Oleh
Rombel 2/ AKK
Syukur Alhamdulilah, kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya, Saya
dapat menyelesaikan Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah Dasar Kepemimpinan
dalam bentuk makalah yang berjudul Model Kepemimpinan Ratu Sima Kaitannya
dengan Teori Kepemimpinan dengan tepat waktu.
Adapun hasil makalah ini secara keseluruhan berasal dari beberapa literatur.
Makalah ini menjelaskan tentang gaya kepemimpinan Ratu Sima, kaitannya dengan
teori kepemimpinan yang ada.
Tiada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa penyusunan makalah
masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat
diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada
semua yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Bapak
dr. Ngakan Putu DS, M.Kes. selaku dosen mata kuliah Dasar Kepemimpinan yang
telah memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Kepemimpinan adalah topik dengan daya tarik universal. Di dalam media popular
dan literatur penelitian akademis, telah dibuat tulisan tentang kepemimpinan.
Walaupun telah banyak tulisan tentang kepemimpinan, kepemimpinan memberikan
tantangan utama bagi praktisi dan peneliti yang tertarik di dalam memahami karakter
dari kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan fenomena yang sangat berharga yang
sangat kompleks. Sejumlah definisi melihat kepemimpinan dari berbagai perspektif
(Northouse, 2013:5). Di dalam buku Northouse hanya memuat teori-teori pokok
tentang kepemimpinan tetapi tidak membahas tentang bagaimana mengembangkan
pemimpin, baik kecakapan diri maupun mengembangkan kecakapan orang lain seperti
yang dibahas dalam buku kepemimpinan (Hughes, Ginnett & Curphy, 2012).
Kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi yang membantu
sekelompok individu untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan dijelaskan sebagai proses
di mana seorang memengaruhi sekelompok individu untuk mencapai tujuan bersama.
Mumford, Zaccaro,Harding, et al. (2000) memberikan suatu gambaran yang lebih
kompleks tentang bagaimana ketrampilan terkait dengan perwujudan kepemimpinan
yang efektif. Model ketrampilan mereka menyatakan bahwa hasil kepemimpinan
adalah hasil terbaik dari kompetensi pemimpin di dalam ketrampilan pemecahan
masalah, ketrampilan penilaian sosial, dan pengetahuan.
Jika kita mau merunut sejarah, kepemimpinan seorang perempuan sudah ada
sejak zaman Nabi Sulaiman, yaitu pemimpin sebuah negeri Saba’ yang bernama Ratu
Balqis. Dengan segala kemampuannya Ratu Balqis dapat memimpin rakyatnya dengan
baik sehingga negeri tersebut makmur dan sejahtera. Bahkan pada akhirnya Nabi
Sulaiman tertarik memperistrikan sang ratu dan mempersatukan kedua kerajaan tanpa
merendahkan kedudukan Balqis sebagai Ratu. (Djafri, 2014)
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diambil pada
makalah ini adalah:
1) Bagaimana gaya kepemimpinan Ratu Sima ditinjau dari teori kepemimpinan?
2) Bagaimana hasil pemerintahan dari gaya kepemimpinan Ratu Sima?
3) Apa saja hal positif yang dapat dijadikan pedoman dan contoh dari gaya
kepemimpinan Ratu Sima?
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
sifat (trait), ketrampilan, gaya (style), si tuasional , kontingensi, jalur tujuan,
pertukaran pemimpinanggota, kepemimpinan transforma-sional.
2. Teori Sifat
Teori sifat berasumsi bahwa orang mewarisi sifat dan ciri-ciri tertentu yang
membuat mereka lebih cocok untuk menjadi pemimpin. Teori sifat
mengidentifikasi kepribadian tertentu atau karakteristik perilaku yang sama pada
umumnya pemimpin. Sebagai contoh, ciri-ciri seperti ekstraversi, kepercayaan diri
dan keberanian, semuanya adalah sifat potensial yang bisa dikaitkan dengan
pemimpin besar. Jika ciri-ciri khusus adalah fitur kunci dari kepemimpinan, maka
bagaimana menjelaskan orang-orang yang memiliki kualitas-kualitas tetapi bukan
pemimpin? Pertanyaan ini adalah salah satu kesulitan dalam menggunakan teori
sifat untuk menjelaskan kepemimpinan. Ada banyak orang yang memiliki ciri-ciri
kepribadian yang terkait dengan kepemimpinan namun tidak pernah mencari
posisi kepemimpinan.
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas
pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas,
pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan;
sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi,
keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi
pendengar yang baik, kapasitas integratif;
kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala
prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan
berkomunikasi secara efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat
deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan
efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun
apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya
mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat
diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
3. Teori kontingensi
Teori kontingensi fokus pada variabel yang berkaitan dengan lingkungan yang
mungkin menentukan gaya kepemimpinan tertentu yang paling cocok. Menurut
teori ini, tidak ada gaya kepemimpinan yang terbaik dalam segala situasi.
Kesuksesan tergantung pada sejumlah variabel, termasuk gaya kepemimpinan,
kualitas para pengikut dan aspek situasi.
