Anda di halaman 1dari 6

Endang Setyowati, Ria Etikasari, Aji Tetuko / Indonesia Jurnal Farmasi. Vol. 2 No.

1 (2017) 1-6 | 1

ANALISA LAMANYA WAKTU PELAYANAN RESEP RACIKAN DI


INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL
Endang Setyowati a*, Ria Etikasari b, Aji Tetuko c
1
STIKES Muhammadiyah Kudus
Jl. Ganesha I Purwosari, Kudus, Indonesia
a
endangsetyowati@stikesmuhkudus.ac.id
b
riaetikasari@stikesmuhkudus.ac.id
c
ajitetuko@stikesmuhkudus.ac.id

Abstrak
Kesehatan merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat. Hal ini menjadikan penyedia jasa
pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit Islam Kendal untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang
lebih baik. Salah satu aspek yang perlu ditingkatkan adalah aspek pelayanan di bidang farmasi. Faktor
kunci yang perlu diperhatikan dalam pelayanan pada pasien meliputi : pelayanan yang cepat, tepat dan
ramah disertai jaminan tersedianya obat. Pengukuran waktu merupakan hal yang harus dilakukan setiap
periode karena menyangkut pelayanan prima dan standar pelayanan minimal yang harus terpenuhi.
Analisa lamanya waktu pelayanan resep di instalasi farmasi rawat jalan di Rumah Sakit Islam Kendal,
disesuaikan dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Kepmenkes RI No : 129/ Menkes/
SK/ II/ 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, khususnya waktu tunggu resep racikan.
Penelitian ini mengambil obyek resep racikan di instalasi farmasi rawat jalan Rumah Sakit Islam Kendal.
Variabel dari penelitian ini adalah lamanya waktu pelayanan resep racikan yang diperlukan seorang
petugas farmasi. Analisa data dengan cara mengambil 100 lembar resep racikan dengan mencatat waktu
dari menerima resep sampai dengan diterima oleh pasien. Kemudian dihitung lamanya waktu tunggu rata-
rata, dari rata-rata tersebut dihitung dalam presentasi. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata waktu
tunggu resep racikan 23,22 menit. Waktu tunggu minimal 7 menit, waktu tunggu maksimal 58 menit.
Penelitian ini berdasarkan 100 lembar resep racikan yang diambil dari Senin sampai Jum’at pada jam
sibuk antara 14.00 – 20.00 WIB periode Januari 2015.
Kata Kunci: Waktu tunggu, resep racikan, instalasi farmasi

Abstract

Health is basic necessity for society. This makes providers health services such as Kendal Islamic
Hospital to improve quality service better. One aspect needs be improved is service aspect in pharmacy.
Key factors need to be considered in patient service include: fast, precise and friendly service with
guaranteed drug availability. Measurement of time something that must be done every period because it
concerns excellent service and minimum service standards must be met. Analysis length of prescription
time service in outpatient pharmacy installation at Kendal Islamic Hospital, adjusted minimum service
standard by Kepmenkes RI No: 129 / Menkes / SK / II / 2008 on Minimum Hospital Service Standards.
Research takes object of prescription concoction in outpatient pharmacy installation of Kendal Islamic
Hospital. Variable is length of prescription time service required by pharmacist. Analyze data by taking
100 sheets prescription concoction, recording time from receiving prescription until it received by
patient. Then average waiting time calculated, and averages calculated in percent. Results this study
indicate average waiting time prescription concoction service is 23.22 minutes. Minimum waiting time at
7 minutes, maximum waiting time at 58 minutes. This study based on 100 pieces prescription concoction
taken from Monday to Friday at rush hour between 14:00 to 20:00 WIB period January 2015.
Keywords: Waiting time, prescription concoction, pharmacy installation
2 | Endang Setyowati, Ria Etikasari, Aji Tetuko / Indonesia Jurnal Farmasi Vol. 2 No.1 (2017) 1-6

