Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PEMANASAN GLOBAL,EFEK RUMAH KACA DAN


REDD/REDD PLUS

Oleh :

KELOMPOK 6

1. NURWANTO L13118080
2. YULIANA ALO L13118016
3. MARCO REFLY L13118022
4. MARLIN SINGGI L13118054
5. NABILA L13118032
6. AGIT ARDIANSYAH L13118042
7. MUTMAINAH L13118084
8. SUWIRANTO A.DULMAN L13118070
9. ANDI MUFRAD R IFALDHY L13118062

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu,Alaikum Warahmatullahi Wabarukatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan dan
kesempatan serta tak lupa mengirimkan sholawat dan salam kepada baginda
Rasulullah SAW serta kepada para sahabat dan keluarganya hingga kita yang insya
Allah tetap istiQomah dalam mengamalkan ajarannya sampai akhir zaman.
Dan Al hamdulillah pada kesempatan ini kami telah menyelesaikan tugas
makalah tentang “PEMANASAN GLOBAL,EFEK RUMAH KACA DAN
REDD/REDD PLUS”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami sangat menyadari bahwa masih
terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan sehingga kami sangat mengharapkan
kriktik dan saran yang membangun agar kedepannya penyusunan makalah ini
selanjutnya dapat lebih baik lagi.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Pemanasan global berasal dari bahasa ingris yaitu global warming yang
artinya adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer,laut,dan daratan
Bumi. Sedangkan efek rumah kaca adalah bangunan mirip tenda yag terbuat dari
bahan sejenis kaca untuk menciptakan lingkungan yang selalu hangat bagi tanaman
tertentu, sekalipun pada musim dingin. Cara kerjanya adalah membuat panas
matahari yang masuk ke rumah kaca terperangkap di dalam rumah kaca tersebut.
Efek rumah kaca pada planet bumi merupakan efek pemanasan atmosfer bumi yang
mirip dengan cara kerja rumah kaca terhadap tanaman tersebut.
Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD)
adalah langkah-langkah yang didesain untuk menggunakan insentif keuangan untuk
mengurangi emisi dari gas rumah kaca dari deforestasi dan degradasi hutan.
Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD+)
merupakan suatu mekanisme global yang memberikan suatu kesempatan unik bagi
negara berkembang seperti Indonesia, yang memiliki wilayah hutan yang luas dan
sedang menghadapi ancaman deforestasi.
REDD+ tidak hanya mencakup pengurangan gas rumah kaca tetapi juga
mencantumkan peran dari konservasi, manajemen hutan yang berkepanjangan, dan
peningkatan stok hutan karbon. Skema ini akan membantu menurunkan tingkat
kemiskinan dan mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Proses penerapan
REDD+ menitikberatkan pada keterlibatan para pemangku kepentingan. Suara dari
masyarakat, penduduk asli dan komunitas tradisional harus dijadikan pertimbangan
untuk memastikan hak mereka yang tinggal di dalam dan sekitar hutan akan terjamin.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksut dengan pemanasan global?


2. penyebab pemanasan global?
3. Dampak pemanasan global?
4. Apa yang dimaksud dengan efek rumah kaca?
5. Penyebab Efek Rumah Kaca dan Pemanasan Global?
6. Cara Mengurangi Efek Ruah Kaca dan Pemanasan Global?
7. Pengertian REDD/REDD plus?
8. Bagaimana perkembangan REDD+ di Indonesia?
9. Bagaimana pelaksanaan strategi REDD+ di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan

Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:


1.Dapat memahami apa yang dimaksud dengan pemanasan global,efek rumah kaca
dan redd/redd plus.
2.Untuk memahami betapa pentingnya menjaga lingkungan dan hutan.
3.Untuk mengetahui peran hutan bagi kehidupan mahluk hidup.
4. Untuk membantu mahaiswa mengetahui cara mencegah terjadinya pemanasan
global dan efek rumah kaca.
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pemanasan global

Pemanasan global adalah Proses meningkatnya suhu rata-rata sistem iklim


bumi. Pemanasan global berasal dari bahasa Inggris: Global warming artinya adalah
suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C
(1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata
global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek
rumah kaca.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu
permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara
tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan
skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca pada masa
mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda.
Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100,
pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih
dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabilMeningkatnya
suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti
naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,
serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang
lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai
jenis hewan.
B.Penyebab pemanasan global

