Pendekatan Historis Dan Kebudayaan - Makalah. Psi
Pendekatan Historis Dan Kebudayaan - Makalah. Psi
STUDI ISLAM
Disusun oleh :
2
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberi
nikmat iman serta sehat, sehingga proses pembuatan makalah ini dapat
terselesaikan seperti yang diharapkan. Tak lupa sholawat dan salam senantiasa
menjadi acuan kami kepada Nabi Muhammad saw. agar tidak pernah merasa
bangga diri atas hasil dari penulisan makalah ini karena beliaulah suri tauladan,
manusia sempurna, panutan umat. Semoga kita semua bisa mendapatkan
syafa’atnya dan bertemu di hari akhir nanti.
Dalam makalah ini kami mencoba memaparkan beberapa dari bagian
sedikit materi pembahasan pada mata kuliah Pengantar Studi Islam, kami mohon
bimbingan serta arahannya dari Bapak Fatkhu Yasik, M. Pd. selaku dosen.
Kami sadar banyak sekali kekurangan dan kekeliruan disana-sini, maka
dari itu mohon dengan sangat kritik beserta sarannya agar bisa menjadi evaluasi
untuk memperbaiki karya selanjutnya di kesempatan lain.
3
Jakarta, 06 Mei 2019
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B.Rumusan Masalah 2
C.Tujuan Pembahasan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Metodologi Sejarah 3
1. Pengertian Sejarah 3
2. penulisan Sejarah 3
3. Sumber Sejarah 5
B.Pendekatan Sejarah Dalam Studi Islam 5
1. Pendekatan Al-Qur’an Dan Budaya 5
2. Pengembangan Agama Islam melalui Budaya Material 6
BAB III PENUTUP 8
A. Kesimpulan 8
B.Saran 8
Daftar Pustaka 9
4
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama wahyu yang menuntut otensitas dan tidak boleh terdistorrsi.
Namun dalam fungsinya sebagai pandangan hidup ia selalu dihadapkan pada
progresivitas problematika kehidupan manusia yang mampu mengakomodasi
perubahan yang terjadi. Dalam konteks inilah, dalam kajian Islam dikenal ada dua
pendekatan; pendekatan normatif dan pendekatan historis yang masing-masing
memiliki implikasi berbeda. Pendekatan normatif, yang masih menjadi focus pada
penghormatan terhadap nilai normatif dan pensakralan terhadap teks.
Implikasikasinya, pemahaman terhadap Islam menjadi sangat legal-formal dan
rigid. Keilmuan Islam menjadi repetitive dan involutif, yang seringkali paradox
dengan problematika kemanusiaan. Sedangkan pendekatan historis lebih focus
pada makna substansial yang berada dibalik simbol dan teks keagamaan.
Implikasinya, kajian Islam menjadi lebih progresif dan kompatibel dengan
progresivitas kehidupan. Namun demikian, pendekatan ini sering dikritik akan
membuat Islam kehilangan autensitasnya.
6
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana metodelogi sejarah?
2. Bagaimana proses pendekatan budaya dalam studi islam?
3. Dengan cara apa agama berkembang ditengah-tengah budaya?
C. Tujuan Pembahasan
1. Pengertian sejarah.
2. Pengenalan agama melalui budaya.
3. Cara memadukan budaya dan agama.
4. Mencoba memahami kembali sumbangsih penerapan agama dalam
pelestarian budaya.
7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metodologi Sejarah
1. Pengertian Sejarah
Dalam pengertian yang lebih seksama sejarah adalah “Kisah dan Peristiwa
masa lampau umat manusia”. Memang banyak sekali definisi yang telah di buat
oleh para ahli tentang arti sejarah. Namun definisi di atas tampaknya lebih
representatif manakala sejarah itu di lihat dalam pengertiannya secara subyektif
dan sekaligus secara obyektif. Sejarah sebagai kisah atau cerita merupakan makna
yang subyektif, yakni peristiwa masa lalu yang telah menjadi pengetahuan
manusia; sedangkan peristiwa sejarah di katakan sebagai suatu kenyataan obyektif
1
sebab masih di luar pengetahuan manusia.
2. Penulisan Sejarah
1
Abdurrahman, Dudung. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Cet.1, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
hal: 1
8
sejarah itu jelas sebagai suatu kenyataan subyektif, karena setiap orang
atau setiap generasi dapat mengarahkan sudut pandangnya terhadap apa
yang telah terjadi itu dengan berbagai interpretasi yang erat kaitannya
dengan sikap hidup, pendekatan, atau orientasinya. Oleh karena itu
perbedaan pandangan terhadap peristiwa-peristiwa masa lampau, yang
pada dasarnya obyektif dan absolut, pada gilirannya akan menjadi suatu
kenyataan yang relatif. Serangkaian perang yang terjadi di zaman nabi
Muhammad SAW misalnya, adalah peristiwa yang telah lalu dan
pelaku-pelakunya sudah tiada;
Tetapi penulis sejarah kemudian bisa saja menafsirkannya sebagai
perang di jalan Allah SWT, bantuk ekspansi islam, pola dakwah, dan
2
seterusnya.
