Anda di halaman 1dari 8

FASE PERIODISASI MASA PRAAKSARA

Periodisasi Masa Praaksara


Untuk mengetahui perkembangan manusia sejak awal kehidupannya, perlu terlebih dahulu
mempelajari periodisasi atau pembabakan zaman di muka bumi. Pembabakan dapat dilakukan
secara geologis, arkeologis, dan perkembangan kehidupan manusia. Berikut ini, tiga pembabakan
atau periodisasi itu;

A. Periodisasi Menurut Geologis


Geologis atau ilmu bumi yakni ilmu yang mempelajari bumi secara keseluruhan. Berdasarkan hal
tersebut, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Menurut ahli geologi,
sejarah perkembangan bumi dapat dikelompokan menjadi empat periode zaman, yakni zaman
arkaekum, palaeozoikum, mesozoikum, dan neozoikum.

1) Arkaekum

Zaman ini berlangsung kira-kira selama 2500 juta tahun. Pada saat itu kulit bumi masih
panas sehingga belum terdapat kehidupan.

Ciri-ciri zaman arkaekum ada beberapa macam, antara lain sebagai berikut:

 Belum ada kehidupan


 Bumi masih berupa bola gas yang sangat panas
 Berlangsung kurang lebih 2.500 juta tahun yang lalu

2) Palaezoikum

Zaman ini berlangsung selama 340 juta tahun. Makhluk hidup yang muncul pada zaman ini
seperti mikro organisme, ikan, amfibi, reptil, dan binatang yang tidak bertulang punggung. Zaman
ini sering disebut juga zaman primer.

3) Mesozoikum
Zaman ini berlangsung kira-kira selama 140 juta tahun. Pada zaman ini pertengahan ini,
jenis reptil mencapai tingkat yang terbesar sehingga pada zaman ini sering juga disebut zaman
reptil. Zaman ini sering disebut juga zaman sekunder atau zaman hidup pertengahan. Setelah
berakhirnya zaman ini, maka muncul kehidupan yang lain, yakni jenis burung dan binatang
menyusui yang masih rendah sekali tingkatannya. Adapun jenis reptilnya mengalami kepunahan.

4) Neozoikum

Zaman ini sering disebut zaman hidup baru yang dapat dibedakan menjadi 2 zaman, yakni;

a) Tersier atau zaman ketiga

Zaman ini berlangsung kira-kira selama 60 juta tahun. Zaman ini ditandai dengan
perkembangan jenis binatang menyusui seperti kera.

b) Kuartier atau zaman keempat

Zaman ini ditandai dengan adanya kehidupan manusia sehingga merupakan zaman
terpenting. Zaman ini dibagi lagi menjadi 2 zaman, yakni zaman Pleistocen dan Holocen. Zaman
Pleistocen atau Dilluvium berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang ditandai dengan adanya
manusia purba. Zaman Holocen atau Alluvium berlangsung kira-kira selama 20.000 tahun yang lalu
dan terus berkembang sampai dewasa ini. Pada zaman ini, ditandai dengan munculnya manusia
jenis Homo Sapiens yang memiliki ciri-ciri seperti manusia yang hidup pada zaman modern
sekarang.

B. Periodisasi Berdasarkan Arkeologis


Pembabakan zaman praaksara ini berdasarkan pada benda-benda peninggalan yang
dihasilkan oleh manusia. pembabakan zaman praaksara menurut penemuan benda-benda
peninggalan adalah sebagai berikut;
1) Zaman Batu
Zaman batu adalah zaman ketika sebagian besar perkakas penunjang kehidupan manusia
terbuat dari batu. Zaman batu dibagi menjadi 3 zaman, yakni;

a) Zaman Batu Tua / Palaeolithikum

Gambar : Kapak batu

zaman batu tua diperkirakan berlangsung kurang lebih 600.000 tahun silam. Kehidupan
manusia masih sangat sederhana, hidup berpindah-pindah (nomaden), dan bergantung pada alam.
Mereka memperoleh makanan dengan cara berburu, mengumpulkan buah-buahan, umbi-umbian,
serta menangkap ikan. Cara hidup seperti ini dinamakan food gathering. Jenis peralatan yang
digunakan pada zaman batu tua terbuat dari batu yang masih kasar, seperti kapak genggam
(Chopper), kapak penetak (Chopping tool), peralatan dari tulang dan tanduk binatang, serta alat
serpih (flake) yang digunakan untuk menguliti hewan buruan, mengiris daging, atau memotong
umbi-umbian.

