N-2 (Aktifitas Keselamatan Kerja)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 36

Bahan Pelajaran Pelatihan Umum Teknik Pertambangan Batu Bara

Proyek Alih Teknologi Pertambangan Batu Bara

N Aktifitas Keselamatan Kerja

N-2 Manajemen Risiko


Daftar Isi

1. Manajemen risiko .........................................................................................................1


1.1 Defenisi manajemen risiko .......................................................................................1
1.2 Implementasi manajemen risiko pada Taiheiyo Coal Mine .....................................2
1.3 Petunjuk tindakan penanggulangan bencana ...........................................................4
1.4 Tindakan pencegahan dini agar tidak terjadi bencana yang besar ...........................5

2. Pelatihan simulasi .......................................................................................................11


2.1 Sistem keadaan darurat ..........................................................................................12
2.2 Petunjuk saat keadaan darurat ................................................................................12
2.3 Pemahaman berita pertama ....................................................................................13
2.4 Pelatihan simulasi yang sebenarnya .......................................................................18

3. Pelatihan evakuasi ......................................................................................................19


3.1 Implementasi keadaan yang sebenarnya ................................................................19
3.2 Pembenahan sistem evakuasi .................................................................................20

4. Fasilitas pemadaman api ...........................................................................................21


4.1 Pencegahan kebakaran tambang bawah tanah ......................................................22
4.2 Tindakan pencegahan swabakar .............................................................................23
4.3 Fasilitas pemadaman api ........................................................................................23
4.4 Pelatihan pemadamam api ......................................................................................27
4.5 Pemadaman api dengan busa .................................................................................30
1. Manajemen risiko
Bagi tambang batu bara di Jepang sekarang ini, bencana besar yang terjadi di tambang
bawah tanah berakibat pada penutupan tambang itu sendiri. Membayar uang jaminan pada
korban, biaya pemulihan bencana, membiarkan area penambangan, dan lebih dari itu
tanggung jawab sosial dari perusahaan yang dipertanyakan akibat timbulnya bencana
tersebut. Oleh karena itu, di tambang kami dari segi manajemen tambang batu bara, adalah
hal yang wajar melakukan segala tindakan pencegahan bencana di lapangan, pertama-tama
berpijak pada kesadaran diri bahwa “bencana adalah hal yang pasti terjadi”, memperjelas
persiapan terhadap keadaan gawat (risikonya), dan pada saat terjadi bencana, berusaha
menghentikan bencana tersebut dengan kerugian yang seminimum mungkin.
Berpikir bahwa bencana adalah bukan hal “yang mungkin terjadi”, tetapi “keadaan
gawat yang tidak dapat dihindari” merupakan langkah awal menuju manajemen risiko
yang efektif.

1.1 Defenisi manajemen risiko


Poin-poin mengenai tahapan persiapan dari manajemen risiko akan dijelaskan seperti
berikut ini :
1) Memperjelas risiko (keadaan gawat)
Faktor keadaan gawat dan bahaya berada dalam bentuk yang bermacam-macam,
dan tindakan yang dilakukan terhadap keadaan tersebut tidak sama antara yang
satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, perlu mengetahui dengan pasti risiko
yang seharusnya ditangani secara prioritas, memutuskan skala yang seharusnya
diperkirakan pada setiap risiko yang dihadapi, dan menyusun strategi yang efektif
memanfaatkan sumber daya manajemen yang ada.
Tambang kami menentukan poin-poin pencegahan bencana besar dan
melaksanakan petunjuk dan pendidikan yang nyata dengan menambahkan poin-
poin praktek dalam satuan tahunan, bulanan maupun mingguan.
2) Kepemimpinan pada saat menghadapi keadaan gawat
Menyelesaikan poin-poin masalah pada sistem manajemen risiko kondisi sekarang
ini, dengan menggambarkan keseluruhan sistem baru yang seharusnya dituju dan
menyusun rencana secara kongkrit.
Menggambarkan sasaran secara praktis dan melaksanakannya secara teratur dan
terus menerus tidak mungkin dilakukan tanpa kepemimpinan manajemen top dan
pengawas manajemen lapangan, terutama kepemimpinan dari manajemen top
yang merupakan syarat penting dalam menentukan manajemen risiko. Mengapa
demikian, karena dalam membangun sistem manajemen risiko, seluruh karyawan
harus bersatu memiliki kesadaran akan tujuan yang nyata dan perlu membentuk
sikap “bekerja sama dalam menyelenggarakan perusahaan”.

N-2-1
Manajemen risiko memerlukan banyak waktu, pegawai maupun biaya. Untuk itu,
pemimpin harus memiliki tekad yang kuat dalam memutuskan dan menyusun ke
dalam strategi manajemen dan mendorong pelaksanaan hal tersebut secara top
down.
Tambang kami menyusun secara tertulis pekerjaan rutin sehari-hari menurut
gagasan pemikiran yang memuat sasaran tahunan usaha pertambangan dan
berusaha mensosialisasikan tindakan pemeliharaan keselamatan kepada seluruh
karyawan pada setiap bagian dan urusan berdasarkan sasaran pekerjaan rutin
sehari-hari.
3) Susunan organisasi manajemen risiko
Organisasi yang berfungsi dengan sebenarnya dan cara menyusun sistem
komunikasi pada saat keadaan darurat akan dijelaskan seperti 3 poin pokok di
bawah ini :
1. Pertama, memperjelas kerja yang diperlukan pada saat keadan darurat. Yaitu
dengan membuat petunjuk tindakan darurat pada tambang batu bara terlebih
dahulu, dan mengatur prioritas kerja pada saat terjadi bermacam-macam
pekerjaan.
2. Kedua, memperjelas organisasi dan pembagian tugas untuk melaksanakan
secara efisien pekerjaan yang timbul pada saat keadaan darurat. Pada saat
menerapkan gagasan pembagian secara vertikal, keadaan dimana terdapat hal-
hal yang tidak jelas pada pembagian tugas dan anggota yang diperlukan, dan
keadaan dimana organisasi terlalu besar yang menyebabkan sistem perintah
komando menjadi terlalu rumit, pada situasi yang membutuhkan tindakan
cepat akan berisiko mengakibatkan keadaan yang membahayakan jiwa.
3. Ketiga, sebagai hal pokok dalam mengelola organisasi, menentukan anggota
organisasi dan orang yang bertanggung jawab, dan menyiapkan saluran
komunikasi darurat. Oleh karena bencana tidak dapat diduga kapan dan
bagaimana bentuk terjadinya, maka harus selalu memperkirakan keadaan yang
terburuk, orang yang bertanggung jawab harus membuat perkiraan rangkap
dua atau tiga. Untuk dapat melaksanakan penerapan hal tersebut dengan lancar
maka perlu mendidik kemampuan manajemen risiko melalui pelatihan yang
rutin.

1.2 Implementasi manajemen risiko pada Taiheiyo Coal Mine


Dalam rangka memperkirakan keadaan terjadinya bencana di dalam maupun di luar
tambang bawah tanah, maka perlu dilakukan tindakan dan penyusunan organisasi
seperti di bawah ini.
1) Mendirikan pusat penangulangan Taiheiyo Coal Mine

N-2-2
Saat terjadi bencana yang tiba-tiba di tambang bawah tanah, mendirikan pusat
penanggulangan khusus untuk menekan kerugian sekecil mungkin seperti dengan
cara di bawah ini.
1. Apabila ada laporan asap atau bau menyengat (swabakar, kebakaran tambang
bawah tanah), tanpa mempersoalkan besar atau kecilnya, langsung membentuk
pusat penanggulangan.
2. Kepala pusat tindakan penangulangan dipilih dari orang yang berkumpul
dengan kedudukan yang paling tinggi, dan apabila hanya kepala seksi saja yang
berkumpul, maka dipilih kepala seksi yang bertanggung jawab di bidang yang
bersangkutan.
3. Setelah mempertimbangkan kondisi kerugian, selanjutnya membimbing
evakuasi anggota kerja ke tempat yang aman, dan membuat sistem yang
memprioritaskan orang yang bekerja sebagai pemadam api.
4. Memperjelas pembagian tugas dan peranan, 2~3 orang kepala seksi dan 1
orang kepala bagian segera masuk ke tambang bawah tanah, dan memberikan
komando di lapangan.
2) Pelatihan sehari-hari
Melaksanakan berbagai macam pelatihan sehari-hari, agar dapat melakukan
penanggulangan secara cepat pada saat terjadi bencana.
1. Melaksanakan pelatihan evakuasi (3 bulan sekali) dengan memperkirakan
telah terjadi kebakaran tambang bawah tanah, ledakan gas dan lain-lain,
menggunakan ruang pusat penanggulangan untuk mengetahui seluruh petugas
dan seluruh pekerja tambang bawah tanah.