I. PENDAHULUAN memenuhi kecepatan dan ketepatan


Kesehatan merupakan kebutuhan pelayanan, yaitu kesesuaian antara resep
pokok bagi masyarakat. Meningkatnya yang diserahkan dengan sediaan yang
taraf hidup masyarakat menjadikan diterima pasien atau keluarganya.
masyarakat semakin mengerti akan kualitas Pengukuran waktu merupakan hal yang harus
kesehatan. Hal ini menjadikan penyedia jasa dilakukan setiap periode karena menyangkut
pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit pelayanan prima dan standar pelayanan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang minimal yang harus terpenuhi.
lebih baik, tidak hanya pelayanan yang Analisa pelayanan Rumah Sakit disesuai
bersifat penyembuhan penyakit, tetapi juga dengan standar pelayanan minimal yang
mencakup pelayanan yang bersifat ditetapkan KEPMENKES Replubik
pencegahan ( preventif ) untuk meningkatkan Indonesia Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008
kualitas hidup serta memberikan kepuasan Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
bagi konsumen selaku pengguna jasa Sakit Khususnya waktu tunggu pelayanan
kesehatan. Rumah Sakit merupakan salah resep racikan.
satu dari sarana kesehatan tempat II. LANDASAN TEORI
menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya
kesehatan merupakan setiap kegiatan untuk Instalasi Farmasi Rumah Sakit
memelihara dan meningkatkan kesehatan Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah
bertujuan untuk mewujudkan derajat suatu bagian / unit / divisi atau fasilitas di
kesehatan yang optimal bagi masyarakat. rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua
Upaya kesehatan di Rumah Sakit tidak kegiatan pekerjaan kefarmasian yang
terlepas dari pelayanan dibagian farmasi ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu
yang mengatur semua kebutuhan obat dan sendiri. (Anonim, 2007)
alat kesehatan untuk rawat jalan dan rawat Berdasarkan definisi tersebut maka
inap. Pelayanan dari farmasi juga meliputi Instalasi Farmasi Rumah Sakit secara umum
sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit dapat diartikan sebagai suatu departemen
yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di
pasien, penyediaan obat yang bermutu dan bawah pimpinan seorang apoteker dan
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. dibantu oleh beberapa orang apoteker yang
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) memenuhi persyaratan perundang-undangan
merupakan suatu bagian/unit/divisi yang yang berlaku dan bertanggungjawab atas
menangani pelayanan farmasi. Instalasi seluruh pekerjaan serta pelayanan
Farmasi merupakan salah satu pusat kefarmasian, yang terdiri pelayanan
pendapatan dari Rumah Sakit. Besarnya paripurna yang mencakup perencanaan,
omzet obat dapat mencapai 50-60% dari pengadaan, produksi, penyimpanan
anggaran Rumah Sakit. Banyaknya perbekalan kesehatan/ sediaan farmasi;
permintaan obat oleh pasien rawat jalan dan dispensing obat berdasarkan resep bagi
rawat inap dari poli-poli maupun bagian lain penderita saat tinggal dan rawat jalan;
dari Rumah Sakit mengakibatkan pengendalian mutu dan pengendalian mutu
peningkatan waktu pelayanan, waktu tunggu dan pengendalian distribusi dan penggunaan
pembeli. Dampak dari hal tersebut berupa seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit.
timbulnya antrian yang panjang sehingga Pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis
dapat menyebabkan orang enggan menebus mencakup pelayanan langsung pada
obat di depo farmasi Rumah Sakit, padahal di penderita dan pelayanan klinik yang
instalasi farmasi Rumah Sakit mempunyai merupakan program rumah sakit secara
pengaruh dan kontribusi cukup besar keseluruhan. (Siregar & Amalia, 2003)
terhadap Rumah Sakit. Faktor kunci yang Tugas utama Instalasi Farmasi Rumah
perlu diperhatikan dalam pelayanan pada Sakit adalah pengelolaan mulai dari
pasien meliputi: pelayanan yang cepat dan perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
ramah disertai jaminan tersedianya obat. penyiapan, peracikan, pelayanan langsung
Mutu pelayanan dianggap baik jika kepada penderita sampai dengan
Endang Setyowati, Ria Etikasari, Aji Tetuko / Indonesia Jurnal Farmasi. Vol. 2 No.1 (2017) 1-6 | 3

