Anda di halaman 1dari 9

Laporan Pendahuluan

Post partum sectio sesaria di ruang B3 obstetri


RSUP Dr. Kariadi Semarang

Di susun oleh:
Puma Adi Rosiyanto
1.1.10497

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
2006
Sectio sesaria

I. Pengertian
Section sesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim.

II. Jenis-jenis operasi SC


1. Abdomen (section sesaria abdominalis)
a. SC Transperitonealis
o SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada korpus uteri.)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-
kira 10 cm.
Kelebihan:
 Mengeluarkan janin dengan cepat
 Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
 Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan:
 Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonialis yang baik.
 Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan.

o SC Ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen


bawah rahim.)
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen
bawah rahim (low servical tranversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
 Penjahitan luka lebih mudah
 Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
 Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebarab isi uterus ke rongga peritoneum.
 Perdarahan tidak begitu banyak.
 Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang/lebih kecil.
Kekurangan :
 Luka dapat meleber kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uterine pacah sehingga mengakibatkan perdarahan
yang banyak.
 Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi

b. SC ekstraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan


demikian tidak membuka cavum abdominal.

2. Vagina (section sesaria vaginalis)


Menurut sayatan pada rahim , SC dapat dilakukan sb:
 Sayatan memanjang (longitudinal)
 Sayatan melintang (transversal0
 Sayatan huruf T (T insicion)

III. Indikasi
Operasi SC dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan
resiko pada ibu ataupun janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC
Proses persalinan normal lama/kegagalan proses persalinan normal (dystasia)
 Fetal distress
 His lemah/melemah
 Janin dalam posisi sungsang atau melintang
 Bayi besar (BBL ≥ 4,2 kg)
 Plasenta previa
 Kelainan letak
 Disproporsi cevalo-pelvik (ketidakseimbangan anatar ukuran kepala dan
panggul)
 Rupture uteri mengancam
 Hydrocephalus
 Primi muda atau tua
 Partus dengan komplikasi
 Panggul sempit
 Problem plasenta

IV. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain:
1. Infeksi puerperal (nifas)
 Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
 Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sdikit
kembung
 Berat, peritonitis, sepsis dan usus paralitik.
2. Perdarahan
 Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
 Perdarahan pada plasenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
peritonialisasi terlalu tingi
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.
V. Pengkajian
1) Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantumg, udema pulmonal, penyakit vaskuler
perifer atau stasis vaskuler (peningkatan resiko pembentukan thrombus).
2) Intregritas ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya fakto-faktor stress multiple
seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tandatidak dapat
beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis.
3) Makanan/cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang keringpembatasn puasa pra operasi
insufisiensi pancreas/DMpredesposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis.
4) Pernapasan
Adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok
5) Keamanan
 Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan
 Adanya defisiensi imun
 Munculnya kanker/adanya terapi kanker
 Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/ reaksi anestesi
 Riwayat penyakit hepatic
 Riwayat tranfusi darah
 Tanda munculnya proses infeksi
VI. Prioritas keperawatan
 Mengurangi ansietas dan trauma emosional
 Menydiakan keamanan fisik.
 Mencegah komplikasi
 Meredakan rasa sakit
 Memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan
 Menyediakan informasi mengenai proses penyakit

VII. Diagnosis keperawatan


 Ansietas b.d. pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan.
 Resti infeksi b.d. destruksi pertahanan terhadap bakteri
 Nyeri akut b.d. insisi, flatus, dan mobilitas
 Resti perubahan nutrisi b.d. peningkatan kebutuhan untuk penyembuhan luka,
penurunan masukan (sekunder akibat nyeri, mual, muntah)
VIII. Intervensi

DP tujuan intervensi Rasional


Ansietas b.d. Ansietas berkurang  Lakukan  Rasa nyaman
pengalaman setelah diberikan pendekatan diri akan
pembedahan dan perawatan dengan pada pasien menumbuhkan
hasil tidak dapat criteria hasil: supaya psien rasa tenang,
diperkirakan.  Tidak merasa nyaman tidak cemas
menunjukan  Yakinkan bahwa serta
trumatik pada pembedahan kepercayaan
saat merupakan pada perawat.
membicarakan jalan terbaik
pembedahan yang harus
 Tidak tampak ditempuh untuk
gelisah menyelamatkan
 Tidak merasa bayi dan ibu
takut untuk
dilakukan
pembedahan
yang sama.
 Pasien merasa
tenang

Resti infeksi b.d. Infeksi tidak terjadi  Berikan nutrisi  Nutrisi yang
destruksi setelah perawatan yang adekuat adekuat akan
pertahanan 24 jam pertama  Berikan penkes menghasilkan
terhadap bakteri dengan criteria untuk menjaga daya tahan
 Menunjukan daya taahan tubuh yang
kondisi luka tubuh, optimal
yang jauh dari kebersihan  Dengan
kategori infeksi luka, serta adanyapartisipa
 Albumin dalam tanda-tanda si dari pasien,
keadaan normal infeksi dini maka
 Suhu tubuh pada luka kesembuhan
pasien dalam luka dapat lebih
keadaan normal, mudah terwujud
tidak demam

Nyeri akut b.d. Nyeri dapat  Lakukan  Setiap skala


insisi, flatus, dan berkurang setelah pengkajian nyeri memiliki
mobilitas perawatan 1 x 24 nyeri managemen
jam dengan criteria:  Lakukan yang berbeda.
 Pasien tidak managemen  Antisipasi nyeri
mengeluh nyeri akibat luka post
nyeri /  Monitoring operasi
mengatakan keadaan insisi  Mobilitas dapat
bahwa nyeri luka post merangsang
sudah berkurang operasi peristaltic usus
 Ajarkan sehingga
mobilitas yang mempercepat
memungkinkan flatus
tiap 2 jam
sekali

Resti perubahan  Kaji status  Memberi


nutrisi b.d. Mendemonstrasikan nutrisi secara kesempatan
peningkatan berat badan stabil continue selama untuk
kebutuhan untuk atau penambahan perawatan tiap mengobservasi
penyembuhan luka, berat badan hari, perhatikan penyimpangan
penurunan progresif kearah tingkat energi, dari
masukan (sekunder tujuan dengan kondisi kulit, normal/dasar
akibat nyeri, mual, normalisasi nilai kuku, rambut, pasien dan
muntah) laboratorium dan rongga mulut. mempengaruhi
bebas dari tanda  Tekankan pilihan
malnutrisi pentingnya intervensi
transisi pada  Transisi
pemberian pemberian
makan per oral makan oral
dengan tepat. lebih disukai.
 Beri waktu  Pasien perlu
mengunyah, bantuan untuk
menelan, beri menghadapi
sosialisasi dan masalah besar
bantuan makan anoreksia,
sesuai indikasi kelelahan,
kelemahan otot
Referensi

Doenges, M E. 2000. Rencana Askep Pedoman Untuk Perencanaan Dan


Pendokmentasian Perawatan Pasien. Jakarta:EGC
Carpenito L. J. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai