Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tidak sedikit wanita hamil yang mengalami perdarahan. Kondisi ini terjadi
di awal masa kehamilan (trimester I), trimester II, atau bahkan pada masa
kehamilan tua (trimester III). Sejak pembuahan sel telur oleh spermatozoa dan
kehamilan terjadi, seorang wanita tidak akan mengalami haid/amenore. Ini
diakibatkan oleh pengaruh hormonal yang terjadi pada tubuh ibu hamil
tersebut. Sejak saat itu berarti tidak ada lagi pengeluaran darah dari vagina
seperti yang terjadi sebelumnya saat haid. Jika pada saat kehamilan terjadi
pengeluaran darah dari vagina, maka ibu hamil tersebut harus memriksakan
kehamilannya karena itu merupakan hal yang patologis/gangguan yang
membahayakan baik pada ibu maupun janin yang dikandungnya. (Dewi,
Niwang Ayu Tungga. 2016)
Pada kehamilan muda, perdarahan itu sering diakibatkan oleh karena
abortus/ keguguran, molahidatidosa, serta kehamilan ektopik. Gejala abortus
umumnya ditandai dengan keluarnya darah dari vagina yang disertai nyeri
perut/mules. Pada abortus iminens, sering juga hanya menampakkan gejala
perdarahan dari vagina tanpa disertai nyeri perut.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sebaga berikut :
1. Apa Definisi Perdarahan Kehamilan Awal?
2. Apa Definisi Abortus?
3. Apa Etiologi Abortus?
4. Apa Manifestasi Klinis Abortus?
5. Apa Klasifikasi Abortus?
6. Bagaimana Penatalaksanaan Abortus?
7. Apa Pemeriksaan Penunjang Abortus?
8. Apa Definisi Molahidatidosa?

1
9. Apa Etiologi Molahidatidosa?
10. Apa Manifestasi Klinis Molahidatidosa?
11. Bagaimana Patofisiologi Molahidatidosa?
12. Apa Saja Komplikasi Molahidatidosa?
13. Bagaimana Penatalaksanaan Molahidatidosa?
14. Apa Pemeriksaan Penunjang Molahidatidosa?
15. Apa Definisi Kehamilan Ektopik?
16. Apa Klasifikasi Kehamilan Ektopik?
17. Apa Etiologi Kehamilan Ektopik?
18. Apa Manifestasi Klinis Kehamilan Ektopik?
19. Bagaimana Patofisiologi Kehamilan Ektopik?
20. Apa Saja Komplikasi Kehamilan Ektopik?
21. Bagaimana Penatalaksanaan Kehamilan Ektopik?
22. Apa Pemeriksaan Penunjang Kehamilan Ektopik?
23. Bagaimana Asuhan Keperawatan Wanita Masa Reproduksi (Gangguan
Perdarahan) Perdarahan Awal Kehamilan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembahasan makalah sebagai berikut :
1. Mengetahui Definisi Perdarahan Kehamilan Awal
2. Mengetahui Definisi Abortus
3. Mengetahui Etiologi Abortus
4. Mengetahui Manifestasi Klinis Abortus
5. Mengetahui Klasifikasi Abortus
6. Mengetahui Penatalaksanaan Abortus
7. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Abortus
8. Mengetahui Definisi Molahidatidosa
9. Mengetahui Etiologi Molahidatidosa
10. Mengetahui Manifestasi Klinis Molahidatidosa
11. Mengetahui Patofisiologi Molahidatidosa
12. Mengetahui Komplikasi Molahidatidosa

