Anda di halaman 1dari 13

Unsur Periode Keempat (Unsur Transisi)

Rifda Kharisma 4301412023 04.06 No comments »


UNSUR TRANSISI (UNSUR PERIODE KEEMPAT)

Unsur-unsur transisi di dalam sistem periodik unsur dinyatakan sebagai unsur


golongan B. Golongan ini dimulai dari IB, II, IIIB, IVB, VB, VIB, VIIB, dan VIIIB.
Berdasarkan konfigurasi elektronya, unsur-unsur transisi terletak pada blok d dalam
sistem periodik unsur. Unsur-unsur transisi periode 4, yaitu Skandium (Sc) Titanium
(Ti), Vanadium (V), krom (Cr), mangan (Mn), besi (Fe), kobalt (Co) nikel (Ni),
tembaga (Cu), dan seng (Zn).
Secara umum, unsur-unsur transisi periode 4 mempunyai sifat fisik sebagai berikut:
1. Unsur-unsur transisi merupakan unsur logam yang beerwujud padat pada suhu
ruangan dengan ikatan logam yang kuat.
2. Memiliki beberapa bilangan oksidasi kecuali Sc dan Zn.
3. Senyawa yag dibentuk dari unsur transisi memiliki warna yang menarik.
4. Senyawanya dapat ditarik oleh medan magnet (paramagnetik).
5. Unsur transisi dapat membentuk senyawa kompleks dan senyawa koordinasi.
6. Memiliki titik lebur dan titik didih tinggi.

 Sifat fisika unsur-unsur periode keempat


1. Sifat Logam
Semua unsur transisi adalah logam, yang bersifat lunak, mengkilap, dan penghantar
listrik dan panas yang baik. Perak merupakan unsur transisi yang mempunyai
konduktivitas listrik paling tinggi pada suhu kamar dan tembaga di tempat kedua.
Dibandingkan dengan golongan IA dan IIA, unsur logam transisi lebih keras, punya
titik leleh, titik didih, dan kerapatan lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena unsur
transisi berbagi elektron pada kulit d dan s, sehingga ikatannya semakin kuat.
Kecuali seng logam-logam transisi memiliki elektron-elektron yang berpasangan. Hal
ini lebih memungkinkan terjadinya ikatan-ikatan logam dan ikatan kovalen antaratom
logam transisi. Ikatan kovalen tersebut dapat terbentuk antara elektron-elektron yang
terdapat pada orbital d. Dengan demikian, kisi kristal logam-logam transisi lebih
sukar dirusak dibanding kisi kristal logam golongan utama. Itulah sebabnya logam-
logam transisi memiliki sifat keras, kerapatan tinggi, dan daya hantar listrik yang
lebih baik dibanding logam golongan utama.
Karakteristik Logam Transisi Periode Keempat
Karakteristik Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn
Nomor Atom 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
KonfigurasiElektron 4s23d1 4s23d2 4s23d3 4s23d4 4s23d5 4s23d6 4s23d7 4s23d8 4s23d9 4s23d10
Densitas (g/am3) 3,0 4.51 6.1 7.19 7.43 7.86 8.9 8.9 8.96 7.14
Titik leleh 1.539 1.668 1.900 1.845 1.245 1.536 1.495 1.453 1.083 419.5
Titik didh 2.730 3.260 3.450 2.665 2.150 3.000 2.900 2.730 2.595 905
Kekerasan - - - 9.0 5.0 4.5 - - 2,8 2,5
2. Bilangan Oksidasi
Tidak seperti golongan IA dan IIA yang hanya mempunyai bilangan oksidasi +1 dan
+2, unsur-unsur logam transisi mempunyai beberapa bilangan oksidasi. Seperti
vanadium yang punya bilangan oksidasi +2, +3, dan +4 (Keenan, dkk, 1992: 167).
IIIB IVB VB VIB VIIB VIIIB IB IIB
Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni CU Zn
+1 +1
+2 +2 +2 +2* +2* +2 +2* +2* +2*
+3* +3 +3 +3* +3 +3* +3* +3 +3
+4* +4* +4 +4 +4 +4
+5 +5 +5 +5
+6 +6 +6
+7