b) Zaman Batu Pertengahan / Mesolithikum

Gambar : Lukisan di Gua Maros Sulawesi sealatan

Zaman Batu Pertengahan (Mesolithikum) diperkirakan berlangsung kurang lebih 20.000


tahun silam. Pada zaman ini, kehidupan manusia tidak jauh berbeda dengan zaman batu tua, yakni
berbutu, mengumpulkan makanan, dan menangkap ikan. Mereka juga sudah mulai hidup menetap
di gua, tepi sungai, maupun tepi pantai.

Alat-alat perkakas yang digunakan pada masa Mesolithikum hampir sama dengan alat-alat
pada zaman Palaeolithikum, hanya sudah sedikit dihaluskan. Peralatan yang dihasilkan pada zaman
Mesolithikum, antara lain kapak Sumatera (pebble), sejenis kapak genggam yang dibuat dari batu
kali yang salah satu sisinya masih alami; kapak pendek (hache courte), sejenis kapak genggam
dengan ukuran yang lebih kecil; pipisan, batu-batu penggiling beserta landasannya; alat-alat dari
tanduk dan tulang binatang; mata panah dari batu dan juga flake. Adapun hasil-hasil kebudayaan
yang ditinggalkan manusia purba pada zaman batu pertengahan adalah sebagai berikut;

 Ditemukannya Kjokkenmoddinger, yakni bukit-bukit karang hasil sampah dapur.


 Ditemukannya Abris Sous Roche, yakni gua-gua karang sebagai tempat tinggal.
 Manusia pada zaman ini sudah mengenal seni yang berupa lukisan pada dinding gua.
Lukisan itu berbentuk cap tangan dan babi hutan.
c) Zaman Batu Muda / Neolithikum

Gambar : Hiasan dari kerang zaman prasejarah

Pada zaman batu muda, kehidupan manusia praaksara sudah berangsur-angsur hidup
menetap tidak lagi berpindah-pindah. Manusia pada zaman ini sudah mulai mengenal cara
bercocok tanam meskipun masih sangat sederhana, selain kegiatan berburu yang masih tetap
dilakukan. Manusia purba pada masa neolithikum sudah bisa menghasilkan bahan makanan sendiri
atau biasa disebut food producing.

Peralatan yang digunakan pada masa neolithikum sudah diasah sampai halus, bahkan ada
peralatan yang berbentuk sangan indah. Peralatan yang diasah pada masa itu adalah kapak lonjong
dan kapak persegi. Di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan ada yang telah membuat anak panah dan
mata tombak yang digunakan untuk berburu dan keperluan lainnya.

d) Zaman Batu Besar / Megalithikum

Gambar : Punden berudak pada Candi Sukuh

Zaman Batu Besar dibangun atas konsep kepercayaan hubungan antara yang masih hidup
dengan yang sudah mati dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanah.
Bangunan megalith mulai dibangun pada masa bercocok tanam sampai masa perundagian. Jenis-
jenis bangunan megalith sebagai berikut :

(1) Punden Berundak


Punden berundak adalah bangunan pemujaan para leluhur berupa bangunan bertingkat yang
terbuat dari bebatuan. Di atas bangunan itu biasa didirikan menhir. Bangunan ini banyak dijumpai
di Kosala dan Arca Domas (Banten), Cisolok (Sukabumi), serta Pugungharjo (Lampung).

