Anda di halaman 1dari 11

Suhartoyo, Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Buruh Penyandang Disabilitas

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA/BURUH PENYANDANG


DISABILITAS DI INDONESIA

Suhartoyo
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Jl Prof Soedarto, SH Tembalang, Semarang
email :suhartoyo@undip.ac.id

Abstract
This study aims to investigate the implementation of the legal protection given to workers/laborers Disability in
Indonesia. Another aim is to describe the charactestic the legal protection given to disability workers/laborers in
Indonesia. The method used juridical empirical research. Results of the study found that First, the legal protection
against employees/workers with disabilities in Indonesia at the level of policy and regulation is sufficient, while in
practicaly, the legal protection of disability workers are not to be done enought. Second, In the companies that
hire employees/workers with disability has given legal protection to workers/laborers with disabilities either in the
form of arrangements set out in the Work Agreement, Companyregulations and in the Form of Joint Work Agreement
( PKB-Perjanjian Kerja Bersama).

Keywords : Legal Protection , Labor , Disability

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan perlindungan hukum yang diberikan kepada pekerja /
buruh Penyandang Disabilitas Di Indonesia. Tujuan lainnya adalah menguraikan bentuk -bentukperlindungan
hukum yang diberikan bagi pekerja / buruh Penyandang Disabilitas di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan
Penelitian pendekatan yuridis empiris. Hasil penelitian ditemukan bahwa Pertama, Perlindungan hukum terhadap
Pekerja/Buruh penyandang disabilitas di Indonesia dalam tataran kebijakan dan regulasi sudah cukup memadai,
Hanya saja dalam pelaksanaannya ,perlindungan hukum terhadap Pekerja/Buruh penyandang disabilitas belum
terlaksana dengan baik. Kedua,Pada perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan Pekerja/Buruh penyandang
disabilitas telah memberikan perlindungan hukum kepada pekerja/buruh penyandang disabilitas, baik dalam
bentuk pengaturan yang tertuang dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan maupun dalam bentuk Perjanjian
Kerja bersama (PKB).

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Buruh, Penyandang Disabilitas.

A. Pendahuluan Hingga saat ini sarana dan upaya untuk


1. Latar belakang memberikan perlindungan hukum terhadap
Besarnya jumlah penyandang cacat menjadi kedudukan, hak, kewajiban, dan peran para
perhatian serius bagi pemerintah yang terus berupaya penyandang cacat telah diatur dalam Undang-
agar para penyandang cacat dapat diterima bekerja Undang Nomor. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang
baik diinstansi pemerintah maupun swasta yang lebih Cacat, dan berbagai peraturan perundang-undangan
mengedepankan kredibilitas dan kemampuan dalam yang mengatur masalah ketenagakerjaan, pendidikan
menjalankan pekerjaan tanpa memandang faktor nasional, kesehatan, kesejahteraan sosial, lalu lintas
fisik.1 dan angkutan jalan, perkeretaapian, pelayaran,
1
http://m.bisniscom.com „penyandang-disabiitas Harusdibekaliketerampitan-memadai dikutip tanggal 29 April 2014 pukul 23.00

468
Suhartoyo, Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Buruh Penyandang Disabilitas
penerbangan, dan kepabeanan. Namun demikian, Ketenagakerjaan yaitu dalam Pasal 5 yang
upaya perlindungan saja belumlah memadai dengan menyatakan bahwa “Setiap tenaga kerja memiliki
pertimbangan bahwa jumlah penyandang cacat terus kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk
meningkat dari waktu kewaktu, dan hal ini mendapatkan pekerjaan”. Indonesia juga telah
memerlukan sarana dan upaya lain terutama dengan meratifikasi instrumen pokok dalam hukum
penyediaan sarana untuk memperoleh kesamaan internasional yang mengatur hak kerja penyandang
kesempatan bagi penyandang cacat dalam segala disabilitas, yaitu Konvensi PBB UN Convention on the
aspek kehidupan dan penghidupan, khususnya Rights of Persons with Disabilities (UNCRPD),
dalam memperoleh pendidikan dan pekerjaan dalam mengenai hak - hak penyandang disabilitas (2006)
rangka mewujudkan kesejahteraan sosialnya. beserta Optional Protocolnya. Indonesia meratifikasi
Mengenai hak-hak penyandang disabilitas konvensi PBB tersebut pada November 2011 dan
untuk bekerja telah diatur secara jelas dan tegas diundangkan dengan Undang-Undang Nomor 19
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi Hak
Tahun 1997 tentang Penyandang Disabilitas Penyandang Disabilitas.
(Undang-Undang Penyandang Disabilitas) dan Lebih lanjut sebagai pelaksanaan dari Pasal
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 14 Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1997
Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan pemerintah mengeluarkan PP Nomor 43 Tahun 1998
Kesejahteraan Sosial Penyandang Disabilitas.Pasal tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial
14 Undang - Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat yang diatur dalam Pasal 28 yang
Penyandang Cacat yang menyatakan berbunyi:”Pengusaha harus memperkerjakan
bahwa:”Perusahaan negara dan swasta memberikan sekurang - kurangnya 1 (satu) orang penyandang
kesempatan dan perlakuan yang sama kepada cacat yang memenuhi persyaratan jabatan dan
penyandang cacat dengan mempekerjakan kualifikasi pekerjaan sebagai pekerja pada
penyandang cacat di perusahaannya sesuai dengan perusahaan untuk setiap 100 (seratus) orang pekerja
jenis dan derajat kecacatan, pendidikan, dan perusahaanya”.
kemampuannya, yang jumlahnya disesuaikan Peraturan atau regulasi yang lebih rendah
dengan jumlah karyawan dan/atau kualifikasi yang terkait dengan pelatihan kerja dan penempatan
perusahaan.” tenaga kerja penyandang disabilitas, yaitu melalui
Penjelasan Pasal 14 Undang-Undang Nomor Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat RI Nomor KEP-205/MEN/1999 tentang Pelatihan
menjelaskan: “Perusahaan harus mempekerjakan Kerja dan Penempatan Tenaga Kerja Penyandang
sekurang-kurangnya 1 (satu) orang penyandang Cacat, serta mengeluarkan Surat Edaran Menteri
cacat yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi No.01.KP.01.15.2002 tentang Penempatan Tenaga
pekerjaan yang bersangkutan, untuk setiap 100 Kerja Penyandang Cacat di Perusahaan.
(seratus) orang karyawan. Perusahaan yang Namun pada kenyataannya jumlah
menggunakan teknologi tinggi harus mempekerjakan perusahaan di Indonesia yang mem-pekerjakan
sekurang-kurangnya 1 (satu) orang penyandang penyandang disabilitas dapat dikatakan masih minim
cacat yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi baik itu instansi pemerintah, perusahaan negara,
pekerjaan yang bersangkutan walaupun jumlah maupun perusahaan swasta. Padahal idealnya setiap
karyawannya kurang dari 100 (seratus) orang.” perusahaan harus mempekerjakan sekurang-
Perlindungan kesempatan kerja bagi tenaga kurangnya satu orang penyandang disabilitas yang
kerja penyandang disabilitas juga diakui dalam memenuhi persyaratan jabatan dan kualifikasi
Undang - Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang pekerjaan sebagai pekerja pada perusahaannya

