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTP.

Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap


warga negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni
sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama
(atau sederajat) 3 tahun. Sekolah dasar diselenggarakan oleh pemerintah
maupun swasta. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001,
pengelolaan sekolah dasar negeri (SDN) di Indonesia yang sebelumnya
berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggung
jawab pemerintah daerahkabupaten/kota. Sedangkan Departemen
Pendidikan Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam bidang
standar nasional pendidikan. Secara struktural, sekolah dasar negeri
merupakan unit pelaksana teknis dinas pendidikan kabupaten/kota.

Sumber : (https://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_dasar)
11

2.3 Pengertian Siswa

Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang


selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia
yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu
komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara
lain:
1. Pendekatan Sosial, siswa adalah anggota masyarakat yang sedang
disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Dalam
konteks inilah, siswa melakukan interaksi dengan rekan sesamanya, guru-
guru dan masyarakat yang ada di sekolah.
2. Pendekatan Psikologis, siswa adalah suatu organisme yang sedang
tumbuh dan berkembang. Siswa memiliki berbagai potensi manusiawi,
seperti : bakat, minat, kebutuhan, sosial-emosional-personal, dan
kemampuan jasmaniah.
3. Pendekatan Edukatif adalah pendekatan pendidikan yang menempatkan
siswa sebagai unsur penting yang memiliki hak dan kewajiban dalam
rangka sistem pendidikan menyeluruh dan terpadu.

Siswa merupakan bagian dari omunitas sekolah, yang populasinya paling


besar dibandingkan dengan guru dan merupakan bibit generasi bangsa yang
masih mudah menerima, melaksanakan, dan mengembangkan ilmu
pengetahuan. Dalam melaksanakan penyelenggaraan kesehatan disekolah,
siswa mempunyai peran, antara lain sebagai berikut :
1. Mempraktikan dan membiasakan hidup sehat sesuai dengan petunjuk
panduan yang diberikan oleh guru, dimana pun siswa berada, baik di
dalam sekolah, di dalam keluarga, maupun dimasyarakat.
12

2. Menjadi penghubung antara sekolah, keluarga dan masyarakat dalam


melaksanakan kebiasaan-kebiasaan atau perilaku hidup sehat.
Menjadi contoh perilaku sehat bagi masyarakat, khususnya anak-anak
yang tidak terjangkau oleh sekolah

Sumber:http://www.rpp-silabus.com/2012/06/pengertian-siswa-dan-
istilahnya.html

2.4 Pengertian Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003


Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pengertian Tenaga Pendidik dan
Kependidikan adalah :

1. Tenaga pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas


merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik
pada perguruan tinggi. Pendidik mencakup guru, dosen, konselor,
pamong widyaiswara, tutor, dan instruktur didik. Guru merupakan pihak
yang tepat untuk melaksanakan pendidikan kesehatan kepada siswa-
siswinya, baik melalui mata ajaran yang terstruktur dalam kurikulum,
maupun dirancang khusus dalam rangka penyuluhan kesehatan.
Guru juga merupakan unsur yang sangat penting dalam memonitor dan
mengawasi pertumbuhan perkembangan anak-anak didik.

2. Sedangkan tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang


mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan. Tenaga kependidikan mencakup pimpinan satuan
pendidikan, penilik satuan laboratorium, teknisi sumber belajar, tenaga
lapangan pendidikan, tenaga administrasi, psikolog, pekerja social,
13

terapis, tenaga kebersihan sekolah, dan sebutan lain untuk petugas


sejenis yang bekerja pada satuan pendidikan.

2.5 Pengertian Kesehatan Lingkungan

Pengertian kesehatan lingkungan menurut (Soedjono Soenhadji, 210894)


kesehatan lingkungan adalah :

“ilmu dan seni dalam mencapai keseimbangan, keselarasan dan keserasian


lingkungan hidup melalui upaya pengembangan budaya perilaku sehat dan
pengelolaan lingkungan sehingga dicapai kondisi yang bersih, aman,
nyaman, sehat dan terhindar dari gangguan penyakit, pencemaran dan
kecelakaan, sesuai dengan harkat dan martabat”.

