Konsep Pentingnya Promosi Kesehatan dalam Pemberdayaan Masyarakat
Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan masyarakat
merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan kesehatan di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan. Masyarakat merupakan salah satu dari strategi global promosi kesehatan pemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai target primer memiliki kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.
WHO dalam Depkes RI (2006) mendefinisikan promosi kesehatan sebagai proses
pemberdayaan individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan determinan-determinan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan mereka. Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2006). Menolong diri sendiri artinya masyarakat mampu menghadapi masalah-masalah potensial (yang mengancam) dengan cara mencegahnya dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang sudah terjadi dengan menanganinya secara efektif dan efisien (Hartono, 2010).
Tujuan Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan
Tujuan Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan antara lain :
1. Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan bagi
individu, kelompok atau masyarakat. Pengetahuan dan kesadaran tentang cara-cara memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah awal dari keberdayaan kesehatan. Kesadaran dan pengetahuan merupakan tahap awal timbulnya kemampuan, karena kemampuan merupakan hasil proses belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses yang dimulai dengan adanya alih pengetahuan dari sumber belajar kepada subjek belajar. Oleh sebab itu masyarakat yang mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan juga melalui proses belajar kesehatan yang dimulai dengan diperolehnya informasi kesehatan. Dengan informasi kesehatan menimbulkan kesadaran akan kesehatan dan hasilnya adalah pengetahuan kesehatan.
2. Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari
kesadaran dan pemahaman terhadap objek, dalam hal ini kesehatan. Kemauan atau kehendak merupakan kecendrungan untuk melakukan suatu tindakan. Oleh sebab itu, teori lain kondisi semacam ini disebut sikap atau niat sebagai indikasi akan timbulnya suatu tindakan. Kemauan ini kemungkinan dapat dilanjutkan ke tindakan tetapi mungkin juga tidak atau berhenti pada kemauan saja. Berlanjut atau tidaknya kemauan menjadi tindakan sangat tergantung dari berbagai faktor. Faktor yang paling utama yang mendukung berlanjutnya kemauan adalah sarana atau prasaran untuk mendukung tindakan tersebut.
3. Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti masyarakat,
baik secara individu maupun kelompok, telah mampu mewujudkan kemauan atau niat kesehatan mereka dalam bentuk tindakan atau perilaku sehat.
Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
adalah: (1) Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan maupun program pemberdayaan
masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian; (2) Memberikan motivasi kepada masyarakat agar berpartisipasi; dan (3) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional (Notoatmodjo, 2003).
Prinsip-prinsip dari Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dilaksanakan dengan prinsip-prinsip :
1. Kesukarelaan, yaitu keterlibatan seseorang dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat tidak boleh berlangsung karena adanya pemaksaan, melainkan harus dilandasi oleh kesadaran sendiri dan motivasinya untuk memperbaiki dan memecahkan masalah kehidupan yang dirasakan
2. Otonom, yaitu kemampuannya untuk mandiri atau melepaskan diri dari
ketergantungan yang dimiliki oleh setiap individu, kelompok maupun kelembagaan yang lain.
3. Keswadayaan, yaitu kemampuannya untuk merumuskan melaksanakan
kegiatan dengan penuh tanggung jawab, tanpa menunggu atau mengharapkan dukungan pihak luar.
4. Partisipatif, yaitu keikutsertaan semua pemangku kepentingan sejak
pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pemanfaatan hasil-hasil kegiatannya.
5. Egaliter, yang menempatkan semua pemangku kepentingan dalam
kedudukan yang setara, sejajar, tidak ada yang ditinggikan dan tidak ada yang merasa direndahkan.
6. Demokratis, yang memerikan hak kepada semua pihak untuk mengemukakan
pendapatnya, dan saling menghargai pendapat maupun perbedaan di antara semua pemangku kepentingan.
7. Keterbukaan, yang dilandasi kejujuran, saling percaya, dan saling
memperdulikan.
8. Kebersamaan, untuk saling berbagi rasa, saling membantu dan
mengembangkan sinergisme.
9. Akuntabilitas, yang dapat dipertanggungjawabkan dan terbuka untuk diawasi
oleh siapapun.
10. Desentralisasi, yang memberi kewenangan kepada setiap daerah otonom
(kabupaten dan kota) untuk mengoptimalkan sumber daya kesehatan bagi sebesar-besar kemakmuran masyarakat dan kesinambungan pembangunan kesehatan. Strategi dalam Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat.
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.
3. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan.
