Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

PERCOBAAN 1

PREPARAT APUS

OLEH :

NAMA : LINA AULIA NURDIN

STAMBUK : F1D118037

KELOMPOK : III (TIGA)

ASISTEN PEMBIMBING : EVA INDRASWARI

PROGRAM STUDI BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

SEPTEMBER 2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah banyak melahirkan temuan-temuan yang membawa
peradaban besar bagi dunia. Kajian ilmu pengetahuan berkembang pesat seiring dengan kebutuhan
manusia yang semakin beragam. Tak terkecuali dalam dunia pendidikan, sentuhan ilmu pengetahuan
telah menciptakan teknik pembelajaran efektif bagi mahasiswa. Misalanya di dunia saintis yang banyak
menerapkan konsep penelitian terpadu di laboratorium. Salah satu metode dalam penelitian biologi di
cabang mikro adalah pembuatan preparat. Preparat berupa kaca objek yang telah di olesi oleh objek
amatan, kemudian di identifikasi di bawah mikroskop. Objek amatan dalam preparat apus dapat berupa
apusan darah, apusan vagina maupun apusan sperma.

Kajian histopatologi adalah salah satu bidang penerapan ilmu mikroteknik. Identifikasi organ atau
jaringan yang mengalami gangguan atau kerusakan akibat aktivitas mikroorganisme seperti bakteri dan
jamur yang bersifat patogen, dapat diketahui melalui pengamatan preparat apusan. Misalnya
pemeriksaan penyakit malaria akibat parasit plasmodium viva, melalui pembuatan preparat apusan
darah tepi. Teknik apusan darah tepi banyak digunakan di laboratorium klinik untuk kepentingan
pemeriksaan. Tidak hanya sebatas media pemeriksaan, metode sediaan preparat apusan juga
melahirkan solusi atas permasalahan yang dikaji, melalui penelitian lebih lanjut.

Dasar pemeriksaan histologi yaitu diawali dengan pembuatan preparat apus untuk mengamati bentuk
atau struktur objek amatan. Pembuatan preparat apusan darah adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk
sel darah, preparat apusan vagina digunakan untuk mengetahui struktur atau bentuk sel-sel epitel vagina
yang kemudian dapat menentukan fase dari siklus reproduksinya serta preparat apusan sperma yang
menunjukan proses perkembangan spermatozoa yang kemudian menjadi struktur sperma. Berdasarkan
uraian diatas maka dilakukan praktikum yang berjudul preparat apus.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cara membuat film darah tipis untuk mempelajari korpuskula darah?

2. Bagaimana cara membuat apusan vagina?

3. Bagaimana cara membuat apusan sperma?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui cara pembuatan film darah tipis untuk mempelajari korpuskula darah.

2. Untuk mengetahui cara pembuatan apusan vagina.

3. Untuk mengetahui cara pembuatan apusan sperma.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui cara pembuatan film darah tipis untuk mempelajari korpuskula

darah.

2. Dapat mengetahui cara pembuatan apusan vagina.

Dapat mengetahui cara pembuatan apusan sperma.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Preparat apus darah

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri
dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Eritrosit berbentuk bikonkaf, cekungan (konkaf, pada
eritrosit digunakan untuk memberikan ruang pada hemoglobin yang akan mengikat oksigen (Kurniasih
dan Reskiani, 2018).

Tingginya angka kematian akibat penyakit malaria dipengaruhi oleh prosedur penanganan malaria yang
dimulai dari ketepatan diagnosa, pengobatan, dan fasilitas kesehatan, karena berbeda Plasmodium yang
menyerang pasien penyakit malaria, maka berbeda dalam pengobatannya. Salah satu upaya untuk
menekan angka kematian malaria adalah ketepatan diagnosa laboratorium untuk melihat gambaran
eritrosit yang menyerang pasien yang diduga terserang penyakit (Kurniasih dan Reskiani, 2018).

