Anda di halaman 1dari 21

RINGKASAN MATERI KULIAH PENGAUDITAN

AUDIT EVIDENCE AND AUDIT PROGRAMS

DISUSUN OLEH :

1910246980 E K A FI T RI ANI

1910246989 FANY AUDIA IRJANTI

1910246992 AHSANATUL GHINA

1910247007 MONICA

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2019
LANDASAN TEORI

Audit bertujuan untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berterima umum. Untuk mencapai tujuan ini auditor perlu menghimpun bukti kompeten
yang cukup. Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: “Bukti audit kompeten yang cukup
harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi
sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.”

Untuk memenuhi standar ini, auditor harus pertama mengidentifikasi tujuan audit
untuk perikatan dan kemudian memilih jenis dari bukti dan prosedur audit yang diperlukan
untuk memenuhi tujuan tersebut. Rencana audit yang mengandung tujuan dan prosedur
spesifik disebut dengan program audit. Audit workpaper adalah bukti dokumentasi yang
auditor memenuhi tujuan audit yang ditetapkan dalam program audit.

Tujuan audit diklasifikasikan menjadi 2:

1. Memahami bisnis dan industri klien

2. Memahami sistem pengendalian internal yang ada

Digunakan untuk mengidentifikasi jenis dari potensi salah saji, mempertimbangkan


faktor yang mempengaruhi risiko dari salah saji yang material, dan mendesain tes substantif.

BUKTI AUDIT

Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi
lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai
dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya.

Bukti harus memadai dan kompeten. Memadai artinya bukti tersebut cukup
mendukung opini auditor atas laporan keuangan. Bukti yang memadai dipengaruhi oleh
kualitas dari pengendalian internal dan materialitas dari komponen laporan keuangan.
Kompeten artinya valid dan relevan.

Konrath (2001) mengklasifikasikan bukti audit ke dalam 6 jenis sebagai berikut:


1. Bukti fisik (Physical Evidence)
Bukti fisik terdiri dari segala hal yang dapat diperhitungkan, diperiksa,
diobservasi atau dilakukan inspeksi, yang didapatkan secara langsung
(director factual evidence) dan mendukung keberadaan objek yang di audit.

2
Sebagai contoh adalah pelaksanaan pengujian persediaan saat akhir tahun
dan nilainya dibandingkan kesesuaiannya dengan nilai yang tercatat pada
neraca. Contoh lainnya adalah pelaksanaan cash opname di akhir tahun
dalam petty cash yang juga akan dibandingkan dengan yang tercatat pada
neraca. Tujuan akhir dari prosedur ini adalah untuk meyakini bahwa asset
yang tercantum dalam neraca benar-benar ada dan sesuai dengan jumlah
yang sebenarnya.
2. Konfirmasi (Confirmation)
Bukti konfirmasi mencakup kegiatan mengumpulkan segala bukti atas
keberadaan (existence), kepemilikan (ownership) maupun penilaian
(valuation) langsung dari pihak ketiga dari klien auditee. Kelebihan dari
bentuk pembuktian ini adalah auditor mendapatkan fakta bukti langsung dari
sumber pihak ketiga yang berelasi dengan auditee. Salah satu contoh bentuk
konfirmasi adalah konfirmasi piutang dan konfirmasi hutang.

3. Bukti dokumentasi (Documentary Evidence)


Bukti dokumentasi terdiri dari pencatatan akuntansi dan seluruh
dokumen yang mendasari terjadinya transaksi atau kejadian yang tercatat
dalam laporan. Bukti dokumentasi merupakan bukti yang didapat dari internal
auditee. Bukti dokumentasi berbeda dengan bukti fisik, dimana kesimpulan
dapat langsung diambil melalui laporan bukti fisik, bukti dokumentasi tidak
dapat langsung dijadikan dasar pengambilan kesimpulan. Meskipun terdapat
kelemahan tersebut, bukti dokumentasi memainkan peran yang sangat
penting dalam pengauditan. Dokumen merupakan elemen penting yang
diperlukan dalam audit trail.
Audit Trail merupakan aliran bukti-bukti yang memungkinkan auditor
melacak dan mencari bukti atas transaksi dan kejadian, yang dapat dilakukan
dua arah, dari sumber bukti dokumentasi ke catatan dan sebaliknya. Tracing
mendukung tujuan kelengkapan pencatatan dengan menelusuri transaksi
atau kejadian dari bukti dokumen sampai dengan pencatatan pada akun yang
seharusnya. Vouching mendukung tercapainya tujuan keberadaan dan
meliputi proses penelusuran ke belakang dari pencatatan pada akun ke
dokumentasi atas transaksi atau kejadian. Proses tracing dan vouching
merupakan tahapan yang sangat penting dalam audit program. Dokumen
menyediakan bukti atas lahirnya sebuah transaksi, sehingga kecukupan
informasi dalam dokumentasi sangat penting dalam proses tracing dan
vouching yang efektif.

