Anda di halaman 1dari 14

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari fungsi tangan dan penggunaan jari- jari

tangan sangat penting untuk sebagian besar melalukan berbagai aktifitas dan

hampir setiap profesi. Cedera tangan merupakan cedera yang paling umum.

Sebagian besar cedera tangan merupakan cedera tertutup, cedera ligament, cedera

tendon, dislokasi, dan fraktur (Bowen, 2012).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang (Solomon,2010).

Fraktur phalanx adalah terputusnya hubungan tulang jari-jari tangan yang

disebabkan oleh trauma langsung pada tangan (Helmi, 2013).


2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fungsional

a. Sistem Tulang

Tulang terdiri dari tulang-tulang pergelangan tangan (tulang carpi), tulang-

tulang telapak tangan (tulang metacarpi), dan tulang ruas jari tangan (phalanx).

Phalanx terdiri dari tulang pipa pendek yang berjumlah 14 buah dan dibentuk

dalam lima bagian tulang yang saling berhubungan dengan metacarpal

(Syaifudin,2012).

Setiap jari memiliki tiga phalanx, yaitu phalanx proximal,phalanx

medial, dan phalanx distal.


3

1) Phalanx I: terdiri dari 3 bagian yaitu basis (proximal), corpus (medial) dan

troclea (basis distal).

2) Phalanx II: bagiannya sama dengan phalanx I yaitu basis (proximal), corpus

(medial), dan troclea (basis distal).

3) Phalanx III: phalanx terkecil dan terujung dengan ujung distal mempunyai

tonjolan yang sesuai dengan tempat kuku yang disebut tuberositas unguicilaris.

B. Definisi

a. Fraktur

Fraktur adalah terputusnya struktural tulang (Solomon, 2010).

b. Proximal Interphalanx Digiti V Dextra

Proximal adalah bagian yang dekat dengan tubuh. Phalanx merupakan

tulang ruas jari. Interphalanx merupakan bagian persendian diantara tulang

ruas jari (Syaifuddin, 2011). Dextra merupakan sisi tubuh bagian sebelah kanan.

Digiti ke V adalah jari ke lima.

Jadi fraktur proximal interphalanx digiti V dextra adalah suatu patahan

yang mengenai bagian persendian tulang ruas jari ke V kanan.

C. Etiologi

Fraktur proximal interphalanx biasanya disebabkan karena trauma langsung

atau benturan langsung pada jari tangan dengan posisi jari hiperekstensi atau

dengan posisi hiperfleksi pada bagian persendian. Fraktur phalanx biasanya

mengalami fraktur melintang, sering disertai dengan angulasi kedepan sehingga

dapat menyebabkan kerusakan pada tendon fleksor. Fraktur pada salah satu ujung

phalanx dapat memasuki sendi dan terjadi kekakuan sendi, jika fraktur mengalami

pergeseran juga dapat mengakibatkan deformitas. Beberapa keadaan, kebanyakan


4

fraktur disebabkan oleh akibat adanya tekanan berlebihan dibandingkan

kemampuan tulang dalam menahan tekanan. Tekanan yang terjadi pada tulang

dapat berupa tekanan membengkok, memutar, dan tarikan (Helmi,2012).

D. Patologi

Pada kasus ini dilakukan tindakan dengan operasi pemasangan screw pada

proximal interphalanx digiti V dextra dan dilakukan incisi pada bagian lateral

digiti V. Dengan dilakukannya incisi menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak

di bawah kulit maupun pembuluh darah. Terputusnya pembuluh darah maka cairan

dalam sel akan keluar ke jaringan, dan dapat menimbulkan pembengkakan. Dengan

adanya ini akan menekan ujung syaraf sensoris yang akan menyebabkan nyeri,

nyeri juga disebabkan karena adanya luka sayatan pada saat operasi yang dapat

menyebabkan ujung-ujung saraf sensoris teriritasi. Akibatnya gerakan pada area

tersebut akan terbatas oleh karena nyeri itu sendiri. Keadaan ini jika dibiarkan terus

menerus akan menyebabkan spasme otot dan terjadi penurunan Lingkup Gerak

Sendi (LGS). Yang lama kelamaan akan mengakibatkan penurunan kekuatan

otot diikuti dengan penurunan aktivitas fungsional (Utomo, 2011).

E. Klasifikasi Fraktur

Fraktur proximal interphalanx dibagi menjadi tiga tipe yaitu: (1) Cedera

hiperekstensi dengan avulsi phalanx tengah, tapi permukaan sendi masih tetap

kongruen atau utuh, (2) dislokasi dorsal phalanx medial dengan disertai oleh

inkongruensi permukaan sendi dan melibatkan ligamen, (3) fraktur dan dislokasi

dengan keterlibatan kurang dari sepertiga permukaan sendi (Smith, 2009).


5

F. Tanda dan gejala klinis

Tanda dan gejala klinis yang sering ditemukan pada pasien post ORIF close

fracture proximal interphalanx adalah: (1) timbulnya rasa nyeri, (2) adanya

spasme otot, (3) penurunan kekuatan otot, (4) keterbatasan LGS.