3. Sifat Kemagnetan
Setiap atom dan molekul mempunyai sifat magnetik, yaitu paramagnetik, di mana
atom, molekul, atau ion sedikit dapat ditarik oleh medan magnet karena ada elektron
yang tidak berpasangan pada orbitalnya dan diamagnetik, di mana atom, molekul,
atau ion dapat ditolak oleh medan magnet karena seluruh elektron pada orbitnya
berpasangan. Sedangkan pada umumnya unsur-unsur transisi bersifat paramagnetik
karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan pada orbital-orbital d-nya. Sifat
paramagnetik ini akan semakin kuat jika jumlah elektron yang tidak berpasangan
pada orbitalnya semakin banyak. Logam Sc, Ti, V, Cr, dan Mn bersifat
paramagnetik, sedangkan Cu dan Zn bersifat diamagnetik. Untuk Fe, Co, dan Ni
bersifat feromagnetik, yaitu kondisi yang sama dengan paramagnetik hanya saja
dalam keadaan padat (Brady, 1990: 698).

4. Titik Leleh dan Titik Didih


Unsur-unsur transisi umumnya memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi karena
ikatan antaratom logam pada unsur transisi lebih kuat. Titik leleh dan titik didih seng
jauh lebih rendah dibanding unsur transisi periode keempat lainnya karena pada
seng orbital d-nya telah terisi penuh sehingga antaratom seng tidak dapat
membentuk ikatan kovalen.

5. Ion Berwarna
Tingkat energi elektron pada unsur-unsur transisi yang hampir sama menyebabkan
timbulnya warna pada ion-ion logam transisi. Hal ini terjadi karena elektron dapat
bergerak ke tingkat yang lebih tinggi dengan mengabsorpsi sinar tampak. Pada
golongan transisi, subkulit 3d yang belum terisi penuh menyebabkan elektron pada
subkulit itu menyerap energi cahaya, sehingga elektronnya tereksitasi dan
memancarkan energi cahaya dengan warna yang sesuai dengan warna cahaya
yang dapat dipantulkan pada saat kembali ke keadaan dasar. Misalnya
Ti2+ berwarna ungu, Ti4+tidak berwarna, Co2+ berwarna merah muda, Co3+ berwarna
biru, dan lain sebagainya.

Warna Senyawa Logam Transisi dengan berbagai bilangan oksidasi


Unsure +1 +2 +3 +4 +5 +6 +7
Sc - - Tb - - - -
Ti - - ungu Tb - - -
V - Ungu Hijau biru Merah - -
Cr - Biru Hijau - - Jingga -
Mn - Merah Coklat Coklat Biru Hijau Ungu
muda tua
Fe - Hijau Kuning - - - -
Co - Merah Ungu - - - -
muda
Ni - Hijau - - - - -
Cu Tb Biru - - - - -
Zn - Tb - - -

 Sifat-sifat Kimia Unsur-unsur periode keempat


1. Kereaktifan
Dari data potensial elektroda, unsur-unsur transisi periode keempat memiliki harga
potensial elektroda negatif kecuali Cu (E° = + 0,34 volt). Ini menunjukkan logam-
logam tersebut dapat larut dalam asam kecuali tembaga. Kebanyakan logam transisi
dapat bereaksi dengan unsur-unsur nonlogam, misalnya oksigen, dan halogen.
2Fe(s) + 3O2(g) 2Fe2O3(s)

Skandium dapat bereaksi dengan air menghasilkan gas hidrogen.