3
4. Bukti matematis (Mathematical Evidence)
Bukti matematis terdiri dari penghitungan, penghitungan ulang, dan
rekonsiliasi yang dihasilkan oleh auditor. Sebagai contoh, dalam menghitung
ketepatan nilai persediaan, auditor harus melakukan uji penghitungan. Dalam
uji pengitungan akan menghasilkan bukti matematis. Bukti matematis
merupakan bentuk bukti secara langsung, karena auditor langsung
melakukan pembuktian penghitungan atas data tersebut.
Kategori yang seringkali memerlukan bukti matematis melalui uji
penghitungan maupun penghitungan ulang adalah penghitungan bunga,
penyusutan, pajak, transaksi akrual, dan laba/rugi atas penjualan asset.
5. Bukti Analisis (Analytical Evidence)
Tujuan dari penerapan prosedur bukti analisis adalah pengujian
substantif dari informasi keuangan yang didapat melalui analisa dan
perbandingan atas data-data lainnya. Hal tersebut dapat dilaksanakan pada
tahapan perencanaan audit dalam prosedur pengujian substantif dan pada
akhir pelaksanaan audit dalam bagian audit review.
Dalam tahap perencanaan tujuannya adalah mengidentifikasi area
yang memiliki risiko audit yang tinggi sehingga auditor dapat merencanakan
penerapan prosedur substantif yang lebih intensif pada area-area tersebut.
Sedangkan dalam tahapan review, auditor mengevaluasi kewajaran
atas transaksi dan nilai saldo.
6. Bukti wawancara (Hearsay Evidence)
Bukti wawancara merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang di
ajukan oleh auditor kepada auditee. Wawancara merupakan bukti audit terlemah
dan harus dikuatkan lebih jauh lagi. Pertanyaan-pertanyaan ini biasanya muncul
atas hasil dari prosedur analitis yang dilakukan sebelumnya. Sebagai contoh jika
penurunan secara signifikan pada rasio perputaran persediaan mengarah pada
pertanyaan atas jumlah persediaan dan jumlah persediaan yang using kepada
pegawai produksi yang bertanggung jawab atas persediaan.

Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi
dan informasi penguat. Keandalan catatan akuntansi dipengaruhi secara langsung oleh
efektivitas pengendalian intern. Pengendalian intern yang kuat menyebabkan keandalan
catatan akuntansi dan bukti bukti lainnya yang dibuat dalam organisasi klien. Kompetensi
Informasi Penguat dipengaruhi oleh berbagai faktor, berikut ini:

4
a. Relevansi
Bukti audit harus selaras atau relevan dengan tujuan audit yang akan diuji oleh
auditor sebelum bukti tersebut dapat terpercaya
b. Independensi penyedia bukti
Bukti audit yang diperoleh dari sumber di luar entitas akan lebih dipercaya daripada
bukti audit yang diperoleh dari dalam entitas.
c. Efektivitas pengendalian intern klien
Jika pengendalian intern klien berjalan secara efektif, maka bukti audit yang
diperoleh akan dapat lebih dipercaya daripada jika pengendalian intern itu lemah.
d. Pemahaman langsung auditor
Bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor melalui pengujian fisik, observasi,
perhitungan dan inspeksi akan lebih kompeten daripada informasi yang diperoleh
secara tidak langsung.
e. Berbagai kualifikasi individu yang menyediakan informasi
Walaupun jika sumber informasi itu bersifat independent, bukti audit tidak akan
dapat dipercaya kecuali jika individu yang menyediakan informasi tersebut
memilikikualifikasi untuk melakukan hal itu.
f. Tingkat obyektivitas
Bukti yang obyekif akan dapat lebih dipercayadari pada bukti yang membutuhkan
pertimbangan tertentu untuk menentukan apakah bukti tersebut memang benar.
Berbagai contoh bukti yang obyektif termasuk konfirmasi atas piutang dagang dan
saldo-saldo bank, perhitungan fisik surat berharga dn kas, serta perhitungan ulang
saldo dalam daftar utang dagang untuk menentukan apakah data-data tersebut
sesuai dengan saldo pada buku besar. Sedangkan contoh-contoh dari bukti-bukti
yang subyektif termasuk selembar surat yang ditulis oleh pengacara klien yang
membahas mengenai kemungkinan hasil yang diperoleh dari berbagai gugatan
hukum yang sedang dihadapi oleh klien, observasi atas persediaan yang usang
selama dilakukannya pengujian fisik, serta berbagai informasi yang didapat dari
menejer kredit tentang kolektibilitas dari piutang dagang yang belum dibayar oleh
pelanggan.
g. Ketepatan waktu
Ketepatan wktu atas bukti audit dapat merujuk baik kapan bukti itu di kumpulkan
atau kapan periode wktu yang tercover oleh proses audit itu.

