Anda di halaman 1dari 23

PERANAN ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH DALAM MEMBENTUK

KARAKTER SISWA SMP NEGERI DI KABUPATEN MAGELANG

RINGKASAN SKRIPSI

Oleh:

Dyah Nursanti

NIM. 09401241013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013

1
PERANAN ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH DALAM MEMBENTUK
KARAKTER SISWA SMP NEGERI DI KABUPATEN MAGELANG

Oleh :
Dyah Nursanti dan Dr. Marzuki, M.Ag.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan Organisasi Siswa Intra Sekolah
(OSIS) dalam membentuk karakter siswa SMP Negeri di Kabupaten Magelang. Penelitian ini
juga bertujuan untuk mengetahui hambatan OSIS dalam membentuk karakter siswa SMP
Negeri di Kabupaten Magelang.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri di Kabupaten Magelang yaitu SMP N 1
Mungkid, SMP N 2 Mertoyudan dan SMP N 1 Dukun pada akhir bulan Mei sampai dengan
bulan Agustus 2013. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif.Subjek penelitian ini adalah pembina OSIS, siswa pengurus OSIS dan
siswa bukan pengurus OSIS yang ditentukan dengan teknik purposive. Adapun teknik
pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik
analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data induktif, dengan langkah-langkah
meliputi pengumpulan data, reduksi data, display data dan pengambilan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan peranan OSIS dalam membentuk karakter siswa
SMP Negeri di Kabupaten Magelang. Peranan OSIS dalam membentuk karakter siswa: (1)
sebagai wadah yaitu tempat bagi siswa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan, (2)
sebagai penggerak yaitu untuk membantu sekolah menjalankan kegiatan tertentu dan (3)
sebagai sarana menghindarkan siswa untuk berbuat menyimpang dengan mengikuti kegiatan
OSIS. Selain itu peranan OSIS juga terletak pada peranan pembina OSIS dalam menjalankan
kegiatan OSIS sebagai pembimbing, motivator, pengontrol dan melakukan evaluasi kegiatan.
Kegiatan OSIS tersebut telah dilaksanakan dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan potensi, minat dan bakat
yang dimiliki oleh siswa, walaupun kegiatan OSIS ini belum sepenuhnya mampu menarik
minat seluruh siswa SMP Negeri di Kabupaten Magelang. Karakter yang dapat terbentuk
melalui OSIS adalah percaya diri, kreatif dan inovatif, mandiri, bertanggung jawab, menepati
janji, berinisiatif, disiplin, visioner, pengabdian/dedikatif, bersemangat dan demokratis.
Hambatan OSIS dalam membentuk karakter siswa adalah: (1) munculnya pelanggaran yang
dilakukan oleh pengurus OSIS sendiri dan (2) sebagian pengurus OSIS mengeluh karena
sering tertinggal pelajaran di kelas. Upaya dalam mengatasi hambatan adalah (1) memberikan
sanksi secara tegas kepada pengurus OSIS yang melanggar peraturan dan (2) pengurus OSIS
harus pandai membagi waktu dan memanajemen waktu antara kegiatan di kelas dengan
kegiatan organisasi.

Kata Kunci: Peranan, Karakter, OSIS, SMP Negeri

I. Pendahuluan
Pendidikan merupakan faktor penting yang sangat menentukan kehidupan manusia untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keberhasilan sebuah pendidikan tidak hanya
diukur melalui materi dan kecanggihan teknologi yang digunakan, akan tetapi juga ditentukan

2
oleh keluhuran karakter dan budi pekerti yang luhur. Hal ini dikarenakan dalam dunia
pendidikan tidak hanya semata-mata ditentukan oleh kecerdasan intelektual saja akan tetapi
diperlukan juga kecerdasan emosi dan sosial.
Gejala-gejala kemerosotan karakter dan moral pada remaja yang sangat mengganggu dan
harus di waspadai. Tanda-tanda kemerosotan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Kekerasan dan vandalisme, yaitu meningkatnya kekerasan di kalangan remaja.
2. Mencuri, yaitu mengambil barang milik orang lain yang dilakukan oleh remaja.
3. Curang, yaitu budaya ketidakjujuran.
4. Tidak menghormati figur otoritas, yaitu semakin rendahnya rasa hormat kepada
orang tua dan guru.
5. Kekejaman teman sebaya, yaitu pengaruh peer-group yang kuat dalam tindak
kekerasan.
6. Kefanatikan, yaitu menimbulkan rasa curiga dan kebencian diantara sesama.
7. Bahasa yang kasar, yaitu menggunakan bahasa yang kasar dan kata-kata yang buruk.
8. Pelecehan dan perkembangan seksual yang terlalu cepat.
9. Meningkatnya sifat mementingkan diri sendiri dan menurunnya tanggung jawab
sebagai warga negara.
10. Perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas
((Lickona, 2013: 18).

Jika dicermati secara seksama, ternyata kesepuluh tanda-tanda tersebut sudah mulai
muncul di Indonesia. Nilai-nilai Pancasila yang digunakan dalam pembangunan karakter
bangsa mulai terabaikan tergerus oleh arus globalisasi dan modernisasi yang pada akhirnya
menimbulkan degradasi moral bangsa. Hal ini bisa kita lihat dalam berbagai kasus yang
terjadi, seperti kasus narkoba yang menjerat kalangan remaja hingga orang tua, korupsi yang
merajalela terutama yang dilakukan oleh para elit politik dalam pemerintahan, gerakan
terorisme, banyaknya pertikaian antar kelompok, kasus mafia peradilan, mafia hukum dan
mafia pajak, serta banyaknya kasus-kasus asusila yang menjerat kalangan muda hingga elit
politik.
Pembangunan karakter bangsa dihadapkan pada berbagai macam masalah yang sangat
kompleks karena pada era globalisasi seperti sekarang ini perubahan masyarakat sangat
dinamis yang didukung oleh pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Akan
tetapi dengan menempatkan strategi pendidikan sebagai modal utama untuk mencegah
tumbuh berkembangnya virus-virus penghancur bangsa seperti dikemukakan di atas, maka
bangsa ini pun akan terselamatkan.
Tujuan pendidikan telah tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dalam Pasal 3 yaitu sebagai berikut:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
3
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.