pengendalian semua perbekalan kesehatan jaminan mutu akan terlihat apabila sudah
yang beredar dan digunakan dalam rumah dilakukan evaluasi. Dalam Standar Pelayanan
sakit, baik untuk penderita rawat tinggal, Minimal Rumah Sakit setidaknya ada 4 hal
rawat jalan mau pun untuk semua unit yang harus dievaluasi (Anonim, 2008),
termasuk poliklinik rumah sakit. (Anonim, yaitu :
2007) 1. Waktu tunggu (obat jadi ≤ 30 menit dan
Berkaitan dengan pengelolaan tersebut, racikan ≤ 60 menit)
Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus 2. Tidak adanya kejadian salah memberikan
menyediakan obat untuk terapi yang optimal obat (100%)
bagi semua penderita dan menjamin 3. Kepuasan pelanggan (≥80%)
pelayanan bermutu tinggi dan yang paling 4. Penulisan resep sesuai formularium
bermanfaat dengan biaya minimal. Jadi (100%)
Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah satu- Waktu tunggu dihitung mulai dari pasien
satunya unit di rumah sakit yang bertugas menyerahkan resep sampai pasien
dan bertanggung jawab sepenuhnya pada mendapatkan obatnya. Tujuan dilakukan
pengelolaan semua aspek yang berkaitan evaluasi terhadap waktu tunggu pelayanan
dengan obat/perbekalan kesehatan yang resep di instalasi farmasi adalah :
beredar dan digunakan di rumah sakit 1. Meningkatkan kepuasan pasien
tersebut. Instalasi Farmasi Rumah Sakit yaitu pelayanan resep yang cepat dan
bertanggungjawab mengembangkan suatu tepat (tidak terjadi medication error).
pelayanan farmasi yang luas dan 2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan
terkoordinasi dengan baik dan tepat untuk yang dapat memperlama pelayanan resep,
memenuhi kebutuhan berbagai bagian atau sehingga dapat segera dilakukan
unit diagnosis dan terapi, unit pelayanan perbaikan dalam rangka meningkatkan
keperawatan, staf medic, dan rumah sakit
kepuasan pasien terhadap pelayanan
keseluruhan untuk kepentingan pelayanan resep.
penderitalebih baik.(Siregar & Amalia,
2003). Dispensing yang baik adalah suatu proses
yang memastikan bahwa suatu bentuk yang
Standar Pelayanan Minimum efektif dari obat yang benar dihantarkan
Rumah sakit merupakan rujukan kepada pasien yang benar, dalam dosis dan
pelayanan kesehatan untuk pusat kesehatan kuantitas yang tertulis, dengan instruksi yang
masyarakat, terutama upaya penyembuhan jelas dan dalam suatu kemasan yang
dan pemulihan, dengan demikian diharapkan memelihara potensi obat. Memahami
rumah sakit selaku penyedia jasa kebutuhan dan keinginan pasien adalah hal
memberikan pelayanan yang terbaik. penting yang mempengaruhi kepuasan
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan pasien.
salah satu kegiatan di rumah sakit yang Berikut ini adalah tahapan kegiatan utama
menunjang pelayanan kesehatan yang dalam proses dispensing (Anief, 1997):
bermutu. Praktek pelayanan kefarmasian 1. Tahap pertama yaitu menerima dan
merupakan kegiatan yang terpadu dengan memvalidasi order/resep
tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan 2. Tahapan kedua yaitu mengkaji
menyelesaikan obat dan masalah yang order/resep untuk kelengkapan
berhubungan dengan kesehatan (Anonim, 3. Tahapan ketiga yaitu mengerti dan
2008). Standar Pelayanan Minimal Rumah menginterpretasi order/resep
Sakit adalah penyelenggaraan pelayanan 4. Tahapan keempat yaitu menyiapkan,
manajemen rumah sakit, pelayanan medik, membuat, atau meracik obat.
pelayanan penunjang, dan pelayanan 5. Tahapan kelima yaitu menyampaikan
keperawatan baik rawat inap maupun rawat
atau mendistribusikan obat.
jalan yang minimal harus diselenggarakan Komponen dispensing untuk pengambilan
