Hiperplasia Sel Aciner
Hiperplasia Sel Aciner
Oleh :
Septina Hestiningrum
Pembimbing :
dr. Triyanta Yuli Pramana, Sp.PD-KGEH, FINASIM
Laporan Kasus
PEREMPUAN 47 TAHUN DENGAN ICTERIK ec OBSTRUSI
BILLIER EC COLEDOCAL CYST GALBLADDER
Oleh :
Septina Hestiningrum
ii
LEMBAR KONSULTASI KASUS
PEREMPUAN 47 TAHUN DENGAN ICTERIK ec OBSTRUSI
BILLIER EC COLEDOCAL CYST GALBLADDER
Mengetahui,
Sie Ilmiah
iii
DAFTAR ISI
I. Identitas penderita………………………………………….. 1
II. Data dasar…………………………………………………...1
III. Resume data dasar…………………………………………..20
IV. Daftar masalah……………………………………………….15
V. Rencana awal…………………………………………………1
VI. Catatan kemajuan………………………………………….. 27
VII. Monitoring.........................………………………………….34
VIII. Prognosis.........................…...……………………………… 34
IX. Alur Keterkaitan Masalah…………………………………. 34
X. Pembahasan.……………………………………………… 35
XI. Daftar pustaka……………………………………………… 44
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR GRAFIK
vii
1
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. W
Umur : 47 tahun
Suku : Jawa
Alamat : Pracimantoro, Wonogiri
Pekerjaan : Petani
Masuk RS : 6 Februari 2019
Nomor CM : 01440480
Ruang : Flamboyan 810E
Dikasuskan : 10 Februari 2019
2
II. A.4 Riwayat Penyakit Keluarga
3
II. A.6 Riwayat Gizi dan Sosial Ekonomi
4
Temperatur : 36,5oC (aksiler)
Status Gizi
TB : 157 cm
BB : 56 kg
BMI : 22,7 kg/m2
Status gizi : normoweight
Lingkar pinggang : 86 cm
Kulit :Ikterik (+), kulit pucat (-), turgor kulit cukup, hiperpigmentasi (-
), hipopigmentasi (-), petechie (-), bekas granulasi (-), kulit kering
(-), diskoid rash (-)
Kepala :Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, rambut mudah rontok
(-), luka (-), benjolan abnormal (-)
Wajah : Moon face (-), atropi musculus temporalis (-) malar rash (-)
Mata : Konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (-/-), perdarahan
subkonjungtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter 3 mm/3 mm,
reflek cahaya (+/+) normal, oedem palpebra (-/-), strabismus(-/-),
gangguan penglihatan (-/-)
Telinga : Tofus (-), sekret (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan tragus
(-), gangguan fungsi pendengaran (-), telinga berdenging (-),
membran tympani intake, cone of light (+)
Hidung : Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), gangguan
fungsi pembauan (-), polip nasi (-), nyeri tekan sinus frontalis (-
), sinus ethmoidalis (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), stomatitis (-), lidah kotor (-), tepi lidah
hiperemis (-), papil lidah atropi (-), lidah tremor (-), pulpitis (-),
gangren (-), periodontitis (-), palatoschisis (-), napas bau aceton (-
), perdarahan (-), mukosa basah
Leher :Trachea di tengah, JVP R + 2 cm, pembesaran kelenjar limfe (-),
pembesaran kelenjar thyroid (-)
5
Thorax : Bentuk normochest, simetris, retraksi subkostal (-), spider naevi
(-), pembesaran kelenjar limfe supraklavikuler (-),
infraklavikuler (-)
Paru
Depan
Inspeksi :
Statis : simetris kanan-kiri, sela iga tak melebar, iga mendatar (-).
Dinamis : simetris, sela iga tak melebar, retraksi subkostal (-), pergerakan paru
simetris
Palpasi :
Statis : simetris, sela iga tidak melebar.
Dinamis : pengembangan paru simetris, tidak ada yang tertinggal
Fremitus : fremitus raba Kanan=Kiri
Perkusi :
Kanan : Sonor
Kiri : Sonor
, redup sesuai batas jantung.
Auskultasi :
Kanan : Suara dasar vesikuler, wheezing (-), ronchi basah kasar (-), ronchi
basah halus (-), krepitasi (-), pleural friction rub (-).
Kiri : Suara dasar vesikuler, wheezing (-), ronchi basah kasar (-), ronchi
basah halus (-), krepitasi (-), pleural friction rub (-).
Belakang
Inspeksi :
Statis : simetris.