Diagnosa dini dan akurat adalah kunci penanganan penyakit malaria yang efektif. Penggunaaan diagnosa
mikroskopis telah dijadikan metode utama dalam mendiagnosa malaria. Parasitemia adalah terdapatnya
parasit dalam darah melalui pemeriksaan mikroskopis pada sediaan apusan darah, jika parasit ditemukan
lebih dari 100.000/μL maka disebut hiperparasitemia. Tingkat parasitemia dapat digunakan untuk
menilai beratnya penyakit. Ketepatan diagnosa sangat mempengaruhi dalam prosedur penanganan
pasien penyakit malaria, dalam penyembuhan dan penyebaran penyakit. Ketepatan diagnosa
laboratorium untuk melihat gambaran bentuk, ukuran, dan warna eritrosit yang menyerang pasien,
sehingga dapat mengurangi kematian dan penyembuhan penyakit malaria dengan cepat (Kurniasih dan
Reskiani, 2018).
Sediaan apus darah tepi merupakan pemeriksaan dengan teknik mikroskopis untuk mengamati morfologi
sel darah, seperti gambaran darah tepi, jumlah eritrosit, jumlah retikulosit dan trombosit. Sediaan apus
darah tepi ini meliputi 2 bagian pemeriksaan yaitu, pemeriksaan hitung jenis sel darah putih dan
gambaran sel darah serta unsur-unsur lain (Rachmawati, 2016).

Morfologi sel darah merah terdiri dari bentuk, warna, ukuran yang dapat diamati pada sediaan apus
dengan pewarnaan giemsa atau wright. Eritrosit normal berukuran sama dengan inti limfosit kecil pada
sediaan apus. Kelainan morfologi pada eritrosit dapat berupa kelainan ukuran, bentuk atau kelainan
warna (Rachmawati, 2016).

Pembuatan preparat apusan darah diawali dengan pengambilan sampel darah vena. Letak vena
pengambilan darah diusapkan dengan kapas yang berisi alkohol 70%, kemudian menusukkan jarum ke
dalam lumen vena. Darah yang berhasil diambil selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung yang telah
berisi antikoagulan. Meletakkan satu tetes darah pada kaca objek, kaca penghapus disentuhkan pada
tetesan darah dan dibiarkan hingga darah menyebar. Sudut kaca penghapus diatur antara 30-45°,
kemudian menggesernya hingga terbentuk apusan darah yang tipis. Fiksasi dilakukan untuk
menghentikan proses metabolisme secara cepat, mencegah kerusakan jaringan, serta mempertahankan
keadaan sebenarnya. Fiksasi dilakukan dengan menggenangi preparat dengan larutan alkohol absolut
selama 5 menit. Pewarnaan giemsa digunakan untuk membedakan inti sel dan morfologi sitoplasma dari
sel darah merah, sel darah putih, trombosit dan parasit dalam darah (Rachmawati, 2016).

B. Preparat apus vagina

Apusan vagina dapat digunakan untuk pemeriksaan siklus estrus dan mempelajari kegiatan fungsional
ovarium. Melalui apusan vagina dapat dipelajari berbagai tingkat diferensiasi sel epitel vagina, yang
secara tidak langsung mencerminkan perubahan fungsional ovarium. Sel epitel merupakan sel yang
terletak di permukan vagina, sehingga apabila terjadi perubahan kadar estrogen maka sel epitel
merupakan sel yang paling awal terkena akibat dari perubahan tersebut. Leukosit merupakan sel
antibodi yang terdapat di seluruh bagian individu.Leukosit di vagina berfungsi membunuh bakteri dan
kuman yang dapat merusak ovum. Sel epitel berbentuk oval atau polygonal, sedangkan leukosit
berbentuk bulat berinti. Fase estrus merupakan periode ketika betina reseptif terhadap jantan dan akan
melakukan perkawinan, mencit jantan akan mendekati mencit betina dan akan terjadi kopulasi. Mencit
jantan melakukan semacam panggilan ultrasonik yang dilakukan sesering mungkin selama masa
pedekatan dengan mencit betina, sementara itu mencit betina menghasilkan semacam feromon yang
dihasilkan oleh kelenjar prepusial yang diekskresikan melalui urin. Feromon ini berfungsi untuk menarik
perhatian mencit jantan (Dikjayanti, 2018).