2Se(s) + 6H2O(l) 3H2(g) + 2Sc(OH)3(aq)

2. Pembentukan Ion Kompleks


Semua unsur transisi dapat membentuk ion kompleks, yaitu suatu struktur dimana
kation logam dikelilingi oleh dua atau lebih anion atau molekul netral yang disebut
ligan. Antara ion pusat dengan ligan terjadi ikatan kovalen koordinasi, dimana ligan
berfungsi sebagai basa Lewis (penyedia pasangan elektron).
Contoh: [Cu(H2O)4]2+
[Fe(CN)6]4+
[Cr(NH3)4 Cl2]+
Senyawa unsur transisi umumnya berwarna. Hal ini disebabkanperpindahan elektron
yang terjadi pada pengisian subkulit d denganpengabsorbsi sinar tampak. Senyawa
Sc dan Zn tidak berwarna.

 Kelimpahan unsur-unsur periode Keempat dialam dan mineralnya


Unsur-unsur transisi periode keempat di alam sebagian besar ditemukan dalam
bentuk senyawa oksida dan sulfida. Hal itu terjadi karena unsur-unsur transisi
periode keempat sangat mudah teroksidasi dan mempunyai afinitas yang cukup
besar terhadap oksigen dan belerang. Selain itu, okisigen dan belerang termasuk
unsur-unsur yang sangat reaktif terhadap logam dan tersebar di kerak bumi.

Keberadaan unsur-unsur transisi periode keempat di Indonesia


Unsur Mineral Rumus Kimia Daerah
Sc Thortveitite Sc2Si2O -
Ti Rutil TiO2 -
Ilmenit FeTiO3 -
V Vanadit Pb3(VO4)2 -
Cr Kromit FeCr2O4 Sulawesi Tengah
Mn Pirolusit MnO2 Kalimantan Barat,
Manganit Mn2O3.H2O Yogyakarta
Fe Hematitit Fe2O3 Kalimantan Barat
Magnetit Fe3O4 Sumatera Barat
Limonit Fe2O3.H2O Sumatera Selatan
Siderit FeCO3 Sulawesi Tengah
Pirit FeS2 Sulawesi Tengah
Co Kobaltit CoAsS Sulawesi Tengah
Smaltit COAs2 Sulawesi Tenggara
Ni Pentlandite (FeNi)S Sulawesi Tengah
Garnerit H2(NiMg)SiO4.2H2OSulawesi Tenggara
Cu Kalkopirit CuFeS2 Kalimantan Barat
malasit Cu2(OH)2CO3 Papua
Kalkosit Cu2S Sumatera Barat
Zn Seng blende/ZnS Sumatera Barat
sphalerite
Calamine ZnCO3 Sulawesi Tengah

 Unsur-unsur periode keempat


a) Skandium (Sc)
Kelimpahan skandium di kulit bumi sekitar 0,0025%. Di dalam skandium terdapat
hanya sedikit bersama dengan unsur-unsur lantanida. Kandungan unsur ini dalam
mineral hanya berkisar 5 – 30 ppm dan sangat sulit dipisahkan dari mineralnya.
Akibatnya, produksi skandium hanya dalam satuan gram atau kilogram (tidak
sampai ton). Oleh karena itu, harganya sangat mahal sehingga sangat jarang
ditemukan dan dimanfaatkan.
Ion Sc3+ tidak berwarna dan bersifat amfoter, mirip dengan Al3+. Skandium memiliki
reaktifitas yang tinggi yang bersifat isotop radioaktif dengan waktu paruh yang
singkat. Skandium -45 merupakan satu-satunya isotop alami yang tidak bersifat
radioaktif.
Skandium digunakan sebagai komponen pada lampu berintensitas tinggi. Selain itu,
skandium dapat menghasilkan larutan asam pada proses hidrolisis [Sc(H 2O)6]3+ dan
membentuk senyawa Na3ScF6 yang mirip kriolit (Na3AlF6). Sakndium juga
dimanfaatkan sebagai bahan pembentuk gelatin hidroksida (Sc(OH)3) yang bersifat
amfoter. Logam skandium dibuat dengan elektrolisis cairan ScCl3 yang dicampurkan
dengan klorida-klorida lain.