2
13. Mengetahui Penatalaksanaan Molahidatidosa
14. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Molahidatidosa
15. Mengetahui Definisi Kehamilan Ektopik
16. Mengetahui Klasifikasi Kehamilan Ektopik
17. Mengetahui Etiologi Kehamilan Ektopik
18. Mengetahui Manifestasi Klinis Kehamilan Ektopik
19. Mengetahui Patofisiologi Kehamilan Ektopik
20. Mengetahui Komplikasi Kehamilan Ektopik
21. Mengetahui Penatalaksanaan Kehamilan Ektopik
22. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Kehamilan Ektopik
23. Mengetahui Asuhan Keperawatan Wanita Masa Reproduksi (Gangguan
Perdarahan) Perdarahan Awal Kehamilan

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Perdarahan Kehamilan Awal


Perdarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai suatu keadaan akut
yang dapat membahayakan ibu dan anak, sampai dapat menimbulkan
kematian. Perdarahan kehamilan awal adalah perdarahan pervaginam pada
kehamilan kurang dari 22 minggu.
2.2 Definisi Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu. (Dewi, Niwang Ayu Tungga. 2016)
2.3 Etiologi Abortus
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
2. Infeksi akut, pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis, dan HIV.
3. Abnormalitas traktur genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks
berlebihan, robekan serviks, dan retroversion uterus.
4. Kelainan plasenta.
2.4 Manifestasi Klinis Abortus
1. Amenorrhea.
2. Kesaradaran menurun, tekanan darah menurun, denyut nadi cepat dan
kecil, suhu badan meningkat.
3. Perdarahan pervaginam, disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4. Mulas, keram disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.
2.5 Klasifikasi Abortus
Macam-macam Abortus :
1. Abortus Imminens (Keguguran Mengancam)
Adalah abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya
abortus, ditandai dengan perdarahan berupa bercak atau sedang, serviks

4
tertutup, uterus sesuai dengan usia gestasi, kram perut bawah, uterus lunak.
Tindakan yang dilakukan berupa observasi perdarahan, istirahat, no coitus.
2. Abortus Insipens (Keguguran Berlangsung)
Adalah abortus yang sedang mengancam dan ditandai dengan perdarahan
banyak, serviks terbuka, uterus sesuai gestasi, kram atau nyeri perut bawah,
belum terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Tindakan yang dilakukan yaitu
evakuasi.
3. Abortus Kompletus (Keguguran Lengkap)
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dengan tanda serviks
tertutup, besar uterus tidak sesuai masa kehamilan (lebih kecil), sedikit atau
tanpa nyeri perut bawah. Tidak perlu terapi spesifik.
4. Abortus Inkompletus (Keguguran tidak lengkap)
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal. Ditandai dengan perdarahan yang sedang atau banyak, serviks
terbuka, uterus sesuai masa kehamilan, kram.
2.6 Penatalaksanaan Abortus
1. Ibu hamil sebaiknya segera periksa apabila ada perdarahan.
2. Ibu harus beristirahat total dan relaksasi.
3. Tingkatkan asupan cairan.
4. Bila perdarahan banyak, lakukan transfusi darah.
2.7 Pemeriksaan Penunjang Abortus
1. Tes kehamilan.
2. USG
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada ​missed abortion
2.8 Definisi Molahidatidosa
Molahidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang tumbuh
berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak
cairan sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan karena itu disebut
juga hamil anggur atau mata ikan. (Dewi, Niwang Ayu Tungga. 2016)
2.9 Etiologi Molahidatidosa

5
Penyebab molahidatidosa tidak diketahui, faktor-faktor yang menyebabkannya
antara lain :
a. Faktor ovum : Ovum memang sudah patologik sehingga mati, tapi
terlambat dikeluarkan.
b. Spermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua
serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau
gangguan dalam pembuahan.
c. Keadaan sosial ekonomi yang rendah.
d. Paritas tinggi.
e. Kekurangan protein.
f. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.
2.10 Manifestasi Klinis Molahidatidosa
Pada penderita Molahidatidosa dapat ditemukan tanda dan gejala sebagai
berikut :
1. Mual dan muntah yang parah.
2. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar).
3. Gejala-gejala hipertiroidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan
BB yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit
lembab.
4. Gejala-gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai,
peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni).
5. Terdapat gejala-gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari
kehamilan biasa dan amenore.
6. Terdapat perdarahan pervaginam yang sedikit atau banyak, tidak teratur,
warna kecoklatan seperti bumbu rujak.
7. Tidak teraba bagian-bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin.
8. Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin.
2.11 Patofisiologi Molahidatidosa

