Anda di halaman 1dari 5

Selayaknyalah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat yag Allah

karuniakan kepada kita yang semua itu wajib untuk kita syukuri. Nikmat yang Allah berikan
kepada kita sangatlah banyaki, tidak dapat dan tidak akan dapat kita hitung. Maka kewajiban
seorang Muslim dan Muslimah adalah mensyukuri nikmat-nikmat yang Allah karuniakan kepada
kita. Di antaranya adalah nikmat Islam, nikmat iman, nikmat sehat, nikmat rezeki, dan lainnya
yang Allah berikan kepada kita.

Mensyukuri nikmat-nikmat Allah adalah wajib hukumnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫سانَ لَ َظلُو ٌم َكفها ٌر‬ ِ ْ ‫صو َها ۗ ِإنه‬


َ ‫اْلن‬ ‫سأ َ ْلت ُ ُمو ُه ۚ َو ِإن تَعُدُّوا ِن ْع َمتَ ه‬
ُ ْ‫َّللاِ ََل تُح‬ َ ‫َوآتَاكُم ِ ِّمن ُك ِ ِّل َما‬
“Seandainya kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat
menghitungnya. Sesungguhnya manusia sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”
(QS. Ibrahim : 34).

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan bahwa manusia sangat zhalim dan sangat kufur
karena mereka tidak mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada mereka.

Di antara nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah nikmat Islam, iman, rezeki, harta, umur,
waktu luang, dan kesehatan untuk beribadah kepada Allah dengan benar dan untuk menuntut
ilmu syar’i.

Manusia diberikan dua kenikmatan, namun banyak di antara mereka yang tertipu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ُ ‫الص هحةُ َوا ْل َف َرا‬


‫غ‬ ِ ‫ان َم ْغبُ ْو ٌن فِ ْي ِه َما َكثِ ْي ٌر ِم َن النه‬
ِّ ِ ‫اس‬ ِ َ ‫نِ ْع َمت‬.
“Dua nikmat yang banyak manusia tertipu dengan keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu
luang.”(HR. al-Bukhari dan selainnya).

Ibadallah,

Banyak di antara manusia yang tidak menggunakan waktu sehat dan waktu luangnya dengan
sebaik-baiknya. Ia tidak gunakan untuk belajar tentang Islam, tidak ia gunakan untuk menimba
ilmu syar’i. Padahal dengan menghadiri majelis taklim yang mengajarkan Alquran dan sunnah
menurut pemahaman para sahabat, akan bertambah ilmu, keimanan, dan ketakwaannya
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Juga dapat menambah amal kebaikannya.

Semoga melalui majelis taklim yang kita kaji dari kitab-kitab para ulama Salaf, Allah
memberikan hidayah kepada kita di atas Islam, ditetapkan hati dalam beriman, istiqamah di
atas sunnah, serta diberikan hidayah taufik oleh Allah untuk dapat melaksanakan syari’at Islam
secara kaffah (menyeluruh) dan kontinyu hingga kita diwafatkan oleh Allah Subhanahu wa
Ta’aladalam keadaan mentauhidkan Allah dan melaksanakan sunnah. Semoga Allah
senantiasa memudahkan kita untuk selalu menuntut ilmu syar’i, diberikan kenikmatan atasnya,
dan diberikan pemahaman yang benar tentang Islam dan sunnah menurut pemahaman
Salafush Shalih.

Seorang Muslim tidak akan bisa melaksanakan agamanya dengan benar, kecuali dengan
belajar Islam yang benar berdasarkan Alquran dan sunnah menurut pemahaman Salafush
Shalih. Agama Islam adalah agama ilmu dan amal karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam diutus dengan membawa ilmu dan amal shalih.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫ِّين ُك ِ ِّل ِه ۚ َو َكفَ ٰى ِب ه‬


‫اَّللِ ش َِهيدًا‬ َ ُ‫ق ِليُ ْظ ِه َره‬
ِ ‫علَى ال ِد‬ ِ ِّ ‫ِين ا ْل َح‬
ِ ‫سولَهُ ِبا ْل ُهد َٰى َود‬ َ ‫ُه َو الهذِي أ َ ْر‬
ُ ‫س َل َر‬
“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar
dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (QS. Al-Fat-h:
28).