oleh rumah sakit. Hal ini akan menjadi obat di instalasi farmasi akan menentukan
quality assurance (jaminan mutu) dari
kegiatan manajerial di rumah sakit, dimana
4 | Endang Setyowati, Ria Etikasari, Aji Tetuko / Indonesia Jurnal Farmasi Vol. 2 No.1 (2017) 1-6
waktu pelayanan yang diberikan kepada 1 sampai dengan 31 Januari 2013, dan
pasien atau keluarga sebagai berikut : lembar pengumpul data
1. Jumlah resep dan kelengkapan resep. 2. Langkah Penelitian
2. Ketersediaan sumber daya manusia yang Pengisian Lembar Pengumpulan Data,
cukup dan terampil. petugas menuliskan waktu (jam) tahap
pengerjaan resep selesai dikerjakan.
Tujuan sistem distribusi obat (Anief, 1997):
Prosedur tetap waktu tunggu pelayanan
1. Pemberian obat yang tepat dan benar
resep adalah sebagai berikut:
untuk setiap pasien.
a. Pengambilan sampel resep pada hari
2. Dosis dan jumlah obat yang diberikan Senin sampai dengan jumat pada jam
sesuai resep. 14.00 -20.00 WIB.
3. Obat diberikan dalam kemasan yang b. Menyiapkan Lembar Pengumpul Data
dapat menjamin potensi setiap obat ( berupa stempel yang dibalik resep ).
terjaga stabil.
c. Pengambilan sampel pengukuran
4. Setiap obat dilengkapi informasi jelas. waktu tunggu dilakukan secara
langsung oleh petugas dari mulai
III.METODE PENELITIAN resep diterima oleh petugas apotek,
Obyek Penelitan sampai obat diterima oleh pasien.
Penelitian ini mengambil obyek resep d. Catat waktu selesai penyerahan resep
racikan di instalasi farmasi rawat jalan dan bubuhkan paraf nama penerima
Rumah Sakit Islam Kendal periode Januari pada Lembar Pengumpul Data.
2015, untuk di analisa waktu tunggu
pelayanan resep. e. Lembar Pengumpulan Data
dikumpulkan dan dilakukan
Sampel dan Tehnik Sampling rekapitulasi hasil pengukuran.
1. Sampel
f. Mengevaluasi hasil pengukuran
Lembaran resep racikan yang di belakang waktu pelayanan resep.
tercantum stempel pengumpulan data.
2. Tehnik Sampling Analisa Data
Peneliti melakukan analisa data dengan
Mengisi lembaran pengumpulan data cara mengambil 100 lembar resep racikan
pada resep racikan dengan menulis waktu dengan mencatat waktu dari menerima resep
menerima resep sampai dengan diterima sampai dengan diterima oleh pasien.
oleh pasien mulai hari Senin sampai Kemudian waktu diterima pasien dikurangi
dengan Jum’at pada jam sibuk antara jam waktu menerima resep. Dari 100 lembar
14.00–20.00 WIB periode Januari 2013. resep diambil waktu lamanya tunggu rata-
Variabel Penelitian rata, dan dihitung dalam presentasi.
Variabel dari penelitian ini adalah
lamanya waktu pelayanan resep racikan yang IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
diperlukan seorang petugas farmasi untuk Analisa tentang waktu pelayanan resep di
menyelesaikan mulai resep diracik sampai Instalasi Farmasi Rawat Jalan di Rumah
dengan resep diterima oleh pasien atau Sakit Islam Kendal, dari mulai menerima
keluarga pasien. resep sampai pada penyerahan obat untuk
setiap lembar. Untuk mengetahui lamanya
Tehnik Pengumpulan Data waktu pelayanan resep dan hubungannya
1. Alat dan bahan yang digunakan dengan faktor-faktor yang
Alat yang digunakan untuk mengukur mempengaruhinya. Mengumpulkan data
waktu adalah jam digital, dan stempel dengan lembar check list dimana dilakukan
pengumpulan data.Bahan yang digunakan pencatatan waktu pelayanan dilembar
adalah resep racikan yang masuk ke belakang resep terhadap 100 lembar resep
instalasi farmasi rawat jalan, dari tanggal racikan. Berdasarkan Surat Keputusan
Endang Setyowati, Ria Etikasari, Aji Tetuko / Indonesia Jurnal Farmasi. Vol. 2 No.1 (2017) 1-6 | 5