469
Suhartoyo, Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Buruh Penyandang Disabilitas
untuk setiap 100 orang pekerja di perusahaannya. data primer, sekunder dan tersier, menggunakan
Secara normatif, sebenarnya sudah ada beberapa pendekatan perundang-undangan ( statutory
instrumen hukum yang dilahirkan untuk melindungi approach), pendekatan konseptual (conceptual
hak penyandang cacat untuk bekerja. Seperti UU No approach ), dan pendekatan perbandingan
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakarjaan yang (comparative approach). Keseluruhan data dianalisis
„mengharamkan‟ diskriminasi kepada para dengan menggunakan analisis sistesis. Dari hasil
penyandang cacat. Bahkan UU No 4 Tahun 1997 analisis sistesis kemudian diambil simpulan
tentang Penyandang Cacat makin menegaskan hak seperlunya.
itu. Pasal 14 UU No 4/1997 mewajibkan perusahaan
negara dan swasta untuk menjamin kesempatan 3. Kerangka Teori
bekerja kepadapenyandang cacat. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Kesempatan untuk mendapatkan kesamaan Pasal 1 angka 4 memberikan pengertian Pekerja atau
kedudukan, hak, dan kewajiban bagi penyandang Buruh adalah setiap orang bekerja dengan menerima
cacat hanya dapat diwujudkan jika tersedia upah atau imbalan dalam bentuk apapun. Pengertian
aksesibilitas, yaitu suatu kemudahan bagi ini agak umum, namun maknanya lebih luas karena
penyandang cacat untuk mencapai kesamaan karena dapat mencakup semua orang yang bekerja
kesempatan dalam memperoleh kesamaan pada siapa saja, baik perorangan, persekutuan,
kedudukan, hak, dan kewajiban sehingga perlu badan hukum, atau badan lainnya dengan menerima
diadakan upaya penyediaan aksesibilitas bagi upah atau imbalan dalam bentuk apapun.
penyandang cacat. Dengan upaya dimaksud, Menurut Soepomo bahwa perlindungan
diharapkan penyandang cacat dapat berintegrasi tenaga kerja menjadi dibagi menjadi 3 (tiga) macam,
secara total dalam mewujudkan tujuan pembangunan yaitu : a). Perlindungan ekonomis, yaitu perlindungan
nasional pada umumnya serta meningkatkan tenaga kerja dalam bentuk penghasilan yang cukup,
kesejahteraan sosial penyandang cacat pada termasuk bila tenaga kerja tidak mampu bekerja diluar
khususnya. kehendaknya. b). Perlindungan sosial, yaitu
Kesamaan kesempatan dilaksanakan perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan
melalui penyediaan aksesibilitas baik oleh Pemerintah kesehatan kerja, kebebasan berserikat dan
maupun masyarakat, yang dalam pelaksanaannya perlindungan hak untuk berorganisasi. Dan c).
disertai dengan upaya peningkatan kesadaran dan Perlindungan teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja
tanggung jawab masyarakat terhadap keberadaan dalam bentuk keamanan dan keselamatan kerja.2
penyandang cacat, yang merupakan unsur penting Dalam Konvensi International Hak-Hak
dalam rangka pemberdayaan penyandang cacat. Penyandang Cacat dan Protokol Opsional Terhadap
Berdasarkan latar belakang permasalahan Konvensi (Resolusi PBB 61/106 13 Desember 2006)
tersebut, maka permasalahan dirumuskan sebagai penyandang cacat berarti setiap orang yang tidak
berikut: Pertama, Bagaimanakah pelaksanaan mampu menjamin oleh dirinya sendiri, seluruh atau
perlindungan hukum yang diberikan kepada pekerja sebagian, kebutuhan individual normal dan/atau
/buruh Penyandang Disabilitas Di Indonesia. kehidupan sosial, sebagai hasil dari kecatatan
Kedua,bagaimanakah bentuk -bentukperlindungan mereka, baik yang bersifat bawaan maupun tidak,
hukum yang diberikan bagi pekerja / buruh dalam hal kemampuan fisik atau mentalnya. Secara
Penyandang Disabilitas di Indonesia. yuridis pengertian penyandang cacat diatur dalam
Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2. MetodePenelitian 1997 sebagai berikut:”Setiap orang yang mempunyai
Metode penelitian yang digunakan dalam kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat
penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. mengganggu atau merupakan rintangan dan
Penelitian hukum normatif tersebut menggunakan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara
selayaknya, yang terdiri dari:penyandang cacat
2
Soepomo dalam Abdul Khakim, 2003,Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia,, Bandung, PT. Citra Aditya, hlm. 61.