Yang dimaksud dengan al-hudaa (petunjuk) dalam ayat ini adalah ilmu yang bermanfaat. Dan
yang dimaksud dengan diinul haqq (agama yang benar) adalah amal shalih.
Allah Ta’alamengutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menjelaskan
kebenaran dari kebatilan, menjelaskan Nama-Nama Allah, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-
Nya, hukum-hukum dan berita yang datang dari-Nya, serta memerintahkan untuk melakukan
segala apa yang bermanfaat bagi hati, ruh, dan jasad.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh ummat-nya agar mengikhlaskan ibadah semata-
mata karena Allah Ta’ala, mencintai-Nya, berakhlak yang mulia, beradab dengan adab yang
baik dan melakukan amal shalih. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang ummatnya dari
perbuatan syirik, amal dan akhlak yang buruk, yang berbahaya bagi hati, badan, dan kehidupan
dunia dan akhiratnya.

Cara untuk mendapat hidayah dan mensyukuri nikmat Allah adalah dengan menuntut ilmu
syar’i. Menuntut ilmu adalah jalan yang lurus untuk dapat membedakan antara yang haq dan
yang bathil, Tauhid dan syirik, sunnah dan bid’ah, yang ma’ruf dan yang munkar, dan antara
yang bermanfaat dan yang membahayakan. Menuntut ilmu akan menambah hidayah serta
membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

Ibadallah,

Seorang Muslim tidaklah cukup hanya dengan menyatakan keislamannya tanpa berusaha
untuk memahami Islam dan mengamalkannya. Pernyataannya harus dibuktikan dengan
melaksanakan konsekuensi dari Islam. Karena itulah menuntut ilmu merupakan jalan menuju
kebahagiaan yang abadi.

Pertama: Menuntut Ilmu Syar’i Wajib Bagi Setiap Muslim Dan Muslimah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫سلِم‬ ُ ‫ل‬
ْ ‫م‬ ُ ‫علَى‬
ِّ ِ ‫ك‬ ٌ ‫ض‬
َ ‫ة‬ َ ‫فرِ ْي‬ ِ ‫ع ْل‬
َ ‫م‬ ْ ‫ب‬
ِ ‫ال‬ ُ َ ‫طَل‬.

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.”(HR. Ibnu Majah).

Imam al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan bahwa hukum menuntut ilmu terbagi dua:
Pertama, hukumnya wajib; seperti menuntut ilmu tentang shalat, zakat, dan puasa. Inilah yang
dimaksudkan dalam riwayat yang menyatakan bahwa menuntut ilmu itu (hukumnya) wajib.

Kedua, hukumnya fardhu kifayah; seperti menuntut ilmu tentang pembagian berbagai hak,
tentang pelaksanaan hukum hadd (qishas, cambuk, potong tangan dan lainnya), cara
mendamaikan orang yang bersengketa, dan semisalnya. Sebab, tidak mungkin semua orang
dapat mempelajarinya dan apabila diwajibkan bagi setiap orang tidak akan mungkin semua
orang bisa melakukannya, atau bahkan mungkin dapat menghambat jalan hidup mereka.
Karenanya, hanya beberapa orang tertentu sajalah yang diberikan kemudahan oleh Allah
dengan rahmat dan hikmah-Nya.

Ketahuilah, menuntut ilmu adalah suatu kemuliaan yang sangat besar dan menempati
kedudukan tinggi yang tidak sebanding dengan amal apa pun.

Kedua: Menuntut Ilmu Syar’i Memudahkan Jalan Menuju Surga

Setiap Muslim dan Muslimah ingin masuk Surga. Maka, jalan untuk masuk Surga adalah
dengan menuntut ilmu syar’i. Sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َّ َ‫ن ي‬ ْ ‫م‬ ْ ‫م‬ ُ ‫ن‬ ً َ‫ك ْرب‬ ُ ‫ه‬ ُ ‫ع ْن‬ َ ‫هللا‬