Pengertian kesehatan lingkungan Menurut (Notoatmodjo:2003) Kesehatan


lingkungan pada hakikatnya adalah :

“Suatu kondisi atu keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh


positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang
lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup : perumahan,
pembuangan kotoran manusia, penyediaan air bersih, pembuangan sampah,
pembuangan air kotor, rumah hewan ternak dan sebagainya. Adapaun yang
dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk
memperbaiki atau mengotimumkan lingkungan hidup manusia agar
merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum
bagi manusia yang hidup di dalamnya”.
14

2.6 Lingkungan Sekolah Sehat

Menurut (Notoatmodjo:2010) Lingkungan sekolah adalah bagian dari


lingkungan yang menjadi wadah atau tempat kegiatan pendidikan.
Lingkungan sekolah sehat adalah suatu kondisi lingkungan sekolah yang
dapat mendukung tumbuh kembang peserta didik secara optimal serta
membentuk perilaku hidup bersih dan sehat serta terhindar dari pengaruh
negatif. Membentuk dan memelihara lingkungan sekolah yang sehat
membutuhkan upaya dan kerja keras dari setiap unsur di sekolah.
Menyediakan suatu lingkungan yang sehat bagi insan sekolah merupakan
suatu persyaratan dalam mengembangkan pola pertumbuhan mental, fisik,
dan sosial.

Lingkungan sekolah yang sehat, mencakup 2 aspek, yaitu sosial (non-fisik)


dan fisik.
a. Aspek non-fisik (mental-sosial)
Lingkungan sosial sekolah adalah menyangkut hubungan antara komponen
komunitas sekolah (murid, guru, pegawai sekolah dan orang tua murid).
Lingkungan mental-sosial yang sehat terjadi apabila hubungan yang
harmonis, dan kondusif diantara komponen masyarakat sekolah. Hubungan
yang harmonis ini akan menjamin terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan anak atau murid dengan baik, termasuk tumbuhnya perilaku
hidup sehat.

b. lingkungan fisik terdiri dari :


1. letak sekolah tidak berdekatan dengan tempat-tempat umum atau
keramaian, misalnya pasar, terminal, mall dan sebagainya.
2. Kapasitas dan kontruksi gedung sekolah sesuai dengan jumlah murid
yang di tampungnya.
3. Tersedianya halaman sekolah dan kebun sekolah.
15

4. Ventilasi memadai sehingga menjamin adanya sirkulasi udara di setiap


ruang kelas
5. Penerangan atau pencahayaan harus cukup utamanya cahaya dari sinar
matahari dapat masuk ke setiap ruang kelas.
6. Sistem pembuangan air limbah maupun air hujan dijamin tidak
menimbulkan genangan (harus mengalir).
7. Tersedia air bersih dan pembuangan air besar atau air kecil.
8. Tersedianya tempat pembuangan sampah disetiap kelas dan teras
sekolah.
9. Tersedianya kantin atau warung sekolah, sehingga kebersihan dan
keamanan makanan dapat diawasi.
10. Menerapkan kawasan tanpa rokok di lingkungan sekolah.

Kesepuluh indikator itu masih harus dilengkapi dengan adanya ruang Unit
Kesehatan Sekolah (UKS) dan program UKS yang melaksanakan Trias UKS,
yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan
lingkungan sehat.

2.7 Pengertian TIM Pelaksana UKS

Menurut (Kemenkes RI:1976) dalam buku yang berjudul Pedoman Usaha


Kesehatan Sekolah menjelaskan bahwa Pelaksana Usaha Kesehatan
Sekolah ialah seseorang yang berdasarkan fungsi,tugas dan kewajibannya
ada hubungan dengan anak-didik , dan lingkungan sekolah. Di samping
petugas kesehatan, guru mempunyai peranan yang sangat penting didalam
pelaksanaan usaha kesehatan sekolah, mengingat bahwa gurulah yang
setiap hari menghadapi anak-didik dan mengikuti
pertumbuhan,perkembangan serta keadaan kesehatan anak-didiknya.
Para pelaksana Usaha Kesehatan Sekolah terdiri dari :
16