b) Titanium (Ti)
Kelimpahan titanium dikulit bumi cukup banyak sekitar 0,6%. Selain rutil dan ilmenit,
mineral yang mengandung titanium yaitu perovskite (CaTiO 3) dan titanit
(CaTiOSiO4). Densitas titanium rendah, kekuatan strukturnya tinggi pada suhu
tinggi, dan tahan terhadap korosi (karat). Oleh karena itu titanium banyak digunakan
dalam industri pesawat terbang, mesin turbin, dan peralatan kelautan.
Titanium juga bersifat amfoter, inert, putih cerah, tidak tembus cahaya, dan tidak
beracun (nontoksik). Sifat-sifat ini dimanfaatkan untuk membuat pemutih dan
pengilap kertas, pigmen putih dalam cat, keramik, kosmetik, kaca, plastik, dan
bahan-bahan lain dalam industri kimia.
Logam titan (Ti) diperoleh dengan jalan mengalirkan gas klorin pada TiO 2 sehingga
terbentuk TiCl4. Reaksikan
TiO2(s) + 2C(s) + 2Cl2(g) TiCl4(s) + 2CO(g)

TiCl4 yang terjadi direduksi dengan logam Mg pada suhu tinggi yang bebas oksigen.
Reaksinya :
TiCl4(s) + 2Mg(s) Ti(s) + 2MgCl2(s)

c) Vanadium (V)
Vanadium dikulit bumi terdapat 0,02%. Meskipun sedikit vanadium tersebar luas di
alam. Vanadium juga dapat diperoleh dari pembakaran oksidanya berupa vanadium
pentaoksida (V2O5) digunakan sebagai katalis pada pembuatan asam sulfat dalam
proses kontak. Sementara itu, vanadium dalam bentuk logam campuran (aliase)
dengan besi menghasilkan ferovanadium yang bersifat keras, kuat, dan tahan
korosi. Oleh karena itu, ferovanadium banyak digunakan dalam pembuatan
peralatan tehknik yang tahan getaran, misalnya pegas, per mobil, pesawat terbang,
dan kereta api.
Ferovanadium dihasilkan dari reduksi V2O5 dengan campuran silikon (Si) dan besi
(Fe). Reaksinya:
2V2O5(s) + 5Si(s) +Fe(s) 4V(+Fe)(s) + 5SiO2(s)
Ferofanadium

Senyawa SiO2 ditambah dengan CaO menghasilkan suatu terak CaSiO3 yaitu bahan
yang dihasilkan selama pemurnian logam. Reaksinya:
SiO2(s) + CaO(s) CaSiO3(s)
Terak

d) Krom (Cr)
Kelimpahan krom di kulit bumi hanya 0,0122%. Meskipun demikian krom banyak
digunakan dalam industri logam karena merupakan komponen paling penting.
Logam krom reaktif terhdapa oksigen dan membentuk oksida yang berupa lapisan
tipis dipermukaan logam. Lapisan tersebut melindungi logam dari oksidasi lebih
lanjut. Oleh karena itu, logam krom banyak digunakan untuk melapisi logam lain
agar tahan karat secara elektroplating, misalnya nikrom pada alat pemanas
(stainless steel) mengandung 18% krom. Selain itu krom juga digunakan sebagai
bahan dasar dalam industri baja sehingga dihasilkan baja yang lebih kuat dan
mengkilap.
Kromit (FeCr2O4) direduksi oleh karbon menghasilkan ferokrom. Reaksinya:
FeCr2O4(s) + 4C(s) Fe(s) +2Cr(s) + 4CO(s)
Ferokrom