Tujuan pendidikan nasional pada dasarnya tidak hanya didapatkan melalui proses
pembelajaran formal di dalam kelas, akan tetapi juga dapat terwujud melalui kegiatan di luar
kelas atau kegiatan ekstrakurikuler misalnya dengan keterlibatan siswa dalam kegiatan
organisasi, kepramukaan, karya ilmiah remaja dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan
ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang diadakan di luar jam pelajaran di dalam kelas.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk membantu pengembangan siswa sesuai dengan potensi,
minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa yang bersangkutan melalui kegiatan yang
diselenggarakan oleh sekolah, terutama untuk kegiatan pengembangan karakter siswa.
Pelaksanaan pendidikan karakter dalam konteks makro kehidupan berbangsa dan
bernegara merupakan tugas dan komitmen seluruh aspek kehidupan, bukan hanya sektor
pendidikan nasional. Keterlibatan aktif dari sektor-sektor pemerintahan lainnya, khususnya
sektor keagamaan, kesejahteraan, pemerintahan, komunikasi dan informasi, kesehatan, hukum
dan hak asasi manusia serta pemuda dan olahraga juga sangat dimungkinkan (E. Mulyasa,
2011: 265).
Sedangkan dalam konteks mikro, pelaksanaan pendidikan karakter berpusat pada satuan
pendidikan secara holistik. Satuan pendidikan merupakan sektor utama yang yang paling
optimal memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk
menginisiasi, memperbaiki, menguatkan dan menyempurnakan secara terus-menerus proses
pendidikan karakter di satuan pendidikan. Pengambangan karakter dibagi dalam empat pilar,
yakni kegiatan belajar mengajar di kelas, keinginan keseharian dalam bentuk pengembangan
budaya satuan pendidikan, kegaiatan ko-kurikuler dan/atau ekstrakurikuler, serta kegiatan
keseharian di rumah dan masyarakat (E. Mulyasa, 2011: 265).
Pendidikan karakter dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dilakukan secara
terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Khusus untuk mata pelajaran Pendidikan Agama
dan Pendidikan Kewarganegaraan sesuai dengan misinya untuk mengembangkan nilai dan
sikap, pengembangan karakter harus menjadi fokus utama. Sedangkan untuk mata pelajaran
yang lain wajib mengambangkan rancangan pembelajaran berbasis pendidikan karakter yang
diintegrasikan ke dalam substansi mata pelajaran sehingga memiliki dampak pengiring bagi
berkembangnya karakter dalam diri peserta didik. Namun demikian karena minimnya jam
pelajaran khususnya untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan

4
Agama menyebabkan siswa menganggap remeh mengenai pendidikan karakter yang
merupakan fokus utama dari mata pelajaran tersebut sehingga kegiatan dalam rangka
menanamkan nilai-nilai karakter bisa dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan melalui kegiatan olahraga dan seni dalam
bentuk pembelajaran, pelatihan, kompetisi atau festival. Berbagai kegiatan olahraga dan seni
tersebut diorientasikan terutama untuk penanaman dan pembentukan sikap, perilaku dan
kepribadian para pelaku olahraga atau seni agar menjadi manusia Indonesia berkarakter (E.
Mulyasa, 2011: 267).
Kegiatan ekstrakurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu
media yang potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta
didik. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk
membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat
mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga
kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Melalui kegiatan
ekstrakurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan tanggung jawab sosial,
serta potensi dan prestasi peserta didik (Masnur Muslich, 2011: 86).
Seperti diketahui bersama, pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah salah satunya
diberikan melalui Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). PKn mengemban tiga fungsi pokok,
yaitu civic education, civic skill dan civic responsibility. Akan tetapi pada saat sekarang ini
PKn lebih banyak berorientasi pada penguasaan materi atau buku teks saja. Pendidikan
karakter sekarang ini masih terbatas pada tahap penanaman nilai-nilai karakter saja, sehingga
sebagian besar sekolah dalam melaksanakan pembelajaran PKn masih terfokus pada hafalan
atau teks book dan belum mencapai taraf penanaman yang dilakukan melalui pembiasaan
dalam kegiatan-kegiatan siswa, sehingga yang terjadi sekarang ini pelaksanaan pembelajaran
PKn sebagai pendidikan karakter belum mengarah pada pembentukan karakter.
Karakter yang diiperoleh melalui tahap education atau pengetahuan kemudian menuju
pada tahap acting atau perilaku yang pada akhirnya akan menuju pada tahap kebiasaan
(habit). Hal ini berarti, karakter tidak hanya sebatas pada pengetahuan oleh karena itu
pendidikan karakter harus berkelanjutan pada tahap perasaan moral dan perbuatan moral agar
siswa mampu memahami, merasakan dan mengerjakan tentang nilai-nilai kebaikan yang ada.
Saat pendidikan mengenai karakter diperoleh melalu pelajaran di dalam kelas maka
selanjutnya menjadi kewajiban sekolah untuk memfasilitasi pengembangan pengetahuan
karakter melalui kegiatan di luar kelas.

5
Salah satu bentuk perhatian pemerintah dalam usaha kegiatan pengembangan pendidikan
karakter ialah melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah adalah dengan dikeluarkannya
Permendiknas Nomor 39 Tahun 2009 tentang pembinaan kesiswaan yang menyatakan bahwa
organisasi kesiswaan di sekolah berbentuk organisasi siswa intra sekolah (OSIS) dan
merupakan organisasi resmi di sekolah. OSIS merupakan sebuah organisasi yang bisa menjadi
tempat bagi siswa untuk belajar kepemimpinan dan demokrasi. Tujuan pembinaan kesiswaan
ini tercantum dalam Pasal 1 Permendiknas RI Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan
Kesiswaan yaitu:
Tujuan pembinaan kesiswaan yaitu: a) mengembangkan potensi siswa secara optimal
dan terpadu yang meliputi bakat, minat dan kreatifitas; b) memantapkan kepribadian
siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga
terhindar dari usaha dan pengaruh negatifdan bertentangan dengan tujuan pendidikan; c)
mengaktualisasikan potensi siswa dalam pencapaian presentasi unggulan sesuai bakat
dan minat; d) menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia,
demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat
madani (civil society).