Memberikan petunjuk pelatihan evakuasi dari ruang komando

Mengumpulkan laporan yang diterima dari lapangan

N-2-3
2. Pengawas pengendali berkumpul (setahun 2 kali), melaksanakan pelatihan
simulasi dengan memperkirakan bencana terjadi di tambang bawah tanah.
3. Petugas tambang bawah tanah sebulan sekali melaksanakan bimbingan
pendidikan pemeliharaan keselamatan, jalan evakuasi, dan lain-lain.
4. Menyusun regu penyelamat (sebanyak 78 orang) yang terdiri dari orang yang
berkualifikasi, dan melaksanakan pelatihan secara berkala.
3) Bagan sistem komunikasi saat keadaan darurat
Diagram sistem komunikasi saat keadaan darurat di tambang kami ditunjukkan
dibawah ini.

1.3 Petunjuk (manual) tindakan penanggulangan bencana [ pembuatan rencana


pemeliharaan keselamatan ]
Setelah pembuatan organisasi, merupakan hal yang penting adalah membuat
rencana menghadapi keadaan darurat, kumpulan hal-hal ini disebut “petunjuk
tindakan penanggulangan bencana”.
Tambang kami setiap tahunnya membuat rencana pemeliharaan keselamatan
yang menjadi petunjuk terperinci mengenai tindakan pencegahan menurut bencana
(tindakan terhadap ledakan gas dan debu batu bara, swabakar, kebakaran tambang
bawah tanah, semburan gas, ledakan batuan dan semburan air). Selanjutnya juga
melaksanakan pembuatan petunjuk sistem evakuasi darurat, regu penyelamat, sistem
pengelolaan regu pemadam api, dan lain-lain.
Berikut ini merupakan cara kerja secara kongkrit bagaimana dapat membuat
rencana yang berguna mengatasi suatu permasalahan.

1. Step pertama
Pertama-tama memperkirakan secara kongkrit dan dari banyak sudut
pandang macam-macam risiko bencana yang secara realitas mungkin terjadi.
Untuk itu, memperjelas jenis-jenis bencana maupun kecelakaan yang menjadi
sasaran, pada masing-masing bencana tersebut memperjelas skala, level
bencana, apakah bencana pada area yang luas atau pada bagian tempat tertentu,
dan lain-lain. Selanjutnya, menetapkan batasan maupun tempat yang mungkin
terjadi akibat meluasnya kerugian, dan juga merupakan hal yang penting
adalah menetapkan waktu terjadinya kecelakaan maupun bencana.
2. Step kedua
Selanjutnya, menganalisis kerugian dan pengaruh keadaan darurat, di mana
dari hasil tersebut dapat ditentukan tindakan penanggulangan secara kongkrit.
Sebagai hasilnya, perlu dibuat daftar tabel (list) urutan kerja untuk
melaksanakan tindakan penyelamatan nyawa, menjamin manajemen informasi

N-2-4
dan sistem komunikasi saat keadaan darurat, dan pemulihan keadaan.
Terutama, membentuk sistem komunikasi darurat dan cara penyampaian
informasi yang tidak terputus pada saat keadaan darurat, seperti telepon, fax,
radio induksi, dan sistem komputer on line, juga merupakan faktor yang
penting.

1.4 Tindakan pencegahan dini agar tidak terjadi bencana yang besar
Sebagai takdir dari tambang batu bara bawah tanah, maka tindakan pencegahan
bencana besar seperti ledakan gas dan debu batu bara, kebakaran tambang bawah
tanah, dan lain-lain pada saat menambang batu bara dengan mengembangkan lorong
sampai jauh di dalam bawah tanah, merupakan hal yang sangat penting.
Untuk itu, perlu menetapkan tindakan pencegahan mengenai bencana yang
mungkin berhubungan dengan bencana yang besar.
1) Tindakan pencegahan kebakaran tambang bawah tanah
Di tambang bawah tanah terdapat benda-benda yang mudah terbakar dalam
jumlah yang besar seperti jenis kayu, mesin, jenis alat-alat listrik, belt, kabel, batu
bara, dan lain-lain, dan selain itu terdapat aliran udara yang timbul karena
ventilasi paksa sehingga menyebabkan tambang bawah tanah merupakan
lingkungan yang sangat tidak mendukung usaha pencegahan meluasnya kerugian.
Sebagai ciri kebakaran tambang bawah tanah, dampak dari kebakaran (gas
berbahaya seperti CO, SO2, akan menyebar bersama aliran angin) akan mencapai
area yang sangat luas. Terutama saat terjadi pada lorong udara masuk, apabila
gagal memadamkan api pada tahap awal, kerugian akan meluas dengan cepat,
bahkan orang yang berada jauh dari sumber api pun kemungkinan dapat menjadi
korban. Lalu, perbedaan temperatur karena kebakaran dan berhentinya kipas
angin akibat terbakarnya kabel dapat membuat sistem ventilasi menjadi kacau,
dan kemungkinan dapat menyebabkan bencana sekunder.
Untuk itu, di tambang kami dilaksanakan tindakan seperti dibawah ini.
1. Tindakan pencegahan
A. Menetapkan standar pengendalian fasilitas (belt, ruang listrik dan mesin,
dan lain-lain).
B. Kesempurnaan perlengkapan pemeliharaan keselamatan.
C. Sistem patroli dan manajemen pemeliharaan keselamatan yang dapat
dipercaya.
2. Tindakan penemuan dini
A. Menempatkan sensor-sensor tertentu dengan tepat (CO, asap, ITV, dan lain-
lain).

N-2-5
B. Kesempurnaan sistem pengawasan terpusat (sistem alarm, analisis
menggunakan komputer).
3. Sistem pemadaman api tahap awal
A. Menjamin sumber air yang dipakai untuk pemadaman api (2 rute, tindakan
terhadap mati listrik).
B. Kesempurnaan fasilitas pemadaman api
 Kesempurnaan fasilitas pemadaman api otomatis pada ruang mesin,
ruangan transformator listrik, dan lain-lain.
 Penempatan dengan benar keran (hydrant) dan peralatan pemadam api.
 Penempatan basis dan semi basis pemadaman api, lori pembentuk busa
dan bahan-bahan penutup rapat (penyekatan).
4. Pencegahan meluasnya kerugian
A. Mendorong penggunaan bahan-bahan yang tidak dapat terbakar pada
lorong (terutama lorong udara masuk dan buang utama, serta lorong belt
utama).
B. Penggunaan belt, kabel dengan bahan yang sulit terbakar.
C. Lorong belt conveyor dijadikan lorong udara buang.
5. Pembenahan sistem evakuasi
A. Kesempurnaan fasilitas evakuasi
 Pengaturan tempat evakuasi, ruangan kedap udara dan tempat berkumpul
keadaan darurat.
 Membawa masker CO masing-masing dan menempatkan masker O2.
B. Membimbing evakuasi berdasarkan perintah tahap awal dari ruang komando
 Sistem kontrol masuk dan keluar tambang bawah tanah.
 Jaringan komunikasi dengan telepon darurat dan radio induksi.
 Persiapan petunjuk evakuasi dan berbagai macam peta rute.

Seperti diatas telah diuraikan tindakan pencegahan kebakaran tambang bawah tanah,
mengenai pencegahan meluasnya kerugian dengan cara penggunaan bahan yang tidak
dapat terbakar dan sulit terbakar melalui penyemprotan torkret akan dijelaskan berikut ini.
Sebagai tindakan pencegahan kebakaran tambang bawah tanah, telah digalakkan
penggunaan bahan-bahan yang tidak terbakar dan sulit terbakar melalui penyemprotan
torkret pada ruang listrik ukuran besar dan ruang mesin ukuran besar, dan lain-lain, dan
selanjutnya dilaksanakan pembuatan lorong udara masuk dan udara buang utama yang
tidak terbakar, untuk menjaga jalan evakuasi, mengurangi tahanan udara ventilasi, serta
memelihara dan meningkatkan keamanan lorong.
Bercermin pada kejadian kebakaran tambang bawah tanah tambang Ariake pada tahun
1984, dengan pertama-tama berpikir menjamin tersedianya jalan evakuasi yang aman,

N-2-6
sekarang ini telah berhasil mendorong rencana jangka panjang konstruksi dengan
menggunakan bahan-bahan yang tidak terbakar dan tidak mudah terbakar berdasarkan
metode torkret.
Hingga saat ini, proses pembuatan lorong ventilasi utama dan lorong belt utama yang
tidak terbakar dan tidak mudah terbakar telah rampung, di mana dari lorong sepanjang
177.808m yang dipertahankan, 123.813m lorong telah menggunakan bahan-bahan yang
tidak terbakar dan tidak mudah terbakar, yang berarti telah mencapai rasio kemajuan
sekitar 69,6 %.
Selain itu, untuk bagian bergerak dari belt conveyor, ruang mesin ukuran besar, ruang
listrik ukuran besar, ruang pengisian batere, dan lain-lain, sudah dilakukan sampai saat
perampungan.
Berikut ini akan dijelaskan secara sederhana mengenai metode torkret.
Perbandingan campuran bahan yang digunakan untuk penyemprotan torkret.
Semen : 1
Pasir : 4
Zat pencepat : 0,5
Pasir disuplai dengan PBC ke dalam mixer, lalu semen dimasukkan ke dalam mixer
dicampur dengan zat pencepat.
Apabila bahan campuran tersebut dikirim ke alat penyemprot ariba, maka campuran
tersebut selanjutnya dikirim oleh udara tekan (3~4 kg/cm2) berkecepatan tinggi, menempuh
jarak panjang (300~500m) sampai ke posisi semprot dalam kondisi kering.
Selanjutnya, air yang telah diatur disuplai ke nozzle dan ditambahkan ke bahan
campuran semen sesaat sebelum disemprotkan dari nozzle, dan disemprotkan bersama ke
permukaan yang akan dilapisi.

N-2-7
Di bawah ini tertera bagan penempatan pangkalan torkret dan gambar standarnya.

Bagan penempatan pangkalan beton semprot sistem kering

Gambar standar penyemprotan beton

N-2-8
2) Tindakan pencegahan swabakar
1. Cara berpikir dasar
A. Pengurangan tahanan udara ventilasi berdasarkan pembenahan struktur
kerangka (menjaga penampang yang tepat).
B. Membuang lorong yang tidak perlu (menyekat dengan segera gob dan
mengurangi panjang lorong yang dipertahankan).
C. Metode penambangan yang tepat, urutan penambangan (menambang lapisan
utama dulu, penanganan dengan pilar sisa sempurna).
2. Tempat-tempat yang dikuatirkan

N-2-9
A. Menutup rapat gob dengan segera memakai flyash.
B. Pengisian gob dan rongga kosong dengan sludge preparasi batu bara.
C. Injeksi dinding batu bara dan mengisi rongga di belakang penyangga
dengan serbuk batuan dan adukan semen (cement milk).
D. Setelah mengebor lubang pengamatan temperatur dan gas, melaksanakan
pengamatan secara terus menerus.
3. Sistem pengawasan dan pengamatan
A. Melakukan peninjauan (di dalam penyekatan, lubang pengamatan dan pipa
gas) oleh petugas ahli menurut standar pengamatan dan peringatan.
B. Menentukan standar pertimbangan kecenderungan keadaan tidak normal
berdasarkan analisis gas.
C. Mengawasi secara terpusat pengukur gas CO, dan melakukan pertimbangan
alarm dengan komputer di ruang komando.
3) Pencegahan ledakan gas dan debu batu bara
1. Cara berpikir dasar
A. Mengurangi tahanan udara ventilasi dengan membenahi struktur kerangka
dan mempertahankan jumlah aliran udara yang diperlukan.
B. Pembatasan jumlah gas CH4.
C. Penempatan petugas teknik pemeliharaan keselamatan dengan tepat.
2. Mempertahankan jumlah aliran udara yang diperlukan
A. Mempertahankan penampang lorong dengan tepat dan pengelolaan fasilitas
ventilasi.
B. Keseimbangan tekanan ventilasi secara tepat berdasarkan pengoperasian
kombinasi kipas angin utama, kipas angin bantu dan kipas angin lokal.
C. Peningkatan jumlah angin efektif berdasarkan ventilasi sistem diagonal dan
pembuangan (pengabaian) lorong yang tidak diperlukan.
3. Pengendalian jumlah gas
A. Pembatasan jumlah gas.
B. Peninjauan oleh petugas teknik pemeliharaan keselamatan dan pengukuran
gas menurut standar pengendalian.
C. Pengebirian gas dengan pengeboran drainase gas (kombinasi lubang
pendek, sedang dan panjang).
D. Setelah penambangan, pencegahan gas mengalir keluar berdasarkan
pengaturan tekanan negatif drainase gas.
4. Penanganan debu batu bara
A. Pengendalian sumber timbulnya debu batu bara dengan menggunakan
penyiraman air dan penyemprotan kabut.

N-2-10
B. Penyebaran bubuk batuan dengan seksama berdasarkan rasio standar
penyebaran.
5. Pencegahan perambatan ledakan
A. Memasang rak air berdasarkan standar.
6. Pengendalian sumber api
A. Pelaksanaan peledakan dengan tepat.
B. Pelaksanaan interlock alat-alat listrik berdasarkan pembatasan jumlah gas.
C. Tindakan pencegahan bahaya listrik statis.
 Tindakan pencegahan dan pengaturan daerah akumulasi listrik
(pembumian/ground, dan lain-lain).
 Penempatan yang tepat berdasarkan standar.
4) Pencegahan munculnya gas secara tiba-tiba
1. Tindakan pencegahan dini
A. Pemeriksaan kondisi geologi berdasarkan pengeboran eksplorasi.
2. Pencegahan meluasnya kerugian
A. Memberikan pendidikan sebelumnya kepada orang yang berkaitan dan
pengumuman wilayah penunjukkan.
B. Penguatan pengeboran pandu sesuai standar.
C. Pembatasan ventilasi seri.
D. Kesempurnaan fasilitas evakuasi.
E. Penguatan ruang lingkup pemutusan sumber listrik.
F. Pembatasan metode peledakan.

2. Pelatihan Simulasi
Pada saat terjadi bencana di tambang bawah tanah, pemadaman api tahap awal dan
evakuasi orang yang berada di tambang bawah tanah dengan secepatnya merupakan syarat
mutlak yang diperlukan untuk mengatasi bencana sekecil mungkin.
Bila bencana terjadi dalam waktu yang lama, kelangsungan keberadaan tambang batu
bara diperkirakan tidak dapat dipertahankan lagi. Terutama, pengawas manajemen perlu
selalu mengetahui kondisi di tambang bawah tanah, pengawas manajemen saling
memelihara pembawaan sikap siap siaga, dan harus melaksanakan pelatihan untuk
memperkecil seminimum mungkin bencana yang terjadi.
Di Taiheiyo Coal Mine juga dilaksanakan pelatihan simulasi terhadap para pengelola
manajemen secara berkala.
Berikut ini akan dipaparkan sistem pelatihan simulasi, dengan asumsi telah terjadi
kebakaran di tambang bawah tanah Taiheiyo Coal Mine.

N-2-11
2.1 Sistem keadaan darurat
(1) Aksi dasar pusat penanggulangan bencana di tambang bawah tanah
1) Menjadikan orang dengan posisi tertinggi sebagai kepala pusat tindakan
penanggulangan.
2) Kepala pusat tindakan penanggulangan memanggil petugas yang diperlukan
(terutama orang yang berkaitan dengan ventilasi, kelistrikan, permesinan, dan
perencanaan).
3) Memperjelas tugas dan peranan masing-masing berdasarkan perintah kepala
pusat tindakan penanggulangan.
4) Segala perintah dikeluarkan setelah mendapat pengesahan kepala pusat tindakan
penanggulangan.
5) Kepala pusat tindakan penanggulangan memperkirakan dan mempertimbangkan
keadaan terburuk yang mungkin terjadi.
6) Mendapatkan informasi yang akurat.
7) Memprioritaskan pengendalian petugas (keputusan evakuasi dan mengurung diri,
regu penyelamat dan regu pemadam api).
8) Pengawas secepatnya pergi ke lapangan tempat kejadian dan mengambil alih
komando.
9) Sistem laporan antara pusat dan lapangan tempat kejadian yang intensif.
10) Laporan pengawasan terpusat (gas CO, CH4, asap, kamera ITV).
11) Membuat gambar diagram (pegawai, udara masuk dan buang, penempatan
distribusi kabel listrik dan saluran air).
12) Mengambil catatan dan record.
13) Menjaga rute pengangkutan.

※Saat terjadi kebakaran di tambang bawah tanah, mengusahakan seluruh tenaga


untuk pemadaman api tahap awal.
“Nyawa manusia tergantung pada usaha dan kerja dari pusat tindakan”

※ “Apakah sistem komunikasi antar tempat berjalan dengan baik !”


Pengontrol pemeliharaan keselamatan, pengontrol teknik pemeliharaan
keselamatan, pengawas pemeliharaan keselamatan, kantor pengawas
pemeliharaan keselamatan tambang Kushiro, kantor cabang Tokyo, kantor
Sapporo, serikat pekerja, keluarga, perusahaan kerja sama

N-2-12
2.2 Petunjuk saat keadaan darurat
(1) Jangan mengabaikan keadaan aneh dan informasi yang sekecil apapun.
1) Tanda bahaya (alarm) dari Sensor
2) Laporan dari tambang bawah tanah
(2) Apakah ada informasi yang tidak cukup dalam mempertimbangkan dan
menetapkan.
1) Informasi ganda (bagaimana posisi atas angin dan bawah angin)
2) Informasi yang kacau (pengecekan benar salahnya)
(3) Perintah dikeluarkan dengan tegas dan jelas.
1) Menyebut nama
2) Secara kongkrit, siapa, apa, bagaimana  diminta untuk mengulang kata
(4) Perintah harus ditulis dalam memo.
(5) Memperkirakan dan mempertimbangkan keadaan terburuk.
(6) Jangan lupa bahwa nyawa pegawai yang ada di tambang bawah tanah tergantung
kepada pusat tindakan penangggulangan.
(7) Memanggil segera tenaga yang diperlukan ke pusat tindakan penangggulangan.
(8) Memerintahkan orang yang bertanggung jawab segera pergi ke lapangan.
Kepala seksi, kepala sub-seksi, kepala sektor, pemimpin regu pemadam api, orang
yang berhubungan dengan ventilasi.