ُ َّ َ‫ ن‬،‫الد ْنيَا‬ ُّ ِ‫ك َرب‬ ُ ‫ن‬ ً َ‫ك ْرب‬ ُ ‫من‬ ِ ‫م ْؤ‬ ُ ‫ن‬ َ ‫س‬ َّ َ‫ن ن‬
‫س َر‬ َ ‫و‬
َ ،‫ة‬ ِ ‫م‬ َ ‫ال ِقيَا‬ ِ ‫ك َربِ يَ ْو‬ ْ ‫م‬ ِ ‫ة‬ َ ‫ف‬
‫س‬ ْ ‫م‬ِ ‫ة‬ ْ ‫ع‬ َ ‫ف‬ ْ ‫م‬ َ
،‫خر ِة‬َ ْ َ ْ ُّ ُ
ِ ‫ ستره هللا فِي الدنيَا واآل‬،‫ ومن ستر مسلِما‬،‫خر ِة‬ ُ َ َ َ ً ْ ُ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ
ِ ‫ه فِي الدنيَا واآل‬ ْ ُّ ْ َ َ
ِ ‫ يسر هللا علي‬،‫سر‬ ُ َ َّ َ ِ ‫على مع‬ْ ُ َ َ
َ ‫ه‬
‫ل‬ َّ ‫س‬ َ ،‫ما‬ ً ‫ع ْل‬ِ ‫ه‬ ِ ‫س فِي‬ ُ ‫م‬ ِ ‫يقا يَ ْل َت‬ ً ِ‫ك طَر‬ َ َ ‫سل‬ َ ‫ن‬ ْ ‫م‬ َ ‫ َو‬،‫ه‬ ِ ‫خي‬ ِ َ‫ن أ‬ ِ ‫ع ْو‬ َ ‫ع ْب ُد فِي‬ َ ‫ال‬ ْ ‫ان‬ َ ‫ك‬ َ ‫ما‬ َ ‫د‬ ِ ‫ع ْب‬ َ ‫ال‬ ْ ‫ن‬ ِ ‫ع ْو‬ َ ‫هللا فِي‬ ُ ‫َو‬
ُ َ‫سون‬
‫ه‬ ُ ‫هللا َويَ َت َدا َر‬ ِ ‫اب‬َ ‫ون كِ َت‬ َ ُ‫هللا يَ ْتل‬ ِ ِ‫ن ُب ُيوت‬ ْ ‫م‬ ِ ‫م فِي بَيْت‬ ٌ ‫ق ْو‬ َ ‫ع‬ َ ‫م‬ َ ‫اج َت‬ ْ ‫ما‬ َ ‫ َو‬،‫ة‬ ِ ‫ج َّن‬ َ ‫ال‬ْ ‫يقا إلَى‬
ِ ً ‫ر‬
ِ َ ‫ط‬ ‫ه‬
ِ ِ ‫ب‬ ُ
‫ه‬ َ ‫ل‬ ُ
‫هللا‬
ُ،‫ع ْن َده‬ ْ َ ُ ُ ُ َ َ َ َ ُ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َّ َ َ ُ َ ْ َّ ُ ُ ْ َ َ ُ َ َّ ُ َ َ ْ َ َ َّ ْ ُ
ِ ‫ وذكرهم هللا فِيمن‬،‫ وحفتهم الـمالئِكة‬،‫شيَتهم الرحمة‬ ِ ‫ وغ‬،‫ْهم السكِينة‬ ِ ‫ إَِّل نزلت علي‬،‫بَ ْي َنهم‬ َ
ُ‫س ُبه‬ َ َ‫ه ن‬ ِ ِ‫سرِع ب‬ ْ ْ ‫ـم ي‬ ُ ْ ‫ ل‬،‫ه‬ َ ُ ُ‫مل‬ َ ‫ع‬ َ ‫ه‬ ِ ِ‫ن بَطَّأَ ب‬ ْ ‫م‬ َ ‫ َو‬.

“Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah
melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) atas
orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allah memudahkan atasnya di dunia dan
akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah menutupi (aib)nya di dunia
dan akhirat. Allah senantiasa menolong hamba selama hamba tersebut senantiasa menolong
saudaranya. Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan
untuknya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah
(masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan
ketenteraman turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan
Allah menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang
lambat amalnya, maka tidak dapat dikejar dengan nasabnya.” (HR. Muslim dan selainnya).

Di dalam hadits ini terdapat janji Allah ‘Azza wa Jalla bahwa bagi orang-orang yang berjalan
dalam rangka menuntut ilmu syar’i, maka Allah akan memudahkan jalan baginya menuju Surga.

“Berjalan menuntut ilmu” mempunyai dua makna:

Pertama : Menempuh jalan dengan artian yang sebenarnya, yaitu berjalan kaki menuju majelis-
majelis para ulama.