5
PROSEDUR ANALITIK

Prosedur analitik merupakan bagian penting dalam proses audit dan terdiri dari
evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang
masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya, atau antara
data keuangan dengan data nonkeuangan.

Prosedur analitik digunakan dengan tujuan sebagai berikut:

a. Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit
lainnya.

b. Sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang
berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi.

c. Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit.

Prosedur analitik harus diterapkan untuk tujuan yang disebutkan pada butir a dan c di
atas untuk semua audit laporan keuangan yang dilakukan berdasarkan standar auditing
yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Sebagai tambahan, dalam beberapa hal,
prosedur analitik lebih efektif atau efisien daripada pengujian rinci untuk mencapai tujuan
pengujian substantif.

KERTAS KERJA

Pendokumentasian bukti audit diselenggarakan dalam kertas kerja. PSA no 15 kertas


kerja (SA 339.03) menyebutkan bahwa kertas kerja adalah catatan-catatan yang
diselenggarakan auditor mengenai audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya,
informasi yang diperolehnya, dan kesimpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya.

Kertas kerja terutama berfungsi untuk:

1. Menyediakan penunjang utama bagi laporan audit


2. Membantu auditor dalam melaksanakan dan mnsupervisi audit.
3. Menjadi bukti bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing.

Kertas kerja juga merupakan penghubung antara catatan klien dengan audit. Oleh
karena itu, pembuatan dan penyimpanan kertas kerja merupakan pekerjaan yang penting
dalam audit. Dalam proses auditnya, auditor harus mengumpulkan atau membuat berbagai

6
tipe bukti untuk mendukung simpulan dan pendapatnya atas laporan keuangan auditan.
Untuk pengumpulan dan pembuktian bukti audit itulah auditor membuat kertas kerja.

Kertas kerja adalah milik auditor. Namun hak dan kepemilikan atas kertas kerja
masih tunduk pada pembatasan yang diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan
Publik yang berkaitan dengan hubungan yang bersifat rahasia dengan klien. Auditor harus
menerapkan prosedur memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja dan harus
menyimpannya dalam periode yang dapat memenuhi kebutuhan praktiknya dan ketentuan-
ketentuan hukum yang berlaku mengenai penyimpan dokumen.

7
CASE HANLON, INC

PERMASALAHAN
Hanlon, Inc., Balance Sheets

8
Hanlon, Inc., Income Statements

Hanlon, one of the first companies to manufacture personal computers, experienced


substantial growth during the first five years of its existence. As more companies entered the
field, however, hanlon’s earnings began to decline. By its sixth year, hanlon was struggling
with severe cash flow problems and the threat of a net loss. Negotiating a $ 1 million term
loan with the Hoopshire National Bank and Trust Company Temporarily averted the liquidity
problems. The loan bears interest at 10 percent, and is payable in $ 100,000 annual
installments, beginning in X8.