2.3 Pemahaman berita pertama


(1) Mengecek laporan dan informasi
Apa, kapan, dimana, siapa, kenapa terjadi.
(2) Apakah ada ketidaklengkapan perintah dan informasi dari ruang komando.
1) Penemuan sumber api (tempat persisnya)
 Apakah telah siap melaksanakan perintah pemadaman api tahap awal.
 Apakah telah siap memberitahukan ke seluruh tambang bawah tanah.
 Apakah telah siap melaksanakan perintah evakuasi yang tepat.
(3) Apakah memerlukan pemeriksaan
1) Penunjukan orang yang sesuai.
2) Perintah memeriksa hal-hal yang diperlukan
1. Apa yang menjadi sumber bau.
2. Apakah keluar asap (penglihatan, warna, arah).
3. Dimana tempatnya.
4. Apakah dapat dipadamkan pada tahap awal.
(4) Mengetahui perkiraan keadaan penyebaran asap
1) Mengetahui secara garis besar mengenai keadaan penyebaran asap
(pengaruhnya pada tiap bagian)

N-2-13
1. Udara masuk ~ seluruh tambang bawah tanah ~ penyebaran
2. Tengah timur ~ udara buang Masuura timur
3. Tengah barat ~ Tengah timur ~ udara buang Masuura timur
4. Tengah barat ~ Shirito
5. Tengah barat ~ Tengah timur dan Shirito
6. Shirito ~ udara buang Shirito
2) Membuat gambar (peta) dengan segera oleh orang yang berhubungan dengan
ventilasi
1. Berbeda dengan udara masuk dan buang dalam keadaan normal.
2. Jalan asap adalah jalan udara buang dan daerah aman adalah jalan udara
masuk.
3) Memanfaatkan pengawasan terpusat
1. Gas CO
2. Gas CH4
3. Detektor asap
4. ITV
(5) Perintah darurat
1) Memberitahu terjadi situasi darurat kepada seluruh pekerja
1. Pembatasan penggunaan alat komunikasi radio.
2. Semua perintah menggunakan telepon.
3. Melepaskan mercaptain.
4. Mengendalikan pegawai (terhadap penanggung jawab).
2) Cara berpikir dasar pemadaman api
1. Perintah pemadaman api tahap awal
A) Menugaskan pemadaman api kepada pekerja yang ada didekatnya
(menjamin agar ada pegawai yang melaksanakan).
B) Perintah rute pemadaman dari arah datangnya angin/atas angin
(menjamin keselamatan orang yang memadamkan api).
C) Mengangkat orang yang memberikan komando lapangan (diatas
penanggung jawab, paling tepat kalau ada kepala sub-seksi atau kepala
sektor).
D) Mengangkat orang yang melaporkan keadaan pemadaman api (penting)
 Apa yang terbakar (belt, batu bara, papan kayu lagging, atap atau
lantai).
 Kekuatan api.
 Jumlah asap, warna, arah, bau.
 Pegawai pemadam api (menunjuk namanya jika tahu).
 Kekurangan jumlah air dan alat-alat (slang dan lain-lain).

N-2-14
 Kekurangan tenaga kerja.
2. Sistem bantuan pemadaman api
A)Bantuan pekerja disekitarnya (selain orang yang berada di arah perginya
asap/di bawah angin)
 Menyuruh untuk membawa peralatan pemadaman api.
 Pemanfaatan basis dan semi basis pemadaman api.
B) Memanggil regu penyelamat dan regu pemadam api ke tambang bawah
tanah.
C) Pemanggilan No.1 regu penyelamat dan regu pemadam api.
D) Mengedarkan kereta landasan formasi regu pemadam api.
3. Sistem pemadaman api sekunder
A) Tindakan pencegahan meluasnya kebakaran (penempatan pipa air secara
tepat)
B) Pemadam api dengan busa (regu pemadam api) ……….. sangat sulit
C) Penyekatan dan membanjiri dengan air
4. Perintah evakuasi
A) Evakuasi dalam sistem ventilasi keadaan sekarang
 Ada kekuatiran kekacauan kalau dilakukan perubahan ventilasi
B) Di mulai dari zona dengan tingkat bahaya yang tinggi
C) Perintah evakuasi dilakukan dengan ringkas dan jelas
 Perintah menurut masing-masing blok (paling baik menurut masing-
masing sektor)
 Tergantung dari keperluannya, perintah bisa dikelurakan untuk setiap
butt level (paras masuk)
D) Memperjelas jalan evakuasi
 Memberi petunjuk lorong yang dilewati sampai tiba di lorong udara
masuk yang aman (melewati lorong ini dan itu)
 Memberi petunjuk tempat berkumpul terakhir (sampai tempat ini dan
itu)
E) Jangan melupakan pekerja yang ada di lorong udara buang dan tempat
yang terpisah jauh.
F) Menyuruh untuk bertindak secara kelompok (terhadap penanggung
jawab)
G) Mengendalikan pekerja dan melakukan pelaporan setelah evakuasi
selesai
H) Perintah penggunaan masker CO dan oksigen untuk tempat tertentu
5. Cara berpikir mengurung diri
A) Evakuasi seluruh anggota merupakan hal yang mendasar

N-2-15
B) Mengapa mengurung diri
 Keterlambatan perintah evakuasi (ruang komando)
 Pendengaran yang terlewat pada saat perintah evakuasi (lapangan)
 Jalan evakuasi terputus karena asap
 Pertimbangan diri sendiri dengan semaunya di lapangan dan lain-lain,
dan jangan lupa, bahwa pegawai perusahaan ini tidak terbiasa dengan
cara mengurung diri.
6. Cara menyuruh mengurung diri
A) Perintah bertindak secara bersatu bagi seluruh anggota
B) Pengangkatan orang yang memberi komando di lapangan
C) Mengetahui dengan pasti tempat mengurung diri dan pegawai yang ada
(nama dan jenis pekerjaan)
D) Membuat kondisi yang senantiasa dapat berkomunikasi (radio
komunikasi, kabel induksi)
E) Mengirimkan informasi pada saat yang tepat (mendorong semangat,
tegur sapa)
7. Menjamin airline (lin udara)
A) Kemungkinan saluran udara yang lepas di lapangan kebakaran
B) Bahaya yang disebabkan oleh tindakan secara mendadak orang yang
sedang melakukan evakuasi (menjamin ketersediaan oksigen secara
langsung dengan memotong saluran udara).
8. Pertimbangan cara melepaskan diri dari bahaya
A) Penyelamatan oleh regu penyelamat
B) Pengendalian ventilasi
3) Cara berpikir mengenai pengendalian ventilasi
Sangat sulit memutuskan akibat dari pengendalian ventilasi yang disertai
dengan perubahan yang besar dari arah angin dan terhentinya kipas angin, dan
ada kekuatiran terjadi bencana sekunder karena perubahan jalan asap yang
tidak terduga. Tidak dapat dengan mudah melaksanakan hal tersebut walaupun
ada ahli mengenai ventilasi.