1. Petugas kesehatan yang terdiri dari bermacam-macam keahlian atau


ketrampilan menurut tempat tinggal dan tingkat kedudukan di dalam
pelakasanaan usaha kesehatan sekolah, mereka mempunyai fungsi
yang berbeda-beda.
2. Petugas di lingkunfan departemen P. Dan K. Yang juga menurut tempat
dan tingkat kedudukannya, mempunyai fungsi yang berbeda-beda.
Dibantu oleh :
a. orang tua murid/wali murid
b. anak-didik
c. badan-badan/organisasi/instansi dalam lingkungan anak-didik
d. masyarakat

2.8 Tujuan, Sasaran dan Peran Usaha Kesehatan Sekolah

Menurut (TIM Pembina UKS:2007) dalam buku yang berjudul Pedoman


Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah menjelaskan
bahwa :

1. Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah untuk meningkatkan


mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik
maupun warga belajar serta menciptakan lingkungan yang sehat,
sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang
harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia indonesia
seutuhnya.

2. Tujuan khusus dari Usaha Kesehatan Sekolah adalah memupuk


kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat serta meningkatkan derajat
kesehatan murid yang mencakup:
17

a Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan


prinsip hidup bersih dan sehat serta berpartisipasi aktif di dalam usaha
peningkatan kesehatan di sekolah, di rumah tangga maupun di
lingkungan masyarakat.
b Sehat baik dalam arti fisik, mental maupun sosial.
c Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk
penyalahgunaan narkotika, obat dan bahan berbahaya, alkohol, rokok
dan sebagainya.

3. Sasaran program Usaha Kesehatan Sekolah adalah peserta didik di


sekolah/satuan pendidikan luar sekolah, guru, pamong pelajar, pengelola
pendidikan lainnya, pengelola kesehatan dan masyarakat. Maka
pembinaan dan pengembangan UKS di sekolah/satuan pendidikan luar
sekolah dilaksanakan melalui tiga program pokok yang meliputi
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan kesehatan
lingkungan di sekolah.

4. Peranan UKS adalah sebagai salah satu modal dasar pembangunan


nasional adalah sumber daya manusia yang berkualitas yaitu manusia
Indonesia yang sehat fisik, mental, dan sosial serta memiliki produktivitas
yang optimal dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan secara
terus menerus yang dimulai sejak dalam kandungan, balita, usia sekolah
sampai usia lanjut .

2.9 Ruang Lingkup Usaha Kesehatan Sekolah

Menurut (TIM Pembina UKS:2007) dalam buku yang berjudul Pedoman


Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah menjelaskan
bahwa :
18

Ruang lingkup kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah yang diselenggarakan


untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan
yang sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang
secara harmonis, optimal serta menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas .

Penekanan kegiatan UKS adalah pada upaya promotif dan preventif, untuk
meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik,
dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan
sekolah sehat yang dikenal dengan istilah tiga program pokok (trias) UKS.
Kegiatan UKS lebih dikenal dengan sebutan Trias UKS, untuk tatanan
Sekolah Dasar (SD) dimana kegiatannya berupa pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat

2.10 Aspek Teknis Kesehatan Lingkungan Di Sekolah

2.10.1 Lokasi

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1429


Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah
persyaratan lokasi di sekolah adalah sebagai berikut :
1. Lokasi bangunan sekolah harus berada di dalam Rencana Umum Tata
Ruang Wilayah Kabupaten atau Kota.
2. Tidak terletak pada daerah rawan bencana, bekas tempat penampungan
akhir (TPA) sampah dan bekas lokasi pertambangan.
3. Jauh dari gangguan atau jaringan listrik tegangan tinggi, dengan radius
minimal 0,5 km.
19

2.10.2 Kontruksi Bangunan

Bangunan sekolah adalah semua ruang dan halaman yang ada di dalam
batas pagar sekolah yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan
kegiatan sekolah. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1429 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Sekolah persyaratan kontruksi bangunan yaitu sebagai berikut :
1. Atap dan Talang
a. Atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat perindukan
tikus.
b. Kemiringan atap harus cukup, sehingga tidak mudah bocor dan tidak
memungkinkan terjadinya genangan air pada atap dan langit-langit.
c. Talang tidak bocor dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.