Required:

a. Copy the comparative financial statements and add columns for expressing balance
sheet amounts as a percent of total assets, and income statement amounts as a
percent of sales.
b. Compute the following ratios for each of the three years:
1. Inventory turnover
2. Accounts receivable turnover
3. Operating margin
4. Percentage of long term debt to total capital structure (long-term debt plus
stockholders’ equity)
5. Current ratio
6. Quick ratio
c. Enter the given industry averages for these ratios and
1. Compare company and industry
2. Compare current and prior years
3. Identify areas requiring further investigation.
4. Identify possible causes of disparities cited in 3

9
PENYELESAIAN
A. Laporan keuangan komperatif
Hanlon, Inc., Balance Sheets
Unaudited Audited Audited
31/12/X7 31/12/X6 31/12/X5
Cash in bank - general 4000 0,14% 12000 0,68% 53000 2,63%
Cash in bank - payroll 4000 0,14% 4000 0,23% 8000 0,40%
Petty cash 500 0,02% 500 0,03% 500 0,02%
Notes receivable – current 8000 0,28% 6000 0,34% 10000 0,50%
Account receivable - trade 300000 10,45% 150000 8,48% 220000 10,93%
Allowance for doubtfull account (12000) -0,42% (12000) -068% (15000) -0,75%
Interest receivable 600 0,02% 400 0,02% 500 0,02%
Investment - curent 7000 0,24% 2000 0,11% 6000 0,30%
Raw materials and purchase 0,00% 0,00% 0,00%
parts
Inventories 270000 9,40% 80000 4,52% 100000 4,97%
Goods in process 4500 0,16% 12000 0,68% 30000 1,49%
Finished good inventory 300000 10,45% 180000 10,17% 266000 13,22%
Prepaid expenses - current 8000 0,28% 5900 0,33% 7800 0,39%
Plants assets - net 1620000 56,41% 1210000 68,37% 1200000 59,62%
Other assets 7000 0,24% 4000 0,23% 6000 0,30%
Total assets 2871600 100% 1769800 100% 2012800 100%

Notes payable - trade 2000 0,07% 7000 0,40% 3000 0,15%


Account payable - trade 199086 6,93% 113586 6,42% 120000 5,96%
Taxes payable 8000 0,28% 6000 0,34% 20000 0,99%
Accured liabilities 5800 0,20% 6500 0,37% 7800 0,39%
Mortgage note payable - current 200000 6,96% 200000 11,30% 147000 7,30%
Notes payable – 10% - current 100000 3,48% 0,00% 0,00%
Notes payable – 10% - due 19X9 900000 31,34% 0,00% 0,00%
Mortgage note payable – 8% 400000 13,34% 520000 29,38% 720000 35,77%
Common stock – no par 300000 10,45% 300000 16,95% 300000 14,90%
Additional paid – in capital 120000 4,18% 120000 6,78% 120000 5,96%
Retained earnings 636714 22,17% 496714 28,07% 575000 28,57%
Total liabilities and
stockholder’s equity 2871600 100% 1769800 100% 2012800 100%

10
Hanlon, Inc., Income Statements
Unaudited Audited Audited
31/12/X7 31/12/X6 31/12/X5
Sales 1800000 100% 1300000 100% 2860000 100%
Cost of gods sold 800000 44,44% 620000 47,69% 1700000 59,44%
Gross profit 1000000 55,56% 680000 52,31% 1160000 40,56%
Operating expenses 600000 33,33% 488954 37,61% 520000 18,18%
Income before income taxes 400000 22,22% 191046 14,70% 640000 22,38%
Income taxes 180000 10,00% 154332 11,87% 250000 8,74%
Net Income 220000 12,22% 36714 2,82% 390000 13,64%
Retained earnings – BOY 496714 27,60% 575000 44,23% 300000 10,49%
Total 716714 39,82% 611714 47,05% 690000 24,13%
Devidens 80000 4,44% 115000 8,85% 115000 4,02%
Retained earning - EOY 636714 35,37% 496714 38,21% 575000 20,10%

B. Analisa rasio

1. Inventory turnover
Inventory turnover digunakan untuk mengukur aliran barang
dari barang persediaan yang dijual. inventory turnover dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Cost Of Gods Sold
Inventory Turnover =
Average Inventory
Oleh karena itu, semakin tinggi inventory turnover semakin efektif
perusahaan dalam mengelola persediaan. Inventory turnover yang
dimiliki Hanlon,Inc. di tahun X7 sebesar 1,89.

