Anda di halaman 1dari 9

Nama : Dinda Dwipermata Putri

NIM : 04011181823051

LEARNING ISSUES

A. SISTEM PORTA
Vena yang meninggalkan saluran pencernaan tidak langsung menuju ke jantung tetapi
bertemu pada vena portae; vena tersebut masuk ke hepar dan terbagi kembali menjadi beberapa
vena dengan ukuran yang semakin kecil yang akhirnya menyatu dengan pembuluh darah seperti
kapiler, disebut vas sinusoideum.
Sistem porta adalah sistem pembuluh darah mikroskopik dalam bentuk jejaring yang
menghubungkan arteriol dengan venula.
Hepar mendapat vaskularisasi dari beberapa pembuluh darah yaitu vena porta hepatica
dan arteri hepatica. Vena porta hepatica dan arteri hepatica berada di dalam omentum minus dan
alirannya menuju porta hepatis, sedang duktus hepaticus dan vasa limpaticus juga berada di
dalam omentum minus dengan aliran meninggalkan porta hepatis. Vena hepatica meninggalkan
hepar melalui pars posterior untuk bermuara ke vena cava inferior.
Vena porta membawa darah dari saluran pencernaan yang berada di dalam abdomen dari
sepertiga bawah oesophagus sampai pertengahan canalis analis; vena juga membawa darah dari
splen, pancreas dan vesica biliaris. Vena porta masuk ke hepar dan terbagi menjadi kumpulan
sinusoid, tempat darah mengalir ke dalam vena hepatica yang bergabung dengan vena cava
inferior. Panjang vena porta sekitar 2 inci (5 cm) dan terbentuk di belakang collum pancreatis
melalui penyatuan vena splenica dan vena mesenterica superior. Vena naik ke kanan, di
belakang bagian pertama duodenum dan masuk omentum minus. Kemudian vena berjalan ke
atas di depan foramen epiploicum menuju porta hepatis, tempatnya bercabang menjadi ramus
terminalis dexter dan sinister. Sirkulasi porta mulai sebagai plexus kapiler dalam organ-organ
yang dialiri dan berakhir dengan mengosongkan darahnya ke dalam sinusosid pada hepar.
Adapun Cabang-cabang vena porta sebagai berikut:
1. Vena splenica: vena ini meninggalkan hillum splenicum dan berjalan ke kanan dalam
ligamentum splenorenale. Vena menyatu dengan vena mesentrica superior di belakang
collum pancreatis membentuk vena porta. Vena ini menerima venae gastricae breves,
vena gastroepiploica sinistra, vena mesentrica inferior, dan vena pancreatica
2. Vena mesentrica inferior: vena ini naik di dinding posterior abdomen dan bergabung
dengan vena splenica di belakang corpus pancreatis. Vena ini menerima vena rectalis
superior, vena sigmoidea dan vena colica sinistra.
3. Vena mesetrica superior: vena ini naik di radix senterii pada intestinum tenue. Vena
perjalan di depan bagian ketiga duodenum dan bergabung dengan vena splenica di
belakang collun pancreatis. Vena ini menerima vena jejunalis, vena ilealis, vena
ileocolica, vena colica media, vena pancreaticoduodenalis inferior, dan vena
gastroepiploica dextra.
4. Vena gastrica dextra: vena ini mendrainase bagian kanan curvatura minor dan
langsung bermuara ke dalam vena porta.
5. Vena cystica: vena ini mendrainase vesica biliaris langsung ke dalam hepar atau
bergabung dengan vena porta.
Arteri hepatica terletak di depan foramen epiploicum dan berada di sebelah kiri duktus
choledochus dan di depan vena porta. Pada porta hepatis, arteri hepatica terbagi menjadi cabang
kanan dan kiri untuk mendarahi lobus lobus hepar yang berhubungan. Percabangannya
sebagai berikut:
1. Arteria gastrica dextra: terletak di sisi atas pylorus dan berjalan ke kiri pada omentum
minus di sepanjang curvatura minor gaster. Arteri ini beranastomosis dengan arteria
gastrica sinistra.
2. Arteria gastroduodenalis: cabang besar yang berjalan turun di belakang bagian
pertama duodenum. Arteri ini bercabang menjadi arteria gasroomentalis dextra yang
berjalan di sepanjang curvatura major di creaticoduodenalis superior yang turun
diantara bagian kedua duodenum dan caput pancreatis.
3. Arteria hepatica dextra dan sinister: memasuki porta hepatis. Arteri hepatica dextra
biasanya bercabang menjadi arteria cystica yang berjalan ke collum vesicae biliaris.
Anastomosis portokaval (hubungan antara vena porta hepatica dan vena cava
superior/inferior). Vena-vena yang bermuara ke vena cava superior/inferior, bermuara ke vena
porta hepatica. Terdapat empat kemungkinan sirkulasi kolateral via anastomosis portokaval
(ditandai dengan lingkaran hitam):
 Vv. gastricae dextra dan sinistra melalui Vv. Oesophageae dan vena-vena pada sistem
azygos ke V. cava superior. Hal tersebut menyebabkan dilatasi vena-vena submukosa
pada oesophagus (varises oesophagus)
 Vv. Paraumbilicales melalui vena-vena pada dinding abdomen ventral (profunda: Vv.
Epigastricae superior dan inferiorl; superfisial: V. thoracoepigastrica dan V. epigatrica
superfisialis) ke V. cava superior dan inferior. dilatasi vena superfisial dapat muncul
sebagai caput medusae.
 V. rectalis superior melalui vena-vena pada rectum distale dan canalis analis dan
melalui V. iliaca interna ke V. cava inferior
 Anastomosis retroperitoneal melalui V. mesenterica inferior ke V. testicularis/ovarica
dengan hubungan ke V. cava inferior.
Anastomosis Porta Sistemik. Dalam kondisi normal, darah vena melewati hepar dan
bermuara kedalam vena cava inferior pada sirkulasi vena sistemik melalui venae hepaticae. Ini
adalah jalur langsung. Namun, terdapat anastomosis lain yang lebih kecil diantar sistem porta
dan sistemik., dan penting apabila jalur yang langsung itu tersumbat.
Anastomosis tersebut sebagai berikut:
 Pada sepertiga bawah oesophagus, ramus oesophagealis pada vena gastrica sinistra
(cabang vena portae) beranastomosis dengan vena oesopgagealis yang mendrainase
sepertiga bagian tengah oesophagus ke dalam vena azygos (cabang sistemik).
 Di pertengahan jalan ke canalis analis, vena rectalis superior (cabang porta) yang
mendrainase separuh bagian atas canalis analis beranastomosis dengan vena rectalis
media dan inferior (cabang sistemik)., yang masing-masing merupakan cabang
venailiaca interna dan pudenda interna
 Venae paraumbilicales menghubungkan ramus sinister venae portae dengan venae
superficiales pada dinding anterior abdomen (cabang sistemik). Venae paraumbilicales
berjalan dalma ligamentum falciforme dan mengikut ligamentum teres
 Venae pada colon ascendens, colon descendens, duodenum, pancreas dan hepar (cabang
porta) beranastomosis dengan vena renalis, lumbalis, dan phrenica (cabang sistemik).
B. SIROSIS HEPATIS
Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros yang
berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada nodulnodul yang
terbentuk. Sirosis hati adalah penyakit hati kronis yang ditandai oleh adanya peradangan
nekrosis sel hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi dan regenerasi sel hati
disertai nodul sehingga terjadi pengerasan dari hati.
Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis
dan terjadinya pengerasan dari hati yang akan menyebabkan penurunan fungsi hati dan bentuk
hati yang normal akan berubah disertai terjadinya penekanan pada pembuluh darah dan
terganggunya aliran darah vena porta yang akhirnya menyebabkan hipertensi portal. Pada sirosis
dini biasanya hati membesar, teraba kenyal, tepi tumpul, dan terasa nyeri bila ditekan.