2. Langit-Langit
a. Langit-langit harus kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
b. Kerangka langit-langit yang terbuat dari anyaman bambu tidak boleh
dicat dengan larutan kapur.
c. Langit-langit tingginya minimal 3 m dari permukaan lantai.

3. Dinding
a. Permukaan dinding harus bersih, tidak lembab dan berwarna terang.
b. Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air harus terbuat dari
bahan yang kuat dan kedap air.
c. Dinding yang terbuat dari tembok tidak mudah retak.
d. Dinding yang terbuat dari kayu atau anyaman bambu harus rapat dan
tidak boleh di cat dengan larutan kapur.
e. Warna dinding ruang belajar berwarna lembut dan terang.
20

4. Lantai
a. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata,
tidak retak, tidak licin, dan mudah dibersihkan.
b. Pertemuan dinding dengan lantai harus berbentuk konus atau
lengkung agar mudah dibersihkan.
c. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan
yang cukup kearah saluran pembuangan air limbah.
d. Warna lantai harus berwarna terang.

5. Tangga
a. Setiap bangunan bertingkat, harus mempunyai tangga yang juga
berfungsi sebagai tangga penyelamat.
b. Lebar anak tangga minimal 30 cm.
c. Tinggi anak tangga maksimal 20 cm.
d. Pegangan tangan di tangga harus ada untuk keamanan.
e. Lebar tangga atau luas tangga 150 cm.

6. Pintu
Terdiri dari dua daun pintu dengan arah bukan ke luar dan mempunyai
ukuran sesuai ketentuan yang berlaku. Antara dua kelas harus ada pintu
yang berdekatan dengan pintu keluar, untuk memungkinkan cepat keluarnya
siswa yang duduk paling belakang.

7. Jendela
Dapat dibuka dan ditutup dengan arah yang bukan ke luar. Untuk ruang
tertentu seperti : ruang laboratorium, ruang computer, ruang media, ruang
perpustakaan diberi besi pengaman.

8. Pembuangan Air Hujan


Diresapkan ke dalam tanah atau disalurkan ke saluran umum atau sungai
terdekat.
21

2.10.3 Ruang Bangunan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1429


Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah,
setiap sekolah harus memiliki beberapa Ruang Kelas, Ruang Bimbingan &
Konseling, Ruang UKS, Ruang Laboratorium, Kantin atau Warung Sekolah,
Toilet, Ruang Ibadah, dan Gudang dengan persyaratan sebagai berikut :

1. Ruang Kelas
a. Kepadatan ruang kelas minimal 1,75m2/murid.
b. Jarak papan tulis dengan meja siswa paling depan minimal 2,5 m dan
jarak papan tulis dengan meja siswa paling belakang maksimal 9 m.
c. Lantai di depan papan tulis ditinggikan 40 cm dari lantai dan sekitarnya.
d. Tersedia tempat cuci tangan dengan air bersih yang mengalir di depan
ruang kelas, minimal 1 tempat cuci tangan untuk 2 (dua) kelas.
e. Tingkat kebisingan tidak melebihi 35 – 45 dB(A)

2. Ruang Bimbingan dan Konseling (untuk SMP dan SMA/SMK)


Ruang bimbingan dan konseling harus terpisah dengan ruang lainnya.

3. Ruang UKS
a. Ruang UKS dilengkapi dengan tempat cuci tangan dengan air bersih
yang mengalir.
b. Luas minimal 27 m2.

4. Ruang Laboratorium
a. Tersedia tempat cuci peralatan laboratorium dilengkapi dengan air
bersih yang mengalir.
b. Untuk laboratorium kimia harus dilengkapi lemari asam dan shower
atau pancuran air dengan kualitas dan kuantitas air yang cukup.
22

c. Kepadatan ruang laboratorium minimal 4 m2/murid.