Menteri Kesehatan RI No. pelayanan minimal farmasi yang ditetapkan


129/Menkes/SK/II/2008 tentang Indikator oleh menteri kesehatan yaitu  60 menit.
Standar Pelayanan Rumah Sakit meliputi Dari hasil penelitian rata-rata waktu
antara lain waktu tunggu untuk pelayanan tunggu pelayanan resep racikan 23,22 menit,
resep racikan adalah  60 menit. waktu tunggu minimum 7 menit, waktu
Data waktu tunggu diolah, kemudian tunggu maksimum 58 menit menunjukkan
dilakukan analisa untuk mendapatkan nilai masuk dalam  60 menit yang telah
rata-rata, minimum, maksimum waktu ditetapkan oleh Keputusan Menteri
tunggu untuk penyediaan obat racikan Kesehatan RI No. 129/Menkes/SK/II/2008.
dengan standar yang tertera dalam standar Tapi dalam kenyataannya terkadang pasien
pelayanan minimal farmasi, data akan atau keluarga pasien masih merasa lama
disajikan dalam bentuk tabel. waktu tunggunya, dikarenakan Instalasi
Tabel 1. Waktu Tunggu Pelayanan Obat Racikan Farmasi merupakan tempat terakhir dari
rangkaian dalam pelayanan rawat jalan dari
Judul Waktu Tunggu Pelayanan
Obat Racikan
mendaftar sampai menerima obat, misal: dari
Dimensi Efektifitas, kesinambungan mendaftar sudah mengantri, kemudian
mutu pelayanan, efisiensi mengantri lagi untuk pemeriksaan dokter
Tujuan Tergambarnya kecepatan yang terkadang dokter membutuhkan
pelayanan farmasi pemeriksaan lain misal: test laboratorium
Definisi Waktu tunggu pelayanan obat atau foto rongten baru setelah rangkaian
Operasional racikan adalah tenggang waktu pemeriksaan selesai,resep diberikan untuk
mulai pasien menyerahkan resep diserahkan ke Instalasi Farmasi, selain itu
sampai dengan menerima obat juga yang mempengaruhi lamanya waktu
racikan tunggu resep banyaknya antrian obat racikan
Frek. 1 bulan pada waktu yang sama.
Pengumpulan Dalam rangkaian-rangkaian tersebut
data
pasien sudah merasakan sakit menjadi
Periode 3 bulan
Analisis
tambah lelah dan jenuh. Sedang di Instalasi
Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu Farmasi sendiri juga melayani beberapa
pelayanan obat racikan pasien poliklinik sehingga harus mengantri lagi
yang disurvey dalam satu bulan untuk mendapatkan kwitansi.Setelah
Denominator Jumlah pasien yang disurvey mendapat kwitansi antri lagi di kasir,
dalam bulan tersebut kemudian menunggu lagi sampai obat
Sumber data Survey diserahkan. Sehingga disimpulkan oleh
Standar  60 % pasien bahwa pelayanan waktu tunggunya
Penanggung Kepala Instalasi Farmasi lama. Padahal yang menyebabkan bertambah
jawab lamanya waktu tunggu adalah rangkaian-
Dari hasil penelitian resep racikan di dapat rangkaian dari pelayanan rawat jalan, bukan
dari poliklinik anak 66%, poliklinik umum waktu tunggu pelayanan resep. Untuk waktu
28%, poliklinik syaraf 3%, poliklinik tunggu minimum dan waktu tunggu
penyakit dalam 3%. Kemudian jumlah maksimum pelayanan resep racikan
seluruh waktu tunggu 2322 menit untuk 100 dipengaruhi oleh antrian resep-resep yang
lembar resep, rata-rata waktu tunggu lain yang berisi resep obat jadi, resep obat
pelayanan obat racikan untuk setiap resep jadi dengan racikan, sehingga bisa
sebesar 23,22 menit. Nilai minimum 7 menit, mempengaruhi cepat atau lamanya pelayanan
nilai maksimum 58 menit, jumlah racikan resep.