470
Suhartoyo, Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Buruh Penyandang Disabilitas
fisik;penyandang cacat mental;penyandang cacat disabilitas, yaitu Konvensi PBB UN Convention on
fisik dan mental” the Rights of Persons with Disabilities (UNCRPD),
mengenai hak - hak penyandang disabilitas (2006)
B. Hasil dan Pembahasan beserta Optional Protocolnya. Indonesia meratifikasi
1. PelaksanaanPerlindunga n Hukum Yang konvensi PBB tersebut pada November 2011 dan
Diberikan Kepada Pekerja /Buruh Penyandang diundangkan dengan Undang-Undang Nomor 19
Disabilitas Di Indonesia tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi Hak
Hak-hak penyandang disabilitas untuk Penyandang Disabilitas.
bekerja telah diatur secara jelas dan tegas dalam Pelaksanaan dari Pasal 14 Undang –
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun Undang Nomor 4 Tahun 1997 pemerintah
1997 tentang Penyandang Disabilitas (Undang- mengeluarkan PP Nomor 43 Tahun 1998 tentang
Undang Penyandang Disabilitas) dan Peraturan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1998 Penyandang Cacat yang diatur dalam Pasal 28 yang
tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial berbunyi:”Pengusaha harus memperkerjakan
Penyandang Disabilitas. sekurang - kurangnya 1 (satu) orang penyandang
Pasal 14 Undang - Undang Nomor 4 Tahun cacat yang memenuhi persyaratan jabatankualifikasi
1997 tentang Penyandang Cacat yang menyatakan pekerjaan sebagai pekerja pada perusahaan untuk
bahwa:”Perusahaan negara dan swasta memberikan setiap 100 (seratus) orang pekerja di
kesempatan dan perlakuan yang sama kepada perusahaannya”.
penyandang cacat dengan mempekerjakan Peraturan atau regulasi yang lebih rendah
penyandang cacat di perusahaannya sesuai dengan yang terkait dengan pelatihan kerja dan penempatan
jenis dan derajat kecacatan, pendidikan, dan tenaga kerja penyandang disabilitas, yaitu melalui
kemampuannya, yang jumlahnya disesuaikan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
dengan jumlah karyawan dan/atau kualifikasi RI Nomor KEP-205/MEN/1999 tentang Pelatihan
perusahaan.” Kerja dan Penempatan Tenaga Kerja Penyandang
Penjelasan Pasal 14 Undang - Undang Nomor 4 Cacat, serta mengeluarkan Surat Edaran Menteri
Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat menjelaskan: No.01.KP.01.15.2002 tentang Penempatan Tenaga
“Perusahaan harus mempekerjakan sekurang- Kerja Penyandang Cacat di Perusahaan.
kurangnya 1 (satu) orang penyandang cacat yang Pada kenyataannya jumlah perusahaan di
memenuhi persyaratan dan kualifikasi pekerjaan yang Indonesia yang mempekerjakan penyandang
bersangkutan, untuk setiap 100 (seratus) orang disabilitas dapat dikatakan masih minim baik itu
karyawan. Perusahaan yang menggunakan teknologi instansi pemerintah, perusahaan negara, maupun
tinggi harus mempekerjakan sekurang-kurangnya 1 perusahaan swasta. Padahal idealnya setiap
(satu) orang penyandang cacat yang memenuhi perusahaan harus mempekerjakan sekurang-
persyaratan dan kualifikasi pekerjaan yang kurangnya satu orang penyandang disabilitas yang
bersangkutan walaupun jumlah karyawannya kurang memenuhi persyaratan jabatan dan kualifikasi
dari 100 (seratus) orang.” Perlindungan kesempatan pekerjaan sebagai pekerja pada perusahaannya
kerja bagi tenaga kerja penyandang disabilitas juga untuk setiap 100 orang pekerja di perusahaannya.
diakui dalam Undang - Undang Nomor 13 Tahun 2003 Secara normatif, sebenarnya sudah ada beberapa
tentang Ketenagakerjaan yaitu dalam Pasal 5 yang instrumen hukum yang dilahirkan untuk melindungi
menyatakan bahwa “Setiap tenaga kerja memiliki hak penyandang cacat untuk bekerja. Seperti UU No
kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakarjaan yang
mendapatkan pekerjaan”. Indonesia juga telah „mengharamkan‟ diskriminasi kepada para
meratifikasi instrumen pokok dalam hukum penyandang cacat. Bahkan UU No 4 Tahun 1997
internasional yang mengatur hak kerja penyandang tentang Penyandang Cacat makin menegaskan hak

