LANDASAN TEORI
2.1 Irigasi
Irigasi adalah berasal dari istilah irridatie (bahasa belanda) atau irrigation
(bahasa inggris) diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk mendatangkan
air dari sumbernya guna keperluan pertanian mengalirkan dan membagikan air
secara teratur setelah digunakan dapat pula di buang kembali. (Mawardi dan Memet,
2002). Menurut Sosrodarsono dan Takeda (2003), irigasi merupakan usaha
penyediaan dan pengaturan air yang diperlukan tanaman ke tanah yang diolah,
dimana penyalurannya didistribusikan secara sistematis. Usaha tersebut terutama
menyangkut pembuatan sarana dan prasarana untuk membagi-bagikan air ke
sawah-sawah secara teratur dan membuang air kelebihan yang tidak diperlukan lagi
untuk memenuhi tujuan pertanian.
Menurut Sidharta SK (1997), irigasi adalah usaha mendatangkan air dengan
membuat bangunan-bangunan dan saluran untuk mengalirkan air guna keperluan
pertanian, membagi-bagikan air ke sawah-sawah atau ladang-ladang dengan cara
yang teratur dan membuang air yang tidak dipergunakan lagi. Pengertian irigasi
yang lebih spesifik dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2006
tentang Irigasi yang menyebutkan bahwa irigasi adalah usaha penyediaan,
pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya
meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan
irigasi tambak.
2. Irigasi Semiteknis
Dalam banyak hal, perbedaan satu-satunya antara jaringan irigasi sederhana dan
jaringan semiteknis adalah bahwa jaringan semiteknis ini bendungnya terletak
di sungai lengkap dengan bangunan pengambilan dan bangunan pengukur di
bagian hilirnya. Mungkin juga dibangun beberapa bangunan permanen di
jaringan saluran. Sistem pembagian air biasanya serupa dengan jaringan
sederhana (gambar 2.2). Adalah mungkin bahwa pengambilan dipakai untuk
melayani/mengairi daerah yang lebih luas dari daerah layanan pada jaringan
sederhana. Oleh karena itu biayanya ditanggung oleh lebih banyak daerah
layanan.
4. Kantong lumpur
Kantong lumpur mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari
fraksi pasir halus tetapi masih termasuk pasir halus dengan diameter butir
berukuran 0,088 mm dan biasanya ditempatkan persis di sebelah hilir
pengambilan. Bahan-bahan yang lebih halus tidak dapat ditangkap dalam
kantong lumpur biasa dan harus diangkut melalui jaringan saluran ke sawah-
sawah. Bahan yang telah mengendap di dalam kantong kemudian dibersihkan
secara berkala. Pembersihan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan
aliran air yang deras untuk menghanyutkan bahan endapan tersebut kembali ke
sungai. Dalam hal-hal tertentu, pembersihan ini perlu dilakukan dengan cara
lain, yaitu dengan jalan mengeruknya atau dilakukan dengan tangan.
5. Perkuatan sungai
Pembuatan bangunan perkuatan sungai khusus di sekitar bending untuk
menjaga agar bangunan tetap berfungsi dengan baik, terdiri dari:
a. Bangunan perkuatan sungai guna melindungi bangunan terhadap kerusakan
akibat penggerusan dan sedimentasi. Pekerjaan-pekerjaan ini umumnya
berupa krib, matras batu, pasangan batu kosong dan/atau dinding pengarah.
b. Tanggul banjir untuk melindungi lahan yang berdekatan terhadap genangan
akibat banjir.
c. Saringan bongkah untuk melindungi pengambilan atau pembilas, agar
bongkah tidak menyumbah bangunan selama terjadi banjir.
d. Tanggul penutup untuk menutup bagian sungai lama atau, bila bangunan
bendung dibuat di kopur, untuk mengelakkan sungai melalui bangunan
tersebut.