Kedua : Menempuh jalan (cara) yang mengantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu seperti
menghafal, belajar (sungguh-sungguh), membaca, menelaah kitab-kitab (para ulama), menulis,
dan berusaha untuk memahami (apa-apa yang dipelajari). Dan cara-cara lain yang dapat
mengantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu syar’i.

“Allah akan memudahkan jalannya menuju Surga” mempunyai dua makna. Pertama, Allah akan
memudah-kan memasuki Surga bagi orang yang menuntut ilmu yang tujuannya untuk mencari
wajah Allah, untuk mendapatkan ilmu, mengambil manfaat dari ilmu syar’i dan mengamalkan
konsekuensinya. Kedua, Allah akan memudahkan baginya jalan ke Surga pada hari Kiamat
ketika melewati “shirath” dan dimudahkan dari berbagai ketakutan yang ada sebelum dan
sesudahnya.

Juga dalam sebuah hadits panjang yang berkaitan tentang ilmu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda.

ً ِ‫ها ر‬
‫ضا‬ َ ‫ح َت‬
َ ِ‫جن‬ْ َ‫ع أ‬
ُ ‫ض‬َ ‫ة لَ َت‬َ ‫ك‬ َ ِ‫مالَئ‬ َ ‫الـ‬ْ ‫ن‬ َّ ‫ة َوإ‬
ِ ِ ‫ج َّن‬ َ ‫الـ‬ ْ ‫قا إلَى‬
ِ ً ‫ر ْي‬ ِ َ‫ه ط‬ ُ
ِ ِ‫هللا ب‬ ‫ك‬ َ َ ‫سل‬ َ ‫ما‬ ً ‫ع ْل‬ ِ ‫ه‬ ِ ‫ب فِ ْي‬ ُ ُ‫طل‬ ْ َ‫قا ي‬ ً ‫ر ْي‬
ِ َ‫ك ط‬ َ َ ‫سل‬ َ ‫ن‬ ْ ‫م‬ َ
‫ل‬ ُ ‫ض‬ ْ ‫ف‬َ ‫ما ِء َو‬ ْ ‫ان فِى‬
َ ‫الـ‬ ُ ‫ح ْي َت‬ ِ ‫ـ‬ ْ
‫ال‬ ‫ى‬ َّ
‫ت‬ َ
‫ح‬ ‫ض‬ ْ
‫ر‬ َ ‫أل‬‫ا‬ْ َ
‫و‬ ‫ء‬
ِ ‫ا‬‫م‬َ َّ
‫الس‬ ‫ى‬ ِ ‫ف‬ ‫ن‬ْ َ
‫م‬ ‫ـم‬
ِ ِ ‫ل‬‫ا‬ ‫ع‬َ ْ
‫ل‬ ‫ل‬
ِ ِ ُ
‫ر‬ ‫ف‬ ‫غ‬ْ َ
‫ت‬ ْ
‫َس‬ ‫ي‬ َ ‫ل‬ ُ
‫ه‬ َّ ‫ن‬ ‫إ‬ َ
‫و‬ ‫م‬ ْ
‫ل‬ ‫ع‬ ْ
‫ال‬ ‫ب‬ ‫ل‬ ‫ا‬ َ ‫ط‬ ِ‫ل‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ً‫ـم يَرِثُوا ِد ْي َنارا‬ ْ َ‫ة ْاأل َ ْنبِيَا ِء ل‬ ُ َ‫و َرث‬ ْ
َ ‫ما َء هم‬ُ َ ُ ْ َّ
َ ‫ إِن العل‬.ِ‫واكِب‬ َ ْ
َ ‫سائِرِ الك‬ َ ‫مرِ على‬ َ َ َ
َ ‫ل الق‬ ْ ْ
ِ ‫د كفض‬ َ َ َ
ِ ِ‫ـم على العاب‬ ْ َ َ ِ ِ‫العال‬ َ ْ
‫وافِر‬َ ِّ ‫حظ‬ َ ِ‫ذ ب‬ َ ‫خ‬ َ َ‫خ َذ ُه أ‬ َ َ‫ن أ‬ ْ ‫م‬ َ ‫ف‬ َ ‫م‬ َ ‫ع ْل‬ ِ ‫ال‬ ْ ‫و َرثُوا‬ َ ‫ما‬ َ َّ ‫ما َوإِن‬ ً ‫ه‬ َ ‫د ْر‬
ِ َ ‫ َوَّل‬.
“Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalannya menuju Surga.
Sesungguhnya Malaikat akan meletakkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena
ridha dengan apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang mengajarkan
kebaikan akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga
ikan yang berada di air. Sesungguhnya keutamaan orang ‘alim atas ahli ibadah seperti
keutamaan bulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Dan
sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar tidak juga dirham, yang mereka wariskan
hanyalah ilmu. Dan barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka sungguh, ia telah
mendapatkan bagian yang paling banyak.”(HR. Ahmad dan selainnya).