6
Jonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan
kista-kista kecil seperti anggur. Biasanya didalamnya tidak berisi embrio.
Secara mikroskopik terlihat trias :
1. Proliferasi dari trofoblas
2. Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban
3. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma
Sel-sel langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dengan
adanya sel sensialisgiantik (syncytial giant cells). Pada kasus mola banyak kita
jumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10cm atau lebih
(25-60%). Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil dan kemudian hilang
setelah molahidatidosa sembuh.
2.12 Komplikasi Molahidatidosa
Pada penderita molahidatidosa yang lanjut dapat terjadi beberapa komplikasi
sebagai berikut :
1. Anemia
2. Syok
3. Preeklampsi atau eklampsia
4. Tirotoksikosis
5. Infeksi sekunder
6. Perforasi karena keganasan dank arena tindakan
2.13 Penatalaksanaan Molahidatidosa
1. Kalau perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, atasi syok dan
perbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan transfusi
darah.
2. Jika pembukaan kanalis sevikalis masih kecil :
a. Pasang beberapa gagang laminaria untuk memperlebar pembukaan
selama 12 jam.
b. Setelah pasang infus dectrosa 5% yang berisi 50 satuan oksitosin
(pitosin atau sintosinon); cabut laminaria, kemudian setelah itu lakukan
evakuasi isi kavum uteri dengan hati-hati. Pakailah cunam ovum yang

7
agak besar atau kuret besar : ambillah dulu bagian tengah baru
bagian-bagian lainnya pada kavum uteri. Pada kuretase pertama ini
keluarkanlah jaringan sebanyak mungkin, tak usah terlalu bersih.
c. Kalau perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan lakukan tampon
uteri-vaginal selama 24 jam.
3. Bahan jaringan dikirim untuk pemeriksaan histopatologik dalam 2 porsi :
a. Porsi 1 : yang dikeluarkan dengan cunam ovum
b. Porsi 2 : dikeluarkan dengan kuretase
4. Berikan obat-obatan, antibiotika, uterustonika dan perbaikan keadaan
umum penderita.
2.14 Pemeriksaan Penunjang Molahidatidosa
1. Reaksi Kehamilan : karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologik
dan uji imunologik (galli mainini dan planotest) akan positif setelah
pengenceran (titrasi) :
a. Galli mainini 1/300 (+), maka suspek molahidatidosa.
b. Galli mainini 1/200 (+), maka kemungkinan molahidatidosa atau
hamil kembar.
2. Uji sonde
3. Foto rongent abdomen
4. Arteriogram khusus pelvis
2.15 Definisi Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan ditempat yang luar biasa. Tempat
kehamilan yang normal ialah didalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat
terjadi diluar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi
dapat juga terjadi didalam rahim ditempat yang luar biasa misalnya dalam
serviks, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim. (Dewi,
Niwang Ayu Tungga. 2016)
2.16 Klasifikasi Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain :
1. Tuba fallopii

8
a. Pars-interstisialis
b. Isthmus
c. Ampula
d. Infundibulum
e. Fimbrae
2. Uterus
a. Kanalis servikalis
b. Divertikulum
c. Kornu
d. Tanduk rudimenter
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
a. Primer
b. Sekunder
6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus
2.17 Etiologi Kehamilan Ektopik
1. Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang
dibuahi kedalam kavum uteri :
a. Salpingitis.
b. Athesi peritubal.
c. Kelainan pertumbuhan tuba.
d. Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang
kegagalan usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi.
e. Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya
benjolan pada adneksia.
f. Pengguna IUD.
2. Faktor fungional.
3. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.