6. Bangunan-bangunan pelengkap
Bangunan-bangunan atau perlengkapan yang akan ditambahkan ke bangunan
utama diperlukan keperluan:
a. Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran
b. Rumah untuk operasi pintu
c. Peralatan komunikasi, tempat teduh serta perumahan untuk tenaga
operasional, gudang dan ruang kerja untuk kegiatan operasional dan
pemeliharaan
d. Jembatan di atas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama mudah di
jangkau, atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum
e. Instalasi tenaga air mikro atau mini, tergantung pada hasil evaluasi ekonomi
serta kemungkinan hidrolik. Instalasi ini bisa dibangun di dalam bangunan
bendung atau di ujung kantong lumpur atau di awal saluran.
f. Bangunan tangga ikan (fish ladder) diperlukan pada lokasi yang senyatanya
perlu dijaga keseimbangan lingkungannya sehingga kehidupan biota tidak
terganggu. Pada lokasi diluar pertimbangan tersebut tidak diperlukan tangga
ikan.
a. Mercu Bulat
Bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisiensi debit yang jauh lebih
tinggi (44%) dibandingkan dengan koefisiensi bendung ambang lebar. Pada
sungai, ini akan banyak memberikan keuntungan karena bangunan ini akan
mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga koefisiensi debit
menjadi lebih tinggi karena lengkung streamline dan tekanan negatif pada
mercu. Tekanan pada mercu adalah fungsi perbandingan antara H1 dan r (H1/r)
(gambar 2.7). Untuk bendung dengan dua jari-jari (R2), jari-jari hilir akan
digunakan untuk menemukan harga koefisien debit. Untuk menghindari
bahaya kavitasi lokal, tekanan minimum pada mercu bendung harus dibatasi
sampai 4 m tekanan air jika mercu terbuat dari beton, untuk pasangan batu
tekanan subatmosfir sebaiknya dibatasi sampai 1 m tekanan air.
Dari gambar tampak bahwa jari-jari mercu bendung pasangan batu akan
berkisar antara 0,3 sampai 0,7 kali H1maks dan untuk mercu bending beton dari
0,1 sampai 0,7 kali H1maks
b. Mercu Ogee
Mercu Ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bending ambang tajam (aerasi).
Oleh karena itu, mercu tidak akan memberikan tekanan sub atmosfer pada
permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencana. Untuk
debit yang lebih rendah, air akan memberikan tekanan ke bawah pada mercu.
Bentuk bentuk mercu ogee dapat dilihat pada gambar 2.8.
Gambar 2.8 Bentuk-bentuk bendung mercu ogee
(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama (KP-02))
2.3 Beton
Beton adalah salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan untuk
bangunan gedung, jembatan, jalan, bendung, bendungan dan lain-lain seperti pada
gambar 2.9. Beton merupakan campuran antara semen portland atau semen
hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan
tambahan yang membentuk masa padat (SNI 03-2847-2002).
Menurut Kardiyono Tjokrodimulyo (2007) Beton merupakan suatu bahan
komposit (campuran) dari beberapa material, yang bahan utamanya terdiri dari
campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, air dan atau tanpa bahan
tambah lain dengan perbandingan tertentu. Karena beton merupakan komposit,
maka kualitas beton sangat tergantung dari kualitas masing-masing material
pembentuk. Ia mengungkapkan bahwa pada beton yang baik, setiap butir agregat
seluruhnya terbungkus dengan mortar. Demikian pula halnya dengan ruang antar
agregat, harus terisi oleh mortar. Jadi kualitas pasta atau mortar menentukan
kualitas beton. Semen adalah unsur kunci dalam beton, meskipun jumlahnya hanya
7-15% dari campuran. Beton dengan jumlah semen yang sedikit (sampai 7%)
disebut beton kurus (lean concrete), sedangkan beton dengan jumlah semen yang
banyak disebut beton gemuk (rich concrete).
Beton masih merupakan pilihan utama sebagai bahan konstruksi pada saat
ini. Hal itu dikarenakan beragam keunggulannya dibandingkan material lain seperti
kemudahan dalam pengerjaannya (workability), kekohesifan (cohesiveness),
kekuatan yang tinggi dalam memikul beban (strenght) dan keawetan yang baik
(durability) (Mulyono, 2005).
Lalu nilai persen tertahan digunakan untuk mencari nilai persen lolos
dengan menggunakan rumus 2.2.
Dimana:
W = Berat Sampel
W1 = Berat Cawan
W2 = Berat sampel + cawan
V = Volume cawan
Dimana:
Ww = Berat air
WW = Berat agregat basah + cawan
DW = Berat agregat kering + cetakan
TW = Berat cawan
Ws = Berat agregat kering
Dimana:
C = Kadar Lumpur
Md1 = Berat sampel kering sebelum uji
Md2 = Berat sampel kering setelah uji
2. Pengendalian campuran dan adukan beton
Pencampuran beton dilakukan berdasarkan desain campuran beton (mix
design). Pengadukan beton dikerjakan dengan memakai mesin pengaduk dan
lamanya pengadukan tergantung dari kapasitas mesin pengaduk.