5. Kantin atau Warung Sekolah


a. Tersedia tempat cuci peralatan makan dan minum dengan air yang
mengalir.
b. Tersedia tempat cuci tangan bagi pengunjung kantin atau warung
sekolah.
c. Tersedia tempat untuk penyimpanan bahan makanan.
d. Tersedia tempat untuk penyimpanan makanan jadi atau siap saji yang
tertutup.
e. Tersedia tempat untuk menyimpan peralatan makan dan minum.
f. Lokasi kantin atau warung sekolah minimal berjarak 20 m dengan TPS.
(Tempat Pengumpulan Sampah Sementara).

2.10.4 Kualitas Udara Ruang

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1429


Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah,
persyaratan kualitas udara di sekolah yaitu :
1. Udara ruang sekolah tidak berbau (terutama gas H2S dan NH3).
2. Konsentrasi debu tersuspensi maksimum 150 mikrogram/m3 dengan rata-
rata pengukuran selama 8 jam dan tidak mengandung debu berserat.
3. Penetapan sekolah sebagai kawasan bebas rokok.

2.10.5 Pencahayaan

Pencahayaan adalah intensitas penyinaran alami atau buatan di dalam


bangunan dan halaman sekolah yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan sekolah. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1429 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Sekolah persyaratan intensitas cahaya di seklolah yaitu :
23

1. Pencahayaan di setiap ruang disesuaikan dengan peruntukannya seperti


tabel 2.1 berikut.
2. Pencahayaan di setiap ruang tidak silau.

TABEL 2.1
INTENSITAS PENCAHAYAAN RUANG

NO. RUANG/UNIT INTENSITAS CAHAYA (LUX)


1. Ruang Kelas 200 – 300
2. Ruang Guru 200 – 300
3. Ruang Bimbingan dan Konseling 200 – 300
4. Ruang UKS 200 – 300
5. Sekitar Tangga 100
6. Ruang Laboratorium 200 – 300
7. Ruang Perpustakaan 200 – 300
8. Kantin atau Warung Sekolah 100
9. Toilet 100
10. Ruang Ibadah 100

2.10.6 Ventilasi

Ventilasi adalah sarana penghawaan pada bangunan sekolah yang


memungkinkan terjadinya aliran udara segar yang memadai di dalam ruang
sekolah untuk menjamin kesehatan penghuninya. Berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1429 Tahun 2006 tentang
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah ventilasi yang memenuhi
syarat adalah sebagai berikut :
1. Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara segar di dalam ruang
sekolah dengan baik.
2. Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya penggantian udara
dengan baik, ruang sekolah harus dilengkapi dengan ventilasi mekanis.
3. Ventilasi pada ruang sekolah sesuai peruntukannya dengan jenis
peruntukannya seperti pada tabel 2.2 berikut.
24

TABEL 2.2
VENTILASI RUANG

NO. RUANG/UNIT LUAS LUBANG KETERANGAN


VENTILASI
TERHADAP
LUAS LANTAI
1. Ruang Kelas 20%
2. Ruang Guru 10%
3. Ruang Bimbingan dan 10%
Konseling
4. Ruang UKS 10%
5. Ruang Laboratorium 20% Dilengkapi dengan
exhaustfan
6. Ruang Perpustakaan 20% Dilengkapi dengan
exhaustfan
7. Kantin atau Warung Sekolah 20%
8. Toilet 30%
9. Gudang 10%
10. Ruang Ibadah 20%

2.10.7 Kebisingan

Kebisingan adalah intensitas bunyi yang mengganggu kegiatan disekolah.


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1429
Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah,
kebisingan di sekolah tidak boleh lebih dari 45 dB(A).