2
Ahmad Farabi, muhammad Kharis Ambusai, and Zaimuddin Al-Mahdi Mokhan, “Studi Islam
Dengan Pendekatan Sejarah,” 2017, hal. 3.
9
● Sejarawan tidak mengetahui watak berbagai kondisi yang muncul dalam
peradaban.
3. Sumber Sejarah
a. Sumber tertulis
Kumpulan data verbal yang berbentuk tulisan, dalam arti sempit biasa di
sebut dokumen. Adapun beberapa contoh dari sumber tertulis adalah sebagai
berikut:
● Otobiografi
● Surat pribadi
● Surat kabar
● Dokumen pemerintah
● Cerita roman
10
nyata karena kita bersepakat menetapkannya sebagai kenyataan; kenyataan yang
dialami o rang lain dan kita akui sebagai kenyataan. Kedua, kenyataan yang
didasarkan atas p engalaman kita sendiri (experienced reality). B
erdasarkan
adanya dua jenis k enyataan itu, pegetahuan pun terbagi menjadi dua macam;
pengetahuan yang diperoleh melalui persetujuan dan pengetahuan yang diperoleh
melalui pengalaman l angsung atau observasi. Pengetahuan pertama diperoleh
dengan cara mempercayai apa yang dikatakan orang lain karena kita tidak belajar
segala sesuatu melalui pengalaman kita sendiri.
Bagaimanapun beragamnya pengetahuan, tetapi ada satu hal yang mesti
diingat, bahwa setiap tipe pengetahuan mengajukan tuntutan (claim) agar orang
enjadi sesuatu yang sahih (valid) a tau benar
membangun apa yang diketahui m
(true). Kesahihan pengetahuan benyak bergantung pada sumbernya. Ada dua
sumber pengetahuan yang kita peroleh melalui agreement: tradisi dan autoritas.
Sumber tradisi adalah pengetahuan yang diperoleh melalui warisan atau transmisi
dari generasi ke generasi (al-tawatur). Sumber pengetahuan kedua adalah
autoritas (authority), yaitu pengetahuan yang dihasilkan melalui penemuan
penemuan baru oleh mereka yang mempunyai wewenang dan keahlian di
bidangnya. Penerimaan autoritas sebagai pengetahuan bergantung pada status
orang yang menemukannya atau menyampaikannya.
Al-Qur’an diturunkan bermaksud membentuk pemahaman yang
komprehensif mengenai nilai-nilai islam, maka pada bagian ke dua yang berisi
kisah-kisah dan perumpamaan, Al-Qur’an ingin mengajak di lakukannya
perenungan untuk memperoleh hikmah. Melalui kontemplasi terhadap
kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa historis, dan juga melalui
metafor-metafor yanf berisi hikmah tersembunyi, manusia di ajak merenungkan
hakikat dan makna kehidupan. Banyyak sekali ayat yang berisi semacam ini,
tersirat maupun tersurat, baik menyangkut hikmah historis ataupun menyangkut
simbol-simbol. Misalnya symbol tentang rapuhnya rumah laba-laba, tantang
11
luruhnya sehelai daun yang tak luput dari pengamatan tuhan, atau tentang
keganasan samudera yang telah menyebabkan orang-orang kafir berdoa.
12
benar-benar has Indonesia yang mengutamakan keselarasan dengan alam.Masjid
Al-Aqsa Menara Kudus di Banten bermenaar dalam bentuk perpaduan antara
Islam dan Hindu. Masjid Rao-rao di Batu Sangkar merupakan perpaduan berbagai
corak kesenian dengan hiasan-hiasan mendekat gaya India sedang atapnya dibuat
dengan motif rumah Minangkabau (Philipus Tule 1994:159). Kenyataan adanya
tersebut membuktikan bahwa agama-agama di Indonesia telah membuat manusia
3
makin berbudaya sedang budaya adalah usaha manusia untuk menjadi manusia.
3
Laode Monto Bauto, “Persfektif Agama Dan Kebudayaan Dalam Kehidupan Masyarakat
Indonesia ( Suatu Tinjauan Sosiologi Agama )” 23, no. 2 (2014): hal. 24.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
Daftar Pustaka
15