Logam krom dibuat menurut proses Goldschmidt dengan jalan mereduksi


Cr2O3 dengan logam aluminium. Reaksinya :
Cr2O3(s) + 2Al(s) Al2O3(s) + 2Cr(s)
Biloks Senyawa
+2 CrX2
+3 CrX3, Cr2O3, dan Cr(OH)3
+6 K2Cr2O7, Na2CrO4, dan CrO3

e) Mangan (Mn)
Mangan terdapat dialam dalam jumlah melimpah. Selin dalam bentuk mineral
pirolusit mangan terdapat di alam dalam bentuk spat mangan (MnO 3), dan manganit
(Mn2O3H2O).
Mangan bayak digunakan pada industri baja sebagai campuran (alloy) mangan
dengan besi yang disebut feromangan. Feromangan digunakan sebagai bahan
pembuat mesin dan alat berat karena sifatnya yang sangat keras, kuat, dan tahan
gesekan. Selain itu, mangan dalam bentuk senyawa MnO 2 digunakan pada baterai
kering.
Pembuatan feromangan dilakukan dengan mereduksi MnO2 dengan campuran besi
oksida dan karbon.
Reaksinya :
MnO2(s) + Fe2O3(s) + 5C(s) 2Fe(s) + Mn(s) + 5CO(s)
Feromangan

Pada proses ini mangan dalam baja feromangan berfungsi untuk mengikat oksigen
agar pada proses penuangan tidak terjadi gelembung-gelembung udara yang
menyebabkan baja kropos (berongga di dalamnya).
Logam mangan murni dibuat dengan proses alumino thermi seperti pembuatan
logam krom. Reaksinya :
Tahap 1 : 3MnO2(s) Mn3O4(g) + O2(g)
Tahap 2 : 3Mn3O4(s) + 8Al(s) 9Mn(s) + 4Al2O3(s)
Biloks Senyawa
+2 Mn(OH)2, MnS, MnSO4, dan MnCl2
+4 MnO2
+7 KMnO4

f) Besi (Fe)
Kelimpahan besi dialam menempati urutan ke empat terbanyak di kulit bumi. Besi
merupakan logam yang sangat penting dalam industri sehingga logam besi paling
banyak kegunaan dalam kehidupan sehari-hari.
Besi bersifat feromagnetik. Oleh karena itu, banyak oksida besi digunakan sebagai
perangkat elektronik, memori komputer dan pita rekaman. Kompleks besi juga
berperan penting dalam proses biologis, diantaranya untuk membentuk haemoglobin
dalam darah dan klorofil pada tanaman.
Besi murni bersifat lunak, liat, dan cukup reaktif. Oleh karena itu, besi selalu
dipadukan dengan logam lain membentuk aliase, misalnya baja atau stainless steel
agar lebih keras. Baja dibuat dari besi kasar yang di tambah Mn, Cr, Ni, atau unsur
lain sesuai dengan tujuan penggunaan baja tersebut.
Biloks Senyawa
+2 FeS, FeSO4.7H2O, dan K4Fe(CN)6
+3 FeCl3, Fe2O3, K3[Fe(CN)6], dan Fe(SCN)3
Campuran +2 dan +3 Fe3O4 dan KFe[Fe(CN)6]

g) Kobalt (Co)
Kobalt bersifat mirip dengan nikel. Kobalt bersama-sama dengan nikel terdapat
dalam senyawa besi. Unsur kobalt tidak reaktif, namun stabil terhadap panas. Kobal
digunakan untuk membuat paduan logam. Campuran besi kobalt mempunyai sifat
tahan karat. Alinico merupakan paduan aluminium, nikel, kobalt, dan tembaga yang
bersifat magnet kuat. Kobalt juga banyak dimanfaatkan dalam pembuatan mesin jet,
mesin turbin, peralatan tahan panas. Isotop radioaktif kobalt (Co -60) berguna dalam
pengobatan kanker.
Ion Co2+ dalam bentuk larutan digunakan sebagai bahan tinta yang tidak berwarna
sementara itu, kertas yang mengandung ion Co2+ digunakan untuk mendeteksi
perubahan cuaca. Jika cuaca lembab (akan turun hujan), kertas berwarna merah
karena mengandung ion Co2+. Jika cuaca cerah kertas berwarna biru karena
mengandung ion Co3+.
Biloks Senyawa
+2 CoSO4, [Co(H2O)6]Cl2, [Co(H2O)6](NO3)2, dan CoS
+3 CoF3, Co2O3, K3[Co(CN)6], dan [Co(NH3)6]Cl3