471
Suhartoyo, Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Buruh Penyandang Disabilitas
itu. Pasal 14 UU No 4 Tahun 1997 mewajibkan perusahaan sebagai pekerja/buruh dalam hubungan
perusahaan negara dan swasta untuk menjamin kerja sebanyak 2,1% (sumber Kemenaker 2010).
kesempatan bekerja kepadapenyandang cacat. Dan hal ini juga ditunjang dengan kenyataan hanya
Kesempatan untuk mendapatkan kesamaan 3,1% perusahaan di Indonesia yang mempekerjakan
kedudukan, hak, dan kewajiban bagi penyandang pekerja/buruh penyandang Disabilitas. Hal
cacat hanya dapat diwujudkan jika tersedia inimenunjukkan bahwa sebagian besar penyandang
aksesibilitas, yaitu suatu kemudahan bagi disabilitas tidak bekerja.
penyandang cacat untuk mencapai kesamaan
kesempatan dalam memperoleh kesamaan 2. Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum Yang
kedudukan, hak, dan kewajiban sehingga perlu Diberikan Bagi Pekerja / Buruh Penyandang
diadakan upaya penyediaan aksesibilitas bagi Disabilitas Di Indonesia
penyandang cacat. Dengan upaya dimaksud, Penelitian yang dilakukan PT. Trans Retail
diharapkan penyandang cacat dapat berintegrasi Indonesia menunjukkan bahwa penerimaan pekerja/
secara total dalam mewujudkan tujuan pembangunan buruh disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan
nasional pada umumnya serta meningkatkan yang dilakukan melalui persyaratan yang telah
kesejahteraan sosial penyandang cacat pada ditetapkan dalam surat keputusan tersendiri, dengan
khususnya. tetap mengindahkan pada peraturan perundangan-
Penyelenggaraan upaya peningkatan undangan yang berlaku dan peraturan perusahaan,
kesejahteraan sosialyang antara lain dilaksana-kan yang terdiri dari : 3
melalui kesamaan kesempatan bagipenyandang a. Direksi atau pihak yang diberikan kewenangan oleh
cacat pada hakikatnya menjadi tanggung Direksi mempunyai kewenangan penuh dalam
jawabbersama Pemerintah, masyarakat, keluarga, menentukan penerimaan Pekerja baru dengan
dan penyandang cacatsendiri. Oleh karena itu mengacu kepada kebutuhan dan kemampuan
diharapkan semua unsur tersebut berperanaktif untuk Perusahaan.
mewujudkannya. Dengan kesamaan b. Pada prinsipnya Perusahaan tidak menerima calon
kesempatantersebut diharapkan para penyandang pekerja yang memiliki hubungan Keluarga,
cacat dapat melaksanakan fungsi sosialnya dalam Keluarga Sedarah, Keluarga Semenda dan
arti mampu berintegrasi melalui komunikasidan Keluarga Pekerjakecuali alasan-alasan khusus
interaksi secara wajar dalam hidup bermasyarakat. yang terkait dengan keahlian dan pengalaman
Realitas yang terjadi dan dihadapi para calon Pekerja yang dibutuhkan oleh Perusahaan
penyandang disabilitas tidak sebaik yang diatur UU dan mendapat persetujuan tertulis dari Direksi
maupun peraturan lainnya. Dalam data dari terkait.
Kementerian Tenaga Kerja tahun 2010 c. Setiap calon Pekerja atau pelamar wajib memenuhi
menunjukkanbahwa hanya23,6% penyandang persyaratan-persyaratan umum dan khusus sesuai
disabilitas yang bekerja, dan 76,4% tidak bekerja. Dari dengan jabatan yang dilamarnya dan belum pernah
23,6% , yang bekerja sebagai PNS/POLRI/TNI bekerja di PT. Trans Retail Indonesia dan/atau
sebanyak 1,3%, yang bekerja sebagai pegawai Group Perusahaan dalam status ketenagakerjaan
BUMN/BUMD sebanyak 0,1%, bekerja pada sektor apapun, kecuali setelah mendapat persetujuan
peternakan/perikanan 1%,bekerja sebagai pedagang tertulis dari Direksi terkait.
/wiraswasta 8,5%, bekerja pada sektor pertanian d. Setiap proses penerimaan/rekrutmen pekerja harus
39,9%, bekerja pada sektor jasa sebanyak 15,1 % didasari oleh permohonan rekrutmen dalam bentuk
tertulis dari masing-masing divisi terkait sesuai
dan yang bekerja sebagai buruh tani /buruh serabutan
sebanyak 32,7% sedangkan yang bekerja pada dengan Kebijakan dan Prosedur yang berlaku.