Dinamis : pengembangan dada simetris kanan sama dengan kiri, sela iga
melebar kanan dan kiri (-), retraksi interkostal kanan dan kiri (-)
Palpasi :
Statis : Dada kanan dan kiri simetris, sela iga melebar kanan dan kiri (-),
retraksi interkostal kanan dan kiri (-).
6
Dinamis : Pergerakan kanan sama dengan kiri, simetris, fremitus raba kanan
sama dengan kiri.
Perkusi :
Kanan : sonor. Batas paru diafragma di SIC IX, peranjakan diafragma 3 cm.
Kiri : redup di SIC VI linea mid clavicularis sinistra. Batas paru diafragma
di SIC X, peranjakan diafragma 3 cm.
Auskultasi :
Kanan : Suara dasar vesikuler, wheezing (-), ronchi basah kasar (-), ronchi
basah halus (-), krepitasi (-), pleural friction rub (-).
Kiri : Suara dasar vesikuler, wheezing (-), ronchi basah kasar (-), ronchi
basah halus (-), krepitasi (-), pleural friction rub (-).
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V 1 cm medial LMCS sinistra,
tidak kuat angkat, thrill (-)
Perkusi : Batas jantung kanan atas di SIC II Linea sternalis dextra
Batas jantung kanan bawah di SIC IV Linea sternalis Dextra
Batas jantung kiri atas di SIC II Linea parasternalis sinistra
Batas jantung kiri bawah di SIC V 1 cm medial LMCS
Pinggang jantung di SIC III Linea parasternalis sinistra
Kesan : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi :Bunyi jantung I-II reguler, Intensitas normal, Bising (-), Gallop (-)
M1>M2, A1<A2, A1>P1
Abdomen :
I : Dinding perut sejajar dinding dada, distended (-), massa (-), venectasi (-),
sikatrik (-), striae (-), caput medusae (-)
A : Peristaltik usus (+) normal 12 x/ menit
Pe : Tympani, pekak sisi (-), pekak alih (-), Liver span 8 cm, Undulasi (-) area
traube timpani
7
Pa : Supel, nyeri tekan (+) regio epigastrium, murphy sign (-), massa (-),
kandung kemih penuh (-), hepar tepi tajam, nyeri tekan (-), hepar tidak
teraba dan lien tidak teraba
Status lokalis regio posterior thorak : aligment baik, penonjolan (-), gibbus (-),
kiposis (-)
Genitalia : dalam batas normal
Pemeriksaan ekstrimitas
8
SGPT 178 <45 u/l
Gamma GT 2480 <38 u/L
Alkali fosfatase 1696 42-96 u/l
Bil. total 10.41 0.00-1.00 Mg/dl
Bil. Direk 8.41 0.00-0.30 Mg/dl
Bil. indirek 2.00 0.00-0.70 Mg/dl
Ureum 0.7 10-50 mg/dl
Creatinin 12 0,7-1,3 mg/dl
Albumin 3.2 3,2-4,5 g/dL
Gol. Darah B
PT 16.2 10-15 Detik
APTT 35.8 20-40 Detik
INR 1.310
Natrium 135 132-145 mmol/L
Kalium 3.8 3,1-5,1 mmol/L
Calsium 0.88 1.17-1.29 mmol/L
9
II. C.2. Hasil EKG
10
Gambar 4. Rontgen Thorax
Kesan : COR dan pulmo tak tampak kelainan
III. USG abdomen
Kesan:
Hepatomegali dengan hydrops vesika felea ec. Obstruksi system ductus
bilier intrahepatal-ekstrahepatal ec massa isoekik di distal duktus biliaris
komunis --- Lipoma dd/ thrombus lemak
11
IV. C.4. Pemeriksaan MRI
12
13
Kesimpulan:
14
1. Dilatasi CBD bentuk fusiform tepi licin, dan ductus hepatica communis
hinggga IHBD bilateral, disertai gambaran hydrops GB dan sludge GB
serta cut off di CBD distal menyokong gambaran choledochal cyst tipe
Iva
2. Hepatomegali
15
Benang mucus (+)
bakteri (+)
16
Yeast/pseudohifa Negatif Negatif
Kesimpulan : tidak ditemukan parasit maupun jamur patogen
pada sampel tinja
Terapi :
1. Tirah baring tidak total
2. Diet hepar 1700 Kkal
3. Infus NaCl 0,9 % 16 tpm mikro i.v
4. Infus aminofusin hepar 1fl/ 24 jam
5. Inj ampisilin sulbactam 1.5/ jam
6. Inj ketorolak 30 mg k/p
7. Urdafalk 3x1
8. Transfusi prc 30 cc= 1 kolf prc
17
IV. V. RENCANA AWAL
Tabel 5. Pengkajian
Nama Penderita : Tn. S No RM: 01436682 Tahun: 2018
No. Diagnosis Pengkajian (Assesment) Rencana Rencana terapi Rencana Rencana
/Masalah diagnosis edukasi monitoring
1 Ikterik post Anamnesa : badan menguning Laparotomi 1. Tirah baring tidak Edukasi pasien Laparotomi
sejak 9 bulan yang lalu yang biopso dan keluarga biopsi
hepatal ec total
semain lama semkain tentang penyakit
obstrusksi ec menyebar ke seluruh tubuh. 2. Diet hepar 1700 yang diderita.