1. Memahami tujuan pengendalian lalu melaksanakannya


A) Pencegahan meluasnya kebakaran (pembatasan kecepatan angin)
B) Pencegahan arus balik (menambah kecepatan angin)
 Menambah kekuatan tiupan angin dari belakang untuk menjamin
keselamatan orang yang memadamkan api
C) Pencegahan penyebaran asap

N-2-16
 Mengendalikan bercampur masuknya asap ke dalam udara masuk
karena tekanan balik dan angin bocor
 Jalan asap yang bermacam-macam arah dikumpulkan kesatu arah
D) Tindakan penyelamatan jiwa orang yang mengurung diri
 Menjamin keselamatan rute penyelamatan jiwa
 Menghilangkan asap dengan segera
2. Hal yang perlu diperhatikan
A) Perlu kesiapsiagaan karena tidak dapat mengembalikan ke keadaan
semula bila sekali telah terlanjur dilakukan
B) Adalah hal yang bahaya melakukan pengendalian yang dapat membuat
rute asap yang baru (memerlukan pemeriksaan evakuasi seluruh anggota
ke bawah angin)
C) Apakah ada dampak kepada orang yang melakukan pemadaman sumber
api (tindakan evakuasi sementara)
D) Apakah ada cara memeriksa hasil
 Penempatan pegawai
 Informasi dari sensor
4) Perkiraan keadaan terburuk
Pusat tindakan penanggulangan selalu memperkirakan keadaan terburuk
yang mungkin terjadi, dan merupakan hal yang penting memikirkan tindakan
demi tindakan yang diperlukan, dan perlu kesiapan mental mencegah panik
yang terjadi pada pusat tindakan penanggulangan itu sendiri.
Kepala pusat tindakan penanggulangan sama sekali tidak boleh panik dan
kacau.
1. Menjamin ketersediaan jumlah air
A) Tertutupnya katup karena pipa besi yang tidak bagus
B) Kemungkinan pipa air terlepas
C) Perubahan lin dan penambahan kekuatan
D) Pemanfaatan pipa slime, pipa air preparasi batu bara, dan lain-lain
E) Pemanfaatan lin air buangan dan lin air hujan
2. Kekacauan ventilasi
A) Mati listrik tak terduga karena kabel terbakar (termasuk kipas angin)
B) Hubungan singkat ventilasi karena terbakarnya kayu perentang
C) Bencana pada tempat yang ventilasinya tidak stabil (arah angin dan
jumlah anginnya tidak tetap)
D) Dampak kenaikan temperatur karena meluasnya pembakaran
E) Bercampur masuknya asap ke dalam udara masuk karena tekanan balik
dan angin bocor

N-2-17
F) Kesalahan pertimbangan akibat pada pengendalian ventilasi
3. Meluasnya kebakaran
A) Tindakan pencegahan meluasnya kebakaran dengan pipa air
B) Perlindungan saluran penuntun gas dan tindakan penghentian sebagian
C) Perlindungan jalur kabel utama dan tindakan merubah rute pengiriman
listrik
4. Kegagalan pemadaman api tahap awal
A) Keterbatasan pemadaman api tanpa masker pelindung
 Tidak terjaminnya keselamatan orang yang memadamkan api karena
kekacauan ventilasi (arus balik asap, dan lain-lain)
 Tidak dapat mendekati sumber api karena meluasnya kebakaran
B) Pertimbangan pemadaman api sekunder
 Pemadaman api langsung oleh regu penyelamat
 Membanjiri dengan air (penyelidikan batasannya)
 Pemadaman api dengan busa
5. Ledakan gas berturut-turut
A) Peningkatan jumlah gas karena terhentinya saluran penuntun gas
B) Peningkatan karena mati listrik dan terhentinya kipas angin

Demikianlah sistem dengan asumsi terjadi kebakaran di tambang bawah tanah,


telah dijelaskan mulai dari pemahaman kondisi sikap mental dan tindakan
mengatasinya, tetapi yang lebih penting dari itu adalah mencegah jangan sampai
terjadi bencana tersebut. Apabila sampai terjadi pertama-tama yang harus dipikirkan
adalah keselamatan nyawa manusia, maka untuk itu harus melaksanakan pelatihan
sehari-hari.

2.4 Pelatihan simulasi yang sebenarnya


Pada saat sensor asap group belt jenjang ke-9 secara tiba-tiba beraksi, pada saat yang
sama alarm keadaan tidak normal alat ukur gas CO diatas pocket (bunker) butt level 1 barat
sumuran miring paralel no.2 mengeluarkan tanda.
※Diasumsikan terjadi kebakaran tambang bawah tanah karena belt pada belt
conveyor utama.
(1) Tujuan pengangkatan masalah
Sumuran miring paralel no.2 (dari bawah group belt jenjang ke-7) sekarang
menjadi lorong udara masuk utama (2.000m3/menit~2.500m3/menit) yang bergabung
dari thirl 9 sumuran miring utama no.2, dan udara masuk masing-masing bercabang
ke butt level 1 tengah timur, sektor barat dan sektor ke-8.

N-2-18
Lalu, biasanya pada ruang komando senantiasa dilakukan pengawasan, dan pada
keseluruhan lorong permanen dilakukan pencegahan meluasnya kebakaran, namun
tetap ada kemungkinan terjadi kebakaran karena belt, oleh karena itu masalah ini
diangkat untuk memahami sistem ventilasi agar dapat mengeluarkan pertimbangan
dan perintah yang tepat.

3. Pelatihan evakuasi
Di Taiheiyo Coal Mine dilaksanakan pelatihan evakuasi dengan asumsi telah terjadi
kebakaran tambang bawah tanah, ledakan gas, dan lain-lain, 3 bulan sekali dengan sasaran
orang yang bekerja masuk ke tambang bawah tanah.
Hal ini ditetapkan dalam pasal 102 peraturan pemeliharaan keselamatan pertambangan,
namun lebih dari itu banyak nyawa yang hilang akibat terjadinya ledakan gas, kebakaran
tambang bawah tanah, dan juga nyawa hilang akibat meluasnya bencana karena bencana
sekunder. Untuk mencegahnya adalah hal yang penting selalu melakukan pelatihan pindah
dan pengungsian secara darurat dengan cepat dari tempat bencana ke tempat yang aman.

3.1 Implementasi keadaan yang sebenarnya


(1) Pendidikan hari pemeliharaan keselamatan
Setiap awal bulan, pada hari pemeliharaan keselamatan dengan sasaran
terhadap seluruh penanggung jawab, setiap orang dibagikan diagram gambar
(tercantum sistem ventilasi, ruang kedap udara, lokasi penempatan masker
oksigen, fasilitas pemadaman api, dan lain-lain) sekitar lapangan, untuk menyuruh
memikirkan cara evakuasi sesuai dengan kondisi bencana, dan melaksanakan
pendidikan kepemimpinan bagi pegawai yang bertugas memimpin.
(2) Pelatihan evakuasi secara praktis
Dilaksanakan setiap 3 bulan dengan sasaran terhadap seluruh pegawai di
tambang bawah tanah. Pada saat pelaksanaan, dilaksanakan secara spontan tanpa
pemberitahuan hari dan jam pelaksanaannya, seluruh pegawai tambang bawah
tanah menyingkir ke tempat yang aman atau mengurung diri di ruang yang kedap
udara. Penanggung jawab yang memimpin pegawai yang sedang bertugas,
foreman, petugas pemeliharaan keselamatan atau petugas yang tidak dipimpin
karena bekerja sendiri menelepon ke pusat penanggulangan bencana (di luar
tambang bawah tanah) untuk melaporkan tempat evakuasi, jenis pekerjaan, nomer,
nama dan juga melaporkan jenis pekerjaan, nomer, nama orang yang di bawah
kendalinya (perintah). Setelah selesai pelatihan, dilaksanakan pendidikan yang
diperlukan pada saat terjadi bencana tersebut.
Latihan evakuasi ini semuanya dilakukan tanpa ada pemberitahuan
sebelumnya.

N-2-19
Selain itu, cara pelaksanaan pelatihan terhadap orang yang tidak ikut
berpartisipasi, penanggung jawab yang bersangkutan memimpin orang yang tidak
ikut berpartisipasi (termasuk orang yang tidak masuk kerja pada hari itu),
menjelaskan isi pelatihan dan melaksanakan pendidikan cara evakuasi, jalan yang
dilalui, dan lain-lain.
(3) Hari pemeliharaan keselamatan khusus
Hari pemeliharaan keselamatan khusus dilaksanakan karena bercermin pada
kejadian yang terjadi berturut-turut, yaitu pada bulan Januari 1984 kebakaran
tambang bawah tanah Ariake di Mitsui Miike, pada bulan April 1985 ledakan gas
tambang batu bara Mitsubishi Takashima, dan pada Mei 1985 ledakan gas
tambang batu bara Mitsubishi Oyubari, dengan tujuan meningkatkan kesadaran
masing-masing individu akan pentingnya pemeliharaan keselamatan dan
bersamaan dengan itu berusaha mencegah bencana agar tidak terjadi lagi bencana
serupa dimasa mendatang. Untuk itu sejak tahun 1985 tiap tahun bulan Juni hari
Kamis pertama sebagai aktifitas pemeliharaan keselamatan diri sendiri,
mengimplementasikan ketetapan sebagai hari pemeliharaan keselamatan khusus.
Sebagai implementasi secara kongkrit diadakan pelaksanaan pendidikan
pemeliharaan keselamatan, perdebatan mengenai pemeliharaan keselamatan (tema
tahun 2000 : Di mana kemungkinan lokasi terjadi kebakaran di lapangan dan
bagaimana menghadapinya), serta pelaksanaan pelatihan evakuasi berjalan sampai
ke halte lori manusia melalui lorong dengan rute yang tidak lazim karena
diasumsikan terjadi kebakaran.

3.2 Pembenahan sistem evakuasi


Pada saat terjadi bencana yang sesungguhnya, untuk melaksanakan evakuasi
diperlukan fasilitas yang bermacam-macam. Mengenai fasilitas tersebut akan
dijelaskan berikut ini.