4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan dalam hal ini pemerintah memberikan
anggaran lebih dalam bidang kesehatan, sehingga masyarakat tidak akan merasa berat untuk membayar pelayanan kesehatan yang diberikan.
Program Pemerintah dalam Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan
Sasaran program pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan adalah
meningkatnya ketersediaan dan mutu sumber daya manusia kesehatan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan.
Indikator pencapaian sasaran adalah :
a. Jumlah puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan sebanyak
5.600 Puskesmas.
b. Persentase RS kabupaten/kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar
dan 3 dokter spesialis peunjang sebesar 60%.
c. Jumlah SDM kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya sebanyak 56.910
orang .
Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka kegiatan yang akan dilakukan adalah :
1) Standarisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan bagi SDM Kesehatan
Sasaran kegiatan ini adalah terselenggaranya standarisasi, sertifikasi dan pendidikan berkelanjutan SDM kesehatan. Indikator pencapaian sasaran adalah jumlah tenaga kesehatan teregistrasi sebanyak 690.000 orang.
2) Pendidikan Tinggi dan Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya pelaksanaan pendidikan tinggi dan
peningkatan mutu SDM kesehatan. Indikator pencapaian sasaran adalah jumlah peserta baru penerima bantuan pendidikan sebanyak 5000 orang.
3) Pendidikan dan Pelatihan Aparatur
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya pendidikan dan pelatiahan aparatur.
Indikator pencapaian sasaran adalah jumlah aparatur yang mendapat sertifikat pada pelatihan terakreditasi sebanyak 45.000 orang.
4) Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
tenaga kesehatan. Indikator pencapaian sasaran adalah jumlah tenaga pendidik, tenaga kesehatan dan masyarakat yang ditingkatkan kemampuannya melalui pelatihan sebanyak 11.910 orang.
5) Pengelolaan Mutu Pendidikan Tinggi
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya pengelolaan mutu pendidikan tinggi.
Indikator pencapaian sasaran adalah persentase program studi/institusi Poltekes Kementrian Kesehatan, yang terakreditasi baik sebesar 80%.
6) Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya perencanaan dan pendayagunaan SDM
kesehatan. Indikator pencapaian sasaran adalah jumlah tenaga kesehatan yang didayagunakan di Fasyankes sebanyak 24.000 orang.
7) Perencanaan SDM Kesehatan
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya pelaksanaan perencanaan SDM Kesehatan.
Indikator pencapaian sasaran adalah jumlah dokumen perencanaan SDM kesehatan sebanyak 15 dokumen.
8) Pelaksanaan Internship Tenaga Kesehatan
Sasaran kegiatan ini adalah terselenggaranya pelaksanaan internship tenaga kesehatan. Indikator pencapaian sasaran adalah jumlah tenaga kesehatan yang melaksanakan internship sebanyak 32.500 orang.
9) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada
Program Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan
Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan
tugas teknis lainnya pada program pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan. Indikator pencapaian sasaran adalah :
a) Jumlah dokumen norma, standar, prosedur dan kriteria PPSDM kesehatan sebanyak
100 dokumen.
b) Jumlah dokumen data dan informasi Program PPSDM Kesehatan sebanyak 34
dokumen
10) Pembinaan dan Pengelolaan Pendidikan Tinggi
Meningkatnya pembinaan dan pengelolaan pendidikan tinggi. Indikator pencapaian
sasaran adalah:
a) Jumlah lulusan tenaga kesehatan dari Politeknik Kesehatan Kemenkes RI sebanyak
100.000 orang.
b) Jumlah satuan kerja yang ditingkatkan sarana dan prasarananya sebanyak 38
satker.
Contoh Pemberdayaan Masyarakat Desa
Contoh pemberdayaan masyarakat desa adalah sebagai berikut :
1) Melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan seperti program KB, ancaman HIV
AIDS, demam berdarah dsb (contoh pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan) 2) Membangun sektor-sektor UKM yang kreatif dan produktif yang menyerap banyak tenaga seperti pembuatan keripik pisang dkk (contoh pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi)
3) Membuat lahan pertanian yang produktif ataupun menciptakan berbagai alat
pertanian yang tepat guna untuk meningkatkan produktivitas petani di desa-desa (contoh pemberdayaan masyarakat di bidang pertanian)
4) Menggalakkan masyarakat desa untuk berani membuka usaha peternakan secara
massal dan berkelompok pada satu bisnis tertentu seperti ternak kroto, ternak ayam dsb serta memberikan bantuan kredit bagi siapa saja yang membutuhkan untuk memajukan usaha mereka (contoh pemberdayaan masyarakat di bidang peternakan)