3
Peraturan Perusahaan PT. Trans Retail Indonesia Tahun 2014-2016

472
Suhartoyo, Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Buruh Penyandang Disabilitas
e. Persyaratan khusus dalam proses penerimaan/ b. Sosialisasi Lowongan Kerja
perekrutan tenaga kerja ditetapkan berdasarkan Sosialisasi Lowongan Kerja
Keputusan Direksi. dilakukan dengan melalui jalur internal dan
Adapun prosedur pelaksanaan perekrutan eksternal perusahaan. Jalur Eksternal yaitu
tenaga kerja penyandang disabilitas di PT. Trans melakukan perekrutan melalui Pelaksana
Retail Indonesia meliputi: Penempatan Tenaga Kerja yang dalam hal ini
a. Permohonan Rekrutmen adalah Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan
Permohonan Rekrutmen didasar- Kependudukan. Jalur Internal yaitu Hal ini
kan pada Pasal 6 Peraturan Perusahaan, yaitu tercantum dalam Ayat (1) Pasal 35 Undang-
“Setiap proses penerimaan / rekrutmen pekerja Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
harus didasari oleh permintaan tertulis dari Ketenagakerjaan bahwa “Pemberi kerja yang
masing-masing divisi terkait sesuai dengan memerlukan tenaga kerja dapat merekrut sendiri
Kebijakan dan Prosedur yang berlaku”. tenaga kerja yang dibutuhkan atau melalui
Penerimaan pekerjaan disesuaikan dengan pelaksana penempatan tenaga kerja. “Setelah
kebutuhan perusahaan dimana posisi yang permohonan rekrutmen dibuat dan dikirimkan
diminta untuk dilakukan rekrutmen dimintakan pada Human Resource / Personnel Department,
persetujuan terlebih dahulu kepada HR Director permohonan tersebut ditindak lanjuti dengan
PT.Trans Retail Indonesia dan diketahui oleh mengirimkan laporan kepada Pelaksana
Assrel & Corp Culture General Manager. Penempatan Tenaga Kerja.
Permohonan rekrutmen harus diberikan pada c. Proses Seleksi
divisi Human Resources / Personnel Berdasarkan pendapat dari Nawawi
Department maksimal 1 bulan sebelum tanggal mengenai sikap perusahaan dalam melakukan
perekrutan posisi dilaksanakan. Permohonan rekrutmen, PT Trans Retail Indonesia termasuk
rekrutmen berisi antara lain: dalam kategori gabungan antara rekrutmen
1) Posisi atau jabatan yang dimintakan dan berdasarkan perbedaan dan penjatahan.
tingkatan dalam perusahaan Rekrutmen ini dilakukan secara aktif untuk
2) Divisi dan Departemen dari posisi yang mengelompokkan parapelamar termasuk para
diminta. penyandang disabilitas, dengan hanya
3) Lokasikerja. menerima kelompok tertentu dan dengan jatah
4) Jumlah posisi yang dibutuhkan. tertentu.4
5) Alasan dibutuhkan, dapat karena formasi Dalam proses ini terdapat tiga tahap
baru, kebutuhan karena stuktur karyawan seleksi untuk menyaring calon pekerja yang
yang baru, atau kebutuhan atas tambahan memiliki persyaratan yang sesuai dengan yang
karyawan. diminta oleh PT. Trans Retail Indonesia pada
6) Status karyawan, dalam hal ini dapat masing-masing posisi yang dimintakan. Proses
menjadi karyawan permanen atau dengan seleksi dilaksanakan secara bertingkat untuk
jangka waktu tertentu. menyaring calon tenaga kerja terbaik yang
7) Persyaratan dari posisi yang diminta dapat bergabung dengan PT. Trans Retail
meliputi jenis kelamin, pendidikan minimal, Indonesia. Seleksi dilakukan dengan beberapa
kelompok usia, prioritas status tahap yaitu:51) seleksi administrative, 2) Seleksi
perkawinan, pengalaman, dan pada tahap pelatihan prakerja, 3) Seleksi pada
keterampilan. pelatihan kerja.

4
Nawawi, Hadari, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang Kompetitif, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2008, cetakan
keempat, Hlm 41
5
Asih, Nurmi, Wawancara, PT Trans Retail Indonesia, (Bekasi: 11 April 2014)