1.Efek rumah kaca


Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari matahari. Sebagian
besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak.
Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang
menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan
memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah
gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di
atmosfer Bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air,
karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang
radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang
dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi.
Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan
bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan
semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas
yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada
di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-
rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari
suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es
akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas
tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
2.Efek umpan balik
Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses
umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada
kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan
pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer.
Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut
dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan
konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila
dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan
kandungan air absolut di udara, kelembapan relatif udara hampir konstan atau bahkan
agak menurun karena udara menjadi menghangat).Umpan balik ini hanya berdampak
secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat
ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke
permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat
dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar matahari dan radiasi infra merah ke
angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya
menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail
tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit
direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila
dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim
(sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan
IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua
bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah
pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke
empat.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan
cahaya (albedo) oleh es.[4] Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat
kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan
melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan
maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila
dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi matahari.
Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang
mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah
beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan.
Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan
balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia
menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona
mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang
merupakan penyerap karbon yang rendah
3.Vegetasi matahari
Terdapat hipotesis yang menyatakan bahwa variasi dari matahari, dengan
kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam
pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek
rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas matahari akan memanaskan stratosfer
sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer
bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila
aktivitas matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. Penipisan lapisan
ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut
terjadi mulai akhir tahun 1970-an. Fenomena variasi Matahari dikombinasikan
dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari
masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950

C.Dampak pemanasan global

Para ilmuwan menggunakan model komputer dari suhu, pola presipitasi, dan
sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut,
para ilmuwan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan
global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan
liar dan kesehatan manusia.
1.Iklim mulai tidak stabil
Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian
Utara dari belahan Bumi utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari
daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan
akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut.
Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan
mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju
akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih
panjang di beberapa area. Suhu pada musim dingin dan malam hari akan cenderung
untuk meningkat.Daerah yang hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih banyak
air yang menguap dari lautan. Para ilmuwan belum begitu yakin apakah kelembapan
tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi.
Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga
keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air
yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan
memantulkan cahaya Matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan
menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembapan yang tinggi akan
meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat
Fahrenheit pemanasan. Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1
persen dalam seratus tahun terakhir ini. Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu,
air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi
lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan
pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari
penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi,
beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak
terprediksi dan lebih ekstrem.
2.Peningkatan permukaan laut
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan
yang stabil secara geologi.
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat,
sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut.
Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland,
yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah
meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC
memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inci) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerah
pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda,
17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai,
dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir
akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan
dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara
miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi
ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari
rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi
tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini
akan menutupi sebagian besar dari Everglades, Florida.
3.Suhu global cenderung meningkat
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan
lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di
beberapa tempat. Bagian selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat
keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain
pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak
dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-
gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin,
yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan
masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan
penyakit yang lebih hebat.
4.Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari
efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam
pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas
pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru
karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia
akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau
selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati.
Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub
mungkin juga akan musnah.
5.Dampak sosial dan politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur
yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan
dan malagizi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut
akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat
trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke
tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malagizi,
defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit
melalui air (waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor
(vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian demam berdarah karena
munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan
adanya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq aedes
aegypti), virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu
yang target nya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada
beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan
perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim
(climate change) yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu
seperti ISPA (kemarau panjang/kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan
tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai
juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula
dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan
berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernapasan seperti asma, alergi,
coccidioidomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.

D.Efek rumah kaca

Rumah kaca adalah bangunan mirip tenda yag terbuat dari bahan sejenis kaca
untuk menciptakan lingkungan yang selalu hangat bagi tanaman tertentu, sekalipun
pada musim dingin. Cara kerjanya adalah membuat panas matahari yang masuk ke
rumah kaca terperangkap di dalam rumah kaca tersebut. Efek rumah kaca pada planet
bumi merupakan efek pemanasan atmosfer bumi yang mirip dengan cara kerja rumah
kaca terhadap tanaman tersebut.
Energi panas sinar matahari yang sampai ke bumi sekitar 30% dipantulkan
lagi ke atmosfer. Dari sejumlah ini sebagian kecil dipantulkan kembali ke bumi. Di
atmosfer terdapat gas-gas tertentu yang memiliki sifat menyerap dan memantulkan
energi panas matahari dalam bentuk sinar inframerah. Jika kadar gas-gas tersebut
meningkat maka pantulan energi panas ke bumi juga meningkat sehingga
meningkatkan suhu atmosfer bumi.
Pengertian efek rumah kaca adalah peristiwa meningkatnya suhu atmosfer
bumi karena panas matahari yang dipantulkan bumi terperangkap oleh gas-gas
tertentu di atmosfer. Gas-gas yang memerangkap panas matahari yang dipantulkan
oleh bumi tersebut disebut gas-gas rumah kaca.
E.Penyebab Efek Rumah Kaca dan Pemanasan Global

Efek rumah kaca dan pemanasan global disebabkan meningkatnya gas-gas


rumah kaca yang dihasilkan dari berbagai sumber di bumi. Berikut beberapa
penyebab meningkatnya gas-gas rumah kaca.
Pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, dan gas alam) dari
rumah tangga, pabrik, kendaraan bermotor, dan lain-lain
Berkurangnya hutan yang menjaga keseimbangan karbon dioksida dan oksigen.
Peningkatan penggunaan gas-gas rumah kaca seperti misalnya metana, nitrogen
oksida, dan CFC Meningkatnya gas industri dari pabrik-pabrik, Meningkatnya jumlah
penduduk, sehingga meningkatkan penggunaan bahan bakar fosil.