Dari uraian di atas maka sekolah perlu dan wajib menyelenggarakan pembinaan
kesiswaan dengan memberi bekal dan kemampuan kepada siswa untuk mengembangkan
potensi siswa melalui organisasi ekstrakurikuler di sekolah selain melalui pembelajaran di
dalam kelas, yaitu melalui OSIS yang diharapkan melalui organisasi tersebut dapat membawa
perubahan pada diri siswa sebagai upaya untuk pengembangan karakter siswa. Di dalam suatu
organisasi siswa akan belajar berdemokrasi secara langsung walaupun dalam lingkup yang
masih terbatas namun untuk ukuran siswa sekolah menengah pertama yang masih berusia
remaja sudah cukup baik.
Pembina OSIS biasanya telah ditunjuk oleh sekolah untuk mendampingi pengurus OSIS
dalam menjalankan tugasnya dan kepala sekolah bertugas sebagai penanggung jawab utama
dalam kegiatan OSIS. Dalam hal yang berkaitan dengan pendanaan, semua kegiatan OSIS
dana diambilkan dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS). Terkadang di
lapangan kegiatan OSIS ini seringkali mengalami hambatan, misalnya munculnya
pelanggaran yang dilakukan oleh pengurus OSIS yang idak tertib saat mengikuti pembinaan
rutin.
Sesuai dengan kegiatan pra observasi yang dilakukan pada beberapa SMP Negeri di
Kabupaten Magelang, timbul juga masalah pada saat siswa yang ikut OSIS hanya sekedar
ikut-ikutan atau hanya ingin sekedar “numpang tenar” agar lebih dikenal oleh junior-
juniornya maupun oleh siswa-siswa lainnya. Selain itu juga terkadang ada sebagian siswa

6
yang mengikuti OSIS terpaksa karena ditunjuk oleh guru atau teman-temannya. Terkadang
juga pada saat diadakan rapat kegiatan OSIS masih ditemui beberapa anggota OSIS yang
tidak menghadiri rapat. Akan tetapi di sisi lain juga terdapat siswa yang secara sadar
mengikuti kegiatan OSIS tanpa harus dipaksa oleh guru maupun teman. Siswa tersebut
mengikuti kegiatan OSIS dikarenakan tertarik untuk mengikuti organisasi untuk
mengambangkan bakat yang dimiliki dan berharap bisa menambah pengalaman dan teman
lebih banyak lagi.
Seharusnya siswa-siswa yang mengikuti OSIS tidak boleh hanya sekedar ikut-ikutan
karena dalam kegiatan OSIS ini diperlukan keseriusan dan keaktifan dari siswa agar siswa
benar-benar belajar berdemokrasi dalam organisasi. Dengan keterlibatan siswa dalam
kegiatan OSIS ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar yaitu mencetak siswa
yang memiliki karakter terpuji, misalnya berani menjadi pemimpin, berani mengungkapkan
pendapat, mau menerima saran dan kritik dari orang lain, menghargai pendapat orang lain,
memelihara dan menghargai kebersamaan, melatih tanggung jawab, bersikap amanah,
bersikap adil, bersikap jujur, dan lain sebagainya. Selain itu dengan keterlibatan siswa dalam
kegiatan OSIS ini diharapkan dapat meminimalisir terjadinya penyimpangan maupun
tindakan negatif yang banyak dilakukan oleh pelajar, seperti minum minuman keras,
merokok, narkoba bahkan sampai pergaulan bebas.
Kegiatan penelitian ini akan dilakukan pada tiga SMP Negeri di Kabupaten Magelang.
Sekolah yang dipilih adalah SMP N 1 Mungkid, SMP N 2 Mertoyudan dan SMP N 1 Dukun.
Peneliti tertarik meneliti ketiga sekolahan tersebut karena secara kualitas ketiga sekolah
tersebut memiliki standar mutu yang berbeda yang bisa diketahui dari peringkat prestasi
sekolah yang bersangkutan. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka
menarik bagi penulis untuk meneliti mengenai “PERANAN ORGANISASI SISWA INTRA
SEKOLAH DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA SMP NEGERI DI
KABUPATEN MAGELANG”.

II. Kajian Pustaka


A. Tinjauan tentang Organisasi Siswa Intra Sekolah
1. Pengertian Organisasi
Organisasi adalah wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang
sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri. Organisasi
merupakan suatu unit terkoordinasi yang terdiri setidaknya dua orang, berfungsi

7
mencapai satu sasaran tertentu atau serangkain sasaran. (Veithzal Rivai dan Deddy
Mulyadi: 2003: 169). Pengertian yang lain diungkap oleh A. Aziz Wahab (2008: 16)
menyatakan bahwa organisasi adalah merupakan “sebuah proses terstruktur dalam mana
individu berinteraksi untuk berbagai tujuan”. Dari beberapa definisi yang diungkap oleh
para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa organisasi adalah sekumpulan dari
beberapa orang yang memiliki kesamaan dalam mencapai tujuan yang sama dan telah
ditetapkan secara bersama-sama. Kemudian dalam sebuah organisasi untuk mencapai
kelancaran terhadap jalannya suatu organisai maka diperlukan adanya pembagian kerja
yang jelas dan juga didukung dengan suatu interaksi yang baik.
2. Pengertian Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
Dalam Pasal 4 Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaam juga
dijelaskan sebagai beikut:
a. Organisasi kesiswaan di sekolah berbentuk organisasi siswa intra sekolah.
b. Organisasi kesiswaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan organisasi
resmi di sekolah dan tidak ada hubungan organisatoris dengan organisasi
kesiswaan di sekolah lain.
c. Organisasi siswa intra sekolah pada SMP, SMPLB, SMA, SMALB dan SMK
adalah OSIS.
d. Organisasi siswa intra sekolah pada TK, TKLB, dan SDLB adalah organisasi
kelas.

Dalam majalah MOS Media Pelajar edisi 371/Tahun XXXI/Juli/2013 dijelaskan bahwa:
OSIS adalah suatu organisasi yang berada di tingkat Sekolah Menengah yaitu
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). OSIS
diurus dan dikelola oleh murid-murid yang terpilih untuk menjadi pengurus OSIS
biasanya organisasi ini memiliki seorang pembimbing dari guru yang dipilih oleh
pihak sekolah. Anggota OSIS adalah seluruh siswa yang berada pada satu sekolah
tempat OSIS itu berada. Seluruh anggota OSIS berhak untuk memilih calonnya
untuk kemudian menjadi pengurus OSIS. Organisasi ini bersifat intra sekolah dan
menjadi satu-satunya wadah yang menampung dan menyalurkan kurikulum, tidak
menjadi bagian dari organisasi lain di luar sekolah.