Jika kita melihat para sahabat radhiyallaahu anhum ajma’in, mereka bersungguh-sungguh
dalam menuntut ilmu syar’i. Bahkan para sahabat wanita juga bersemangat menuntut ilmu.
Mereka berkumpul di suatu tempat, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi mereka
untuk menjelaskan tentang Alquran, menelaskan pula tentang sunnah-sunnah Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala juga memerintahkan kepada wanita untuk belajar Alquran dan
sunnah di rumah mereka.

Sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan,

َ َّ ‫ن‬ َ ‫ط ْع‬ِ َ‫اة َوأ‬َ ‫ك‬ َ ِ‫الص َال َة َوآت‬ ْ ِ‫ى ۖ َوأَق‬ ُْ ‫ة‬ ْ ‫ج‬ َ ‫ن تَب َُّر‬ ُ ِ‫ن فِي ُب ُيوت‬ َ ‫َو‬
‫َّللا‬ َّ ‫ين‬
َ ‫الز‬ َّ ‫ن‬َ ‫م‬ ٰ َ ‫األول‬ ِ َّ‫هلِي‬ ِ ‫جا‬ َ ‫ال‬ َ ‫ج‬ ْ ‫و ََّل تَب ََّر‬َ ‫ن‬ َّ ‫ك‬ َ ‫ق ْر‬
َ ُ ْ
َ ‫هي ًرا َواذك ْر‬ ْ ُ َ ْ ْ َ ُ َ ‫ب‬ ْ َّ ‫ري ُد‬ َّ ُ َ
‫ى‬ ٰ ‫ما ُي ْتل‬َ ‫ن‬ ِ ‫م تَط‬ ْ ‫ه َرك‬ ِِّ ‫ل البَ ْيتِ َو ُيط‬ َ ‫س أه‬ َ ‫ج‬ ْ ‫ر‬ ِ ِّ ‫م ال‬ ُ ‫عنك‬ َ ‫ه‬ ِ ‫َّللا لِ ُيذ‬ُ ِ ‫ما ُي‬َ ‫سوله ۚ إِن‬ ُ ‫َو َر‬
‫خبِي ًرا‬
َ ‫يفا‬ ً ‫ط‬ِ َ ‫ل‬ َ
‫ان‬ َ
‫ك‬ َ َّ
‫َّللا‬ َّ
‫ن‬ ‫إ‬ ۚ ‫ة‬ َ
‫م‬ ‫ك‬ْ ‫ح‬ ْ
‫ال‬ َ
‫و‬ ِ َّ
‫َّللا‬ ‫ت‬ ‫ا‬ َ ‫ي‬ ‫آ‬ ْ
‫ن‬ ‫م‬ ‫ن‬ َّ ُ
‫ك‬ ‫ت‬ ‫و‬ ُ
‫ي‬ ُ
‫ب‬ ‫فِي‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku)
seperti orang-orang Jahiliyyah dahulu, dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatilah
Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu,
wahai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu dengan sebersih-bersihnya. Dan ingatlah apa yang
dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan al-Hikmah (sunnah Nabimu). Sungguh, Allah
Mahalembut, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Ahzaab: 33-34).

Saudara-saudaraku, kaum muslimin..


Laki-laki dan wanita diwajibkan menuntut ilmu, yaitu ilmu yang bersumber dari Alquran dan
sunnah karena dengan ilmu yang dipelajari, ia akan dapat mengerjakan amal-amal shalih, yang
dengan itu akan mengantarkan mereka ke Surga.

Kewajiban menuntut ilmu ini mencakup seluruh individu Muslim dan Muslimah, baik dia sebagai
orang tua, anak, karyawan, dosen, Doktor, Profesor, dan yang lainnya. Yaitu mereka wajib
mengetahui ilmu yang berkaitan dengan muamalah mereka dengan Rabb-nya, baik tentang
Tauhid, rukun Islam, rukun Iman, akhlak, adab, dan mu’amalah dengan makhluk.