F.Cara Menanggulangi Efek Rumah Kaca dan Pemanasan Global

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi efek rumah kaca
dan pemanasan global antara lain sebagai berikut.
Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, gas
alam)Meningkatkan penggunaan energi terbarukan (energi surya, energi air, energi
angin)
Hemat energi, Menjaga fungsi hutan sebagai paru-paru dunia, Memilih produk yang
ramah lingkungan, Menjaga kelestarian alam.

G.Pengertian REDD/REDD plus

Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD)


adalah langkah-langkah yang didesain untuk menggunakan insentif keuangan untuk
mengurangi emisi dari gas rumah kaca dari deforestasi dan degradasi
hutanPengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD+)Merupakan
suatu mekanisme global yang memberikan suatu kesempatan unik bagi negara
berkembang seperti Indonesia, yang memiliki wilayah hutan yang luas dan sedang
menghadapi ancaman deforestasi.
REDD+ tidak hanya mencakup pengurangan gas rumah kaca tetapi juga
mencantumkan peran dari konservasi, manajemen hutan yang berkepanjangan, dan
peningkatan stok hutan karbon. Skema ini akan membantu menurunkan tingkat
kemiskinan dan mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Proses penerapan
REDD+ menitikberatkan pada keterlibatan para pemangku kepentingan. Suara dari
masyarakat, penduduk asli dan komunitas tradisional harus dijadikan pertimbangan
untuk memastikan hak mereka yang tinggal di dalam dan sekitar hutan akan terjamin.
Bagaimana Program REDD+ bisa menjamin bahwa masyarakat yang bergantung
pada hutan dan para pemelihara hutan di negara-negara berkembang akan
memperoleh manfaat dari REDD+
Desain strategi REDD+ yang sah harus menyertakan pedoman dan
pengamanan yang memastikan bahwa manfaat REDD+ akan menyentuh masyarakat
yang menjaga dan melindungi hutan dan keragaman hayati. Program UN-REDD
bekerja sangat dekat dengan berbagai negara untuk melibatkan para pihak dan
pemelihara hutan di segala tahapan desain dan implementasi program, sehingga
mereka merupakan pihak-pihak yang memperoleh manfaat dengan melindungi hutan.
Selain menerima carbon offsets melalui suatu mekanisme REDD.
Selain perannya sebagai penyimpan karbon, hutan memberikan berbagai
layanan ekosistem bagi masyarakat. Sifat dari layanan-layanan ini bervariasi di
berbagai tempat, dan meliputi pengaturan air, perlindungan tanah, produk-produk
hutan selain kayu dan serat, pengaturan iklim dan keragaman hayati.
Lebih dari tiga perempat air bersih di dunia berasal dari daerah resapan air di
wilayah berhutan. Kualitas air berkurang dengan menurunnya kondisi dan tutupan
hutan, dan bencana alam seperti banjir, longsor dan erosi tanah semakin
menimbulkan dampak yang lebih besar. Hutan setiap tahunnya menghasilkan lebih
dari 3,3 milyar kubik meter kayu (termasuk 1,8 milyar kubik meter kayu bakar dan
arang), juga berbagai produk-produk hutan non kayu yang memainkan peranan yang
signifikan dalam perekonomian ratusan juta penduduk.
Sebagai suatu langkah pertama yang signifikan, Presiden menandatangani
Instruksi Presiden No.10/2011 pada tanggal 20 Mei 2011, yang mengikat Indonesia
untuk melakukan penundaan penerbitan izin baru selama dua tahun untuk
penggunaan hutan alam primer dan lahan gambut.
Penundaan memberikan suatu kesempatan untuk meningkatkan tata kelola
hutan dengan menciptakan jeda untuk meningkatkan tata kelola hutan dengan
mengkaji dan memperbaiki kerangka peraturan untuk ijin penggunaan lahan dan
menciptakan suatu sistem database dengan informasi yang mendalam terkait lahan
kritis sehingga memperkuat tata ruang, secara jelas menetapkan lahan untuk
pembangunan, dan mendukung perusahaan-perusahaan yang berpindah ke lahan
kritis. Penundaan selama dua-tahun akan memungkinkan untuk memulai dengan
lembaran yang bersih, dan mengembangkan sistem penggunaan lahan yang baru yang
memaksimalkan manfaat ekonomi dari penggunaan sumber daya alam di Indonesia
dan mengurangi emisi gas rumah kaca sesuai dengan komitmen internasional.