Rasa menggangjal pada perut Edukasi tentang
choledocal Kkal
bagian kanan atas tindakan
cyst 3. Infus NaCl 0,9 % 16 diagnostik yang
Pemeriksaan fisik : ikterik +. akan dilakukan
tpm mikro i.v
Pemeriksaan penunjang : dan pola makan
Bil. Total: 10.41 4. Infus aminofusin dan aktivitas
Bil direct: 8.41 untuk
hepar 1fl/ 24 jam
Bil.indirect: 2.00 mengontrol
Alkali fos: 1696 5. Inj ampisilin penyakit
Gamma GT: 2480
sulbactam 1.5/ jam
MRI kesan choledocal cyst
6. Inj ketorolak 30 mg
k/p
7. Urdafalk 3x1
8. Transfusi prc 1 kolf
22
2 Anemia ec Anamnesa : badan terasa lemas GDT Transfuse PRC 1 kolf Edukasi tentang
penyakit Mual disertai dengan muntah penyakit pasien,
kronis berupa maknan dan udara. Tidak control dan
membaik dengan pemberian pengobatan
makan, nyeri tekan epigastrium jangka panjang
Pemeriksaan Penunjang :HB;9,7;
cr:8.7 ;Ur; 168
etiologi :
- Gout arthritis
23
x
V. CATATAN KEMAJUAN
S:
O : Composmentis GCS E4V5M6 T=120/80, N=80x/menit, RR=20x/menit
Mata : conjunctiva ikterik +/+
Abdomen : supel, hepatomegaly, hepar teraba 5 cm, baah arcus costa
A :- choledochal cyst IV a
- Anemia normokromik normositis ec kronic disease dd perdarahan
- Hipocalsemia berat
P :
Terapi :
1. Tirah baring tidak total
2. Diet hepar 1700 Kkal
3. Infus NaCl 0,9 % 16 tpm mikro i.v
4. Infus aminofusin hepar 1fl/ 24 jam
5. Inj ampisilin sulbactam 1.5/ jam
6. Inj ketorolak 30 mg k/p
7. Inj calcium gluconas 1 fl/ 24 jam
8. Urdafalk 3x1
9. Transfusi prc 30 cc= 1 kolf prc
Rencana tindakan
- Pemeriksaan gambaran darah tepi
- Transfuse PRC 8 cc = 1 kolf
Gambar 2. Gambar Hasil GDT 29
23
PERAWATAN HARI KE 7 12 februari 2019
S:
O : CM T=120/80, N=76x/menit, RR=20x/menit
Mata : ikterik +/+
Abdomen : hepatomegaly (+)
A:
- Choledochal cyst IVa
- Anemia ec penyakit kronis (teratasi)
- Hipocalsemia berat (teratasi)
P :
Terapi :
1. Tirah baring tidak total
2. Diet hepar 1700 Kkal
3. Infus NaCl 0,9 % 16 tpm mikro i.v
4. Infus aminofusin hepar 1fl/ 24 jam
5. Inj ampisilin sulbactam 1.5/ jam
6. Inj ketorolak 30 mg k/p
7. Inj calcium gluconas 1 fl/ 24 jam
8. Urdafalk 3x1
Plan tindakan:
- laparotomi
23
6. Inj ranitidine 50 mg/12 jam
7. Inj metamizole 1 gr/ 8 jam
Tabel 3. Laboratorium Darah post koreksi
Lab Nilai Nilai Satuan
Natrium 134 132-145 mmol/L
Kalium 4.0 3,1-5,1 mmol/L
Calcium 1.06 1.17-1.29 mmol/L
P :
Terapi :
1. NGT dialirkan, puasa 5 hari
2. Cairan 2 jalur I: Nacl 0.9 % : D5 % II: infus kabiven 1 fl/24 jam
3. Inj ampisilin sulbactam 1.5 gr/ 6 jam
4. Inj gentamicin 80 mg/24 jam
5. Inj metronidazole 500 mg/ 8 jam
6. Inj ranitidine 50 mg/12 jam
7. Inj metamizole 1 gr/ 8 jam
23
O : CM T=120/70, N=86x/menit, RR=21x/menit, VAS 3 di area bekas operasi
Abdomen : luka tertutup perban sepanjang 13 cm linea umbilikalis,
A:
- Post laparotomy ec choledoccal cyst, biopsi pancreas
P :
Terapi :
1. Pro diet cair
2. Cairan 2 jalur I: Nacl 0.9 % II: infus kabiven 1 fl/24 jam
3. Inj ampisilin sulbactam 1.5 gr/ 6 jam
4. Inj gentamicin 80 mg/24 jam
5. Inj metronidazole 500 mg/ 8 jam
6. Inj ranitidine 50 mg/12 jam
23
FOLLOW UP POLI