(1) Tempat evakuasi


Terhadap area penambangan sekarang ini pada setiap blok didirikan 4 tempat.
Pada tempat evakuasi seluruh konstruksinya dibuat tidak dapat terbakar, dan
dilengkapi dengan kabel induksi, alat pemadam api, telepon, fasilitas persediaan
udara, detektor gas mudah nyala, bahan makanan dan minuman, obat-obatan, alat
ukur gas CO, dan lain-lain.

(2) Ruang kedap udara


Pada butt level (paras masuk) di sekitar lapangan penambangan, didirikan 5
tempat ruangan kedap udara model letak tetap, selain itu di sekitar permuka kerja dan

N-2-20
untuk pekerja tidak langsung di tempat terpisah dipersiapkan sekita 40 tempat
ruangan kedap udara model dapat pindah yang dapat dipindah-pindahkan.
Tempat-tempat tersebut dilengkapi dengan fasilitas persediaan udara dan kabel
induksi.

(3) Lain-lainnya
Sebagai tempat pengungsian lainnya, tersedia 12 tempat peron lori manusia utama
sebagai tempat berkumpul pada keadaan darurat, dan di situ terdapat fasilitas telepon
dan kabel induksi, serta dipaparkan peta lorong yang menjelaskan rute evakuasi.

(4) Masker oksigen


Di sekitar lapangan tempat penambangan, lapangan pekerjaan reparasi pelebaran
dan tempat-tempat lain yang memerlukannya terdapat fasilitas masker oksigen model
tetap sebanyak 700 buah.
Masker oksigen diperiksa sebulan sekali (jumlahnya, kondisi penempatan, jumlah
oksigen, pemeriksaan tampak luar, dan pemeriksaan dengan mengambil contoh).
Lalu, 2 bulan sekali, dilaksanakan pemeriksaan berkala seluruh masker oksigen
terhadap jumlah oksigen (memeriksa red zone alat pengukur tekanan pengisian),
pemeriksaan tampak luar (wadah yang dibawa-bawa, alat logam penyetop, tali
penenteng dan lain-lain), menulisnya pada kertas laporan, lalu menyerahkannya ke
ruang pengawas pemeliharaan keselamatan.
Selanjutnya, bila ditemukan barang-barang yang rusak dikembalikan kepada
produsen alat untuk diganti.

4. Fasilitas pemadaman api


Kebakaran tambang bawah tanah merupakan salah satu bencana yang paling
mengerikan diantara bencana-bencana yang tejadi pada tambang. Sebab terjadinya
kebakaran tambang bawah tanah dapat mengakibatkan
1. Terbakarnya sumber daya mineral, berbagai macam fasilitas dan bahan-bahan.
2. Karena tingkat kematian yang tinggi, maka sering memakan korban.
3. Terpaksa melakukan penyekatan dan pembanjiran dengan air untuk cakupan
area yang luas.
4. Tergantung dari besarnya kebakaran, bahkan dapat mengancam kelangsungan
tambang batu bara itu sendiri.
Oleh karena itu, sejak sehari-hari perlu mengambil tindakan pencegahan kebakaran
tambang bawah tanah. Fasilitas pemadaman api seperti keran pemadaman api (hydrant)
adalah fasilitas yang tidak boleh tidak ada dalam rangka pemadaman pada tahap awal

N-2-21
apabila terjadi kebakaran, atau untuk mengendalikan dan mencegah penyebaran api
apabila gagal dalam pemadaman api pada tahap awal.

4.1 Pencegahan kebakaran tambang bawah tanah


Di tambang bawah tanah terdapat benda-benda yang mudah terbakar dalam
jumlah yang besar seperti jenis kayu, mesin, jenis alat-alat listrik, belt, kabel, batu
bara, dan lain-lain, dan selain itu terdapat aliran udara yang timbul karena ventilasi
paksa sehingga menyebabkan tambang bawah tanah merupakan lingkungan yang
sangat tidak mendukung usaha pencegahan meluasnya kerugian.
Sebagai ciri kebakaran tambang bawah tanah, dampak dari kebakaran (gas
berbahaya seperti CO, SO2, akan menyebar bersama aliran angin) akan mencapai area
yang sangat luas. Terutama saat terjadi pada lorong udara masuk, apabila gagal
memadamkan api pada tahap awal, kerugian akan meluas dengan cepat, bahkan orang
yang berada jauh dari sumber api pun kemungkinan dapat menjadi korban. Lalu,
perbedaan temperatur karena kebakaran dan berhentinya kipas angin akibat
terbakarnya kabel dapat membuat sistem ventilasi menjadi kacau, dan kemungkinan
dapat menyebabkan bencana sekunder.
Untuk itu, di tambang kami dilaksanakan tindakan seperti dibawah ini.
(1) Tindakan pencegahan
1) Menetapkan standar pengendalian fasilitas (belt, ruang listrik dan mesin, dan
lain-lain).
2) Kesempurnaan perlengkapan pemeliharaan keselamatan.
3) Sistem patroli dan manajemen pemeliharaan keselamatan yang dapat
dipercaya.
(2) Tindakan penemuan dini
1) Menempatkan sensor-sensor tertentu dengan tepat (CO, asap, ITV, dan lain-
lain).
2) Kesempurnaan sistem pengawasan terpusat (sistem alarm, analisis
menggunakan komputer).
(3) Sistem pemadaman api tahap awal
1) Menjamin sumber air yang dipakai untuk pemadaman api (2 rute, tindakan
terhadap mati listrik).
2) Kesempurnaan fasilitas pemadaman api.
 Kesempurnaan fasilitas pemadaman api otomatis pada ruang mesin,
ruangan transformator listrik, dan lain-lain.
 Penempatan dengan benar keran (hydrant) dan peralatan pemadam api.
 Penempatan basis dan semi basis pemadaman api, lori pembentuk busa
dan bahan-bahan penutup rapat (penyekatan).

N-2-22
(4) Pencegahan meluasnya kerugian
1) Mendorong penggunaan bahan-bahan yang tidak dapat terbakar pada lorong
(terutama lorong udara masuk dan buang utama, serta lorong belt utama).
2) Penggunaan belt, kabel dengan bahan yang sulit terbakar.
3) Lorong belt conveyor dijadikan lorong udara buang.
(5) Pembenahan sistem evakuasi
1) Kesempurnaan fasilitas evakuasi
 Pengaturan tempat evakuasi, ruangan kedap udara dan tempat berkumpul
keadaan darurat.
 Membawa masker CO masing-masing dan menempatkan masker O2.
2) Membimbing evakuasi berdasarkan perintah tahap awal dari ruang komando
 Sistem kontrol masuk dan keluar tambang bawah tanah.
 Jaringan komunikasi dengan telepon darurat dan radio induksi.
 Persiapan petunjuk evakuasi dan berbagai macam peta rute.

4.2 Tindakan pencegahan swabakar


(1) Cara berpikir dasar
1) Pengurangan tahanan udara ventilasi berdasarkan pembenahan struktur
kerangka (menjaga penampang yang tepat).
2) Membuang lorong yang tidak perlu (menyekat dengan segera gob dan
mengurangi panjang lorong yang dipertahankan).
3) Metode penambangan yang tepat, urutan penambangan (menambang lapisan
utama dulu, penanganan dengan pilar sisa sempurna).
(2) Tempat-tempat yang dikuatirkan
1) Menutup rapat gob dengan segera memakai flyash.
2) Pengisian gob dan rongga kosong dengan sludge preparasi batu bara.
3) Injeksi dinding batu bara dan mengisi rongga di belakang penyangga dengan
serbuk batuan dan adukan semen (cement milk).
4) Setelah mengebor lubang pengamatan temperatur dan gas, melaksanakan
pengamatan secara terus menerus.
(3) Sistem pengawasan dan pengamatan
1) Melakukan peninjauan (di dalam penyekatan, lubang pengamatan dan pipa
gas) oleh petugas ahli menurut standar pengamatan dan peringatan.
2) Menentukan standar pertimbangan kecenderungan keadaan tidak normal
berdasarkan analisis gas.
3) Mengawasi secara terpusat pengukur gas CO, dan melakukan pertimbangan
alarm dengan komputer di ruang komando.