H.Perkembangan REDD+ di Indonesia

Pada Oktober 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkomitmen


untuk mengurangi emisi CO2 Indonesia sampai 26%, dibandingkan skenari business
as usual pada tahun 2020, hal ini merupakan komitmen terbesar yang diberikan oleh
kekuatan ekonomi yang sedang meningkat. Dengan adanya dukungan keuangan
internasional, Presiden Yudhoyono juga berkomitmen untuk mengurangi emisi gas
rumah kaca sampai 41%. Pemerintah Norway menyambut baik komitmen ini dan
menyetujui penandatanganan Surat Niat (Letter of Intent atau LoI) pada 26 Mei 2010.
Norway akan memberikan kontribusi kepada Indonesia berdasarkan pengurangan
emisi yang terverifikasi yang sejalan dengan skema REDD+.
Pada bulan September 2010, Presiden Yudhoyono mendirikan Satuan Tugas
REDD+ untuk memastikan bahwa implementasi REDD+ berjalan dengan baik
melalui Keputusan Presiden No.19/2010. Dr. Kuntoro Mangkusubroto dipilih sebagai
Ketua dari satuan tugas lintas sektoral ini, dan Kalimantan Selatan dipilih oleh
Presiden sebagai provinsi percontohan dari program REDD+ di Indonesia pada bulan
Desember 2010.

I. Pelaksanaan strategi REDD+ di Indonesia

Strategi REDD+ di Indonesia bertujuan untuk mengatur sumber daya alam


secara berkelanjutan sebagai asset nasional demi kesejahteraan bangsa. Tujuan
tersebut dapat tercapai melalui implementasi di lima area fungsional pembangunan
institusi dan proses yang menjamin peningkatan tata kelola hutan dan lahan gambut,
pengkajian ulang dan peningkatan kerangka peraturan, meluncurkan program
strategis untuk manajemen lansekap, merubah paradigma lama dan melibatkan
pemangku kepentingan utama secara bersamaan. Sebagai provinsi percontohan,
Kalimantan Tengah akan menjadi laboratorium untuk uji coba penerapan dari lima
area fungsional di atas. Provinsi lainnya di Indonesia akan menerapkan strategi
REDD+ sesuai dengan kepentingan masing-masing provinsi.
Untuk pelaksanaan di tingkat provinsi dan pusat, Satgas REDD+ akan
membentuk institusi untuk memonitor, mengkoordinasi, dan mengimplementasi
kegiatan REDD+; serta institusi untuk memonotir, melaporkan, dan meverifikasi.
Sejalan dengan itu, instrumen pendanaan akan ditetapkan untuk memastikan
ketersediaan dana
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemanasan global atau pemanasan Bumi adalah peningkatan suhu rata-rata
atmosfer Bumi yang penyebabnya adalah efek rumah kaca, efek umpan balik, dan
kegiatan manusia seperti penebangan hutan, penggunaan bahan bakar minyak yang
berlebihan dan penggunaan spray yang banyak mengandung gas CFC.Pemanasan
Bumi menimbulkan banyak akibat yang berdampak pada perubahan iklim, kenaikan
permukaan air laut, dan peningkatan suhu Bumi. Bahkan pemanasan Bumi juga
berdampak pada manusia karena menyebabkan timbulnya wabah penyakit akibat
suhu yang panas, temperatus yang tinggi dapat menyebabkan gagal panen sehingga
muncul kelaparan.

B. Saran

Penggunaan bahan bakar minyak yang berlebihan sebaiknya dikurangi dengan


berganti ke bahan bakar yang ramah lingkungan sperti menggunakan energi matahari
ataupun energi air. Penggunaan kendaraan bermotor harusnya juga sedikit dikurangi
dengan penggunaan angkutan umum dari pada kendaraan pribadi, atau mungkin juga
bisa menggunakan sepedah untuk mengurangi polusi udara.
Penggundulan hutan seharusnya harus mulai dikurangi dan beralih ke
kegiatan menanam pohon (reboisasi). Karena semakin banyak pohon, makan kadar
karbondioksida di atmosfer bisa berkurang.
DAFTAR PUSTAKA

https://bnetpwj.blogspot.com/2015/05/makalah-efek-rumah-kacadan-dampaknya.

https://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/33-beranda/1804-faq.html

https://olvista.com/pengertian-efek-rumah-kaca-dan-pemanasan-global/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/pemanasan-global

Anda mungkin juga menyukai