VI. PROGNOSIS
Tabel 8. Prognosis
Diagnosis Ad Vitam Ad Sanam Ad Fungsionam
Gastropati uremikum gout arthritis Dubia ad Malam dubia ad bonam
CKD 5 Hemodialisa bonam
23
VII. ALUR KETERKAITAN MASALAH
Hiyperurisemia
23
VIII. PEMBAHASAN
Pasien ini laki-laki usia 46 tahun dengan diagnosis gout arthritis, chronic
kidney disease 5 hemodialisa dan gastropati uremikum. Pada pasien tegak
diagnosis gout arthritis berdasarkan langkah-langkah criteria diagnosis gout
arthritis menurut ACR./EUCLAR tahun 2015, pada pada criteria awal,
didapat minimal satu episode bengkak dan nyeri pada sendi. Pada kasus ini
pasien mengeluhkan nyreri sendi dan terkadang bengkak sejak tiga tuhun yang
lalu. Pasien mengeluh bengkak yang semakin nyeri bila di sentuh, namun tidak
disertai dengan kemerahan dan panas pada perabaan.
23
Gambar 7. Langkah menggunakan criteria ACR/EUCLAR 2015
Pada langkah ke dua dengan criteria cukup, yaitu bila ditemukan Kristal
monosodium urat pada sendi atau tofus.1 Pada pasien ini telah dilakukan
pemeriksaan untuk melihat adanya kristal monosodium urat pada benjolan
tofus. Pengambilan sampel dilakukan di poli penyakit dalam pada tanggal lima
Oktober 2018. Seteleh dilakukan pemeriksaan di bawah mikroskop didapatkan
adanya Kristal monosodium urat (gambar preparat terlampir). Langkah ke tiga,
criteria klasifikasi digunakan bila tidak ditemukan adanya Kristal
monosodium urat pada sendi atau tofus. Penilaian ini berdasarkan scoring
menurut criteria ACR/EUCLAR.1.2 Ditegakkan diagnosis gout bila scoring
lebih dari atau sama dengan delapan. Pada pasien ini tanda- tanda yang bernilai
dalam scoring adalah:
- Keterlibatan sendi, dalam kasus ini adalah sendi pergelangan tangan
kanan, pergelangan tangan kiri dan sendi MTP 1 = 3
- Ditemukan deposit asam urat pada foto x ray ankle = 4
- Kadar asam urat yang tinggi, yaitu 9.1 = 3
23
- Kesulitan menggunakan sendi yang terlibat = 3
- Adanya nodul subkutan seperti kapur, pada kasus ini terletak di
maleolus lateralis pedis sinistra = 4
Berdasarkan data di atas, total skor pada kasus ini adalah 17, menurut
ACR/EUCLAR diagnosis gout bila skor minial 8.2
Berdasarkan langkah- langkah diagnosis gout menurut ACR/EUCLAR tahun
2015 yang telah dipaparkan di atas dimana pada kasus ini pasien memenuhi
langkah pertama, kedua dan ketiga sehingga diagnosis gout arthritis dapat
ditegakkan.7
23
Gambar 8. criteria Gout ACR/EUCLAR 2015
23
Pada pasien ini didapatkan diagnosis chronic kidney disease stadium 5, ini dapat
diteggakkan dari anamnesis pasien mengeluhkan badan terasa lemas dan mudah
lelah. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan nilai ureum dan
kreatinin. Berdasartan definisi dari chronic kidney disease: Chronic kidney disease
(CKD) adalah suatu kerusakan pada struktur atau fungsi ginjal yang berlangsung ≥
3 bulan, dengan atau tanpa disertai penurunan glomerular filtration rate (GFR).
Selain itu, CKD dapat pula didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana GFR < 60
mL/menit/1,73 m2 selama ≥ 3 bulan dengan atau tanpa disertai kerusakan ginjal.
