Makna Kehidupan
Makna Kehidupan
Skenario: Didalam skrip drama ini pemain berjumlah 6 orang. Drama ini menceritakan sekelompok
pemuda dari keluarga kaya yang tidak mementingkan perasaan orang lain dan selalu menganggap
materi adalah yang terpenting. Berikut adalah alur skenario dari drama tersebut.
Sinopsis:
b) Permasalahan
Alex, Iyan, Anggun dan Rehan menyingkirkan Elsa begitu saja semenjak gadis itu menjadi miskin.
c) Komplikasi
Elsa berencana untuk bunuh diri karena orang tuanya bangkrut dan teman-temannya meninggalkan
dirinya.
d) Catatan 1
Rehan dan Anggun menyakiti hati Elsa dengan perkataan mereka.
e) Catatan 2
Imel, kakak Elsa, berbesar hati memaafkan mereka dan itu membuat mereka menyadari
kesalahannya.
f) Kesimpulan
Alex, Iyan, Anggun dan Rehan sadar tentang arti kehidupan karena Imel dan kematian Elsa.
3. Karakter:
Alex (Antagonis)
Rehan (Antagonis)
Imel (Prontagonis)
Iyan (Tritagonis)
Elsa (Tritagonis)
Anggun (Tritagonis)
4. Latar
1. Tempat : Cafe dan Rumah Sakit
2. Waktu : Siang Hari
Skenario (Dialog)
Alex : Kalian Pesan aja yang banyak gw taktir dah, Pokoknya kalian harus makan sampe kenyang.
Iyan : Baru gajian ya? Baik Amat ?
Alex : udah gk usah Bacot ! Mau ditraktir gak ?
Anggun : Ya jelas mau lah!
Elsa : Mamgw barusan telepon. Dia bilang papgw bangkrut. Semua rumah, mobil dan tabungan di
bank ludes. (Terisak pelan) kami harus pindah ke tempat tinggal yang lebih kumuh. Parahnya lagi
semua kebangkrutan ini karena papa terlibat kasus korupsi dan sekarang dia menjadi buronan polisi
(Menangis)
Alex, Rehan, Anggun dan Iyan memasang raut muka tegang dan
memandang hina kepada Elsa yang sedang menangis.
Elsa : Gw sudah nggak punya apa-apa sekarang, tapi kalian masih mau kan temenan sama gw? Kita
kan bersahabat sejak lima tahun lalu.
Anggun menjauhkan kursinya yang tadinya berada di dekat kursi Elsa. Ia merapat kearah Alex yang
berada disebelahnya.
Anggun : Ya, lu tahu sendiri lah, Sa kita ini sekumpulan pemuda-pemudi kaya. Jadi, mana mungkin lu
bisa menuruti gaya hidup kita?
Iyan : Mending lu pulang dan tengok keadaan orang tuamu, Sa.
Rehan dan Alex hanya memandang dingin kearah Elsa. Elsa pun menatap mereka dengan tatapan
yang sangat sedih.
Elsa : Gw pikir persahabatan kita selama lima tahun ini berarti. Tetapi saat gw jatuh miskin, kalian
campakin gw begitu aja!
Alex : Sudahlah, Sa. Pulanglah. Betul tadi apa kata Iyan. Sudah bagus makanan lu gw bayarin !
Elsa bangkit berdiri dari kursinya kemudian menatap sedih keempat temannya. Kemudian ia
meninggalkan mereka dan keluar dari cafe.
Rehan : Gila si Elsa, masa kita disuruh anggep dia teman sih. Sementara dia udah melarat. Gw jadi
nggak nafsu makan.
Alex : Sama nih, ya udah minta bill aja deh!
Anggun : Guys! Barusan gw dapat kabar kalo ada seorang gadis yang ciri-cirinya mirip Elsa hendak
lompat dari Jembatan !
Rehan : Serius?!
Anggun : Masa kayak gini bohong? Coba cek handphone kalian!
Alex : Yuk, kita langsung ke Jembatan itu ! Lu bareng kita aja, Anggun , Hubungi Iyan, suruh dia
langsung kesana.
Anggun, Rehan dan Alex masuk kedalam mobil. Alex mengemudikan mobil
kearah Jembatan tempat dimana Elsa hendak bunuh diri. Tiba-tiba di
separuh perjalanan, handphone Rehan berbunyi dan raut muka Rehan
berubah menjadi sangat tegang.
Rehan : Guys…. Kita terlambat. Elsa melompat dari Jembatan tersebut dan ia tewas.
Anggun : Kak, maafkan kami. Ini semua salah kami. Kalau kami kasih support ke Elsa, pasti jadinya
tidak akan begini. Tetapi kami malah meninggalkan Elsa begitu saja saat ia membutuhkan kami.
Imel : Sudahlah, kami sudah memaafkan kalian. Ini semua sudah digariskan oleh Yang Maha Kuasa.
Gw Cuma memohon agar kalian terus mendoakan Elsa agar ia tenang disana.
Alex dan Rehan terkesiap menatap Imel yang tidak marah kepada mereka
dan malah memaafkannya.
Rehan : Kami mohon maaf sebesar-besarnya, Kak. Kami pasti terus mendoakan Elsa.
Imel : Tidak perlu minta maaf terus menerus, Van. Elsa hanya tidak kuat menerima kenyataan bahwa
kami semua jatuh miskin. Gw sangat mengerti karena sejak kecil ia hidup dengan bergelimang harta.
Alex, Rehan dan Anggun takjub akan kebesaran hati Imel dan semenjak itu
mereka bertekad untuk lebih menghargai orang lain dan tidak menggunakan
uang sebagai tolak ukur.
Tamat