Dari beberapa definisi tentang OSIS di atas dapat disimpulkan bahwa OSIS
merupakan sebuah organisasi yang berada di dalam lingkup sekolah menegah yang
berfungsi sebagai wadah bagi siswa yang ingin belajar berorganisasi untuk
mengambangkan potensi, minat dan bakatnya dengan didampingi oleh pembina OSIS.
3. Prinsip OSIS
OSIS sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler memiliki prinsip sebagai berikut:
a. Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan potensi,
bakat dan minat peserta didik masing-masing.
8
b. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan keinginan dan
diikuti secara sukarela oleh peserta didik.
c. Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yangt menuntut
keikutsertaan peserta didik secara penuh.
d. Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana yang disukai
dan menggembirakan peserta didik.
e. Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang membangun semangat
peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil.
f. Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan
untuk kepentingan masyarakat (Mamat Supriatna, 2010: 2).
4. Fungsi OSIS
OSIS sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler memiliki fungsi sebagai berikut:
(1) Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ektrakurikuler untuk mengembangkan
kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.
(2) Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan
rasa tanggung jawab sosial peserta didik. (3) Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan
ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan
menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan. (4) Persiapan
karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta
didik (Mamat Supriatna, 2010: 1). Dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwa OSIS
sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler memiliki fungsi yang sangat penting untuk
mengembangkan peserta didik sesuai dengan potensi, minat dan bakat yang dimilikinya.
OSIS juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bersosialisasi dengan penuh
tanggung jawab. Selain itu OSIS juga berfungsi untuk menciptakan suasana yang
menggembirakan untuk mendukung proses perkembangan dan persiapan karir di masa
depan.
5. Tujuan OSIS
OSIS merupakan salah satu sarana untuk melaksanakan pembinaan kesiswaan. Tujuan
pembinaan kesiswaan ini tercantum dalam Pasal 1 Permendiknas RI Nomor 39 Tahun
2008 tentang Pembinaan Kesiswaan yaitu:
Tujuan pembinaan kesiswaan yaitu: a) mengembangkan potensi siswa secara
optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat dan kreatifitas; b) memantapkan
kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan
pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatifdan bertentangan
dengan tujuan pendidikan; c) mengaktualisasikan potensi siswa dalam pencapaian
9
presentasi unggulan sesuai bakat dan minat; d) menyiapkan siswa agar menjadi
warga masyarakat yang berakhlak mulia, demokratis, menghormati hak-hak asasi
manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat madani (civil society).

Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa tujuan dari kegiatan OSIS adalah untuk
mengembangkan potensi siswa secara optimal agar kepribadian siswa yang baik dapat
terwujud sehingga terhindar dari pengaruh negatif sehingga siswa siap untuk menjadi
warga negara yang baik.Selain itu OSIS juga bertujuan untuk meningkatkan ketahanan
sekolah sehingga tidak mudah terkena pengaruh negatif yang bertentangan dengan tujuan
pendidikan.
6. Peranan OSIS
Sebagai salah satu upaya pembinaan kesiswaan, OSIS memiliki peranan sebagai
berikut:
a. Sebagai Wadah
OSIS merupakan satu-satunya wadah kegiatan siswa di sekolah. Oleh sebab itu,
OSIS dalam mewujudkan fungsinya sebagai wadah harus melakukan upaya-
upaya bersama-sama dengan jalur yang lain, misalnya latihan kepemimpinan
siswa yang bersifat ekstrakurikuler. Tanpa saling bekerja sama dengan upaya-
upaya lain, peranan OSIS sebagai wadah kegiatan kegiatan siswa tidak akan
berlangsung.
b. Sebagai Penggerak
Motivator adalah perangsang yang menyebabkan lahirnya keinginan, semangat
partisipasi untuk berbuat, dan pendorong kegiatan bersama dalam mencapai
tujuan. OSIS akan tampil sebagai penggerak apabila para pembina dan pengurus
mampu membawa OSIS selalu memenuhi kebutuhan yang diharapkan, yaitu
menghadapi perubahan, memiliki daya terhadap ancaman, memanfaatkan
peluang dan perbuahan, dan yang terpenting adalah memberikan kepuasan kepad
anggota. Dengan kata lain manajemen OSIS mampu memainkan fungsi
inteleknya, yaitu kemampuan para pembina dan pengurus dalam
mempertahankan dan meningkatkan keberadaan OSIS baik secara internal
maupun eksternal. Apabila OSIS dapat berfungsi demikian, maka sekaligus
OSIS berhasil menampilkan peranan sebagai motivator.
c. Peranan yang bersifat preventif
Apabila peran yang bersifat intelek dalam arti secara internal OSIS dapat
menggerakkan sumber daya yang ada dan secara eksternal mampu beradaptasi
dengan lingkungan seperti menyelesaikan persoalan perilaku menyimpang siswa
dan sebagainya. Dengan demikian seacar preventif OSIS berhasil mengamankan
sekolah dari segala ancaman yang datang dari dalam maupun dari luar. Peranan
preventif OSIS akan terwujud apabila peranan OSIS sebagai pendorong lebih
dahulu harus dapat diwujudkan (Mamat Supriatna, 2010: 18).

Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa peranan OSIS sebagai sebuah
organisasi yang berada di lingkungan sekolah menengah yaitu sebagai wadah bagi siswa
untuk bekerja sama dalam organisasi. Selanjutnya sebagai penggerak atau motivator,

10
OSIS akan berperan sebagai penggerak apabila pembina dan pengurus OSIS mampu
membawa OSIS untuk memenuhi kebutuhan sesuai yang diharapkan oleh warga sekolah.
Peranan OSIS yang terakhir adalah peranan yang bersifat preventif yaitu apabila OSIS
mampu meminimalisir terjadinya pelanggaran dan terjadinya ancaman baik yang datang
dari dalam sekolah maupun dari luar sekolah.
7. Peranan Pembina OSIS
OSIS merupakan bagian dari kegiatan pengembangan diri. Menurut Dra. Masitoh,
M.Pd halaman 19 menyatakan bahwa “pengembangan diri bukan merupakan mata
pelajaran yang diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan, bakat dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan
pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau atau tenaga
kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler”. Dari
pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pembina OSIS berperan sebagai pembimbing
untuk memfasilitasi pengurus OSIS sesuai potensi, minat dan bakatnya serta membimbing
dalam menjalankan kegiatan OSIS.
8. Karakter dalam Kegiatan OSIS
Sesuai dengan lampiran Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 OSIS sebagai
organisasi kesiswaan adalah untuk memantapkan dan mengembangkan peran siswa di
dalam OSIS sesuai dengan tugasnya masing-masing. OSIS merupakan bagian dari
kegiatan pembinaan kesiswaan yaitu pembinaan demokrasi, hak asasi manusia,
pendidikan politik, lingkungan hidup, kepekaan dan toleransi sosial dalam konteks
masyarakat plural. Nilai-nilai karakter yang terkandung dalam kegiatan OSIS adalah
percaya diri, kreatif dan inovatif, mandiri, bertanggung jawab, menepati janji, berinisiatif,
disiplin, visioner, pengabdian/dedikatif, bersemangat dan demokratis (Mamat Supriatna,
2010: 10).
9. Struktur Organisasi OSIS
Pada umumnya struktur keorganisasian dalam OSIS menurut OSIS SMK Tamtama
Prembun tahun 2009 adalah sebagai berikut:
a. Ketua Pembina (biasanya Kepala Sekolah)
b. Wakil Ketua Pembina (biasanya Wakil Kepala Sekolah)
c. Pembina (biasanya guru yang ditunjuk oleh sekolah)
d. Ketua Umum