9
4. Hal lain seperti ; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
2.18 Manifestasi Klinis Kehamilan Ektopik
Tanda :
1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting
atau perdarahan vaginal.
2. Menstruasi abnormal.
3. Abdomen dan pelvis yang lunak.
4. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa
kehamilan, atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua
pada endometrium uterus.
5. Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemik.
6. Kolaps dan kelelahan.
7. Pucat.
8. Nyeri bahu an leher (iritasi diafragma).
9. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
10. Gangguan kencing.
Gejala :
1. Nyeri
2. Perdarahan
3. Amenorrhea
2.19 Patofisiologi Kehamilan Ektopik
Salah satu fungsi saluran telur yaitu untuk membesarkan hasil konsepsi
(zigot) sebelum turun dalam rahim. Tetapi oleh beberapa sebab terjadi
gangguan dari perjalanan hasil konsepsi dan tersangkut serta tumbuh dalam
tuba. Saluran telur bukan tempat ideal untuk tumbuh kembang hasil
konsepsi. Disamping itu penghancuran pembuluh darah oleh proses
proteolitik jonjot korionmenyebabkan pevahnya pembuluh darah. Gangguan
perjalanan hasil konsepsi sebagian besar karena infeksi yang menyebabkan
perlekatan saluran telur. Pembuluh darah pecah karena tidak mempunyai
kemampuan berkontraksi maka pendarahan tidak dapat dihentikan dan

10
tertimbun dalam ruangan abdomen. Perdarahan tersebut menyebabkan
perdarahan tuba yang mengalir terus ke rongga peritoneum dan akhirnya
terjadi ruptur, nyeri pelvis yang hebat dan akan menjalar ke bahu.
Ruptur bisa terjadi pada dinding tuba yang mengalami mesosalping
yaitu darah mengalir antara 2 lapisan dari mesosalping dan kemudian ke
ligamentum lalum. Perubahan uterus dapat ditemukan juga pada
endometrium. Pada suatu tempat tertentu pada endometrium terlihat bahwa
sel-sel kelenjar membesar dan hiper skromatik, sitoplasma menunjukkan
vakualisasi dan batas antara sel-sel menjadi kurang jelas. Perubahan ini
disebabkan oleh stimulasi dengan hormone yang berlebihan yang ditemukan
dalam endometrium yang berubah menjadi desidua. Setelah janin mati
desidua mengalami degenerasi dan dikeluarkan sepotong. Pelepasan desidua
ini disertai dengan perdarahan dan kejadian ini menerangkan gejala
perdarahan pervaginam pada kehamilan ektopik yang terganggu.

2.20 Komplikasi Kehamilan Ektopik


1. Pada pengobatan konservatif, yaitu apabila ada ruptur tuba telah lama
berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang (​recurrent bleeding)​
ini merupakan indikasi operasi.
2. Dapat menyebabkan infeksi.
3. Terjadi subilieus karena terdapat massa pada pelvis.
4. Terjadi sterilitas.
5. Apabila perdarahan terjadi secara terus-menerus maka bisa terjadi
anemia akibat kekurangan darah.
2.21 Penatalaksanaan Kehamilan Ektopik
1. Obat-obatan
Obat yang digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker)
2. Operasi
2.22 Pemeriksaan Penunjang Kehamilan Ektopik

11
1. Laboratorium
a. Hematokrit
b. Sel darah putih
c. Tes kehamilan
2. USG
3. Laparoskopi
4. Laparotomi
5. Kuldosintesis

BAB III
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data
perkemlompok dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan
kebutuh untuk perawatan klien. Data-data yang perlu dikaji meliputi :
1. Identitas klien meliputi :
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Alamat
d. Agama