473
MMH, Jilid 43 No.4, Oktober 2014
d. Pelatihan PraKerja e. Perjanjian Pelatihan Kerja
Calon tenaga kerja penyandang Proses selanjutnya setelah lolos
disabilitas yang telah lolos seleksi administrative dari tes-tes dan telah dianggap memenuhi
selanjutnya diwajibkan mengikuti pelatihan persyaratan, maka pekerja dan perusahaan
prakerja. Setiap Pekerja baru wajib mengikuti melakukan penandatanganan yang telah
pelatihan prakerja (orientasi) yang meliputi disepakati kedua belah pihak tanpa anda
Peraturan Perusahaan, Kode Etik Perusahaan, paksaan apapun. Perjanjian ini memuat
Kebijakan dan Prosedur, pengetahuan umum, beberapa hal diantaranya identitas para pihak,
struktur organisasi, dan nilai-nilai yang berlaku syarat-syarat pelatihan kerja, jangka waktu
guna pengenalan lingkungan kerja agar dapat perjanjian, tanggal efektif pelatihan kerja, upah
menyesuaikan diri dengan baik sehingga dapat atau kompensasi selama pelatihan kerja, lokasi
membina Hubungan Kerja dengan sesama dan jenis pelatihan kerja. Meskipun dalam
rekan kerja yang harmonis dan kooperatif. 6 perjanjian tidak disebutkan mengenai bentuk
Dalam tahap pelatihan prakerja ini Perusahaan spesifik pelatihan kerja yang diterima namun
memberikan pelatihan dasar umum bagi peserta pelatihan kerja ini dianggap dilakukan dengan
dalam rangka membentuk sikap dan perilaku sistem pemagangan. Hal ini diamanatkan pada
yang sesuai dengan kebutuhan Perusahaan Pasal 21 dan Pasal 22 Undang-Undang Nomor
dalam mengemban dan melaksanakan 13 Tahun 2003 yaitu Pelatihan kerja dapat
tugasnya dengan materi yang ditentukan oleh diselenggarakan dengan sistem pemagangan
bagian Human Resources sesuai dengan dan dilaksanakan atas dasar perjanjian
kebutuhan Perusahaan. pemagangan antara peserta dengan
Pelatihan pra kerja dan pelatihan perusahaan yang dibuat secara tertulis.
kerja diselenggarakan sendiri oleh PT. Trans Pihak Perusahaan bertindak untuk
Retail Indonesia melalui Lembaga Pelatihan dan atas nama sendiri sebagai pihak pertama
Kerja PT. Trans Retail Indonesia yang bernama dengan surat kuasa Direktur sedangkan para
Institut Carrefour Indonesia7. Lembaga Pelatihan pekerja menjadi pihak kedua yang
Kerja dalam menyelenggarakan pelatihan kerja melaksanakan perjanjian guna melaksanakan
bekerja sama dengan swasta sebagaimana pekerjaan. Isi perjanjian pelatihan kerja antara
yang diamanatkan Pasal 13 Ayat 3 Undang- pekerja dengan PT. Trans Retail Indonesia
Undang Nomor 13 Tahun 2003.Hal ini dilakukan adalah sebagai berikut:8
guna meningkatkan keterampilan atau keahlian 1) Syarat dan Kondisi : Dalam merekrut para
calon tenaga kerja sebagai bekal memasuki pekerja, PT. Trans Retail Indonesia membuat
dunia kerja yang sesuai dengan standar dan suatu perjanjian dimana yang calon tenaga
kompetensi kerja nasional. kerja diwajibkan mengikuti pelatihan kerja
Pelatihan Pra Kerja dilaksanakan sebelum mengikuti seleksi kembali di tahap
secara in class selama 5 hari. Selama pelatihan selanjutnya. Surat penugasan dan uraian
pra kerja peserta diwajibkan untuk menaati tugas atau pekerjaan (Job description)
semua kebijakan perusahaan. Dalam masa ditandatangani oleh kedua belah pihak dan
pelatihan pra kerja para trainer melakukan merupakan lampiran yang tidak terpisahkan
monitoring dan evaluasi setiap harinya untuk dengan perjanjian. Calon tenaga kerja
melihat perkembangan para peserta dan diwajibkan untuk mentaati sebagaimana
menjadikannya sebagai bahan pertimbangan tercantum dalam Perjanjian termasuk Tata
untuk mengikuti seleksi pada tahap selanjutnya. Tertib Pelatihan Kerja (ANGKASA), serta
6
Peraturan Perusahaan 2014-2016 (PT. Trans Retail Indonesia, hlm 24)
7
Asih, Nurmi, Wawancara, PT Trans Retail Indonesia, (Bekasi: 11 April 2014)
8
PT. Trans Retail Indonesia, Perjanjian Pelatihan Kerja

