Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang Penilitan.
Menurut Satyana (2013), Kompleks Karanggayam adalah tempat yang baik
untuk mempelajari endapan – endapan batuan diatas melange Lok Ulo, meskipun tidak
seterkenal kompleks Karangsambung. Di Kali Karanggayam, terdapat kontak dua
satuan batuan. Kontak satuan batuan merupakan hal penting dalam geologi. Di Daerah
Karanggayam tersingkap kontak antara Formasi Waturanda dengan formasi batuan
yang lebih muda diatasnya, yaitu Formasi Panosogan (Miosen Bawah – Miosen
Tengah, 20-12 juta tahun yang lalu) yang langsung terlihat di tempat itu diendapkan
sebagai endapan laut dalam (turbidit).

Formasi Waturanda (Oligo-Miosen, sekitar 26-20 juta tahun yang lalu)


merupakan endapan volkanoklastik dari jalur gunugnapi Paleogen yang tersebar di
selatan jawa. Harloff (1933) mengatakan satuan batuan ini sebagai First Breccia, maka
dapat dilihat bahwa satuan batuan ini disusun oleh begitu banyak fragmen yang
tertanam di dalam suatu matriks atau massa dasar sedimen, seperti aliran lahar
gunungapi bawah laut.

Harloff (1913) menyebut Formasi Panosogan sebagai Second Marl Tuff.


Penamaan ini mengesankan bahwa sedimen Formasi Panosogan diendapkan sebagai
endapan turbidit vulkanoklastik (tuff) di bawah laut (marl). Endapan volkanoklastik
Formasi Panosogan menurut banyak publikasi geologi adalah endapan laut dalam.
Endapan volkanoklastik artinya endapan yang diletuskan gunung api kemudian
bercampur dengan endapan sedimen pada umumnya yang diendapkan dibawah laut.

Fisher (1961) mengusulkan istilah yang lebih tepat untuknya, yaitu epiklastik
untuk membedakannya dengan piroklastik yang melalui disusun oleh endapan hasil
letusan gunungapi.Melihatnya di lapangan jelas Formasi Panosogan merupakan
Endapan Turbidit yang mempunyai karakteristik tertentu yang sekaligus dapat
dijadikan sebagai ciri pengenalnya. Namun perlu diperhatikan bahwa ciri ini bukan
hanya berdasarkan suatu sifat tunggal sehingga tidak bisa secara langsung untuk
mengatakan bahwa suatu endapan adalah endapan turbidit.

Hal ini mengingat bahwa banyak struktur sedimen tersebut, yang juga
berkembang pada sedimen yang bukan turbidit (Keunen, 1964). Formasi Penosogan
merupakan salah satu formasi yang menarik untuk dikaji dalam mekanisme
pengendapan kaitannya terhadap kualitas reservoir dilihat dari jenis batuan penyusun
dan lingkungan pembentukannya. Formasi Penosogan adalah turbidit terbentuk oleh
tumpukan lidah kipas yang membentuk kipas laut dalam, akibat aliran gravitasi mulai
dari debris flow hingga turbidit, yang diendapkan pada N10 - N13. Berdasarkan hasil
analisa endapan turbidit Formasi Penosogan yang fasiesnya menurut Walker yaitu
terdiri dari Turbidit Klasik, Batupasir Masif, dan Konglomerat sehingga berada pada
kipas atas hingga kipas bawah.

Permasalahan yang muncul dalam geometri batuan sedimen turbifit ini sangat
kompleks dan bervariasi serta keberadaannya bergantung pada bagaimana, kapan, dan
jenis lingkungan pengendapannya (Praptisih & Kamtono, 2011).

1.2 . Pertanyaan Penelitian


Berdasarkan latar belakang diatas, maka pertanyaan pada penelitian ini adalah
mengenai keadaan geologi daerah penelitian, meliputi:

1. Bagaimana pembagian geomorfologi daerah penelitian?


2. Bagaimana keadaan stratigrafi daerah penelitian?
3. Bagaimana stuktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian?
4. Bagaimana sejarah geologi pada daerah penelitian?
5. Bagaimana perkembangan sejarah geologi daerah penelitian ditinjau dari
aspek geologinya?
6. Apa saja potensi geologi yang ada pada daerah penelitian?

Permasalahan mekanisme pengendapan dan kualitas sebagai reservoir adalah


sebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme pengendapan pada daerah penelitian?


2. Bagaimana perubahan mekanisme pengendapan pada daerah penelitian?
3. Bagaimana Kualitas batuan sebagai reservoir pada daerah penelitian?

1.3 .Maksud & Tujuan Penelitian


Maksud dari kegiatan pemetaan geologi ini adalah untuk menghimpun data
detail dan mengetahui kondisi geoogi serta perubahan mekanisme pengendapan pada
daerah Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.
Tujuan dari kegiatan ini adalah mahasiswa mampu menghasilkan intrepetasi
keadaan geologi daerah telitian dalam bentuk analisa geomorfologi, stratigrafi, dan
struktur, yang disajikan ke dalam bentuk peta, profil, penampang terukur, analisa
laboratorium berupa analisa petrografi, analisa fossil, dan kalsimetri di dalam suatu
laporan pemetaan geologi.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian.

Penelitian ini dibatasi pada kondisi geologi daerah penelitian seperti


geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, dan serta perubahan mekanisme
pengendapan pada daerah penelitian.

1.5. Lokasi Daerah Penelitian.


Daerah penelitian secara administratif berada di Desa Kajoran dan sekitarnya,
Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

Gambar Peta Administratif Daerah Karanggayam, Kebumen.


Dilihat dari Citra Google Earth.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian.
Penelitian ini dibatasi pada kondisi geologi daerah penelitian seperti
geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, dan serta perubahan mekanisme
pengendapan daerah penelitian.

1.7. Manfaat Penelitian.

Manfaat dari penelitian yang dilakukan antara lain adalah dapat dijadikan
informasi geologi berupa keadaan geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah
geologi, dan mengetahui perubahan mekanisme pengendapan Formasi Panosogan yang
ada diaerah penelitian.

Anda mungkin juga menyukai