2.10.8 Suhu dan Kelembaban

Suhu adalah panas-dinginnya udara, sedangkan kelembaban adalah banyak


sedikitnya kandungan uap air yang ada di udara. Suhu disekolah harus 23 –
26 dan kelembaban disekolah harus 40% - 60% sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016 tentang
standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja .
25

2.10.9 Fasilitas Sanitasi Sekolah

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1429


Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah,
fasilitas sanitasi sekolah terdiri dari air bersih, toilet, sarana pembuangan air
limbah (SPAL) dan sarana pembuangan sampah yang memenuhi
persyaratan adalah sebagai berikut :

1. Air Bersih
a. Tersedia air bersih 15 liter/orang/hari.
b. Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat-
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
c. Jarak sumur atau sarana air bersih dengan sumber pencemaran
(sarana pembuangan air limbah, septictank, tempat pembuangan akhir,
dll) minimal 10 m.

2. Toilet (Kamar Mandi dan WC)


a. Letak toilet harus terpisah dari ruang kelas, ruang UKS, ruang guru,
perpustakaan, ruang bimbingan dan konseling.
b. Tersedia toilet yang terpisah antara laki-laki dan perempuan.
c. Proporsi jumlah WC adalah 1 WC untuk 40 siswa dan 1 WC untuk 25
orang siswi.
d. Toilet harus dalam keadaan bersih.
e. Lantai toilet tidak ada genangan air.
f. Tersedia lubang penghawaan yang langsung berhubungan dengan
udara luar.
g. Bak penampung air harus tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.
26

3. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)


a. Tersedia saluran pembuangan air limbah yang terpisah dengan saluran
penintasan air hujan.
b. Sarana pembuangan air limbah harus terbuat dari bahan yang kedap
air dan tertutup.
c. Keberadaan SPAL tidak mencemari lingkungan.
d. Tersedia saluran pembuangan air limbah yang memenuhi syarat
kesehatan kedap air, tertutup dan airnya dapat mengalir dengan lancar.
e. Air limbah dibuang melalui tangki septic dan kemudian diresapkan ke
dalam tanah.
f. Pembuangan air limbah dari laboratorium, dapur, dan WC harus
memenuhi syarat kesehatan kedap air, tertutup, dan diberi bak control
pada jarak tertentu supaya mudah dibersihkan bila terjadi penyumbatan
sehingga dapat mengalir dengan lancar..

4. Sarana Pembuangan Sampah


a. Di setiap ruangan harus tersedia tempat sampahyang dilengkapi
dengan tutup.
b. Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) dari seluruh
ruangan untuk memudahkan pengangkutan atau pemusnahan sampah.
c. Peletakan tempat pembuangan/pengumpulan sampah sementara
dengan ruang kelas berjarak minimal 10 m.

2.10.10 Sarana dan Prasarana Sekolah

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1429


Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah,
sarana dan prasarana sekolah terdiri dari ruang olahraga, ruang ibadah, dan
halaman sekolah yang memenuhi persyaratan adalah sebagai berikut :
27

1. Sarana Olahraga dan Sarana Ibadah


Setiap sekolah harus tersedia akses dengan tempat olahraga dan tempat
ibadah.

2. Halaman Sekolah
a. Lahan sekolah harus mempunyai batas yang jelas, dilengkapi dengan
pagar yang kuat dan aman.
b. Halaman sekolah harus selalu dalam keadaan bersih, tidak becek dan
menjadi tempat bersarang dan berkembang biaknya serangga,
binatang pengerat dan bnatang pengganggu lainnya.
c. Tersedia akses tempat parkir kendaraan.
d. Ada tempat untuk upacara.
e. Tersedia lahan untuk apotik hidup.
f. Tersedia saluran penuntasan air hujan yang diresapkan ke dalam
tanah atau dialirkan ke saluran umum.

2.10.11 Angka Bebas Jentik

Angka bebas jentik pada lingkungan sekolah harus 0 (nol). Berdasarkan


Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1429 Tahun 2006
tentang Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah, persyaratannya
sebagai berikut :
a. Lingkungan sekolah harus bebas jentik nyamuk.
b. Kepadatan jentik nyamuk Aedes aegypti yang diamati melalui indeks
container di dalam lingkungan sekolah harus nol.
c. Di setiap ruangan pada siang hari, harus terlihat terang untuk
menghindari ruangan sebagai tempat peristirahatan nyamuk.
28

2.11 Aspek Sosial

2.11.1 Masa Kerja

Masa kerja merupakan waktu yang dihabiskan seseorang untuk melakukan


aktivitas di suatu tempat tertentu dimana ia bekerja, terhitung sejak awal
kerja. Masa kerja 1 – 3 tahun merupakan pekerja dengan tahun peralihan
dari pekerja baru menjadi pekerja lama, dengan kata lain pekerja lama lebih
berpengalaman (bekerja tepat waktu, cepat dan pasti) dan mempunyai
kualitas bekerja lebih baik dibandingkan dengan pekerja baru (Suma’mur,
1981 : 47).