(2) Menhir
Menhir (men=batu; hir= berdiri) adalah bangunan berupa batu panjang yang didirikan tegak
menjulang sebagai media atau sarana penghormatan, sebagai tempat roh, sekaligus lambang dari
orang yang sudah mati. Menhir banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan Sulawesi
Tengah.

Dalam upacara pemujaan, menhir juga berfungsi untuk menambatkan hewan kurban.
Tempat-tempat penemuan menhir di Indonesia, yakni Pasemah (Sumatera Selatan), Pugungharjo
(Lampung), Kosala, Lebak Bondowoso (Jawa Timur), Trunyan dan Sembiran (Bali), Ngada
(Flores), Belu (Timor), Bada-Besoha dan Tana Toraja (Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan).
(3) Dolmen

Dolmen (dol= meja; men= batu) adalah batu besar dengan permukaan rata. Digunakan
sebagai tempat meletakkan sesaji, pelinggih roh, dan tempat duduk ketua suku agar mendapat
berkat magis dari leluhurnya. Bangunan ini ditemukan di Pulau Samosir (Sumatera Utara),
Pasemah (Sumatera Selatan), Leles (Jawa Barat), serta Pekauman dan Pakian di Bondowoso (Jawa
Timur).

(4) Sarkofagus
Sarkofagus adalah peti mati dari satu batu utuh terdiri atas wadah dan tutup. Mayat
diletakkan dalam posisi berbaring meringkuk. Sarkofagus banyak ditemukan di Indonesia terutama
di Bondowoso (Jawa Timur) dan Bali. Pada Sarkofagus sering dipahatkan motif kedok atau topeng
dalam berbagai ekspresi untuk melindungi roh orang yang mati dari gangguan gaib.

(5) Kubur Batu


Kubur batu berbentuk seperti sarkofagus. Akan tetapi, dibuat dari papan-papan batu.
Banyak ditemukan di Pasemah (Sumatera Selatan ) dan Kajar, Gunung Kidul (DIY).

(6) Arca Batu


Beberapa arca sederhana menggambarkan para leluhur binatang (gajah, kerbau, monyet).
Arca batu ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan Sulawesi. Di Pasemah (Sumatera
Selatan) masyarakat di sekitar mengaitkan arca batu dengan legenda Si Pahit Lidah. Arca batu juga
ditemukan di Batu Raja dan Pager Dewa (Lampung), Kosala, Lebak Sibedug, dan Cisolok (Jawa
Barat), Pekauman Bondowoso (Jawa Timur), serta Bada-Besoha (Sulawesi Tengah).

(7) Waruga
Waruga berpenampilan dan berfungsi seperti sarkofagus, tetapi dengan posisi mayat
jongkok terlipat. Waruga hanya ditemukan di Minahasa. Selain sudah mengenal upacara
perkabungan bahasa Melayu austronesia sudah mengenal tradisi pengayuan, fetisisme, dan mutilisi
(asah gigi, tindik telinga, potong rambut, sunat, serta cabut gigi.

2) Zaman Logam
Pada zaman ini sudah berhasil dibuat peralatan hidup dari logam, karena saat itu telah
muncul golongan undagi atau golongan yang terampil dalam melakukan jenis usaha tertentu. Pada
zaman ini manusia telah mengenal cara melebur, mencetak, menempa, dan menuang.

Zaman logam dibagii menjadi tiga zaman, yakni zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman
besi. Namun di Indonesia hanya mengalami dua zaman logam, yakni zaman perunggu dan zaman
besi.

a) Zaman Perunggu
Pasa zaman telah dikenal logam campuran antara tembaga dan timah hitam yang
menghasilkan perunggu. Teknik penuangannya dengan menggunakan cara teknik cetak lilin (a cire
perdue). Alat-alat yang dihasilkan pada zaman ini antara lain; kapak corong (kapak yang
menyerupai corong), nekara, moko, bejana perunggu, manik-manik, cendrasa.

b) Zaman Besi
Zaman besi adalah zaman akhir dari masa prasejarah. Alat-alat yang digunakan pada masa
ini lebih sempurna dari zaman sebelumnya. Dengan masuknya zaman besi ini, maka kebudayaan
perunggu telah digantikan dengan zaman besi.
C. Periodisasi Berdasarkan Perkembangan Kehidupan
Perkembangan kehidupan manusia purba di Indonesia dibagi ke dalam tiga masa, yakni
masa hidup berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam dan beternak, dan masa
perundagian dan kemahiran teknik.

1) Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Manusia purba pada masa berburu dan meramu disebut dengan food gathering
(mengumpulkan bahan makanan). Pada masa ini manusia sangat bergantung pada sumber daya
alam. Kebutuhan hidup mereka ada pada alam. Agar dapat bertahan hidup, manusia pada masa ini
berburu dan mengumpulkan makanan. Untuk itu tidak mengherankan jika mereka hidupnya
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya yang ada sumber makanan. Kebiasaan hidup
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain disebut dengan nomaden.

Binatang yang dapat mereka buru, antara lain rusa, babi, burung atau menangkap ikan di
sungai, danau, dan pantai. Perburuan yang mereka lakukan di hutan-hutan, di sekitar daerah di
mana mereka tinggal. Binatang yang berhasil ditangkap biasanya mereka bakar sebelum di makan.
Dengan demikian pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia pada masa ini sudah
mengenal api. Selain berburu, mereka juga mengumpulkan umbi-umbian atau tumbuh-tumbuhan
yang bisa di makan.

Guna menghadapi tantangan alam yang begitu keras, terutama dari serangan binatang buas
mereka hidup bekerja sama dan berkelompok. Dengan berkelompok akan mempermudahkan
mereka untuk menaklukan binatang buas atau binatang buruan. Hidup berkelompok memudahkan
perburuan dan keamanan.

Berdasarkan alat-alat yang ditemukan, manusia purba pada masa ini menggunakan alat dari
batu, tulang dan kayu. Alat-alat yang digunakan itu masih kasar dan sangat sederhana. Contoh alat-
alat yang ditemukan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, antara lain chopper. Alat
yang terbuat dari batu ini berupa kapak yang tidak bertangkai dan cara menggunakan kapak ini
digenggam dengan tangan. Fungsinya dapat digunakan untuk memukul atau menggali.

Daerah penemuan jenis kapak genggam antara lain Pacitan, Sukabumi, Ciamis, Gombong,
Bengkulu, Lahat, Cabbenge, Bali, Flores, dan Timor. Selain kapak genggam, ditemukan pula alat
lainnya yang terbuat dari tulang belulang binatang. Bagian tulang yang digunakan biasanya bagian
tanduk dan kaki. Alat dari tulang ini dipergunakan untuk menggali umbi-umbian. Alat ini juga
dapat digunakan sebagai ujung tombak untuk keperluan perburuan serta menangkap ikan.

Alat-alat lainnya yang ditemukan adalah alat-alat serpih atau disebut dengan flakes. Bentuk
alat ini sederhana dan dibuat kecil-kecil sekali dengan ukuran antara 10-20 cm. Alat-alat serpih ini
berfungsi sebagai pisau dan mengumpulkan makanan ini masuk pada masa palaeolithikum atau
zaman batu tua. Ciri utama dari zaman ini, yakni alat-alat dibuat sangat sederhana, kasar dan tidak
halus karena belum diasah.
2) Masa Bercocok Tanam

Pada awalnya kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang disediakan oleh alam.
Tahap kehidupan ini ada pada masa berburu dan mengumpulkan makanan. Perkembangan
selanjutnya, manusia mampu mengolah alam.

Kemampuan awal mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masuk pada masa
bercocok tanam. Pada masa bercocok tanam, manusia praaksara memiliki kemampuan
menyediakan makanan dalam jangka waktu tertentu.

Manusai Praaksara dapat menyediakan makanan sendiri karena pada tahap ini, manusia
mampu memproduksi tumbuh-tumbuhan dan mengembangbiakan binatang ternak. Manusia
mampu menanam berbagai jenis tumbuhan yang semua tumbuh liar, seperti menanam padi dan
umbi-umbian. Mereka dapat mengolah tumbuhan itu sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
makanan.

