BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Konsep Fraktur
a. Pengertian
Fraktur adalah gangguan komplet atau tak komplet pada
lebih besar dari yang dapat diserapnya (Smeltzer & Bare, 2013).
oleh rudapaksa atau tekanan eksternal yang datang lebih besar dari
lemah
c) Fraktur stress: disebabkan oleh trauma yang terus-menerus
luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk dari dalam
fraktur. Jika ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka
8
tulang mungkin hanya retak saja dan bukan patah. Jika gayanya sangat
keping. Saat terjadi fraktur, otot yang melekat pada ujung tulang dapat
sumsum dari tulang yang patah juga terganggu. Sering terjadi cedera
diantaranya :
1) Deformitas
9
sekitar.
3) Nyeri
Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu
struktur sekitarnya.
4) Memar (ekimosi)
Memar terjadi karena pendarahan subkutan pada lokasi
fraktur.
5) Spasme otot
Sering mengiringi fraktur, spasme otot involuntar sebenarnya
saraf.
7) Gerakan abnormal dan krepitasi
10
deritan.
8) Perubahan neurovaskuler
Terjadi akibat kerusakan saraf perifer atau struktur vaskuler
9) Ketegangan
Ketegangan di atas lokasi fraktur disebabkan oleh cidera
yang terjadi.
10) Syok
Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah.
menurunya oksigenasi.
b) Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai oleh: tidak
nadi, perfusi yang tidak baik, dan CRT > 3 detik pada bagian
distal kaki).
d) Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada
atau plat.
e) Avaskular nekrosis
Terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu
bawah).
b) Non-union
Disebut non-union apabila fraktur tidak sembuh dalam
alamiah lainya
Prasetyo (2010) menjelaskan bahwa nyeri adalah segala sesuatu
yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja
adalah sesuatu yang sangat subyektif, tidak ada ukuran yang objektif
badan sel pada ganglion pada akar dorsal. Sensasi lalu diteruskan ke
jenis analgesik narkotik/ non narkotik) (Black & Hawks, 2014; Guyton
Nyeri jenis ini juga di anggap memiliki durasi yang terbatas dan
yang lambat, seperti pada luka bakar. Nyeri kronik dapat dimulai
yang dirasakan dalam hitungan bulan atau tahun bukan menit atau
jam.
d. Respon Terhadap Nyeri
Respon terhadap nyeri menurut Smeltzer dan Bare (2013) yaitu :
1) Respon Fisiologis
Perubahan fisiologis involunter dianggap sebagai indikator
menarik diri. Orang dapat mudah marah dan meminta maaf saat
nyerinya hilang.
e. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri
Kneale (2011) menjelaskan faktor yang mempengaruhi nyeri adalah :
1) Usia
Anak-anak cenderung menunjukkan perilaku nyeri,
tekanan.
4) Kurang Pengetahuan
Kurangnya pengetahuan memengaruhi keyakinan individu
Skala Keterangan
Skala 0 Tidak nyeri
Skala 1-3 Nyeri ringan
Skala 4-6 Nyeri sedang
Skala 7-9 Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikendalikan dengan
aktivitas yang biasa dilakukan
Skala 10 Sangat nyeri dan tidak bisa dikendalikan
Sumber :Kneale (2011).
2) Skala Nyeri Menurut McGill
Penilaian dilakukan dengan meminta penderita untuk
Skala Keterangan
Skala 0 Tidak nyeri
Skala 1 Nyeri ringan
Skala 2 Nyeri sedang
Skala 3 Nyeri berat atau parah
Skala 4 Nyeri sangat berat
Skala 5 Nyeri hebat
Sumber :Kneale (2011).
3) Skala Wajah atau Wong-Baker FACES Rating Scale
Dilakukan dengan cara memperhatikan mimik wajah pasien
g. Penatalaksanaan Nyeri
1) Farmakologi
20
yaitu :
a) Opioid
Obat jenis ini digunakan untuk nyeri sedang hingga berat,
opioid tidak dipecah dengan cepat oleh tubuh oleh sebab itu
dan petidin.
b) Obat Non-Opioid
Obat jenis ini digunakan untuk nyeri ringan hingga sedang dan
steroid (NSAID).
2) Non Farmakologi
a) Teknik relaksasi
Merupakan latihan pernafasan yang menurunkan konsumsi
2013).
b) Distraksi
21
c) Kompres dingin
Kompres dingin dapat meredakan nyeri karena kompres
2017).
d) Akupresur
Dilakukan dengan memberikan tekanan fisik pada beberapa
2016).
b. Diagnosis keperawatan
23
diatasi, klien tidak gelisah, skala nyeri 0-3, tanda-tanda vital dalam
dan keefektifanya.
b) Lakukan teknik relaksasi
Rasional : kebutuhan oksigenasi pada jaringan terpenuhi dan
kompres dingin)
24
manajemen nyeri.
e) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik
(ketorolak)
Rasional : untuk menurunkan nyeri.
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri atau
kemampuannya
Kriteria hasil : pasien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak
melakukan aktivitas.
b) Bantu mobilisasi dini
Rasional: untuk meningkatkan kemandirian.
c) Ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas
fisik klien.
Rasional : kemampuan mobilisasi ekstremitas dapat
dengan kondisi klien saat itu dan kebutuhan yang paling dirasakan oleh
Terbuka Tertutup
komplikasi
Peningkatan pelepasan
Hambatan mobilitas mediator kimia spt:
fisik prostaglandin, histamine,
bradikinin
nyeri
g. Kerangka Konsep