2. Accounts Receivable Turnover


Accounts receivable turnover digunakan untuk mengatuhui
kemampuan perusahaan dalam merubah aset lancar berupa piutang
untuk menghasilkan kas. Karena piutang berkaitan dengan penjualan
kredit, accounts receivable turnover dihitung dengan rumus :

Sales
Accounts Receivable Turnover =
Average Accounts Receivable

Semakin tinggi accounts receivable turnover, semakin efektif


perusahaan dalam mengelola piutangnya. Accounts receivable
turnover pada Hanlon,Inc. di tahun X7 sebesar 8,45.

11
3. Operating Margin
Operating margin digunakan untuk mengukur keuntungan
perusahaan yang berasal dari setiap penjualan yang terjadi, operating
margin dirumuskan, sebagai berikut :
Net Income Before
Operating margin =
Extraordinary Items
Sale
s
Semakin tinggi operating margin, semakin tinggi keuntungan yang
dihasilkan pada setiap dolar penjualan. Operating margin pada
Hanlon,Inc. di tahun X7 sebesar 12,2.

4. Percentage of debt in capital structure


Percentage of debt in capital structure digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola hutang jangka
panjang yang berasal dari modal yang dimiliki, percentage of debt in
capital structure dihitung dengan rumus :

Long-Term Liabilities
Percentage of Debt in Capital Structure =
Total Long-Term Liabilities
+ Stakeholder’s Equity
bagi perusahaan semakin besar nilai rasio ini berarti semakin besar
resiko yang akan ditanggung perusahaan atas kegagalan memenuhi
kewajiban jangka panjangnya yang mungkin terjadi. Hanlon,Inc.
memiliki nilai percentage of debt in capital structure pada tahun X7
sebesar 55,5%

5. Current Ratio
Current ratio digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban hutang jangka pendek
perusahaan, current ratio dihitung dengan rumus :
Current Assets
Current Ratio =
Current Liabilities
Semakin tinggi current ratio, semakin baik kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban hutang jangka pendeknya. Hanlon,Inc. di
tahun X7 memiliki nilai current ratio sebesar 1,73 : 1 atau 173%.

12
6. Quick Ratio
Quick ratio digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban hutang jangka pendek
perusahaan, quick ratio dihitung dengan rumus :
Current Assets Without
Quick Ratio =
Inventory
Current Liabilities
Semakin tinggi quick ratio, semakin baik kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban hutang jangka pendeknya. Quick ratio
pada Hanlon,Inc. di tahun X7 sebesar 60,6%.

7. Debt to Equity Ratio


Debt to equity ratio digunakan untuk mengukur rasio yang
menunjukkan berapa bagian dari setiap dolar modal perusahaan yang
dijadikan jaminan hutang oleh perushaan, debt equity ratio dihitung
dengan rumus :
Total liabilities
Debt to Equity Ratio =
Total equity
bagi perusahaan semakin besar nilai rasio ini berarti semakin banyak
bagian modal perusahaan yang dijadikan jaminan hutang. Namun bagi
bank selaku debitur semakin besar nikai ratio ini, maka semakin
menguntungkan. Hanlon,Inc. memiliki Percentage of debt in capital
structure pada tahun X7 sebesar 55,5%.

Ratio Analysis
Hanlon, Inc.
Ratio Unaudited Audited Audited
31/12/X7 31/12/X6 31/12/X5
Inventory turn 1,89 1,86 -
over
Account 8,45 7,58 -
Receivable Turn
Over
Operating 0,12 0,03 0,14
Margin
Percentage of 0,55 0,36 0,42
Long Term Debt
to Total Capital
Structure

13
Current Ratio 0,61 0,49 0,95
Quick Ratio 0,61 0,49 0,95
Debt to Equity 1,72 0,93 1,02
Ratio

C. Analisa perbandingan rasio

8. Perbandingan rasio perusahaan dengan industri lainnya


8.1. Inventory Turnover
Inventory turnover pada Hanlon, Inc. di tahun X7 adalah
1,89, sedangkan inventory turnover dari industri lain yang sejenis
memiliki nilai 3,00. Dari nilai tersebut terlihat bahwa nilai inventory
turnover pada Hanlon,Inc. lebih kecil dari industri lain yang
sejenis. Hal ini menunjukkan bahwa kemapuan Hanlon,Inc dalam
mengelola persediaannya sampai terjual kurang baik dibanding
dengan industri yang lain. Jika kita membandingkan pada dalam
tahun X7 perputarann persediaan pada Hanlon,Inc terjadi selama
194 hari, atau lebih lambat jika dibandingkan dengan perputaran
pada industri sejenis. Dimana pada industri sejenis perputarann
persediaan terjadi selama 120 hari atau 3 kali dalam satu tahun.
Jadi bisa dikatakan bahwa Hanlon, Inc buruk dalam melakukan
penjualan produknya karena terlambat dalam perputaran
persediaannya.