N-2-23
4.3 Fasilitas pemadaman api
(1) Air untuk keperluan pemadaman api
Biasanya air untuk keperluan pemadaman api memanfaatkan air buangan di
tambang bawah tanah, pada saat mati listrik, pompa air buangan berhenti sehingga
sumber air terhenti, oleh karena itu sesuai dengan besarnya listrik yang mati, perlu
menjamin ketersediaan air untuk keperluan pemadaman api dengan menggunakan
saluran khusus persediaan air.
1) Waktu mati listrik secara keseluruhan (mati listrik di dalam maupun di luar
tambang bawah tanah).
1. Air dikirim dari keran pemadam api kebakaran (hydrant) yang ditempatkan
pada portal sumuran miring utama Harutori, sumuran miring Masuura,
sumuran miring paralel Okotsu.
2. Mengalir secara alamiah dari penampungan air yang ditempatkan pada
portal Okotsu.
3. Air pancar dari sumuran miring Masuura dan sumuran miring Okotsu
dialirkan secara alamiah, diterima oleh pipa pengumpulan ruang pompa
tengah, lalu dikirimkan ke masing-masing sektor.
2) Mati listrik di tambang bawah tanah (hanya pompa no.2 yang dialiri listrik).
Selain seperti poin 1), air yang terkumpul pada ruang pompa no.2 dikirimkan
oleh pompa no.2 ke tempat yang lebih dalam dari pada ruang pompa no.2.
3) Saat mati listrik pada level lebih dalam dari lorong utama no. 5
Selain seperti poin 1) dan 2), air yang ada pada ruang pompa tengah dikirimkan
oleh pompa tengah ke level lebih dalam dari lorong utama no. 5.
4) Mati listrik di sektor
Dilakukan seperti sistem yang telah diuraikan sebelumnya, namun jumlah air
dapat dijamin oleh kiriman air dari zona yang tidak mati listrik.
Membuat petunjuk mengoperasikan katup pada saat mati listrik, dan selalu di
persiapkan pada ruang komando dan ruang pompa pompa.
Mengenai sistem patroli keliling, pada masing-masing lorong diatur dengan
jelas sistem patroli dan frekuensi pemeriksaan oleh petugas pemeliharaan
keselamatan yang bersangkutan, membuat check sheet dan sistem
pelaporannya.
(2) Fasilitas keran pemadam api (termasuk alat untuk mengalirkan air)
1) Fasilitas keran pemadam api (hydrant) dilengkapi 1 buah pada setiap 100 m di
lorong yang dilengkapi dengan belt conveyor dan di lorong yang beroperasi
lokomotif listrik sistem kabel udara, sedangkan lorong yang lain diperlengkapi
1 buah untuk setiap 200 m. Selain itu, tempat penempatan alat penggerak belt
conveyor, tempat penempatan alat penggerak rope lift, tempat naik turun dan

N-2-24
sekitarnya diperlengkapi masing-masing 1 buah, dan pada keran pemadam api
(hydrant) dipasang tabung petunjuk.
2) Peralatan penyemprot air yang dilengkapi adalah 1 batang slang pemadam api
dan nozzle untuk setiap kurang dari 200m di lorong turun dan naik belt,
kemudian 1 batang slang pemadam api dan nozzle untuk setiap kurang dari
300m di butt level. Bagian penggerak BC pada jarak di bawah 20 m dari keran
pemadam api (hydrant) terdekat di atas angin diperlengkapi 1 buah slang
pemadam api dan nozzle. Pada tempat penempatan peralatan pemadam api
dipasang tabung petunjuk.
3) Pada ruang pengerek ukuran besar, ruang pompa, ruang pengisian listrik BL,
dan ruang kipas angin bantu diperlengkapi masing-masing lebih dari 1 buah
keran pemadam api (hydrant) dan lebih dari 1 batang slang pemadam api dan
nozzle.

Peralatan pemadam api dan keran       Peralatan pemadam api dan keran
pemadam api (hydrant) di lorong utama   pemadam api(hydrant) selain di lorong utama

4) Membuat basis (pangkalan) penempatan alat pemadam api di setiap tempat dan
memasang tabung petunjuk.
Basis (16 tempat) : Diperlengkapi dengan slang pemadam api sebanyak
10 batang, spray nozzle model dapat berubah
sebanyak 2 batang dan pipa tirai air untuk keperluan
pindah sebanyak 1 set.
Semi basis (31 tempat) : Diperlengkapi dengan slang pemadam api sebanyak
5 batang, spray nozzle model dapat berubah
sebanyak 1 batang dan pipa tirai air untuk keperluan
bergerak sebanyak 1 set.

N-2-25
  

Basis peralatan pemadam api    Semi basis peralatan pemadam api

5) Pada lorong yang berhubungan dengan lorong yang digelar belt conveyor, di
sekitar 20m dari bagian sambungan lorong dilengkapi dengan keran pemadam
api (hydrant) dan peralatan pemadam api.
6) Diperlengkapi kereta pemadam api bergerak (peralatan berbentuk rangkaian
lori dengan satu set pembentuk busa terdiri dari : cairan dasar busa, peralatan
tirai air, slang pemadam api dan peralatan pemadam api, dan lain-lain)
sebanyak 2 buah di tambang bawah tanah.

Kereta pemadam api dapat pindah

(3) Fasilitas pemadam api otomatis


Semua fasilitas pemadaman api otomatis menerapkan sistem sprinkler.

N-2-26
1) Tempat penempatan
Ruang pengerek (hoist), ruang kompresor, ruang kipas angin (utama dan
bantu), fasilitas transformator utama, bagian penggerak belt conveyor, ruang
pengisian listrik BL, dan ruang kompresor model dapat bergerak.
Mengenai sistem patroli keliling, perlu membuat kejelasan sistem patroli
dan frekuensi pemeriksaan oleh petugas pemeliharaan keselamatan yang
bersangkutan pada tiap-tiap lorong, membuat check sheet dan sistem
pelaporannya.
Lalu selain pemeriksaan sehari-hari fasilitas pemadam api otomatis juga
dilakukan pemeriksaan secara berkala 2 bulan sekali mengenai jumlah air,
dan kondisi pemasangan.

4.4 Pelatihan pemadaman api


Dampak karena terjadi kebakaran tambang bawah tanah telah dijelaskan seperti
uraian sebelumnya, maka sejak sehari-hari menjalankan tindakan pencegahan
kebakaran tambang bawah tanah. Hal ini penting karena pada saat terjadi kebakaran
tambang bawah tanah, maka seperti tersirat dalam istilah “pertarungan ditentukan
oleh lima menit pertama”, diperlukan pertimbangan yang tepat dan tindakan yang
cepat dan tenang terhadap kebakaran untuk menemukan dengan cepat dan mengatasi
dengan cepat.
1) Melaksanakan dengan pasti pemeliharaan, pengontrolan sehari-hari terhadap
fasilitas pemadam kebakaran.
2) Penemuan dini dan pemberitahuan secara cepat (cara yang bergantung kepada
panca indra manusia dan cara pengawasan menggunakan peralatan).
* Bila terjadi bau asap, kabut di sekitar suatu area, kabut (uap air) yang
berbeda dari biasanya, maka matikan listrik dan memeriksa api.
* Cara pengawasan dengan menggunakan alat ukur CO, sensor bau, detektor
asap, sensor temperatur, alat pemberitahu kebakaran, dan lain-lain.
3) Pengetatan pengontrolan terhadap tempat-tempat yang dikuatirkan dapat
menjadi sumber api.
* Batu bara tersulut api karena peledakan, arus pendek karena tekanan
terhadap kabel, pengetatan pemeriksaan gejala di tempat yang mudah terjadi
swabakar, pemanasan dan gesekan yang disebabkan oleh BC dan
pengeboran.
4) Mempelajari pengetahuan dan melakukan pelatihan pemadaman api dalam
rangka menghadapi keadaaan darurat.

N-2-27
* Pelatihan teknik pemadaman api dengan busa dan pemeliharaan level teknik
anggota pemadaman api dan pelaksanaan pelatihan pemadaman api oleh
masing-masing individu.
* Mempunyai cara berpikir bahwa kebakaran adalah hal yang mungkin
terjadi, sehingga akan membentuk sikap mental yang berbeda dari biasanya
(menguasai pelatihan pemadaman api, pelatihan evakuasi, pemeliharaan,
fasilitas pemadam api, dan lain-lain).
(1) Pemadaman api saat terjadi kebakaran
1) Bila terjadi kebakaran, langsung memanggil orang.
2) Memberitahukan kepada ruang komando, lalu mamadamkan api tahap awal.
3) Pada saat tidak ada orang lain, memprioritaskan pemadaman api tahap awal,
setelah itu melaporkannya.
(2) Cara pemadaman api ada 4 macam :
1) Pemadaman api dengan kain (minyak)
Pemadaman api dengan kain, sedapat mungkin melebarkan kain tersebut
dengan merendahkan posisi badan dan menyembunyikan muka dengan kain
tersebut lalu menutupkan pada benda yang menjadi sasaran.
2) Tabung pemadam api (pemadaman api tahap awal)
Penggunaan tabung pemadam api pada dasarnya adalah sebagai pemadaman
api tahap awal, sedapat mungkin disiapkan 2~3 buah.
3) Pemadaman api dengan pasir terhadap peralatan listrik, ada juga kombinasi
pemakaian dengan tabung pemadam api.
Pemadaman api pada peralatan listrik menggunakan pasir dan tabung pemadam
api. (penggunaan air dikuatirkan dapat menghantarkan listrik).
4) Pemadaman api dengan air
Pemadaman api dengan air harus dilaksanakan dengan memanggil orang
(dilaksanakan oleh 2 orang lebih).
5) Hal-hal yang penting mengenai pemadaman api
1. Harus memanggil orang (pada saat menyiram air untuk memadamkan api,
dari pada melakukannya sendiri, akan lebih cepat dikerjakan oleh beberapa
orang).
2. Bila ada orang, harus melaporkan kepada ruang komando. Bila tidak ada
orang, pertama-tama memadamkan dengan tabung pemadam api, setelah
itu baru melaporkannya.
3. Harus menyiapkan slang dan nozzle.
A) Apabila 50m dari keran pemadam api (hydrant) dipersiapkan sebanyak 2
batang slang atau lebih (dengan tekanan air dapat menyemprotkan lebih
dari 10m).