11
e. Wakil Ketua I
f. Wakil Ketua II
g. Sekretaris Umum
h. Sekretaris I
i. Sekretaris II
j. Bendahara
k. Wakil Bendahara
l. Koordinator Bidang (Korbid) dan Seksi Bidang (Sekbid) sebagai pembantu dalam
mengurus setiap kegiatan siswa yang berhubungan dengan tanggung jawab bidangnya.
10. Manfaat OSIS
Manfaat mengikuti kegiatan OSIS menurut Mamat Supriatna (2010: 16):
a. Meningkatkan nilai-nilai ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
b. Meningkatkan kesadaran berbangsa, bernegara dan cinta tanah air
c. Meningkatkan kepribadian dan budi pekerti luhur
d. Meningkatkan kemampuan berorganisasi, pendidikan politik dan kepemimpinan.
e. Meningkatkan keterampilan, kemadirian dan percaya diri.
f. Meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani
g. Menghargai dan menjiwai nilai-nilai seni, meningkatkan dan mengembangkan kreasi
seni.
Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa OSIS memiliki manfaat yang sangat
penting bagi para peserta didik untuk meningkatan karakter terpuji diantaranya
meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan keterampilan,
meningkatkan pendidikan politik peserta didik, meingkatkan kemandirian, meningkatkan
rasa percaya diri, dan lainnya. Peningkatan nilai-nilai karakter tersebut akan sangat
bermanfaat bagi para peserta didik untuk menempuh masa depan mereka agar menjadi
warga negara yang baik dan demokratis.
11. Hambatan dalam Kegiatan OSIS
Hambatan dalam sebuah kegiatan sudah tentu akan terjadi sebagai proses
pendewasaan dalam berbagai aspek dan akan semakin menambah pengalaman bagi yang
menjalankannya. Dalam kegiatan OSIS pun hambatan pasti terjadi dalam berbagai macam
hal. Menurut OSIS SMK Tamtama Prembun tahun 2009 menyebutkan bahwa hambatan
dalam kegiatan OSIS adalah sebagai berikut:
a. Kehadiran OSIS sebagai organisasi di sekolah

12
Kedudukan organisasi ini harus murni dari siswa untuk siswa. Sebagai bagian
dari kehidupan sekolah yang intinya adalah proses belajar mengajar, berhasil
tidaknya organisasi tersebut dapat diukur dengan seberapa jauh OSIS ini dapat
menunjang proses belajar mengajar dalam pencapaian tujuan pendidikan.
b. Pengolahan OSIS
Pengelolaan ini menyangkut segi kualitas pengelola/siswa seperti:
1) Kepemimpinan, seperti kemampuan dan kewibawaan menggerakkan
segala sumber daya secara optimal.
2) Manajemen, seperti kemampuan menyususn, mengatur, melaksanakan,
mengevaluasi dan mengembangkan dengan program kesiswaan.
3) Pengetahuan dan pengalaman dalam organisasi.
4) Kemampuan memahami makna OSIS sebagai organisasi yang memiliki
tujuan sebagai kehidupan kelompok memiliki sejumlah program
terkoordinasi serta berkelanjutan dalam waktu tertentu.
5) Hubungan kerja sama, baik antara siswa maupun siswa dengan
pembinanya.
c. Pendanaan
Pendanaan OSIS berasal dari APBS (rencana anggaran pendapatan dan belanja
sekolah) namun terkadang dana tersebut dirasa kurang untuk menunjang
pelaksanaan program OSIS. Sehingga diperlukan pemecahan secara bersama-
sama agar dapat dilaksanakan suatu mekanisme pendanan yang lebih rasional.
d. Pembinaan
Perlu diadakan pembinaan secara terus menerus, berjenjang dan dilengkapi
dengan perangkat informasi agar ada persepsi yang sama antara pembina
dengan siswa yang dibina. Setiap laporan OSIS harus dievaluasi untuk
pembinaan selanjutnya.

Dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwa hambatan dalam sebuah kegiatan pasti
akan muncul untuk menjadi sebuah peringatan dan pengalaman bagi yang menjalankan
kegiatan tersebut. OSIS sebagai sebuah organisasi pun tak lepas dari berbagai macam
hambatan. Hambatan yang sering muncul dalam kegiatan OSIS adalah dalam hal
pendanaan, manajemen komunikasi antara pembina dan pengurus maupun antar pengurus
yang kurang baik, dan lain sebagainya.

B. Tinjauan tentang Pendidikan Karakter


1. Pengertian Karakter
Pengertian karakter diungkapkan oleh Wynne bahwa karakter berasal dari Bahasa
Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana
menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Oleh
sebab itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur, curang, kejam dan rakus dikatakan
sebagai orang yang memiliki karakter jelek, sedangkan yang berperilaku baik, jujur dan
suka menolong dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter baik/mulia (E. Mulyasa,

13
2011:4). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011: 623), karakter adalah
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain;
tabiat; watak. Dari berbagai pengertian karakter yang telah diungkapkan di atas maka
secara sederhana penulis menyimpulkan pengertian karakter merupakan ciri-ciri pribadi
yang melekat pada diri seorang indvidu secara alami yang dapat digunakan untuk
membedakan antara satu individu dengan individu yang lainnya yang diwujudkan dalam
tindakan nyata seperti berperilaku baik, jujur, hormat, bertanggung jawab dan lain
sebagainya.
2. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan proses yang berkelanjutan dan tidak pernah
berakhir (never ending process), sehingga menghasilkan perbaikan kualitas yang
berkesinambungan (continous quality improvement), yang ditujukan pada terwujudnya
sosok manusia masa depan, dan berakar pada nilai-nilai budaya bangsa (E. Mulyasa:
2011: 2). Pendidikan karakter di Indonesia harus menumbuhkembangkan nilai-nilai
filosofis dan mengamalkan seluruh karakter bangsa secara utuh dan menyeluruh. Dalam
konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pendidikan karakter harus
mengandung perekat bangsa yang memiliki beragam budaya dalam wujud kesadaran,
pemahaman dan kecerdasan kultural masyarakat karena bangsa Indonesia adalah bangsa
yang majemuk.
Pendidikan karakter memiliki makna yang lebih tinggi daripada pendidikan moral,
karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi
bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan,
sehingga anak/peserta didik memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi serta
kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari (E.
Mulyasa, 2011: 3). Secara sederhana penulis menyimpulkan pendidikan karakter
merupakan suatu upaya sadar dan terencana untuk membantu mengembangkan jiwa
manusia baik perkembangan lahir maupun batin menuju ke arah yang lebih baik. Sebagai
contohnya adalah anjuran kepada anak untuk bertutur kata yang baik dan sopan,
menghormati orang yang lebih tua serta menyayangi orang yang lebih muda, berpakaian
rapi dan sopan, suka menolong, mematuhi tata tertib yang berlaku dimanapun ia berada,
tidak suka berbohong, tidak suka mencuri, dan lain sebagainya yang merupakan proses
dari pendidikan karakter.
3. Prinsip Pendidikan Karakter