8.2. Account Receivable Turnover


Account receivable turnover atau rasio antara penjualan
dan piutang pada Hanlon, Inc. di tahun X7 adalah 8,45. Jika
dibandingkan dengan rasio pada industri yang lain yang memiliki
nilai account receivable turnover sebesar 10,00, Hanlon, Inc.
memiliki pengelolaan piutang yang kurang efektif, karena memiliki
nilai rasio dibawah industri sekitar. Jika diilustrasikan di tahun X7
pada Hanlon, Inc. setiap terjadi penjualan sebesar $1 maka
terdapat piutang sebesar $0,12. Sedangkan industri lain memiliki
nilai piutang yang lebih kecil pada setiap penjualan sebesar $1,
yaiu sebesar $0,10.

8.3. Profit Margin


Profit margin atau rasio margin laba pada Hanlon, Inc. di

14
tahun X7 adalah 12,22%, hal ini memgambarkan bahwa kondisi
perusahaan pada tahun X7 sangat menguntungkan. Hal ini
menggambarkan kondisi profit margin Hanlon,Inc, lebih baik
dibandingkan dengan nilai profit margin pada industri sejenis
sebesar 5,00%. Namun, kondisi sebaliknya terjadi di tahun X6,
dimana kondisi perusahaan mengalami penurunan profit margin
yang cukup besar dari tahun sebelumnya, yaitu dari 13,64% pada
tahun X5 menjadi 2,82% pada tahun X6. jika dibandingkan
dengan data profit margin pada industri lainnya pada tahun X6,
Hanlon,Inc. mengalami kondisi profit margin yang tidak baik.

8.4. Debt to Equity Ratio


Debt to equity ratio atau rasio modal yang dijaminkan atas
kewajiban. Nilai rasio ini pada Hanlon,Inc. di tahun X7 adalah
171,75% atau dalam $1,71 hutang terdapat $1,- modal yang
dijaminkan. Sehingga dengan modal tersebut Hanlon,Inc.
kemungkinan tidak dapat menutupi hutang yang nilainya jauh
lebih besar dibandingkan modal perusahaannya sendiri. Jika
dibandingkan dengan nilai rasio pada industri lainnya sebesasr
50% atau atau dalam $1 hutang ada sebesar $2 modal yang
dijaminkan. Dari perbandingan tersebut, Hanlon,Inc. memiliki
kemampuan yang rendah dalam mengelola hutangnya, karena
kemungkinan tidak dapat menutupi hutangya lebih besar
dibandingkan dengan industri sejenis lainnya.

8.5. Current Ratio


Current ratio menggambarkan tingkat keamanan
perusahaan sebagai kreditur dalam kemampuannya untuk
membayar kewajiban jangka pendek. Pada Hanlon, Inc. di tahun
X7 nilai rasionya sebesar 1,73. Nilai ini berada dibawah nilai rasio
industri sejenis lainnya sebesar 2,00. Oleh karenanya
dimungkinkan Hanlon,Inc. akan mengalami kesulitan dalam
membayar kewajiban jangka pendeknya sesuai dengan jatuh
tempo yang telah disepakati.

15
9. Perbandingan tren rasio perusahaan setiap tahun
9.1. Inventory Turnover
Inventory turnover pada Hanlon, Inc. pada tahun X6 dan X7
adalah 1,86 dan 1,89. Jika kita lihat dari tahun ke tahun rasio ini
pada Hanlon, Inc. mengalami peningkatan walaupun nilainya
tidaklah signifikan. Hal ini menggambarkan ada keinginan dari
perusahaan untuk melakukan perbaikan dalam pengelolaan aliran
persediaan yang akan dijual.

