Thomas Santoso
Abstract
When states own power in a dominant position, do they tend to use violence? Is
violence an instrument used by states to defend thei r power. To what extent the
political system chosen by a state shapes the use of violence? This paper is
aimed to anwer such questions. Compared to coercive communist, democratic -
socialist, and traditional autocratic political systems, democratic political
system has more persuasive power sources. But is there a guarantee that the
democratic political system is sterile from the possibility of using violence by
state?
90
Thomas Santoso, “ Kekuasaan dan Kekerasan,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4, Oktober 2001, 89 -102.
91
Thomas Santoso, “ Kekuasaan dan Kekerasan,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4, Oktober 2001, 89 -102.
92
Thomas Santoso, “ Kekuasaan dan Kekerasan,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4, Oktober 2001, 89 -102.
93
Thomas Santoso, “ Kekuasaan dan Kekerasan,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4, Oktober 2001, 89 -102.
94
Thomas Santoso, “ Kekuasaan dan Kekerasan,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4, Oktober 2001, 89 -102.
lainnya. Namun, juga diakui bahwa manusia menjadi serigala bagi yang
kemungkinan kekerasan s truktural lain dan akibatnya belum omnium
nyata mengandaikan kekerasan contra omnes, perang semua lawan
personal tersembunyi. Misalnya, semua (Gordon, 1991: 70-6).
jika struktur terancam, mereka Beberapa pemikir, seperti
yang mendapat keuntungan dari John Locke (1690), Montesquieu
kekerasan struktural, terutama (1748) dan Rousseau (1762),
mereka yang berada pada posisi melancarkan kritik terhadap
puncak akan berusaha memperta - Hobbes. Menurut Locke kekuasaan
hankan status quo untuk bersifat terbatas, sehingga tidak
melindungi kepentingan- kepenti- seorang pun dibenarkan melakukan
ngannya. Mereka ini bisa saja tidak kekerasan untuk merusak orang
tampil terang-terangan untuk lain dalam soal hidup -mati,
membela struktur, tetapi dengan kesehatan, kemerdekaan ataupun
menggunakan "alat" (polisi, tentara miliknya (Gordon, 1991: 76-82).
bayaran) untuk memerangi sumber - Montesquieu memperkenalkan Trias
sumber kekacauan, sementara Politika untuk menghindarkan
mereka sendiri tetap tinggal jauh despotisme atau kekuasaan yang
terasing dan terpencil dari sewenang-wenang termasuk peng-
pergolakan kekerasan personal gunaan kekerasan (Gordon, 1991:
(Windhu, 1992: 77). 82-7). Rousseau menolak anggapan
Hobbes yang menyatakan kekeras -
Kekuasaan dan Kekerasan an ada sejak semula dalam diri
manusia. Menurut Rousseau, kema -
Kajian tentang kekuasaan dan juan dalam bentuk peradabanlah
kekerasan dimulai oleh Thomas yang membuat manusia melaksana -
Hobbes (1651) dalam bukunya yang kan kekerasan (Gordon, 1991: 89).
berjudul Leviathan. Levia-than Kekuasaan, sebagaimana di-
adalah hewan laut yang besar, kemukakan Weber dalam uraian di
menakutkan dan berkuasa atas muka, merupakan kemampuan
makhluk lain dengan menggunakan orang atau kelompok memaksakan
kekerasan. Menurut Hobbes kehendaknya pada pihak lain
manusia bertindak atas dasar walaupun ada penolakan melalui
kepentingan diri dan menjadi fitrah perlawanan, baik dalam bentuk
manusia untuk berselisih dan pengurangan pemberian ganjaran
bertengkar. Manusia juga punya secara teratur mau pun dalam
keinginan untuk hidup damai, oleh bentuk penghukuman sejauh kedua
karena itu perselisihan dan hal itu ada, dengan memperlakukan
pertengkaran harus diselesaikan sanksi negatif. Lord Acton melihat
lewat kekuasaan. Penguasa bahwa kekuasaan cenderung busuk
memiliki kekuasaan tak terbatas dan menjadi kekuasaan mutlak
termasuk menggunakan kekerasan (Windhu, 1992: 32).
untuk mempertahankan kekuasaan Kekuasaan merupakan kon -
tersebut. Homo homini lupus , sep yang paling dasar da n kaya
95
Thomas Santoso, “ Kekuasaan dan Kekerasan,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4, Oktober 2001, 89 -102.
96
Thomas Santoso, “ Kekuasaan dan Kekerasan,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4, Oktober 2001, 89 -102.
97
Thomas Santoso, “ Kekuasaan dan Kekerasan,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4, Oktober 2001, 89 -102.
98
Thomas Santoso, “ Kekuasaan dan Kekerasan,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4, Oktober 2001, 89 -102.
99
Thomas Santoso, “ Kekuasaan dan Kekerasan,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4, Oktober 2001, 89 -102.
100
Thomas Santoso, “ Kekuasaan dan Kekerasan,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Tahun XIV, Nomor 4, Oktober 2001, 89 -102.
102