474
tunduk kepada kebijakan Perusahaan yang dari atasan dan/ instruktur, baik secara
ditetapkan dari waktu kewaktu, Peraturan lisan maupun tertulis.
Perusahaan, dan peraturan perundang- g) Bersikap ramah dan sopan kepada setiap
undangan yang berlaku. pelanggan, rekan, atasan dan/ instruktur.
2) Jangka Waktu Perjanjian: Perjanjian h) Menjaga, menyimpan dan memelihara
pelatihan kerja ini berlaku selama 6 bulan peralatan dan perlengkapan kerja milik
atau sampai dengan saat perjanjian diputus perusahaan.
oleh PT. Trans Retail Indonesia karena i) Menjaga kebersihan dan kerapihan di
pekerja melanggar ketentuan yang berlaku. lingkungan kerja, baik yang dipergunakan
3) Kewajiban PT. Trans Retail Indonesia: untuk pelatihan kerja maupun untuk
Perusahaan wajib untuk selalu berusaha istirahat.
menegakkan disiplin yang baik dengan j) Bersedia di tempatkan di lokasi / bagian
menumbuh kembangkan rasa saling manapun di lingkungan perusahaan.
menghormati terhadap hak, kewajiban, dan k) Merahasiakan terhadap siapapun
tanggungjawab masing-masing. Perusahaan mengenai segala sesuatu yang diketahui
juga wajib untuk menegakkan disiplin dan yang berhubungan dengan perusahaan
tata tertib untuk mencapai maksud dan tujuan yang patut untuk dirahasiakan.
dari diselengarakannya Program Pelatihan l) Mematuhi stándar penampilan yang sudah
Kerja Angkatan Associate Luar Biasa ditentukan dan ditetapkan.
(Angkasa). m) Melaporkan hal-hal yang berpotensi
4) Kewajiban Peserta Pelatihan Kerja: Dalam merugikan perusahaan dan
masa pemagangan peserta pelatihan kerja membahayakan keselamatan dan
diwajibkan untuk: keamanan pekerja, rekan angkasa,
a) Melaporkan setiap perubahan yang timbul pengusaha, dan pelanggan.
mengenai data dan status diri pribadinya. n) Melaporkan jika ada hubungan saudara
b) Mematuhi jadwal pelatihan kerja yang sedarah / semenda dengan Peserta
berlaku bagi dirinya dan menjalankan Pelatihan Kerja Angkasa dan pekerja lain
pekerjaan yang dipercayakan yang bekerja di lingkungan perusahaan.
kepadanya dengan penuh o) Mengganti segala kerugian atas asset
tanggungjawab. perusahaan yang menjadi tanggung
c) Datang kelokasi pelatihan kerja lebih awal jawab Peserta Pelatihan Kerja Angkasa
dan siap untuk bekerja pada waktunya yang ditimbulkan atas kelalaian /
serta tidak pulang sebelum waktunya kecerobohan Peserta Pelatihan Kerja
tanpa izin dari atasan dan / instrukturnya. Angkasa
d) Mencacahkan kehadirannya pada mesin p) Bersedia untuk diperiksa/ body checking
absensi yang telah ditentukan untuk dan bag checking di tempat-tempat yang
dirinya sendiri dan tidak diwakilkan telah ditentukan.
kepada orang lain serta tidak 5) Larangan bagi peserta pelatihan kerja
mencacahkan kehadiran orang lain. a) Peserta Pelatihan Kerja Angkasa di-larang
e) Mengenakan seragam dan kartu tanda membawa peralatan / perlengkapan milik
pengenal yang telah ditentukan selama perusahaan keluar lingkungan
waktu pelatihan kerja. Perusahaan tanpa izin dari atasan dan /
f) Mematuhi dan melaksanakan petunjuk, atau instruktur.
instruksi dan/ atau perintah yang layak

475
Suhartoyo, Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Buruh Penyandang Disabilitas
b) Peserta Pelatihan Kerja Angkasa di- Manager atau berposisi sebagai Store Manager
larang dengan alasan apapun melakukan sejak awal.
usaha / kegiatan yang secara langsung Hak-hak yang dimiliki oleh peserta
maupun tidak langsung dapat magang dalam suatu perusahaan, diantaranya
menimbulkan pertentangan dengan adalah:Pengakuan kualifikasi kompetensi kerja
kepentingan Perusahaan (conflict of dari perusahaan; Upah atau kompensasi berupa
interest), meskipun kegiatan tersebut uang saku dan/tunjangan makan, dan; Jaminan
dilakukan di luar jam kerja. Sosial Tenaga Kerja (Penjelasan Pasal 22
c) Peserta Pelatihan Kerja Angkasa di-larang Undang-Undang Ketenagakerjaan).
memiliki hubungan keluarga sedarah dan/ Masa pelatihan kerja berakhir,Store
atau semenda dengan Peserta Angkasa Manager akan melakukan assessment terhadap
lain dan / atau pekerja lain dalam satu kinerja peserta pemagangan melalui
lokasi pelatihan kerja. Performance Appraisal Form yang berisi
d) Peserta Angkasa dilarang membawa penilaian subjektif dari Store Manager terhadap
masuk barang-barang pribadi yang tidak kekurangan dan kelebihan peserta. Dalam
ada kaitannya dengan pekerjaan ke area dokumen tersebut juga dicantumkan
gudang dan penjualan. rekomendasi dari Store Manager mengenai
e) Peserta Angkasa dilarang keras diangkat tidaknya peserta menjadi pegawai
melakukan tindakan-tindakan yang tetap.10
dikategorikan sebagai pelanggaran berat. g. Perjanjian Kerja
f. Pelatihan Kerja Peserta pemagangan yang telah
Pada tahap pelatihan pra kerja, mendapatkan rekomendasi untuk diangkat
peserta akan memasuki tahap pelatihan kerja menjadi pegawai tetap selanjutnya diwajibkan
dapat disebut juga sebagai pemagangan. mendatangani perjanjian kerja. Perjanjian kerja
Pemagangan dilaksanakan sesuai dengan job yang dibuat terhadap semua status Pekerja
description yang telah disebutkan dalam dilakukan secara tertulis tanpa ada paksaan dari
perjanjian pelatihan kerja yang telah pihak manapun sesuai dengan peraturan
ditandatangani sebelumnya namun tidak perundang-undangan yang berlaku.Hubungan
menghilangkan kemungkinan dipindahkannya Kerja antara Pekerja dengan Perusahaan
peserta ke Divisi lain dalam keadaan tertentu ditandai dengan ditandatanganinya Surat
sesuai perintah dari Shop Manager. 9 Dalam Perjanjian Kerja oleh kedua belah pihak dimana
masa pelatihan kerja atau pemagangan di toko, didalamnya menjelaskan tanggal mulai bekerja,
peserta didampingi oleh instruktur yang dapat status Pekerja (masa percobaan, PKWT dan
berkomunikasi dengan penyandang disabilitas PKWTT), upah maupun syarat-syarat lainnya
secara khusus yang telah mendapat pelatihan dengan Kewenangan untuk mengatur
dari perusahaan. Pendamping peserta penempatan sepenuhnya ada pada
pemagangan melakukan monitoring dan Perusahaan.11
evaluasi terhadap kinerja peserta selama enam Setiap Pekerja yang mengadakan
bulan, dalam hal ini Pendamping peserta Hubungan Kerja dengan Perusahaan harus
pemagangan dapat bekerja sama dengan Store bersedia ditempatkan di lokasi kerja manapun
dalam area Perusahaan sesuai dengan
9
Seifal, Wawancara, PT Trans Retail Indonesia, (Bekasi: 12 April 2014)
10
Lesmana, Wawancara, PT Trans Retail Indonesia, (Bekasi: 12 April 2014)
11
Pasal 6 Peraturan Perusahaan (PT. Trans Retail Indonesia, hlm 7)
12
Pasal 6 Peraturan Perusahaan (PT. Trans Retail Indonesia, hlm 7)