9.2. Account Receivable Turnover


Account receivable turnover pada Hanlon, Inc. di tahun X6
dan X7 adalah 7,58 dan 8,45. Dari tahun ke tahun rasio antara
penjualan dan piutang pada Hanlon, Inc. mengalami peningkatan
yang menggambarkan kondisi pengelolaan piutang yang terus
membaik.

9.3. Operating Margin


Perkembangan operating margin atau profit margin pada
Hanlon, Inc. dari tahun ke tahun mulai tahun X5, X6, dan X7
adalah 13,64%, 2,82%, dan 12,22%. Dilihat perkembangan rasio
ini terlihat di tahun X5 dengan nilai penjualan sebesar
$2.860.000,00 perusahaan mendapatkan operating margin
sebesar 13,64%. Pada tahun X6 penjualan perusahaan sebesar
$1.300.000,00 operating margin yang didapatkan menurun cukup
besar menjadi hanya 2,82%. Pada tahun X7 kenaikan penjualan
perusahaan menjadi sebesar $1.800.000,00 mengangkat
operating margin yang didapatkan menjadi sebesar 12,22%.
Namun jika dilihat dari persentase perubahan jumlah penjualan
terlihat kejanggalan yang terjadi. Dimana pada tahun X5 ke tahun
X6 terjadi penurunan penjualan yang signifikan sebesar 54,55%
yang mengakibatkan penurunan operating margin yang cukup
signifikan pula dari 13,64% menjadi 2,82%. Namun kondisi pada
tahun berikutnya menimbulkan kejanggalan, dimana dengan
kenaikan penjualan yang tidak terlalu signifikan yakni sebesar
38,46% dapat menghasilkan kenaikan operating margin yang
signifikan yaitu dari 2,82% menjadi 12,22%. Untuk itu dirasa perlu
dilakukan audit lebih lanjut, untuk mendapatkan penjelasan apa

16
yang sebenarnya terjadi dari tahun X6 ke tahun X7.

9.4. Percentage of Debt in Capital Structure


Rasio Percentage of Debt in Capital Structure pada
Hanlon,Inc. untuk tahun X5, X6, X7, yaitu :

- Tahun X5 = 41,98%
- Tahun X6 = 36,19%
- Tahun X7 = 55,16%
Dari kondisi tersebut rasio Percentage of Debt in Capital Structure

terburuk terjadi pada tahun X7.

9.5. Current Ratio


Kondisi Current ratio yang terjadi pada Hanlon, Inc. mulai
tahun X5 sampai dengan tahun X7, antara lain :
- Pada tahun X5 = 2,31
- Pada tahun X6 = 1,32
- Pada tahun X7 = 1,73
Dari data tersebut terliht bahwa sejak tahun X6, dimana mulai
banyak perusahaan masuk dalam persaingan usaha perakitan
dan penjualan personal computers. Hanlon,Inc. mulai mengalami
kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

9.6. Quick Ratio


Data quick ratio pada Hanlon, Inc. dari tahun X5 sampai
dengan tahun X7, yakni :
- Pada tahun X5 = 95,03
- Pada tahun X6 = 48,91
- Pada tahun X7 = 60,62
Hampir sama dengan current ratio, penurunan terjadi sejak tahun
X6, dimana mulai banyak perusahaan masuk dalam persaingan
usaha perakitan dan penjualan personal computers. Pada tahun
setelahnya perusahaan mulai mencoba untuk bangkit dalam
meningkatkan kemampuan likuiditasnya.

17
10. Area-area yang memerlukan investigasi lebih lanjut

10.1. Profit Margin

Nilai profit margin Hanlon, Inc mengalami kenaikan yang


sangat signifikan dari tahun X6 yang hanya sebesar 2,8% menjadi
12,2% di tahun X7 dimana nilai tersebut berada jauh di atas rata-
rata industri sejenis yang hanya 5%. Kondisi ini mengindikasikan
adanya penjualan yang overstated atau harga pokok penjualan
yang understated. Pendapatan penjualan akan masuk ke akun
piutang atau akun kas. Terlihat pada neraca, adanya kenaikan
penjualan dari tahun X6 dibandingkan X7 ternyata tidak disertai
dengan kenaikan kas yang diterima, akan tetapi disertai dengan
kenaikan piutang yang signifikan. Hal tersebut mengindikasikan
adanya nilai piutang yang overstated. Terhadap hal ini, auditor
disarankan untuk melakukan audit lebih lanjut terhadap akun
piutang dengan melakukan tracing dokumen dan prosedur
konfirmasi. Sehubungan dengan rendahnya account receivable
turnover Hanlon, Inc dibandingkan rata-rata industri sejenis,
auditor juga perlu lebih memperdalam audit terhadap piutang
dengan melakukan analisis atas aging schedule piutang,
kebijakan pemberian kredit, dan histori pembayaran piutang oleh
pelanggan perusahaan untuk menilai efektivitas pengelolaan
piutang oleh perusahaan.