3. Perawatan beton
Perawatan beton dilakukan setelah beton mencapai final setting artinya beton
telah mengeras. Perawatan ini dilakukan, agar proses hidrasi selanjutnya tidak
mengalami gangguan.
4. Pengujian beton
Pengujian beton dilakukan pada saat beton masih dalam kondisi plastis (segar)
dan beton yang sudah jadi (sudah mengeras). Pengujian pada beton segar yaitu
pengujian slump, sedangkan pengujian pada beton jadi/keras yaitu pengujian
kuat tekan beton.
a. Pengujian slump
Uji Slump (gambar 2.10) adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan
untuk menentukan konsistensi/kekakuan (dapat dikerjakan atau tidak) dari
campuran beton segar (fresh concrete) untuk menentukan tingkat
workability nya. Kekakuan dalam suatu campuran beton menunjukkan
berapa banyak air yang digunakan. Untuk itu uji slump menunjukkan
apakah campuran beton kekurangan, kelebihan, atau cukup air. Uji slump
merupakan hasil pengurangan dari tinggi cetakan dan tinggi rata-rata
benda uji.
1. Anggaran (biaya)
Proyek harus di selesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran. Untuk
proyek-proyek yang melibatkan dana dalam jumlah besar dan jadwal bertahun-
tahun anggarannya bukan hanya ditentukan untuk total proyek tetapi di pecah
bagi komponen-komponennya, atau perperiode tertentu (misalnya per kwartal)
yang jumlahnya disesuaikan dengan keperluan. Dengan demikian,
penyelesaian bagian-bagian proyek pun harus memenuhi sasaran anggaran per
periode.
2. Jadwal (waktu)
Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang
telah ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk baru, maka penyerahan tidak
boleh melewati batas waktu yang ditentukan.
3. Mutu
Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi sepesifikasi dan kriteria
yang dipersyaratkan. Kriteria yang harus dipenuhi adalah perusahaan harus
mampu beroprasi secara memuaskan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
Setiap keputusan yang diambil akan mempengaruhi keseluruhan kerja
proyek, sehingga dibutuhkan kemampuan pengambilan keputusan yang mampu
memandang perspektif proyek. Dalam manajemen proyek diperlukan suatu
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemrosesan (actuating),
dan pengecekan (controlling).
2.6 Organisasi Pengelola Proyek
Pola dasar hubungan kerja antara unsur-unsur pelaksana pembangunan atau
organisasi pengelola proyek berdasarkan Keppres No. 80 Tahun 2003 ditunjukkan
pada gambar 2.
3. Organisasi matrik
Organisasi matrik merupakan bentukan baru dari organisasi fungsional dan
organisasi proyek. Bentukan organisasi baru yang beranggotakan staf dari setiap
fungsi yang ada disebut organisasi matrik lemah. organisasi matrik lemah (Gambar
2.4.) mengatur banyak karakteristik dari organisasi fungsional dan manajer proyek
lebih bersifat sebagai koordinator dari pada sebagai manajer. Bentukan baru ini
nantinya akan menjadi sebuah tim proyek yang ditugaskan untuk mengelola proyek
konstruksi di lapangan.
Kelemahan bentuk organisasi ini adalah tim yang dibentuk semuanya
memiliki kualifikasi staff bukan manajer sehingga kemampuan manajeriaheya
sangat terbatas. Sebagai kebalikan dari organisasi matrik lemah, maka organisasi
matrik kuat memiliki banyak karakteristik dari organisasi proyek dan dapat
memiliki manajer proyek secara penuh dengan otoritas yang dapat
dipertimbangkan, dan juga memiliki staf administrasi proyek sendiri. Bentuk
organisasi matrik kuat dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Chief
Executive
Project Coordination
Chief
Executive
Staff
Manager of
Project Managers
Staff
Staff
Project Manager
Project Coordination
(Gray boxes represent staff engaged in project activities)
Gambar 2.5. Organisasi matrik kuat
(Sumber: PMBOK, 2013)