dalam setiap resep berkisar 1-3 racikan. Dalam kualitas pelayanan memiliki 5
Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah dimensi, yaitu :
Sakit Islam Kendal mempunyai target untuk 1. Bukti Langsung
waktu tunggu pelayanan obat racikan adalah
Dimensi bukti langsung berhubungan
 60 menit, sehingga sesuai dengan standar
dengan kenyamanan ruang tunggu.Dalam hal
ini dapat berupa kecukupan tempat duduk,
6 | Endang Setyowati, Ria Etikasari, Aji Tetuko / Indonesia Jurnal Farmasi Vol. 2 No.1 (2017) 1-6
kebersihan ruang tunggu, jarak ruang tunggu, V. KESIMPULAN
luas ruang tunggu, ada tidaknya hiburan Berdasarkan penelitian waktu tunggu
dalam ruang tunggu. pelayanan resep obat racikan di Instalasi
2. Kehandalan Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Islam
Dimensi kehandalan berhubungan dengan Kendal periode Januari 2013 diperoleh
informasi obat yang dibeirkan petugas apotek jumlah seluruh waktu tunggu resep racikan
kepada pelanggan. adalah 2322 menit, dari 100 lembar resep,
3. Kecakapan rata-rata waktu tunggu 23,22 menit, nilai
minimum waktu tunggu 7 menit, nilai
Dimensi kecakapan berhubungan dengan
maksimum waktu tunggu 58 menit, jumlah
kecepatan pelayanan farmasi yang diberikan,
racikan dalam resep berkisar antara 1-3
dalam hal ini dapat berupa meminimalisir
racikan. Data ini diambil dari 66 lembar
lamanya waktu tunggu penyediaan obat.
resep dari poliklinik anak, 28 lembar resep
4. Jaminan
dari poliklinik umum, 3 lembar resep dari
Demensi jaminan berhubungan dengan poliklinik syaraf, 3 lembar resep dari
harga dan kelengkapan obat. poliklinik penyakit dalam.
5. Empati Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
Demensi empati berhubungan dengan 100 % waktu tunggu pelayanan resep racikan
keramahan dan kesopanan para petugas di Instalasi Farmasi Rawat Jalan di Rumah
apotek kepada pelanggan. Sakit Islam Kendal masuk dalam  60 menit,
Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah sehingga memenuhi kriteria yang telah
Sakit Islam Kendal, masih punya kelemahan- ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI No.
kelemahan antara lain kurang luasnya ruang 129/Menkes/SK/II/2008.
tunggu pasien, kurangnya fasilitas tempat DAFTAR PUSTAKA
duduk pasien yang masih bersamaan dengan Anief, M. (1997). Ilmu Meracik Obat Teori
ruang tunggu pasien antara poliklinik dengan dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah Mada
instalasi farmasi sehingga pasien atau University Press.
keluarga pasien kurang nyaman dalam
menunggu pelayanan resep. Anonim. (2007). Undang-Undang Republik
Di ruang instalasi farmasi rawat jalan Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
sendiri masih ada kekurangan antara lain Rumah Sakit.
tempat penerima resep dengan menyerahkan Anonim. (2008). Keputusan Menteri
obat belum terpisah, dan sempit, sehingga Kesehatan Nomor :
kurang leluasa dalam menyerahkan obat. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Kemudian dalam meracik masih ikut di Pelayanan Minimal.
ruang instalasi rawat inap sehingga untuk
resep racikan masih bolak-balik, jadi kurang Siregar, C., & Amalia, L. (2003). Farmasi
efisien. Rumah Sakit Teori dan Penerapan.
Jakarta: ECG.

Anda mungkin juga menyukai