Berhuma merupakan cara bercocok tanam yang digunakan oleh manusia praaksara pada
masa itu. Cara berhuma digunakan dengan membersihkan hutan dan menanaminya. Karena proses
berhuma memakan waktu yang lama, manusia praaksara tinggal di tempat mereka berhuma dan
membangun rumah.

Rumah itu terbuat dari kayu. Pada masa itu, manusia praaksara hidup berpindah-pindah.
Ketika tanah mereka oleh tidak subur lagi, mereka pindah berhuma ke tempat lain dan rumah
itupun ditinggalkan. Teknik bercocok tanam dengan berhuma masih tetap digunakan sampai saat
ini. Teknik berhuma digunakan pada daerah-daerah yang kurang dengan sistem perairannya.

Masa bercocok tanam manusia praaksara menghasilkan berbagai alat kehidupan. Alat-alat
itu ada yang terbuat dari batu, tulang, dan kayu. Alat atau benda-benda yang terbuat dari batu pada
masa bercocok tanam ini masuk dalam zaman mesolithikum (zaman batu pertengahan) dan
neolithikum (zaman batu muda).

Berbeda dengan masa sebelumnya, pada masa bercocok tanam alat-alat yang dihasilkan
sudah mengalami perkembangan. Jika pada masa berburu dan mengumpulkan makanan alat yang
dibuat dari batu masih kasar, maka pada masa bercocok tanam alat-alatnya sudah mulai halus. Pada
masa ini telah dibuat juga tembikar atau periuk belanga yang terbuat dari tanah liat dan digunakan
untuk memasak. Diduga kegiatan perdagangan juga sudah berlangsung pada masa ini dengan
sistem barter. Barang yang dipertukarkan berupa hasil pertanian, alat pertanian, hasil ternak, dan
hasil perikanan.
3) Masa Perundagian

Zaman logam merupakan fase terakhir perkembangan peradaban prasejarah. Manusia


pendukung kebudayaan ini adalah ras Austronesia dari daratan Asia. Ciri zaman ini adalah adanya
kemampuan pada masyarakat Indonesia dalam pengolahan logam. Barang-barang yang digunakan
menggunakan bahan dari logam. Meskipun sudah mengenal logam, tidak berarti penggunaan
barang-barang dari batu tidak digunakan. Masih banyak masyarakat pada zaman ini menggunakan
alat-alat dari batu.

Bahan logam persediaannya masih terbatas. Dengan keterbatasan ini, hanya orang-orang
tertentu saja yang menggunakan logam. Butuh keahlian tertentu untuk mengolah logam.
Terbatasnya penggunaan bahan dari logam, menunjukkan terbentuknya suatu lapisan sosial. Ada
kelompok tertentu yang mampu memiliki bahan dari logam. Karena bahan dan keahlian membuat
logam sangat terbatas, maka untuk memperoleh barang logam itu orang harus membelinya. Besar
kemungkinan pada masa perundagian ini orang sudah melakukan perdagangan bahan logam.
Dengan perdagangan barang dari logam ini masyarakat sudah mulai berinteraksi dengan dunia
luar.

Bersamaan dengan datangnya migrasi dan percampuran budaya, maka pertanian mengalami
kemajuan pesat. Hal ini juga didorong oleh alat-alat pertanian yang semakin menunjang.
Meningkatnya perkembangan pertanian mendorong penduduk lain untuk bertempat tinggal di
perkampungan yang sama sehingga berkembang menjadi sebuah desa. Di desa-desa inilah
kemudian peradaban perundagian makin dikembangkan. Mereka mulai memproduksi alat-alat
pertanian, alat rumah tangga, dan alat upacara.

Demikianlah ulasan mengenai Periodisasi Masa Praaksara, yang pada kesempatan yang
baik ini dapat dibahas dengan lancar. Semoga ulasan di atas bermanfaat bagi kita semua yang
menyimak.

Anda mungkin juga menyukai