14
Menurut Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama
Kemendiknas, (2010: 23), terdapat sebelas prinsip yang dapat mempengaruhi efektivitas
pelaksanaan pendidikan karakter. Prinsip tersebut antara lain:
a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.
b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran,
perasaan, dan perilaku.
c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun
karakter.
d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
e. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku
yang baik.
f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang
menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan
membantu mereka untuk sukses.
g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada peserta didik.
h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi
tanggung jaab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang
sama.
i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter.
j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha
membangun karakter.
k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staff sekolah sebagai guru-guru
karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.

Dari pemaparan tersebut diharapkan sebelas prinsip pendidikan karakter dapat


diimplementasikan di lingkungan sekolah sehingga pendidikan karakter tidak hanya
sebatas sebagai pengetahuan nilai-nilai karakter saja tetapi dapat di tanamkan pada siswa
sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi suatu kebiasaan yang
baik.
4. Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter pada dasarnya bertujuan untuk membentuk bangsa yang
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa
patriotik, berkembang dinamis, berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdarkan pada
Pancasila dan UUD 1945 (Pusat Kajian Kurikulum, 2011: 2). Tujuan pendidikan karakter
adalah untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang
sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui
pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta
15
mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam
kehidupan sehari-hari (E. Mulyasa, 2011: 9).Secara sederhana tujuan pendidikan karakter
adalah membentuk karakter peserta didik yang berakhlak dan berkepribadian baik, serta
mampu menginternalisasikan pengetahuan yang ia miliki dalam kehidupan sehari-harinya.
5. Grand Design Pendidikan Karakter
Dalam Kerangka Acuan Pendidikan Karakter, Kemendiknas (2010) telah menyusun
grand design pendidikan karakter dengan menggunakan beberapa pendekatan pendidikan
karakter yang antara lain keteladanan, pembelajaran, pemberdayaan dan pembudayaan,
penguatan dan penilaian. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Kemendiknas
telah meyusun sebuah grand design pendidikan karakter dengan memasukkan lima
pendekatan di dalamnya yaitu keteladanan, pembelajaran, pemberdayaan dan pembudayaan,
penguatan serta penilaian. Masing-masing pendekatan tersebut memiliki peran yang sangat
penting demi terlaksana dan tercapainya pendidikan karakter yang dikehendaki yaitu untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
6. Pembentukan Karakter Peserta Didik
Pengetahuan siswa mengenai karakter diperoleh melalui proses pembelajaran di
dalam kelas. Untuk pengembangan pendidikan karakter di persekolahan mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dan mata pelajaran Pendidikan Agama menjadi salah satu
ujung tombaknya walaupun sebenarnya semua mata pelajaran memiliki andil yang sama
dalam membentuk karakter siswa. Dalam Pasal 6 ayat (1) PP nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan juga disebutkan ketentuan bahwa:
Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk
peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak dan
kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta
peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk
wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap
hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup,
kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum,
ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi dan
nepotisme.

Setelah siswa memperoleh pengetahuan mengenai moral dan karakter di dalam kelas
khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Agama
maka selanjutnya siswa akan mencoba belajar mengimplementasikannya dalam kehidupan
budaya sekolah dalam kegiatan atau kehidupan keseharian di sekolah. Selanjutnya akan
16
mulai diintegrasikan dalam kegiatan ektrakurikuler yang ada di sekolahan yang
bersangkutan. Tahapan yang terkahir maka karakter tersebut akan mulai terintegrasi dalam
kegiatan keseharian di rumah.
Pembentukan karakter peserta didik dapat dilihat dalam konteks mikro pendidikan
karakter yang menjelaskan bahwa pada tahap pertama adalah kegiatan KBM di kelas yaitu
pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam kegiatan belajar mengajar pada setiap mata
pelajaran. Tahap kedua adalah proses pembiasaan dalam kehidupan kehidupan keseharian
di sekolah. Tahap ketiga adalah kegiatan ekstrakurikuler yaitu pendidikan karakter
diintegrasikan ke dalam kegiatan ekstralurikuler yang ada di sekolah, misalnya OSIS,
pramuka, KIR, dan lain sebagainya. Tahap akhir adalah kegiatan keseharian di rumah
yaitu penerapan pembiasaan kehidupan keseharian di rumah yang sama dengan di satuan
pendidikan. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter
memang bertujuan mengajarkan dan menanamkan karakter pada siswa. Akan tetapi
pembelajaran karakter yang hanya di dalam kelas hanya akan menjadi sebatas sebuah
pengetahuan saja jika tidak diaktualisasikan dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, perlu
diimplematasikan dalam kegiatan secara riil. Salah satu usaha nyata untuk
mengembangkan pembelajaran karakter adalah dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
misalnya OSIS. Dalam organisasi ini siswa akan belajar berorganisasi yang pada
prosesnya akan membentuk karakter dari siswa yang terlibat aktif dalam kegiatan OSIS
untuk mengembangkan minat dan bakat serta potensi yang dimiliki siswa.

III. Metode Penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan di tiga buah sekolah menengah pertama yang berada di
Kabupaten Magelang yaitu SMP N 1 Mungkid, SMP N 2 Mertoyudan dan SMP N 1 Dukun
pada akhir bulan Mei sampai Agustus 2013. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengungkap
gambaran objektif mengenai keadaan yang terdapat pada diri objek yang diteliti. Sedangkan
pendekatan kualitatif yang dimaksud dilakukan untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain
secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong,
2005: 6).