12
e. Status perkawinan
f. Pekerjaan
2. Keluhan utama
Biasanya yang dirasakan klien adalah seperti hal nya kehamilan
normal yaitu amenorrhea, ibu juga merasakan nyeri perut bagian bawah,
perdarahan tanpa alasan, bahkan klien dapat mengalami syok. Selain itu
pasien juga merasakan nyeri bahu dan leher karena iritasi diafragma.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian riwayat dahulu yang mendukung dengan mengkaji
apakah sebelumnya klien pernah mengalami abortus, molahidatidosa
(hamil anggur), maupun kehamilan ektopik (hamil diluar rahim).
Tanyakan menganai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada
masa lalu yang relevan.. Catat adanya efek samping yang terjadi
dimasa lalu. Tanyakan juga mengenai alergi obat dan reaksi alergi apa
yang timbul. Sering kali klien tidak bisa membedakan antara reaksi
alergi dan efek samping obat.

b. Riwayat kesehatan sekarang


Usia kehamilan saat ini, HPHT. Serta biasanya didapatkan hasil :
terjadi perdarahan tanpa alasan, perdarahan biasanya terjadi pada
kehamilan kurang dari 22 minggu.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keturunan biasanya juga bisa menyebabkan perdarahan
kehamilan awal. Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan
kehamilan lainnya.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan

13
Cek riwayat kehamilan yang meliputi gravidia, para, riwayat aborsi, dan
melahirkan bayi prematur.
5. Kontraksi uterus
Kontaksi uterus dapat dicek dengan cara berikut :
a. Menggunakan monitor eksterna dalam menentukan frekuensi dan
lamanya kontraksi.
b. Tekanan interauterus dapat mengidentifikasikan kontraksi hipertonik
dan meningkatkan bhubungan irama istirahat dengan abrupsio
plasenta.
c. Palpasi dapat mengidentifikasi apakah uterus mengalami relaksasi
antara kontraksinya atau tidak.
6. Lamanya usia kehamilan
a. Cek HPHT, tinggi fundus, hubungsn tinggi fundus dengan usia
kehamilan.
b. Jika terjadi perdarahan kedalam miometrium, fundus akan membesar
sesuai dengan perdarahan.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan patofisiologi dan data pengkajian diatas, diagnosis
keperawatan utama klien tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan agens cedera fisik.
2. Resiko perdarahan yang ditandai dengan kurang pengetahuan tentang
kewaspadaan perdarahan.
3. Insomnia berhubungan dengan berduka.
4. Ansietas kematian yang ditandai dengan kesedihan yang mendalam.
3.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa pertama : Nyeri akut yang berhubungan dengan agens cedera fisik
NOC NIC
KODE HASIL KODE INTERVENSI
Tujuan : Setelah dilakukan 1400 Manajemen Nyeri
intervensi keperawatan

14
selama 2x24 jam diharapkan 1. Gali pengetahuan dan
nyeri dapat teratasi. kepercayaan pasien mengenai
Outcome : nyeri.
1605 Kontrol Nyeri 2. Kendalikan faktor lingkungan
160502 1. Mengenali kapan nyeri yang dapat mempengaruhi
terjadi dari skala 3 respon pasien terhadap
(kadang-kadang ketidaknyamanan (misalnya,
menunjukkan) menjadi suhu, ruangan, pencahayaan,
skala 2 (jarang suara bising).
menunjukkan) 3. Pastikan perawatan analgesic
160501 2. Menggambarkan faktor bagi pasien dilakukan dengan
penyebab dari skala 3 pemantauan yang ketat.
(kadang-kdang
menunjukkan menjadi
skala 2 (jarang
menunjukkan)
160509 3. Mengenali apa yang terkait
dengan gejala nyeri dari
skala 3 (kadang-kadang
menunjukkan menjadi
skala 2 (jarang
menunjukkan)