8
4. Teori Situasional
c. Model Situasional
10
kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut,
gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah:
* Memberitahukan;
* Menjual;
* Mengajak bawahan berperan serta;
* Melakukan pendelegasian.
Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang
mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme
untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan
bawahan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan
bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan
faktor motivasional bagi bawahannya.
Perhatian utama model ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan proses
pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur
tugas yang harus diselesaikan oleh bawahannya.
Salah satu syarat penting untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian
ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan dalam menentukan bentuk dan tingkat
peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta
bawahan tersebut "didiktekan" oleh situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin
dipecahkan melalui proses pengambilan keputusan.
5. Teori Perilaku
11 | Y u l i a S t e v a n i 6 4 1 1 4 1 4 1 0 7
Teori perilaku kepemimpinan didasarkan pada keyakinan bahwa pemimpin
besar dibuat bukan dilahirkan. Teori kepemimpinan ini berfokus pada tindakan
para pemimpin bukan pada kualitas mental. Menurut teori ini, orang dapat belajar
untuk menjadi pemimpin melalui pengajaran dan observasi.
Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada
dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan
berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur
12
melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap
bawahan/hubungan kerja.
6. Teori Partisipatif
7. Teori Manajemen
Teori manajemen juga dikenal sebagai teori transaksional, fokus pada peran
pengawasan kinerja, organisasi dan kelompok. Teori ini berdasarkan pada sistem
imbalan dan hukuman. Teori manajemen sering digunakan dalam bisnis, ketika
karyawan berhasil mereka dihargai, ketika mereka gagal mereka ditegur atau
dihukum.
8. Teori Hubungan
Teori hubungan juga dikenal sebagai teori transformasi, fokus pada hubungan
yang terbentuk antara pemimpin dan pengikut. Pemimpin transformasional
memotivasi dan menginspirasi dengan membantu anggota kelompok melihat
penting dan baiknya suatu tugas. Pemimpin fokus pada kinerja anggota kelompok
13 | Y u l i a S t e v a n i 6 4 1 1 4 1 4 1 0 7
dan juga ingin setiap orang untuk memaksimalkan potensinya. Pemimpin dengan
gaya ini sering memiliki standar etika dan moral yang tinggi.
14
Tiga gaya kepemimpinan yang pokok yaitu gaya kepemimpinan Otokratis,
Demokratis, Laissez faire.
15 | Y u l i a S t e v a n i 6 4 1 1 4 1 4 1 0 7
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan
wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu
mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya
kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang
tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
16
pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan,
permintaan maaf, dan janji.
17 | Y u l i a S t e v a n i 6 4 1 1 4 1 4 1 0 7
4. GAYA KEPEMIMPINAN MORALIS
Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka
hangat dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi
terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala
bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang – orang yang datang
karena kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya.
Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya. Rata orang
seperti ini sangat tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan,
kadang pula bisa sangat menyenangkan dan bersahabat.
Jika saya menjadi pemimpin, Saya akan lebih memilih gaya
kepemimpinan demokratis. Karena melalui gaya kepemimpinan seperti ini
semua permasalahan dapat di selesaikan dengan kerjasama antara atasan
dan bawahan. Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin dengan
baik.
Maharani/ Ratu Sima atau Shima putri Hyang Syailendra putra Santanu
(Sriwijaya) adalah istri Raja Kalingga Kartikeyasinga, Ayahanda Kartikeyasinga
adalah Raja Kalingga (632-648) M. Sementara itu ibunda Kartikeyasinga berasal
dari Kerajaan Melayu Sribuja yang beribukota di Palembang. Raja Melayu Sribuja
yang dikalahkan Sriwijaya tahun 683 M – adalah kakak dari ibunda Prabu
Kartikeyasinga. Ratu Sima adalah putri seorang pendeta di wilayah Sriwijaya. Ia
dilahirkan tahun 611 M di sekitar wilayah yang disebut Musi Banyuasin. Ia adalah
istri pangeran Kartikeyasingha (sebelum jadi raja) yang merupakan keponakan dari
Kerajaan Melayu Sribuja. Ia kemudian tinggal di daerah yang dikenal sebagai
wilayah Adi Hyang (Leluhur Agung), atau yang sekarang bernama Dieng.
Perkawinan Kartikeyasingha dengan Sima melahirkan dua orang anak, yaitu
Parwati dan Narayana (Iswara). Ratu Sima adalah pemeluk Hindu Syiwa yang taat.