Masa kerja seseorang dapat dikaitkan dengan pengalaman dimana


pengalaman kerja dapat mempengaruhi kecelakaan kerja. Semakin lama
kerja seseorang, maka pengalaman yang diperoleh sewaktu bekerja akan
lebih banyak, sehingga dapat bekerja lebih aman.

2.11.2 Tingkat Pendidikan

Menurut Notoadmojo dalam bukunya yang berjudul Prinsip-Prinsip Dasar


Ilmu Kesehatan Masyarakat (2003: 97) menjelaskan bahwa pendidikan
adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi
proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih
dewasa, lebih baik dan lebih matang dari individu, kelompok, atau
masyarakat.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka pendidikan bertujuan untuk
memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan
perkembangan masyarakat agar menimbulkan sikap dan perilaku yang
positif.
29

2.11.3 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010: 27) dalam bukunya yang berjudul Ilmu Perilaku
Kesehatan menyatakan bahwa pengetahuan adalah hasil pengindraan
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang
dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada
waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian
besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga)
dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar
dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan yaitu: tahu (know), memahami
(comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis
(synthesis), evaluasi (evaluation).
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudain mencari hubungan antara kompnen-komponen
yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi
bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis
30

adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau


memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap
pengetahuan atas objek tersebut.
e. Sintesis (synthesis)
Sintetis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata laun sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini
dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Misalnya: seorang penjual
saus dapat menilai manfaat menjual saus dengan pewarna yang aman
bagi tubuh.

2.11.4 Sikap

Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan
sebagainya).

Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap


merupakan kesiapan atau ketersediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum
merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan
predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi tertutup. Sikap mempunyai
tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, yaitu sebagai berikut
(Notoatmodjo, 2010):
31

a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus
yang diberikan (objek).
b. Menanggapi (responding)
Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif
terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang
lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain
merespons.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap
apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap
tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila
ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain.

2.11.5 Tindakan

Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk


bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk
terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana
dan prasarana.

Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut
kualitasnya, yaitu praktik terpimpin (apabila subjek atau seseorang telah
melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntutan atau panduan),
praktik secara mekanisme (apabila subjek atau seseorang telah melakukan
seuatu hal secara otomatis tanpa adanya tuntutan atau panduan terlebih
32

dahulu), adopsi (suatu tindakan yang sudah berkembang, artinya apa yang
dilakukan dimodifikasi, atau tindakan yang berkualitas) (Notoatmodjo, 2010).

a. Praktik terpimpin (guided response)


Apabila subjek atau sesuatu telah melakukan sesuatu tetapi masih
tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.
b. Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan
sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.
c. Adopsi (Adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang.
Artinya, apa yang dilakukan tidak sekadar rutinitas atau mekanisme saja,
tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang
berkualitas.

2.12 Aspek Administrasi

2.12.1 Peraturan

Peraturan adalah sesuatu yang mengatur, mengikat dan bersifat baku mutu
agar dapat dilaksanakan dan menciptakan kelancaran suatu kegiatan.
Pedoman dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah ini diatur
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1429 Tahun
2006.
33

2.12.2 Pelaksanaan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1429


Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah
menyatakan bahwa pelaksanaan kesehatan lingkungan di sekolah adalah
tim pelaksana UKS.

2.12.3 Pengawasan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1429


Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah
menyatakan bahwa pengawasan kesehatan lingkungan sekolah dilakukan
oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota bersama dengan Tim
Pembina UKS setempat.

Anda mungkin juga menyukai