Diagnosa kedua yaitu : Resiko perdarahan yang ditandai dengan kurang


pengetahuan tentang kewaspadaan perdarahan
NOC NIC
KODE HASIL KODE INTERVENSI
Tujuan : Setelah dilakukan 4350 Manajemen Perilaku
intervensi keperawatan

15
selama 2x24 jam diharapkan 1. Berikan pasien tanggung jawab
resiko perdarahan dapat terhadap perilakunya (sendiri).
teratasi. 2. Konsultasikan dengan keluarga
Outcome : dalam rangka mendapatkan
00132 Perilaku kesehatan prenatal (informasi) mengenai kondisi
160701 1. Menjaga kondisi kognisi dasar pasien.
prakonsepsi yang sehat 3. Tingkatkan aktivitas fisik,
dari skala 3 dengan cara yang tepat.
(kadang-kadang
menunjukkan) menjadi
skala 2 (jarang
160706 menunjukkan)
2. Menggunakan alat
keamanan kendaraan
bermotor dengan benar
dari skala 3
(kadang-kadang
menunjukkan) menjadi
160710 skala 2 (jarang
menunjukkan
3. Memelihara intake ​nutrisi
yang adekuat untuk
kehamilan dari skala 4
(sering menunjukkan)
menjadi skala 2 (jarang
menunjukkan)

Diagnosa ketiga yaitu : Insomnia berhubungan dengan berduka


NOC NIC

16
KODE HASIL KODE INTERVENSI
Tujuan : Setelah dilakukan 1850 Peningkatan Tidur
intervensi keperawatan 1. Jelaskan pentingnya tidur yang
selama 2x24 jam diharapkan cukup selama kehamilan,
insomnia dapat teratasi. penyakit, tekanan psikososial,
Outcome : dan lain-lain.
0004 Tidur 2. Monitor/catat pola tidur pasien
000403 1. Pola tidur dari skala 2 dan jumlah jam tidur.
(banyak terganggu) 3. Sesuaikan lingkungan
menjadi skala 4 (sedikit (misalnya cahaya, kebisingan,
terganggu. suhu, kasur, dan tempat tidur)
000419 2. Tempat tidur yang nyaman untuk meningkatkan tidur.
dari skala 3 (cukup
terganggu) menjadi skala 4
(sedikit terganggu)
000421 3. Kesulitan memulai tidur
dari skala 2 (cukup berat)
menjadi skala 4 (ringan)

3.4 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan hasil perkembangan ibu dengan
pedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.

17
BAB IV
PENUTUP

5.1 SIMPULAN
Perdarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai suatu keadaan akut
yang dapat membahayakan ibu dan anak, sampai dapat menimbulkan
kematian. Perdarahan kehamilan awal adalah perdarahan pervaginam pada
kehamilan kurang dari 22 minggu. Pada kehamilan muda, perdarahan itu
sering diakibatkan oleh karena abortus/ keguguran, molahidatidosa, serta
kehamilan ektopik.
5.2 SARAN
Diharapkan mahasiswa khususnya tenaga medis dapat memahami
mengenai perdarahan kehamilan awal. Serta dapat mengamalkan ilmu yang
didapat dalam kehidupan sehari-hari.

18
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, GM., et al. 2013. ​Nursing interventions Classification.​ Singapore :


Elsevier
Dewi, Niwang Ayu Tungga. 2016. ​Patologi dan Patofisiologi Kebidanan.​
Yogyakarta : Nuha medika
Fadlun dan Achmad Feryanto. 2011. ​Asuhan Kebidanan Patologis.​ Jakarta :
Salemba Medika
Herdman, T & Heather. 2015. ​Diagnosis Keperawatan : Defisiensi dan Klasifikasi
2015-2017​. Jakarta : EGC
Moorhead, s., et al. 2013. ​Nursing Outcomes Classification.​ Singapore : Elsevier
Ratnawati, ana. 2016. ​Asuhan keperawatan maternitas.​ Yogyakarta : Pustaka
Baru Press

19

Anda mungkin juga menyukai