Pada pasien ini tidak didapatkan data tentang fungsi ginjal dalam tiga bulan
sebelumnya, dari pasien pun juga tidak ada riwayat sakit ginjal sebelumnya. Tetapi
dari hasil pemeriksaan ultrasonografi didapatkan tanda-tanda penyakit ginjal
kronis, yaitu ukuran ginjal yang mengecil dan batas korteks serta medula yang
kabur. Hal tersebut menguatkan diagnosis penyakit ginjal kronis. Selain itu dari
hasil pemeriksaan laboratorium juga didapatkan hasil kadar hemoglobin darah yang
rendah. Dari data- data tersebut maka dapat ditegakkan diagnosis penyakit ginjal
kronis.11 Seperti yang telah diketahui baha penyakit ginjal kronis di bagi dalam lima
stadium berdasarkan angka glomerula filtration rate (GFR). Pembagiannya yaitu:
23
Pada pasien ini berdasarkan nilai ureum dan kreatinin didapatkan nilai GFR
adalah 10 ml/dl, yang berdasarkan tabel di atas merupakan stadium lima CKD
dengan pengobatan utama hemodialisa atau transplantasi ginjal.
Penyebab gagal ginjal pada pasien ini adalah timbunan monosodium urat pada
ginjal yang merupakan komplikasi dari hyperurisemia.4,5 Pada pasien dengan
hyperurisemia kronis dapat terjadi beberapa komplikasi, diantaranya nefroati gout,
dimana terjadi inflasi karena timbunan monozodium urat pada ginjal. Hal trsbut bila
berlangsung terus menerus dapat menyebabkan gagal ginjal.7
Nefropati urat adalah penyakit ginjal yang disebabkan oleh asam urat atau
penumpukan kristal urat, terbagi menjadi 3 jenis, yaitu nefropati asam urat akut,
nefropati urat kronik dan nefrolitiasis asam urat.6,7,8
Nefropati urat kronik adalah suatu bentuk penyakit ginjal kronik yang
diinduksi oleh penumpukan monosodium urat pada interstitial medula, yang
menyebabkan respons inflamasi kronik, serupa dengan yang terjadi pada
pembentukan mikrotofus pada bagian tubuh lain, yang berpotensi menyebabkan
fibrosis interstitial dan gagal ginjal kronik.8
Studi lain pada otopsi 79 – 99% pasien gout menunjukkan lesi histologis
pada nefropati urat kronik berupa glomerulosklerosis, fibrosis interstital,
arteriosklerosis dan seringkali disertai penumpukan kristal urat interstitialfokal.9-12
23
Pada pasien ini juga didapatkan gejala mual, muntah berupa makanan dan
udara sejak dua hari sebelum periksa. Keluhan tidak membaik dengan pemberian
makan maupun obat lambung. Pasien mengaku tidak ada riwayat keluhan serupa
sebelumnya. Keluhan ini membaik dengan sendirinya setelah dilakukan
hemodialisa. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bila penyebab keluhan
pada pasien tersebut adalah karena tingginya kadar ureum pada darah. Sehingga,
setelah dilakukan hemodialisa, dan setelah kadar ureum menurun keluhan tersebut
juga berkurang.
rtwikuwgkurgkausGIUTLKUGRKYGYSKUGSDSGDGFFWTU
23
DAFTAR PUSTAKA
23
9. Vargas-Santos AB, Taylor WJ, Neogi T. Gout Classification Criteria:
Update and Implication. Curr Rheumatol Rep [internet]. 2016 July [cited
November 1].; 18(7):46
10. Fleischman R, Ken B, Yeh L, Suster M, Shen Z, Polvent E, et.al.
Pharmacodunamic, Pharmacokinetic and Tolerability Evaluation of
Concomitant Administration of Lesinurad and Febuxostat in Gout
Patients with Hyperuricemia. Rgeumatology [internet]. 2014 [cited
November 2]; 53;2167-2174
11. Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) CKD Work
Group. KDIGO 2012 Clinical Practice Guideline for the Evaluation and
Management of Chronic Kidney Disease. Kidney International
Supplements [Internet].2013 Jan [cited on 2018 NOV 2];3(1):1–150.
Available from : http://kdigo.org/guidelines/ckd-evaluation-and-
management/
12. ldo JP, George LB. Chapter 38 - Approach to the Patient with
Hypertensive Nephrosclerosis.In:Paul LK, Mark ER, editors. Chronic
Renal Disease, San Diego: Academic Press; 2015.p. 455-69.
13.
23