476
kebutuhan operasional Dari kesimpulan tersebut maka dapat
Perusahaan.Perjanjian kerja mengikat bagi ditarik suatu saran sebagai berikut:
Pekerja dan Perusahaan sejak Pertama,Agar ketentuan-ketentuan yang
ditandatanganinya perjanjian kerja sampai melindungi pekerja/ buruh penyandang
dengan berakhirnya Hubungan Kerja Disabilitas dapat efektif dijalankan dan
tersebut.12 dipatuhi perusahaan / instansi Maka
diperlukan sanksi yang menjerakan dan
C. Simpulan dan Saran diperlukan pengawasan Yang ketat oleh
Dari keseluruhan analisa dan pegawai pengawas pada Dinas tenaga kerja.
pembahasan tersebut maka dapat diambil Kedua, Pada
suatu kesimpulan bahwa: tataran Nasional perlu dibentuk
1. Perlindungan hukum terhadap Komisi
Pekerja/Buruh penyandang disabilitas di Penyandang Cacat /Disabilitas, sehingga
Indonesia dalam tataran kebijakan dan bisa
regulasi sudah cukup memadai yang
ditandai dengan berbagai peraaturan
perundang-undangan yang berlaku yaitu
mulai dari Undang-Undang Dasar,
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah
sampai Keputusan Menteri bahkan
sampai pada Peraturan Daerah.
Hanya saja dalam pelaksanaannya
,perlindungan hukum terhadap
Pekerja/Buruh penyandang disabilitas
belum terlaksana dengan baik, khususnya
berkaitan dengan kewajiban setiap
perusahaan ataupun instansi untuk
mempekerjakan 1 (satu) orang pekerja /
buruh penyandang disabilitas pada setiap
perusahaan Yang mempekerjakan
setiap 100 0rang.
2.Pada perusahaan-perusahaan
yang mempekerjakan Pekerja/Buruh
penyandang disabilitas dari hasil
penelitian, telah memberikan
perlindungan hukum kepada
pekerja/buruh penyandang disabilitas,
baik dalam bentuk pengaturan yang
tertuang dalam Perjanjian Kerja,
Peraturan Perusahaan maupun dalam
bentuk Perjanjian Kerja bersama
(PKB).

477
Kerja PenyandangCacat di
melindungi menangani dan membantu
Perusahaan
permasalahan yang dialami para penyandang
Undang-Undang Dasar Negara Republik
cacat / disabilitas khususnya pekerja/buruh Indonesia
penyandang disabilitas sehingga hak-hak Tahun 1945
dan kewajiban-kewajiban para Penyandang Undang-Undang Nomor13 Tahun
disbilitas dapat terlindungi. 2003tentang
Ketenagakerjaan
Undang-UndangNomor 11 Tahun 2009
tentang
DAFTAR
Kesejahteraan Sosial
PUSTAKA
Undang-UndangNomor19 Tahun 2011
tentang Pengesahan Konvensi Hak
Anonim, 2014, Dokumen Perjanjian Pelatihan
Penyandang Disabilitas
Kerja
Undang-UndangNomor4 Tahun 1997
PT. Trans Retail Indonesia
tentang
Nawawi, Hadari, Manajemen Sumber Daya
Penyandang Disabilitas
Manusia Untuk Bisnis yang Kompetitif,
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2008, cetakan keempat.
Soepomo dalam Abdul Khakim, Pengantar
Hukum Ketenagakerjaan Indonesia ,
Bandung:, Penerbit PT. Citra Aditya,
2003.
Laporan Wawancara, 2014, Jakarta:PT Trans
Retail
Indonesia
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI NomorKEP-
205/MEN/1999 tentang Pelatihan
Kerja dan Penempatan TenagaKerja
Penyandang Cacat
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata) Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor43
Tahun 1998 tentang Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Penyandang Disabilitas Peraturan
Perusahaan 2014-2016,PT. Trans Retail
Indonesia
Surat Edaran Menteri Nomor
01.KP.01.15.2002 tentang
Penempatan Tenaga

478

Anda mungkin juga menyukai