h) Nikel (Ni)
Nikel merupakan logam putih mengkilap seperti perak dan dijadikan sebagai
penghantar panas atau listrik yang baik. Selain dalam bentuk senyawa mineral, nikel
juga dijumpai sebagai senyawa kompleks, misalnya [Ni(NH3)6]Cl2 dan
[Ni(NH3)6]SO4 yang digunakan dalam elektroplating.
Nikel juga berfungsi untuk melapisi logam agar tahan karat dan sebagai campuran
logam, misalmonel (paduan 60% Ni, 40% Cu, dan sedikit Fe, Mn, Si, C) dan alnico.
Serbuk nikel biasa digunakan sebagai katalis dalam reaksi reduksi senyawa
hidrokarbon, contohnya proses hidrogenasi lemak pada pembuatan margarin. Nikel
(III) oksida (Ni2O3) digunakan dalam sel Edison.
Biloks Senyawa
+2 NiCl2, [Ni(H2O)6]Cl2, NiS, NiO, Co2O3, [Ni(H2O)6]SO4

i) Tembaga (Cu)
Di alam tembaga terdapat dalam bentuk bijih tembaga. Sekitar 80% tembaga
diperoleh sebagai sulfida. Namun, adapula yang ditemukan dalam keadaan bebas.
Tembaga merupakan logam yang berwarna kemerahan. Logam ini termasuk
penghantar panas dan listrik yang baik. Oleh karena itu, tembaga banyak digunakan
sebagai kabel listrik (alat-alat elektronik). Tembaga juga mudah ditempa dan
bercampur dengan emas sehingga digunakan pada pembuatan kerajinan.
Tembaga juga banyak digunakan untuk membuat paduan logam seperti kuningan
(tembaga dan seng), perunggu (tembaga dan timah), monel, alnico, dan sebagainya.
Kegunaan tembaga lainnya sebagai berikut.

1. Menguji kemurnian alkohol dengan memasukkan serbuk putih CuSO 4 ke


dalam alkohol yang mengandung air. Serbuk putih menjadi biru karena mengikat air.
Reaksinya :
CuSO4 + 5H2O CuSO4.5H2O
Putih biru

2. Membuat rayon/sutra buatan dengan melarutkan selulosa ke dalam larutan


Schweitsern (larutan ion kompleks kupri tetrain [Cu(NH3)4]2+dari Cu(OH)2 yang
dilarutkan dalam larutan NH4OH).
3. Mematikan serangga atau hama tanaman menggunakan bubur bordeaux
(campuran Cu(OH)2 + CaSO4 yang dibuat dari CuSO4 + Ca(OH)2).
4. Menguji sifat pereduksi dari senyawa yang mengandung gugus
aldehid/alkanal.

Tembaga dapat diidentifikasikan dengan cara mengaliri gas H 2S pada senyawa


yang meengandung Cu2+, sehingga menghasilkan endapan yang berwarna hitam.
Reaksinya:
Cu2+(aq) + H2S(g) Cu(s) + 2H+(aq)
Hitam