17
Subjek penelitian ini adalam pembina OSIS, siswa pengurus OSIS dan siswa bukan
pengurus OSIS dengan teknik purposive. Teknik purposive yaitu pengambilan sampel atau
subjek penelitian telah diperhitungkan dalam sebuah populasi dan sebelumnya telah diketahui
dan diperhitungkan (Bohar Soeharto, 1989: 153).
Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Data
yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data tersebut antara lain observasi berupa kondisi
kegiatan saat diadakan kegiatan OSIS dan perilaku dari pembina OSIS serta pengurus OSIS
ketika mengikuti kegiatan OSIS. Sementara dokumen dalam penelitian ini berupa proposal
kegiatan OSIS, lembar pertanggungjawaban kegiatan OSIS, struktur organisasi OSIS, foto-
foto kegiatan, dll. Teknik keabsahan data menggunakan teknik triangulasi yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data, untuk
melakukan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2005:178). Secara
khusus digunakan triangulasi sumber, yaitu dilakukan dengan cara membandingkan data yang
diperoleh melalui wawancara antara informasi satu dengan yang lainnya. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui alasan mengenai terjadinya perbedaan-perbedaan pandangan pendapat atau
pemikiran.
Menurut Sugiyono (2010: 335), yang dimaksud dengan teknik analisis data adalah
proses mencari data, menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami
oleh diri sendiri maupun orang lain. Teknik analisis data dengan menggunakan teknik analisis
induktif yang merupakan penarikan kesimpulan dari fakta-fakta yang khusus, untuk kemudian
ditarik kesimpulan secara umum generalisasi. Beberpa langkah dalam analisi data tersebut
antara lain: (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) display data dan (4) pengambilan
kesimpulan.

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Pada bagian ini akan disampaikan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan yang
meliputi: peranan organsisasi siswa intra sekolah dalam membentuk karakter siswa dan
hambatan OSIS dalam membentuk karakter siswa yaitu sebagai berikut:
a. Peranan OSIS di SMP N 1 Mungkid, SMP N 2 Mertoyudan dan SMP N 1 Dukun yaitu
sebagai wadah bagi siswa untuk belajar berorganisasi. Melalui OSIS, siswa pengurus OSIS

18
belajar bekerja sama dan membantu sekolah untuk menjalankan dan menggerakkan
berbagai macam kegiatan, misalnya kegiatan MOS, kegiatan ramadhan, kegiatan class
meeting dan lainnya. Selain itu OSIS juga berperan sebagai tempat untuk belajar bekerja
sama baik antar pengurus OSIS, antara pengurus OSIS dengan pembina OSIS sebagai
pembimbing yang telah ditunjuk oleh sekolah. Antara pengurus OSIS dan pembina harus
mampu saling berkeja sama untuk membawa OSIS mencapai tujuannya. Jika peranan
OSIS sebagai penggerak telah berjalan maka selanjutnya peranan OSIS sebagai peranan
yang bersifat preventif akan terlaksana yaitu mencegah siswa untuk berbuat menyimpang.
b. Persiapan dan peranan pembina OSIS dalam menyelenggaran kegiatan OSIS di SMP N 1
Mungkid, SMP N 2 Mertoyudan dan SMP N 1 Dukun yaitu dalam menyelenggarakan
kegiatan OSIS, pembina OSIS juga melakukan berbagai macam persiapan. Persiapan yang
dilakukan oleh pembina OSIS antara lain dengan membuat pedoman kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh OSIS. Pembina OSIS merasa harus membuat pedoman kegiatan karena
pengurus OSIS untuk sekolah menengah pertama masih harus memerlukan pendampingan
mengingat usia mereka masih sangat remaja walaupun pedoman kegiatan tersebut tidak
didokumentasikan secara formal. pembina OSIS memang memiliki peranan yang sangat
penting, yaitu sebagai pembimbing, motivator, penggerak kegiatan, kontroling dan
evaluasi kegiatan. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh pengurus OSIS tetap berada di
bawah kendali pembina OSIS agar tidak menyimpang dari aturan yang berlaku. Namun
demikian pembina OSIS juga tidak mengekang ruang kreativitas siswa, mereka tetap
diberikan kesempatan untuk mengajukan aspirasi meskipun terkadang aspirasi mereka
tidak diterima tapi disinilah pengurus OSIS belajar untuk mau menerima saran dan kritik
dari orang lain agar karakter mereka lebih terasah. Penanaman nilai-nilai karakter
dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah.
c. Pelaksanaan Kegiatan OSIS di SMP N 1 Mungkid, SMP N 2 Mertoyudan dan SMP N 1
Dukun yaitu pelaksanaan kegiatan OSIS yang dilakukan oleh pembina OSIS adalah
dengan membimbing pengurus OSIS melakukan penanaman nilai-nilai terpuji melalui
berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh OSIS. Melalui penanaman nilai-nilai
tersebut diharapkan pengurus OSIS bisa mengembangkan karakter mereka melebihi siswa
biasanya pada umumnya karena mereka merupakan siswa terpilih diantara siswa seluruh
sekolah. Dengan penanaman nilai-nilai tersebut secara terus menerus siswa akan menjadi
terbiasa melakukan nilai-nilai terpuji tersebut dalam kehidupan keseharian baik di sekolah
maupun di rumah. Kegiatan OSIS tersebut telah dilaksanakan dengan memberikan

19
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
potensi, minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa, walaupun kegiatan OSIS ini belum
sepenuhnya mampu menarik minat seluruh siswa.
d. Karakter yang terbentuk melalui kegiatan OSIS di SMP N 1 Mungkid, SMP N 2
Mertoyudan dan SMP N 1 Dukun adalah kepemimpinan, bertanggung jawab, berani
mengeluarkan pendapat, disiplin, percaya diri, demokratis, aktif, kreatif, bekerja sama dan
belajar bermusyawarah.
e. Pandangan siswa terhadap OSIS di SMP N 1 Mungkid, SMP N 2 Mertoyudan dan SMP N
1 Dukun adalah siswa bukan pengurus OSIS tidak bergabung menjadi pengurus OSIS
karena memang dari diri mereka sendiri tidak tertarik dan tidak berminat serta malas untuk
berorganisasi karena mereka beranggapan berorganisasi cukup menyita waktu dan menjadi
sebuah beban. Walaupun ditemui juga siswa yang sebenarnya berminat mejadi pengurus
OSIS akan tetapi gugur saat seleksi penerimaan pengurus OSIS. Pada dasarnya memang
untuk bergabung mengikuti sebuah keorganisasian memerlukan kesadaran dari dalam diri
agar dalam menjalankan semua kegiatan penuh dengan keikhlasan dari dalam hati bukan
menjadi sebuah beban yang memang harus dijalani.