a. Patogenesis
Penyalahgunaan alkohol dengan kejadian sirosis hati sangat erat hubungannya. Etanol
merupakan hepatotoksin yang mengarah pada perkembangan fatty liver, hepatitis alkoholik dan
pada akhirnya dapat menimbulkan sirosis. Patogenesis yang terjadi mungkin berbeda tergantung
pada penyebab dari penyakit hati. Secara umum, ada peradangan kronis baik karena racun
(alkohol dan obat), infeksi (virus hepatitis, parasit), autoimun (hepatitis kronis aktif, sirosis
bilier primer), atau obstruksi bilier (batu saluran empedu), kemudian akan berkembang menjadi
fibrosis difus dan sirosis.
b. Gejala dan Tanda Klinis
Stadium awal sirosis sering tanpa gejala sehingga kadang ditemukan pada waktu pasien
melakukan pemeriksaan kesehatan rutin atau karena kelainan penyakit lain. Bila sirosis hati
sudah lanjut, gejala-gejala lebih menonjol terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan
hipertensi porta, meliputi hilangnya rambut badan, gangguan tidur, dan deman tak begitu tinggi.
Mungkin disertai adanya gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis, gangguan
siklus haid, ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat, muntah darah dan/atau melena,
serta perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi, sampai koma.
Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi yaitu:
 Adanya ikterus (penguningan) pada penderita sirosis.
Timbulnya ikterus (penguningan ) pada seseorang merupakan tanda bahwa ia sedang
menderita penyakit hati. Penguningan pada kulit dan mata terjadi ketika liver sakit dan tidak
bisa menyerap bilirubin. Ikterus dapat menjadi penunjuk beratnya kerusakan sel hati. Ikterus
terjadi sedikitnya pada 60 % penderita selama perjalanan penyakit.
 Timbulnya asites dan edema pada penderita sirosis
Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, air menumpuk pada kaki
(edema) dan abdomen (ascites). Faktor utama asites adalah peningkatan tekanan hidrostatik
pada kapiler usus . Edema umumnya timbul setelah timbulnya asites sebagai akibat dari
hipoalbuminemia dan resistensi garam dan air.
 Hati yang membesar
Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah. Hati membesar sekitar 2-
3 cm, dengan konsistensi lembek dan menimbulkan rasa nyeri bila ditekan.
 Hipertensi portal.
Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal yang memetap di atas nilai
normal. Penyebab hipertensi portal adalah peningkatan resistensi terhadap aliran darah melalui
hati.
DAFTAR PUSTAKA

F. Paulsen & J. Waschke . (2012). Sobotta : Atlas Anatomi Manusia Organ-organ : Dalam
Edisi 23 Jilid 2. Jakarta: EGC.

Snell, R. S. (2013). ANATOMI KLINIS Berdasarkan Regio Edisi 9. Jakarta: EGC.

Sutadi, S. M. (n.d.). SIROSIS HEPATITIS. USU digital library , 1-7.

Anda mungkin juga menyukai