Ketiga: Majelis-Majelis Ilmu adalah Taman-Taman Surga

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ق ال ِذِّك ِْر‬
ُ َ‫ ِحل‬:‫اض ا ْلـ َجنه ِة؟ قَا َل‬ ْ َ‫اض ا ْلـ َجنه ِة ف‬
ُ ‫ يَا َر‬:‫ قَالُ ْوا‬،‫ارتَعُ ْوا‬
ُ َ‫س ْو َل هللاِ َما ِري‬ ِ َ‫إِذَا َم َر ْرت ُ ْم بِ ِري‬.
“Apabila kalian berjalan melewati taman-taman Surga, perbanyaklah berdzikir.” Para sahabat
bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud taman-taman Surga itu?” Beliau
menjawab, “Yaitu halaqah-halaqah dzikir (majelis ilmu).” (HR. at-Tirmidzi dan Ahmad).

ْ َ ‫ أَقُ ْو ُل قَ ْو ِلي َهذَا َوأ‬،‫ان َوال ِذِّك ِْر ال َح ِكي ِْم‬


َ‫ست َ ْغ ِف ُر هللا‬ ِ ‫اركَ هللاُ َولَ ُك ْم فِي القُ ْر‬
ِ َ‫آن العَ ِظي ِْم َونَفَ ْعنَا بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ البَي‬ َ َ‫ب‬
‫الر ِح ْي ُم‬ ُ َ ُ ُ ‫ه‬
َ ‫ستغ ِف ُر ْوهُ إِنه ه َو الغف ْو ُر‬ ْ َ َ
ْ ‫ب فا‬ ْ َ ْ َ‫ن‬
ٍ ‫س ِل ِم ْي ِمن ُك ِ ِّل ذن‬ َ َ
ْ ‫ ِل ْي َول ُك ْم َول َج ِمي ِْع ال ُم‬.
،ُ‫ش َه ُد أ َ ْن ََل إِلَهَ إِ هَل هللاُ َوحْ َدهُ ََل ش َِر ْيكَ لَه‬ْ َ ‫ َوأ‬،‫امتِنَانِ ِه‬
ْ ‫علَى ت َ ْوفِ ْي ِق ِه َو‬ ُ َ ‫ َوأ‬،‫سانِ ِه‬
َ ُ‫شك ُُره‬ ْ َ‫علَى ف‬
َ ْ‫ض ِل ِه َوإِح‬ َ ِ‫ا َ ْل َح ْم ُد ِ هَّلل‬
ْ َ ‫سله َم ت‬
‫س ِليْما ً َكثِي ًْرا‬ َ ‫ َو‬،‫ص َحا ِب ِه‬ َ
ْ ‫علَى آ ِل ِه َوأ‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫صلهى هللا‬ َ ،ُ‫س ْولُه‬ َ ‫ش َه ُد أَنه ُم َح همدًا‬
ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬ ْ َ ‫ َوأ‬.
‫أ َ هما بَ ْع ُد‬:
ُ ‫أَيُّ َها النه‬،
‫ اِتهقُ ْوا هللاَ تَعَالَى‬،‫اس‬
Kaum muslimin yang dirahmati Allah,

Atha’ bin Abi Rabah (wafat th. 114 H) rahimahullah berkata, “Majelis-majelis dzikir yang
dimaksud adalah majelis-majelis halal dan haram, bagaimana harus membeli, menjual,
berpuasa, mengerjakan shalat, menikah, cerai, melakukan haji, dan yang sepertinya.”

Ketahuilah bahwa majelis dzikir yang dimaksud adalah majelis ilmu, majelis yang di dalamnya
diajarkan tentang tauhid, ‘aqidah yang benar menurut pemahaman Salafush Shalih, ibadah
yang sesuai sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, muamalah, dan lainnya.

Kita memohon kepada Allah, agar memberi taufik kepada kita agar terbuka hati kita untuk
mengkaji agama ini. Agama mulia yang tidak ada sesuatu pun yang menandinginya. Semoga
kita diberikan kecintaan dan kesadaran bahwa mempelajari agama kita adalah kebutuhan
bukanlah sesuatu yang menjadi beban.

Anda mungkin juga menyukai