Anda di halaman 1dari 3

PLANET BUMI

Oleh Awali Priyono Program Studi Geofisika Jurusan Geofisika & Meteorologi FIKTM-ITB
Ringkasan
Seiak terbentuknya lebih dari 4.5 milyard tahun yang lalu, bumi selalu mengalami perubahan baik
disebabkan oleh faktor intern maupun ekstern. Gerakan material dalam bentuk sel-sel konveksi mantel,
gerakan material ke atas dalam bentuk mantel plume dan proses magmatik lainnya bumi, vulkanismus,
gejala kegempaan dan lain-lain. Dampak yang lain adalah terbentuknya sumber daya alam bumi seperti
sumber daya mineral, sumber daya bahan fosil dan sumber daya alam lainnya.
1. Struktur interior bumi. Telah diketahui bahwa bumi adalah salah satu planet bersama-sama dengan
lanet lain mengelilingi matahari, berbentuk bola agak elip, dengan jari-jari erbesar di ekuator dan
terkecil di kutub. Bumi bukanlah bola yang pejal, tetapi terdiri atas lapisan-lapisan yang memiliki sifat
fisika dan kimia yang berbeda- beda. Studi seismologi dengan menggunakan sifat-sifat gelombang
gempa dengan teknologi mutakhir, selain dapat menentukan bidang-bidang batas antar perlapisan, juga
dapat mencitrakan bentuk struktur interior bumi secara lebih detail. Berdasar studi penjalaran
gelombang seismik, secara umum perlapisan bumi terbagi atas tiga lapisan besar, yakni: Kerak bumi.
Mantel dan Inti Bumi.
- Kerak bumi (crust), mempunyai kedalaman bervariasi antara 10 - 65 Kerak bumi merupakan lapisan
pembentuk bumi yang paling tipis, yang membangun 2% dari volume bumi dan 1% dari massa bumi,
terdiri atas delapan unsur utama penting, yaitu: Oksigen (46.6%). Silikon (27.7) Alumunium (8.1%), Besi
(5%), Calsium (3.6%), Natrium (2.8% ), Kalium (2.6%), Magnesium (2.1%) dan lain-lain (1.5%). Kerak bumi
dikategorikan menjadi dua, yaitu: kerak benua dan kerak samudra. Kerak samudra merupakan 71% dari
seluruh kerak bumi, dengan ketebalan dapat mencapai 10 km. Sedangkan kerak benua umumnya lebih
tebal dan dapat mencapai 65 km, terutama pada daerah pegunungan (misalnya Pegunungan Alpen,
Andes dan Himalaya).
- Mantel Bumi (mantel), terletak di bawah kerak bumi sampai kedalaman sekitar 2900 km, merupakan
pembentuk 82% volume bumi dan merupakan 68% dari massa bumi. Secara lebih detail mantel ini masih
terbagi atas: mantel atas, zona transisi dan mantel bawah. Komponen utama pembentuk mantel adalah
Besi, Oksigen, Silikon dan Magnesium.
- Inti Bumi (core), di bawah mantel sampai kedalaman sekitar 6370 km; Hasil studi gelombang gempa
menunjukkan bahwa inti bumi terbagi lagi atas: inti luar yang bersifat cair dan ini dalam bumi yang
bersifat padat. Inti bumi merupakan 31% dari massa dan 16% dari volume Bumi. Komponen utama
pembentuknya adalah Besi dan sedikit Nikel. Temperatur inti luar bumi diperkirakan mencapai 3700-
4300 derajat Celsius

Pembagian perlapisan bumi juga sering didasarkan atas sifat-sifat deformasi dari material pembentuk
bumi, sehingga lapisan interior bumi dapat dibagi atas: - - - Lithosfera, dengan kedalaman kurang lebih
antara 50-200 km;
- Astenosfera, di bawah litosfera sampai kedalaman kurang lebih 700 km;
- Mesosfera, di bawah astenosfera sampai kedalaman kurang lebih 2900 km;
- Inti luar, di bawah mesosfera sampai kedalaman 5200 km, dan
- Inti dalam, di bawah inti luar sampai kedalaman 6370 km.

Gambar 1 memperlihatkan struktur interior bumi dan gambar 2 memperlihatkan penjalaran gelombang
gempa yang digunakan dalam studi interior bumi. Interior bumi tidaklah dalam kondisi yang statis,
melainkan memiliki dinamika vana efeknya terefleksi dipermukaan bumi dalam bentuk-bentuk
perlipatan nerlapisan batuan, gunung, lembah, palung dan relief-relief lain yang terlihat di permukaan
bumi.
2. Dinamika bumi Kerak bumi terdiri atas lempeng-lempeng yang bergerak relatif satu terhadap yang
lain dengan kecepatan dan arah yang berbeda-beda. Teori yang menerangkan gejala di atas disebut
sebagai Teori Lempeng (Plate Tectonics Theory). Teori ini didasarkan Teori Pengapungan Benua
(Continental Drift Theory) yang dikemukakan oleh Alfred Wagener (1915) dan hipotesis yang
disampaikan oleh Hetz dan Dietz (1962). Teori Pengapungan Benua muncul dihami oleh adanya bentuk
pantai timur Amerika Selatan dan pantai barat Afrika yang kalau dipertemukan atau ditempelkan akan
membentuk satu kesatuan yang mengilustrasikan bahwa kedua benua tersebut dulunya pernah enyatu.
Bukti-bukti geologis, geografis dan klimatologis memperkuat hal itu. Dari teori Pengapungan Benua
dijelaskan bahwa pada sekitar 200 juta tahun yang lalu dipermukaan bumi ini hanya ada satu benua
yang besar yang disebut sebagai Pangea. Dengan perjalanan waktu, benua besar tersebut mengalami
evolusi dan pecah menjadi beberapa bagian dan masing-masing bergerak dengan arah dan kecepatan
yang berbeda-beda. Pergerakan tersebut masih berlanjut sampai saat sekarang. Gambar 3
memperlihatkan bentuk perubahan benua dari masa ke masa berdasar Teori Pengapungan Benua. Saat
ini di bumi kita terdapat enam lempeng besar, yaitu: Eurasia, Pasifik, Amerika, Indo- Australia, Afrika dan
Antartika dan beberapa lempeng kecil seperti lempeng Pilipina, Cocos dan Nasca. Gambar 4
memperlihatkan letak dan arah gerakan dari lempeng-lempeng yang disebutkan di atas dan fenomena
yang terjadi di daerah sekitar batas antar lempeng seperti: gempa bumi.