Hambatan yang ditemui pembina OSISdi SMP N 1 Mungkid, SMP N 2 Mertoyudan


dan SMP N 1 Dukun dalam membentuk karaktersiswaadalah sebagai berikut:
a. Hambatan yang ditemui OSIS dalam membentuk karakter siswa adalah munculnya
pelanggaran yang dilakukan oleh pengurus OSIS sendiri dan sebagian pengurus OSIS
mengeluh karena sering tertinggal pelajaran di kelas.
b. Upaya dalam mengatasi hambatan adalah memberikan sanksi secara tegas kepada
pengurus OSIS yang melanggar peraturan dan pengurus OSIS harus pandai membagi
waktu dan memanajemen waktu antara kegiatan di kelas dengan kegiatan organisasi.

V. Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Peranan Organisasi Siswa Intra
Sekolah dalam Membentuk Karakter Siswa SMP Negeri di Kabupaten Magelang, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Peranan OSIS dalam membentuk karakter siswa SMP Negeri di Kabupaten Magelang
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: OSIS memiliki peranan sebagai wadah bagi

20
siswa untuk belajar berorganisasi. Sebagai penggerak yaitu OSIS menjalankan tugasnya
untuk memenuhi kebutuhan seluruh warga sekolah melalui pembina dan pengurusnya.
Peranan yang bersifat preventif dapat diketahui bahwa dengan mengikuti kegiatan OSIS
siswa menjadi lebih terarah dalam berkegiatan sehingga ancaman-ancaman negatif dapat
dihindari.
Pembina OSIS juga memiliki peranan dalam pembentukan karakter siswa melalui
kegiatan OSIS yaitu dengan melakukan pembiasaan penanaman nilai-nilai karakter
melalui kegiatan yang dilakukan. Penanaman nilai karakter melalui kegiatan-kegiatan
OSIS terbukti efektif mebentuk karakter siswa, misalnya karakter kepemimpinan
terbentuk saat siswa dilatih untuk menjadi pemimpin rapat secara bergantian saat
mengadakan rapat OSIS. Sikap bertanggung jawab juga terbentuk pada saat pengurus
OSIS menjalankan peranannya sesuai dengan jabatan yang dipegangnya. Selain itu
karakter yang bisa terbentuk melalui kegiatan OSIS ini adalah percaya diri, kreatif dan
inovatif, mandiri, bertanggung jawab, menepati janji, berinisiatif, disiplin, visioner,
pengabdian/dedikatif, bersemangat dan demokratis.
2. Hambatan dalam penanaman nilai-nilai karakter berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut adanya beberapa anggota pengurus OSIS yang membolos
saat diadakan pembinaan dan rapat rutin sehingga perlu diberikan teguran dan sanksi agar
memberikan efek jera. Munculnya pelanggaran yang dilakukan oleh pengurus OSIS
sangat wajar terjadi mengingat karakter tiap siswa berbeda. Hambatan yang lain muncul
saat ada beberapa siswa yang mengeluh karena tertinggal materi pelajaran di kelas karena
mengikuti kegiatan OSIS, namun hal ini bisa diatasi dengan cara memanajemen waktu
dengan baik dan benar untuk mengejar ketertinggalan materi pelajaran.
B. Saran
1. Kepada Pihak Sekolah
a. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan formal diharapkan mampu menciptakan
budaya positif agar mampu membantu mengintegrasikan pendidikan karakter melalui
pembiasaan nilai-nilai karakter terpuji dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh sekolah.
b. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan formal diharapkan selalu mendukung
penyelenggaraan kegiatan OSIS dalam upaya kegiatan pembinaan kesiswaan.
c. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan formal diharapkan dapat terus menanamkan
nilai-nilai karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler setelah mendapatkan pendidikan
karakter di dalam kelas.

21
2. Kepada Pembina OSIS
a. Pembina OSIS dalam menyelenggarakan kegiatan OSIS yang berdimensi pendidikan
karakter diharapkan bisa menyajikan kegiatan yang ringan dan menarik untuk
membentuk karakter siswa.
b. Pembina OSIS dalam menyelenggarakan kegiatan OSIS diharapkan bisa menjadi teladan
dan contoh yang baik bagi pengurus OSIS pada khususnya dan bagi seluruh siswa pada
umumnya.
3. Kepada Pengurus OSIS
a. Pengurus OSIS sebagai siswa terpilih diharapkan mampu menjadi contoh bagi seluruh
siswa lainnya.
b. Pengurus OSIS sebagai wakil dari seluruh siswa diharapkan mampu menjadi penyalur
aspirasi siswa kepada sekolah.
c. Pengurus OSIS diharapkan mampu menjadi jembatan antara siswa dengan pihak sekolah.
d. Pengurus OSIS diharapkan terus meningkatkan kekompakan agar semua kegiatan dapat
terlaksana secara maksimal.
4. Kepada Siswa Bukan Pengurus OSIS
a. Siswa diharapkan terus mendukung semua kegiatan yang diadakan oleh OSIS.
b. Siswa diharapkan mampu bekerja sama dengan pengurus OSIS dalam semua kegiatan
yang diadakan.

Daftar Pustaka
A.Aziz Wahab. 2008. Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.

Bohar Soeharto. 1989. Menyiapkan Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi-Thesis).
Bandung: Tarsito.
Departemen Pendidikan Nasional. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
E.Mulyasa. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Kemendiknas. 2010. Kerangka Acuan Pendidikan Karakter Tahun Anggaran 2010. Jakarta.

Lickona, Thomas. 2013. Pendidikan Karakter Penduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi
Pintar dan Baik. (Alih Bahasa: Lita S.). Bandung: Nusa Media.

Mamat Supriatna. 2010. Pendidikan Karakter Melalui Ekstrakurikuler. Bandung:


file.upi.edu/.../25._PENDIDIKAN_KARAKTER_VIA_EKSTRA.pdf - Cached. Diakses
pada hari Minggu, 02 Juni 2013 pukul 14.20 WIB.

22
Masitoh. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIKAN/
194806261980112MASITOH/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan_%28KTSP%
29_SMP-Dra._Masitoh,_M.Pd..pdf. Diakses pada hari Senin, 09 September 2013
pukul 13.45 WIB.

Masnur Muslich. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional.


Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Moleong, Lexy J.. 2005. Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

OSIS SMK Tamtama Prembun. 2009. Sejarah Terbentuknya OSIS di Indonesia.


http://m.facebook.com/note.php?note_id=126827178756&p=0. Diakses pada hari
Senin, 09 September 2013 pukul 13.00 EIB.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 Tentang
Pembinaan Kesiswaan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan.

Pusat Kajian dan Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional. 2011. Pedoman Pelaksanaan
Pendidikan Karakter. Jakarta: Balitbang.

Redaksi MOS. 2013. MOS Media Pelajaran Edisi 371/Tahun XXXI/Juli/2013. Yayasan
Purnama: Semarang.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan


Nasional.

Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta:
Rajawali Press.

23

Anda mungkin juga menyukai