N-2-28
* Panjang slang 1 batang 20m (slang lin biru datar tahan hingga
tekanan 13 kg/cm2).
4. Sebelum memasangkan slang, keran pemadam api (hydrant) dibuka dulu
untuk memeriksa airnya keluar atau tidak.
5. Memeriksa plug cowok dan cewek pada saat menyambung slang (bagian
sebelah kebakaran adalah plug cowok).
6. Pada saat pemasangan slang, memasang dengan tidak melintir, dan dengan
sudut tidak patah. Bila slangnya panjang, dibelok-belokkan seperti ular agar
air tidak mengalami hambatan.
7. Pada saat menyemprotkan air, sikap badan merendah agar posisi badan
menjadi stabil.
8. Memadamkan api harus dari luar asap.
9. Melakukan pemadaman api silih berganti dengan cara pemadaman api lurus
dan menyebar.
* Karena dipenuhi dengan asap, maka air disemprotkan menyebar dengan
tujuan menyingkirkan asap.
6) Prosedur penyambungan slang hingga menyemprotkan air (apabila dilakukan
oleh 2 orang)
1. Kedua orang (A) dan (B) menyiapkan slang yang diperlukan.
2. (A) mengeluarkan air dari katup, setelah memeriksa keluar tidaknya air
lalu memasangkan slang dengan tidak melintir.
3. (A) setelah memasangkan slang, stand by pada tempat katup.
4. Setelah itu, (B) memanjangkan slang dengan menyambungkan slang kedua
pada hose joint (sambungan slang).
5. Lalu memasangkan nozzle pada ujung slang yang kedua.
6. Setelah (B) memeriksa nozzle, memberikan isyarat kepada (A) bahwa
slang telah dipasang nozzle, dengan tanda menggantungkan sabuk pada
bahu.
7. Lalu (A) sedikit demi sedikit membuka katup (sampai terbuka penuh).
8. Setelah membuka katup, (A) menuju ke tempat (B) membantu memegang
nozzle.
9. Setelah mengecek bantuan tersebut, mengeluarkan air dengan membuka
nozzle untuk melakukan pekerjaan pemadaman api.
10. Walaupun merasa telah memadamkan kebakaran, tetapi karena masih ada
sisa-sisa api harus menyiram lagi dengan air dan memeriksa pemadaman
api tersebut.
* Menghubungi ruang komando dan juga menghubungi unit pemadam
kebakaran.

N-2-29
11. Setelah selesai menyemprotkan air, menutup katup dan melepas hose joint.
12. Slang dilipat dua, lalu menggulung dimulai dari tempat lipatan tersebut.

7) Pada sistem pemadaman api tahap awal, orang yang bertugas memimpin
lapangan (penanggung jawab, kepala kerja, petugas patroli) memberikan
komando kepada para pekerja untuk memadamkan api tahap awal.
8) Pada pelatihan pemadaman api tahap awal (4 orang per bulan × 12 bulan),
melaksanakan pelatihan evakuasi secara paralel berdasarkan perintah dari
ruang komando, petugas yang menerima panggilan tugas keadaan darurat
menarik slang sampai tempat terjadi kebakaran lalu menyemprotkan air.

  

Pelatihan pemadaman api tahap awal

4.5 Pemadaman api dengan busa


(1) Tujuan

N-2-30
Pemadaman api dengan busa dilakukan apabila gagal memadamkan api tahap
awal pada kebakaran tambang bawah tanah dan tidak dapat mendekati sumber api
karena panas yang tinggi dan asap yang tebal, pada saat tidak mungkin
memadamkan api secara langsung, cara pemadaman api dengan mengalirkan air
diganti dengan cara menguasai api dari tempat yang jauh.
(2) Prinsip
Cara pemadaman api dengan busa adalah zat pengaktif permukaan (cairan dasar)
dicampur air lalu disemprotkabutkan melalui jaring alat pembentuk busa. Dengan
udara yang ditiupkan oleh kipas angin kemudian mengembang pada permukaan
depan jaring sebesar 500~1000 kali membentuk busa-busa ringan, dan dengan
tekanan aliran angin, busa pemadam api dikirimkan ke area kebakaran.

Cairan dasar dan sebagian alat pembentuk busa

Busa yang memenuhi lorong

Keistimewaan busa yang mengembang besar tersebut sama dengan busa-busa


lainnya mempunyai sifat mengalir yang sangat baik, sehingga dengan cara ini
dapat memadamkan api dari tempat yang jauh di tambang bawah tanah dengan
mengirimkan busa-busa untuk menutupi penampang lorong secara terus-menerus
ke area kebakaran.
Pemadaman api ini bukan memadamkan api dengan busa secara langsung tetapi
berdasarkan efek sesak nafas, akibat pemutusan udara kemudian selanjutnya

N-2-31
memadamkan api berdasarkan efek pendinginan oleh air yang terkandung di
dalam busa.
Tetapi cara pemadaman api dengan busa mempunyai kelemahan tidak bisa dipakai
pada lorong tunggal.

(3) Mekanisme
Perlengkapan pemadaman api pembentuk busa tingkat tinggi ini diperlengkapi
kipas angin, untuk menghasilkan kondisi busa, mengalirkan cairan dasar
pemadam api pembentuk busa oleh spray nozzle. Cairan tersebut dihisap dan
disemprotkabutkan melalui jaring yang ada pada ujungnya, lalu terbentuk busa
karena udara yang ditiupkan oleh kipas angin.

(4) Pengiriman busa pada pemadam api pembentuk busa, ada dengan cara
memanfaatkan ventilasi dan cara melakukan pemutusan ventilasi (penahan
tegang, kantong udara) lalu memasukkan udara yang ditiupkan dari kipas angin
secara pemaksaan, tetapi pelatihan keahlian yang sebenarnya dilakukan dengan
cara pemutusan ventilasi.
Di bawah ini adalah hal yang menjadi pedoman pada pelatihan keahlian regu
pemadam
api
1) Membuat penahan tegang 60 menit
2) Menempatkan kantong udara 45 menit
3) Pemasangan alat pembentuk busa 30 menit (sampai selesai persiapan
pengiriman busa )
4) Perintah ~ mulai pembentukan busa 60 menit

N-2-32
5) Pengaturan pembongkaran 60 menit
Hal-hal tertera diatas merupakan waktu rata-rata pada pelatihan
(5) Hubungan antara pengiriman busa dan jumlah angin
1) Pengiriman busa 180 m (20 menit) 90% dumper Jumlah udara 200 m3
2) Pengiriman busa 200 m (24 menit) 30% dumper Jumlah udara 250 m3
3) Pengiriman busa 260 m (37 menit) 20% dumper Jumlah udara 250 m3
4) Pengiriman busa 470 m (100 menit) 20% dumper Jumlah udara 250 m3
✩ Jumlah air 180 liter
✩ Perbandingan campuran cairan dasar dengan air 2 %
* Pengiriman busa sampai 470m kecepatan busa rata-rata 4,65 m/menit
(100m rata-rata 20 m/menit, 100m keatas kecepatan busa menjadi lambat)
* Standar kondisi penetapan jumlah busa maksimum
1. Jumlah angin 250 m3
2. Jumlah air 250 m3 ( jumlah air dan jumlah angin dibuat sama )
3. Katup cairan dasar terbuka penuh
Perbandingan air dan cairan dasar 3,7 %
4. Tekanan air sekunder 1,8 Kg / cm2

N-2-33
Pelatihan pemadaman api dengan busa

(6) Hal yang perlu diperhatikan


1) Jangan lupa membuat pelebaran bagian bawah (shinobi) pada penahan tegang.
2) Tidak boleh ada celah pada waktu membuat penahan tegang dan kantong
penutup rapat (penyekatan)  Tindakan pencegahan bocor pada pinggiran.
3) Melaksanakan dengan pasti tempat sambungan saluran angin, dan lain-lain.
 Pencegahan kebocoran busa.
4) Pada waktu pemasangan pipa pengalir air di tambang bawah tanah, macam-
macam kotoran ikut masuk tercampur ke dalam, hal ini dapat menyebabkan
penyumbatan pada spray nozzle, oleh karena itu perlu mengganti filter dan
selalu membersihkan bagian dalam filter.

N-2-34

Anda mungkin juga menyukai