G. Teknologi Interverensi Fisioterapi

1. Static Contraction

Static contraction merupakan suatu terapi latihan dengan cara

mengkontraksikan otot dimana ketegangan otot meningkat tanpa disertai perubahan

panjang otot tersebut maupun pergerakan sendi (Kisner, 2007)

Tujuan static contraction adalah melancarkan sirkulasi peredaran darah

sehingga dapat membantu pengurangan nyeri setelah cedera jaringan selama fase

penyembuhan. Kontraksi otot dipertahankan sekurang-kurangnya 6 detik.

Pengulangan 10 kali (Kisner, 2007).

2. Passive Exercise

Passive exercise merupakan latihan gerakan yang terjadi oleh kekuatan dari

luar tanpa disertai dari kerja otot itu sendiri. Kekuatan dari luar tersebut berasal dari

mesin, orang lain, atau bagian tubuh lain dari individu itu sendiri (Kisner, 2007).

3. Resisted active exercise

Resisted active exercise yaitu gerak aktif yang dilakukan oleh pasien sendiri

dengan menahan tahanan dari luar. Tahanan dapat berasal dari terapis, dari pasien

itu sendiri maupun dari alat. Latihan ini dapat meningkatkan kekuatan otot (Kisner,

2007).
6

4. Hold relax

Hold relax merupakan suatu teknik yang menggunakan kontraksi isometrik

yang optimal dari kelompok otot antagonis yang memendek, dengan melawan

tahanan dari terapis ke arah berlawanan (agonis). Dan dilanjutkan dengan fase

rileksasi dari kelompok otot tersebut. Kemudian dilakukan penguluran otot

antagonis (Kisner,2007).
7

BAB III

LAPORAN STATUS KLINIS

A. ANAMNESIS

a. Anamnesis Umum

Nama : An. AJP

Umur : 9 Tahun

Agama : Protestan

Alamat : BTN. Pertamina Sudiang

Pekerjaan : Pelajar

b. Anamnesis Khusus

a) Keluhan utama : Pasien datang dengan keluhan nyeri pada

jari kelingking yang tidak bisa di fleksikan/di bengkokan.

b) Lokasi keluhan : Tangan kanan jari kelingking

c) Riwayat perjalanan penyakit : Nyeri pada jari kelingking sebelah kanan,

dirasakan ketika pasien sedang bermain dan terjadinya benturan/trauma yang

mengakibatkan tulang jari kelingking pasien patah. Pasien sulit untuk menulis

karena adanya keterbatasan gerak.

d) Riwayat penyakit sekarang :-

e) Riwayat keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang memiliki

kondisi seperti pasien

B. PEMERIKSAAN FISIK

a. Pemeriksaan Vital Sign

Pernafasan : 16x/menit

Nadi : 85x/menit
8

Suhu : 36,5ºC

b. Inspeksi

a) Statis

- Tampak kelemahan pada jari kelingking

- Jari kelingking tampak asimetris

- Adanya bekas jahitan

b) Dinamis

- Pasien diminta untuk menekuk jari kelingkingnya.

Interpretasi : Bisa dilakukan tapi belum maksimal karena adanya keterbatasan gerak

- Kontraktur pada otot fleksor digitiminimi dan ekstensor digitiminimi

c. Palpasi

- Tidak ada peningkatan suhu pada daerah keluhan

- Penurunan kekuatan otot fleksor dan ekstensor

- Ada nyeri tekan dan nyeri gerak

d. PFGD ( Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar )

AKTIF PASIF TIMT

Fleksi Fleksi Fleksi


Interpretasi : Mampu,
ROM terbatas Interpretasi : Mampu, ada Interpretasi : Belum
Ekstensi nyeri mampu melawan
Interpretasi : Mampu, Ekstensi tahanan
ROM terbatas Ekstensi
Interpretasi :
Interpretasi : Belum
Mampu, ada nyeri mampu melawan
tahanan
9

C. PEMERIKSAAN SPESIFIK

a. Pengukuran Nyeri (VAS)

Keterangan Nilai Nyeri


Nyeri diam 0
Nyeri tekan 3
Nyeri gerak 5
Keterangan :

0 : Tidak ada nyeri

1-3 : Nyeri ringan

4-6 : Nyeri sedang

7-10 : Nyeri berat

b. Pengukuran ROM

Interphalanges proximal digiti v dextra


Gerakan Nilai normal Hasil

Fleksi-ekstensi 90°-0-45° 40°-20°-15°

c. MMT

Nama Otot Nilai Otot Phalanges Nilai Otot Phalanges


Proximal (Dextra) Proximal (Sinistra)
Fleksor Digitiminimi 3 5

Ekstensor Digitiminimi 2 5

D. DIAGNOSA DAN PROBLEMATIK FISIOTERAPI

a. Diagnosa Fisioterapi : “ Gangguan aktifitas fungsional akibat post open

reduction internal fixation (orif) close fracture proximal interphalanx digiti V

dextra ’’
10

b. Problematik Fisioterapi

a) Impairment :