Harga pokok penjualan yang understated mengindikasikan


adanya nilai persediaan yang overstated. Hal tersebut ditandai
dengan naiknya nilai persediaan yang signifikan pada tahun X7
dibandingkan tahun X6 padahal pada tahun-tahun tersebut
inventory turnover Hanlon, Inc lebih rendah bila dibandingkan
dengan rata-rata perusahaan sejenis. Terhadap hal ini, auditor
disarankan untuk melakukan audit lebih lanjut terhadap akun
persediaan dengan melakukan cek fisik persediaan untuk menguji
perhitungan fisik yang dilakukan oleh perusahaan dan
membandingkannya dengan jumlah tercatat untuk memperoleh
keyakinan yang memadai terkait keberadaan dan kondisi dari
persediaan yang tercatat. Selain itu, perlu dilakukan pengecekan
perhitungan yang telah dilakukan oleh perusahaan untuk
memastikan ketepatan nilai dari persediaan yang tercatat.

18
10.2. Debt to equity ratio

Kenaikan debt to equity ratio yang signifikan di tahun X7


disertai dengan nilai debt to equity ratio yang jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata industri sejenis (173% dibanding
50%) menggambarkan kondisi bahwa nilai utang Hanlon, Inc yang
tinggi tidak diimbangi dengan modal sendiri, selain itu nilai current
ratio juga berada di bawah rata-rata industri (1,73 dibanding 2)
menandakan bahwa perusahaan akan mengalami kesulitan untuk
membayar hutangnya sesuai dengan jatuh tempo yang telah
disepakati. Berdasarkan hal tersebut, terdapat indikasi adanya
kesangsian mengenai kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu
pantas, sehingga auditor harus melakukan evaluasi dengan cara
sebagai berikut (SA Seksi 341) :

1) Auditor mempertimbangkan apakah seluruh hasil prosedur


yang dilaksanakan menunjukkan adanya sebuah kesangsian
besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas (tidak
lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang
sedang diaudit). Mungkin diperlukan informasi tambahan
mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang
mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor.
2) Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam jangka waktu pantas, auditor harus:
a) Memperoleh informasi mengenai sebuah rencana
manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak
kondisi dan peristiwa tersebut.
b) Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana
tersebut dapat secara efektif dilaksanakan.
3) Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia akan
mengambil kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian
besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas.

19
11. Faktor-faktor penyebab adanya peningkatan profit margin dan
debt to equity ratio:

a. Adanya kecenderungan dari manajemen Hanlon,Inc untuk


menaikkan profit margin di tahun X7 untuk mengejar rendahnya
profit margin di tahun X6 dengan melakukan penjualan secara
kredit sebanyak banyaknya serta menurunkan nilai harga pokok
penjualan. Hal tersebut ditandai dengan:
1) naiknya nilai penjualan yang tidak disertai dengan naiknya
aliran masuk kas, namun disertai dengan tingginya nilai
piutang.
2) naiknya nilai persediaan yang signifikan pada tahun X7
dibandingkan tahun X6 padahal pada tahun-tahun tersebut
inventory turnover

Hanlon,Inc lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata


perusahaan sejenis.
b. Nilai debt to equity ratio yang tinggi diakibatkan oleh adanya
pinjaman baru sebesar USD 1 milyar yang berasal dari pinjaman
kepada Hoopshire National Bank dan perusahaan Trust dimana
dimaksudkan untuk mengatasi masalah likuiditas untuk sementara
waktu.

20
DAFTAR PUSTAKA

Elder., Beasley., Arens., Jusuf., 2008. Jasa Audit dan Assurance : Pendekatan Terintegrasi.
Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Konrath, Larry F. 2001. Auditing Concepts and Applications, A Risk-Analysis Approach (5th
Edition). New York: South Western.

21

Anda mungkin juga menyukai