18
Parwati anak Ratu Shima, menikah dengan putera mahkota Kerajaan Galuh
yang bernama Sang Jalantara atau Rahyang Mandiminyak dan menjadi raja
Kerajaan Galuh ke-2 dengan gelar Prabu Suraghana (702-209) M dan berputri
Dewi Sanaha. Dewi Sanaha dan Bratasenawa atau Prabu Sanna menikah memiliki
anak yang bernama Sanjaya, Rakai Mataram (723 - 732M) yang kemudian 703
/704 M, Sanjaya menikahi Dewi Sekar Kancana (Teja Kancana Ayupurnawangi)
putri Rakyan Sundasembawa (mati muda) putra Sri Maharaja Tarusbawa, cucu Sri
Maharaja Tarusbawa dari Kerajaan Sunda sehingga Maharaja Harisdarma sempat
menjadi raja Kerajaan Galuh (ia merebut kembali tahta Galuh tahun 723 M dari
tangan Purbasora yang merebut tahta Galuh tahun 716 M dari Prabu Sanna,
ayahnya) dan raja Kerajaan Sunda (menerima tahta dari kakek mertuanya, Sri
Maharaja Tarusbawa) tahun 723 M sehingga ia menjadi Maharaja Sunda dan Galuh
(723-732) M.
Tahun 500 M Pulau Sumatera dikuasai dua kerajaan kuat, yaitu Kerajaan Pali
(Utara) dan Kerajaan Melayu Sribuja (di timur) yang beribukota Palembang.
Sedangkan Kerajaan Sriwijaya baru merupakan kerajaan kecil di Jambi. Tahun 676
M Kerajaan Pali dan Mahasin (Singapura) ditaklukan Sriwijaya. Tahun 683 M,
Kerajaan Sriwijaya berhasil menaklukan Kerajaan Melayu. Ekspansi Sriwijaya
terhadap Kerajaan Melayu yang masih memiliki kekerabatan dengan Kalingga
19 | Y u l i a S t e v a n i 6 4 1 1 4 1 4 1 0 7
tentu sangat mengganggu hubungan dengan Kalingga. Maka, Sriwijaya mencoba
mencairkan hubungan dengan Kerajaan Sunda dan Kalingga. Langkah diplomatik
dilakukan antara Kerajaan Sriwijaya dengan Kerajaan Sunda yang sama-sama,
sebagai menantu Maharaja Linggawarman dalam sebuah prasasti yang ditulis
dalam dua bahasa, Melayu dan Sunda, jalinan persaudaraan dan persahabatan
kemudian dikenal dengan istilah Mitra Pasamayan (inti isi perjanjiannya, untuk
tidak saling menyerang dan harus saling membantu).
20
tiga tahun kemudian, seorang putra Shima, sang putra mahkota secara tidak sengaja
menyentuh kantung itu dengan kakinya. Mulanya Sang Ratu menjatuhkan
hukuman mati untuk putranya, akan tetapi para pejabat dan menteri kerajaan
memohon agar Sang Ratu mengurungkan niatnya itu dan mengampuni sang
pangeran. Karena kaki sang pangeran yang menyentuh barang yang bukan miliknya
itu, maka Ratu menjatuhkan hukuman memotong kaki sang pangeran.
21 | Y u l i a S t e v a n i 6 4 1 1 4 1 4 1 0 7
BAB III
PENDAPAT
22
pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan
tugas yang telah diberikan.
23 | Y u l i a S t e v a n i 6 4 1 1 4 1 4 1 0 7
3.3 Hal positif yang dapat dijadikan pedoman dan contoh dari gaya
kepemimpinan Ratu Sima
Hal yang baik dan dapat dicontoh dari kepemimpinan Ratu Sima adalah dengan
penanaman nilai kejujuran yang sangat di tekankan pada rakyatnya maka dapat
menjadikan kondisi yang aman dan rakyatnya memiliki budi pekerti yang baik.
Selain itu inovasi yang berkembang harus dijadikan acuan pada saat ini karena
dengan itu dapat menjadika suatu Negara maju. Rasa toleransi beragama juga sudah
ada pada masa kepemimpinan Ratu Sima, sehingga hal ini perlu dipertahankan agar
tercipta suasana yang damai dan aman di masyarakat.
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kepemimpinan Ratu Sima sesuai dengan teori kepemimpinan sifat karena teori
sifat mengidentifikasi kepribadian tertentu atau karakteristik perilaku yang sama
pada umumnya pemimpin. Kepribadian tertentu dari Ratu Sima adalah sikap
tegasnya menghukum ketidakjujuran. Sedangkan untuk gaya kepemimpinan yang
diterapkan oleh Ratu Sima adalah gaya kepemimpinan Otokratis, karena
meletakkan seorang pemimpin sebagai sumber kebijakan.
Dari teori dan gaya kepemimpinan tersebut menjadikan masa keemasan bagi
Kalingga sehingga membuat Raja-raja dari kerajaan lain segan, hormat, kagum
sekaligus penasaran. Perkembangan inovasi dalam bidang pertanian, serta toleransi
umat beragama juga menjadikan masa kepemipinan ini menjadi masa yang berjaya.
4.2 Saran
25 | Y u l i a S t e v a n i 6 4 1 1 4 1 4 1 0 7
DAFTAR PUSTAKA
Yukl, Gary A. 1989. Leadership in Organizations. Edisi Kedua. New Jersey: Prentice-
Hall International, Inc.
Biografi Ratu Sima dalam Ensiklopedia Wikipedia artikel diakses pada 10 Oktober
2016 dari http://id.wikipedia.org/wiki/BiografiRatuSima
26