Adanya nyeri gerak fleksi dan ekstensi proximal interphalanx dextra, adanya

nyeri tekan pada daerah incisi, adanya spasme pada otot- otot jari ke V dextra,

adanya penurunan kekuatan otot fleksor dan ekstensor, dan keterbatasan lingkup

gerak sendi proximal interphalanx.

b) Functional limitation :

Pasien kesulitan dalam menulis

c) Disability

Pasien masih mampu untuk bermain bersama teman sebayanya

E. RENCANA INTERVENSI FISIOTERAPI

a. Tujuan :

a) Tujuan jangka pendek

1) Mengurangi nyeri

2) Mengurangi spasme otot-otot jari ke V dextra

3) Meningkatkan lingkup gerak sendi

4) Meningkatkan kekuatan otot fleksor dan ekstensor

b) Tujuan jangka panjang

Tujuan jangka panjang merupakan tujuan akhir dan melanjutkan tujuan

jangka pendek untuk menegambalikan aktifitas fungsional seperti semula.

F. INTERVENSI FISIOTERAPI

a. Infra Red
11

Teknik Pelaksanaan : Pasien dalam posisi duduk, tangan dan telapak tangan

pasien tersangga bantal dan disinari pada daerah sisi yang sakit (jari kelingking

dextra)

Dosis Latihan :

F : 2x / minggu

T : 15 Menit

b. Static contraction

Teknik Pelaksanaan : Posisi pasien duduk, tangan dan telapak tangan pasien

tersangga bantal. Posis terapis duduk berhadapan dengan pasien. Terapis

meletakkan tangannya di bawah jari-jari pasien. Pasien diinstruksikan untuk

menekan tangan terapis ke bawah dengan menggunakan bagian jari yang sakit.

Dosis Latihan :

F : 2x / minggu

I : 5-10 x repetisi

T : 6-8 kali hitungan

d. Passive Exercise

Teknik Pelaksanaan : Posisi pasien duduk dengan tangan dan telapak tangan pasien

tersangga bantal. Posisi terapis duduk berhadapan dengan pasien. Terapis

memfiksasi bagian proximal dan medial phalanx. Terapis menggerakkan bagian

sendi proximal inter phalanx ke arah fleksi dan ekstensi.

Dosis Latihan :

F : 2x / minggu

I : 5-10 x repetisi

T : 6-8 kali hitungan


12

d. Resisted active exercise

Teknik Pelaksanaan : Posisi pasien duduk dengan tangan dan telapak tangan

pasien tersangga bantal. Posisi terapis duduk berhadapan dengan pasien.

Terapis memfiksasi bagian proximal phalanx. Pasien diminta untuk meluruskan

jarinya kemudian terapis memberikan tahanan kearah fleksi. Dilanjutkan dengan

gerakan fleksi, pasien diminta menekuk jarinya kemudian terapis memberikan

tahanan kearah ekstensi.

Dosisi Latihan :

F : 2x / minggu

I : 5-10 x repetisi

T : 6-8 kali hitungan

e. Hold relax

Teknik Pelaksanaan : Posisi pasien duduk dngan tangan dan telapak tangan

tersangga bantal dan tangan pasien posisi supinasi. Posisi terapis duduk

berhadapan dengan pasien. Terapis memfiksasi bagian proximal phalanx.

Pasien diminta untuk menekuk jarinnya sampai dengan batas nyeri yang

dirasakan oleh pasien. Terapis kemudian memberikan tahanan dengan aba-aba

“tahan pertahankan disini” selama 6-10 detik. Pasien diminta rilkes. Kemudian

terapis menggerakkan jari pasien ke arah ekstensi.

Dosis Latihan :

F : 2x / minggu

I : 6-12 x repetisi

T : 6-10 kali hitungan


13

G. RENCANA EVALUASI

a. Derajat nyeri

b. Kekuatan otot

c. Lingkup gerak sendi (LGS)

H. HOME PROGRAM

Pasien diajarkan melakukan latihan seperti menggerakkan jari kelingkingnya

dengan membengkokan dan meluruskannya kembali dan memberikan tahanan

dengan bantuan tangan yang lain (sehat) sebanyak 8 kali pengulangan ditahan 8

detik tujuannya agar sendi tidak kaku dan dapat menambah pergerakan sendi.

I. FOLLOW UP

Evaluasi Derajat Nyeri

Keterangan T1 T2 T3 T4 T5 T6

Nyeri Tekan 3 3 2 2 2 1

Nyeri Gerak 5 5 4 4 3 3

Evaluasi Nilai Kekuatan Otot

Nama Otot T1 T2 T3 T4 T5 T6

Fleksor Digitiminimi 3- 3- 3+ 3+ 3+ 4-

Ekstensor Digitiminimi 2- 2- 2- 2- 3+ 3+

Evaluasi Nilai Lingkup Gerak Sendi (LGS)

Gerakan T1 T3 T6

Fleksi – Ekstensi Aktif 40°-20°-15° 55°-10°-20° 75°-0°-30°

Fleksi – Ekstensi Pasif 45°-5°-20° 60°-0°25° 80°-0°-35°


14

Anda mungkin juga menyukai