Berdasarkan teori tektonik lempeng, litosfera yang bersifat kaku dan tegar mengambang di atas
astenosfera yang bersifat plastis yang dapat mengalir ci bawah tegangan. Dari teori ini dijelaskan bahwa
pergerakan lempeng-lempeno yang disebutkan di atas disebabkan oleh daya dorong yang berasal dari
arus konveksi material yang mengalir di dalam mantel bumi. Karena sifat gerakan dari arus konveksi ini
dengan arah dan kecepatan yang berbeda-beda sehingga memberikan konsekuensi yang sama terhadap
gerakan lempeng- lempeng bumi. Gambar 5 memperlihatkan model arus konveksi yang disebutkan di
atas Pada perkembangannya teori tektonik lempeng telah mendapatkan tempat dan perhatian yang luas
dari para ahli kebumian, karena banyak membantu dalam menjelaskan masalah tektonik dan geologi
yang semula sulit dipecahkan. Da teori ini dapat dengan mudah dijelaskan, kenapa gunung-gunung api,
daerah gempa, palung laut dalam hanya terdapat pada jalur-jalur tertentu. Teori ini juga sangat
membantu dalam mengarahkan kita dalam usaha eksplorasi minyak dan gas bumi, bahan galian mineral
dan sumber daya bumi lainnya.

MENGENAL ALAM SEMESTA DAN TATA SURYA


Oleh Drs. Hari Kartono, MS. FMIPA-UI Semenjak manusia pertama mendiami dunia ini, yang pertama kali
diketahuinya ialah tempat di mana dia hidup, yang disebut bumi, sedemikian besarnya bumi ini hingga
mereka tidak mengetahui luasnya. Ke mana mereka pergi hanya menemui laut. Bersamaan dengan itu
mereka melihat ada benda yang bercahaya di langit, memancarkan cahaya dengan sangat terang,
bergeser secara perlahan dari timur ke barat dan akhirnya menghilang dan muncul kembali keesokan
harinya. Benda tadi adalah matahari, setelah gelap, kelihatan banvak benda-benda kecil berkelip-kelip,
ini disebut bintang, di samping itu ada benda yang bersinar lembut, berangsur-angsur membesar dan
sesudah bulat penuh, berangsur-angsur mengecil lagi. Ini yang disebut bulan. llmu pengetahuan tentang
matahari, bumi, bulan, bintang disebut Astronomi. Beribu tahun orang melihat ke langit dan
terkungkung olehnya. Lama sekali umat manusia melihat langit dengan penuh kekaguman dan mungkin
juga ketakutan. Tetapi kemudian, dari desakan kebutuhan, timbul pengertian dan mereka mengenal
langit. Kebutuhan itu tidak lain adalah kebutuhan akan penentuan waktu, untuk mulai bercocok tanam,
kebutuhan untuk menentukan arah. Kini, kita melihat langit seisinya dari sudut yang jauh berbeda.
Bahkan, sebagian orang melihat ruang lingkup tetangga bumi juga perlu diketahui. Permulaan ke arah
itu telah kita saksikan dan alami. Kunjungan ke bulan sudah bukan merupakan petualangan yang muskil
lagi.
Bintang-bintang bergabung dalam satu gugus yang disebut galaksi, ada ribuan galaksi di alam semesta
ini. Jumlah bintang dalam tiap galaksi sangat banyak. Galaksi di mana salah satu bintangnya adalah
matahari disebut galaksi Bhime Sakti (Milky Way). Bila kita mengamati matahari pada siang hari dan
bulan serta bintang pada malam hari, kita melihat bahwa semua benda langit itu tampak bergerak
mengitari bumi. Kita merasa bahwa bumilah pusat alam semesta ini. Sulit bagi kita untuk
membayangkan bahwa bumilah sebenarnya bukan pusat alam semesta, melainkan merupakan salah
satu planet yang mengitari benda langit lain yang menurut pandangan kita justru bergerak mengitari
bumi, yakni matahari. Oleh sebab itu, wajarlah kalau pada awal perkembangan ilmu astronomi,
hipotesis yang paling banyak diterima tentang kedudukan bumi di alam semesta adalah hipotesis
geosentris, faham yang mengungkapkan bahwa bumi adalah pusat alam semesta. Dalam perjalanan
waktu, seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kemudian diketahui bahwa
bumi beserta planet-planet lain mengelilingi matahari dan matahari beserta planet-planet itu ternyata
hanya salah satu dari sekian banyak tata surya di dalam galaksi Bhima Sakti dan Bhima Sakti hanyalah
salah satu dari sekian banyak galaksi di alam semesta ini. Semakin bertambah lengkaplah pengetahuan
manusia mengenai alam semesta, walaupun tetap masih sangat banyak misteri yang belum
diketahuinya hingga saat ini.
hlm 105-106

Anda mungkin juga menyukai