Biloks Senyawa
+1 Cu2O, Cu2S, dan CuCl
+2 CuO, CuSO4.5H2O, CuCl2.2H2O, dan [Cu(H2O)6](NO3)2

j) Seng (Zn)
Seng merupakan unsur terakhir pada deret logam transisi periode keempat. Seng
digunakan sebagai logam pelapis besi agar tahan karat. Seng juga berguna untuk
paduan logam (misal kuningan), zat antioksidan pada pembuatan ban mobil, bahan
pembuatan cat putih, dan bahan untuk melapisi tabung gambar televisi karena dapat
berfluoresensi (mengubah berkas elektron menjadi cahaya tampak). Lembaran seng
dapat dimanfaatkan sebagai atap bangunan.
Pembuatan logam seng dilakukan dengan pemanggangan seng sulfida (ZnS)
kemudian oksida seng direduksi dengan karbon pijar. Reaksinya :
2ZnS(s) + 3O2(g) 2ZnO(s) + 2SO2(g)
ZnO(s) + C(s) Zn(g) + CO(g)
Proses ini berlangsung pada suhu ± 1.200oC. seng dalam bentuk gas
dikondensasikan menjadi debu seng.
Diantara beberapa unsur transisi, logam besi dan tembaga merupakan unsur transisi
yang banyak terdapat di alam. Berikut ini proses pengolahan 2 logam tersebut:
1. Proses pengolahan Besi
Proses pengolahan bijih besi untuk menghasilkan logam besi dilakukan dalam tanur
tinggi. Prinsip kerjanya dengan mereduksi oksida besi dengan gas karbon
monoksida.
Adapun langkah-langkah dalam proses pengolahan besi dari bijihnya sebagai
berikut.
a. Bahan-bahan dimasukkan ke dalam tanur melalui puncak tanur. Bahan-bahan
tersebut meliputi hal-hal berikut.
1) Bahan utama, yaitu bijih besi hematit (Fe2O3) dicampur dengan pasir (SiO2)
dengan oksida-oksida asam lain. Bahan ini akan direduksi.
2) Bahan pereduksi, yaitu kokas (karbon)
3) Bahan tambahan, yaitu batu kapur (CaCO3) yang berfungsi untuk mengikat zat-
zat pengotor.
b. Udara panas dimasukkan dari bagian bawah tanur sehingga suhu tanur semakin
ke atas semakin rendah. Hal ini menyebabkan kokas terbakar.
c. Gas CO2 yang terbentuk direduksi oleh kokas yang panas menjadi CO.
d. Gas CO yang terbentuk dan kokas akan mereduksi bijih besi (Fe2O3).
e. Besi cair yang terbentukmengalir ke bawah dan berkumpul didasar tanur.
f. Pada bagian tengah tanur, batu kapur terurai.
g. Selanjutnya CaO akan mengikat zat pengotor dan membentuk terak pada dasar
tanur.
Terak yang terbentuk akan mengapung di permukaan besi cair dan keluar melalui
saluran tersendiri. Terak tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan beton jalan raya.
Besi cair pada dasar tanur tersebut disebut besi kasar. Selanjutnya besi kasar
dikeluarkan dari tanur dengan dituang dalam cetakan-cetakan menjadi besi tuang
atau besi cor yang bersifat keras dan rapuh. Besi kasar mengandung 95% besi, 4%
karbon, dan sisanya berupa fosforus, silikon, belerang, dan mangan.
Besi dapat terbentuk jika kadara karbonnya dikurangi dengan memanaskannya
sehingga karbon yang terkandung dalam besi teroksidasi menjadi gas CO 2. Besi
yang memilki kadar karbon cukup rendah disebut besi tempa. Besi ini digunakan
untuk berbagai peralatan seperti cangkul, mur, baut, dan pembuatan baja.
2. Pengolahan Tembaga
Proses pengolahan tembaga diawali dengan pemanggangan kalkopirit (CuFeS 2)
atau bijih tembaga lain. Hasil pemanggangan dioksidasi dalam oksigen.

Tembaga yang dihasilkan dimurnikan secara elektrolisis dan flotasi. Pemurnian


tembaga dengan elektrolisis dilakukan dengan menempatkan tembaga kotor di
anode menggunakan larutan elektrolit CuSO4 sehingga tembaga murni akan
diperoleh di katode.

Anda mungkin juga menyukai