Langkah-langkah pembuatan preparat apus vagina meliputi, pertama yang dilakukan adalah pengapusan
vagina mencit (Mus musculus L), menggunakan cotton buds yang telah dibasahi larutan NaCl 0,9 %
sedalam ± 5 mm, dengan diputar searah jarum jam sebanyak 2 – 3 kali putaran. Kemudian cotton buds
tersebut dioleskan tipis dan searah di atas gelas objek yang telah dibersihkan untuk membuat preparat
apusan vagina. Kemudian preparat difiksasi dengan alkohol 70 % selama 5 menit. Selanjutnya diteteskan
pewarna giemsa 1 % pada preparat dan dibiarkan selama 5 – 10 menit hingga pewarna agak kering.
Preparat dibilas menggunakan aquadest dan dikeringkan. Sisa air maupun pewarna yang berlebihan
dibersihkan menggunakan tissue. Preparat diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400 kali
untuk mengamati sel epitel yang masih berinti atau telah mengalami kornifikasi sehingga diketahui fase
yang dialami mencit (Mus musculus L) (Lusiana, 2017).

C. Preparat apus sperma

Morfologi spermatozoa penting untuk mencapai kesuksesan fertilisasi. Morfologi yang normal biasanya
pada kepala spermatozoa mengandung nukleus serta terdapat lipid, mucoprotein, magnesium, dan
garam lainnya. Begitu pula pada ekor. Untuk menilai normal atau tidaknya morfologi spermatozoa, dapat
digunakan preparat apusan (Lukas, 2016)

Tikus dibius dengan eter, kemudian dibedah. Diambil testis dan kauda epididimisnya. Tiap tikus diambil
testis kanan dan kiri, masing-masing testis dibuat tiga preparat yaitu preparat untuk motilitas, preparat
untuk jumlah, dan preparat untuk morfologi spermatozoa.Pengukuran Parametera. Motilitas
Spermatozoa Pemeriksaaan motilitas spermatozoa dilakukan dengan segera ketika spermatozoa diambil
dari kauda epididimis. Dengan meneteskan setetes sperma pada gelas obyek. Tetesan diusahakan sama
besarnya untuk setiap pemeriksaan. Pengamatan dilakukan dibawah mikroskop dengan perbesaran 400
kali.b. Jumlah Spermatozoa Perhitungan jumlah spermatozoa dilakukan dengan cara memipet sperma
menggunakan pipet eritrosit sampai skala 0,5.Kemudian sperma diencerkan dengan larutan pengencer
sampai tanda 101 (Pengenceran 200x) lalu dikocok menurut angka 8 selama 15-20 menit. Kemudian
buang 3 tetes pertama, sebelum diteteskan ke kamar hitung Neubauer improved. Selanjutnya hitung
jumlah spermatozoa. Pengamatan dilakukan dibawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali. c.
Morfologi Spermatozoa Morfologi spermatozoa dapat diamati pada sediaan apusan yang dibuat dengan
cara sperma dikering anginkan pada objek gelas kemudian difiksasi dengan dicelupkan ke dalam larutan
metanol selama 5 menit kemudian di keringkan. Setelah itu dicelupkan ke dalam larutan safranin 1%
selama 5 menit. Kemudian dibilas dengan aquades dan dikering anginkan (Wuwungan dkk, 2017).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu, 25 September 2019 pada pukul 12.30 –

15.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan kegunaan


No Nama Alat Kegunaan

1 2 3

1. Jarum frankel Untuk mengeluarkan darah

2. Kaca objek Sebagai media apusan darah

3. Pipet tetes Untuk mengambil alkohol 70%

4. Mikroskop Untuk mengamati preparat apus

5. Kamera Untuk memotret hasil pengamatan

C. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan kegunaan


No Nama Bahan Kegunaan

1 2 3

1. Darah manusia Sebagai objek pengamatan

2. Giemsa 3% Untuk mewarnai preparat apus

3. Alkohol 70% Untuk mensterilkan jari tangan pada saat


mengambil darah

4. Aquades Untuk mencuci preparat apus

5. Kertas label Untuk memberi label pada sampel apusan darah

6. Etanol 95% Sebagai larutan fiksasi

7. Kapas Untuk membersihkan darah dari jari tangan dan


No Nama Bahan Kegunaan

untuk mengambil alkohol 70

D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :

Mengurut jari tangan kiri dan membersihakannya dengan alkohol 70% kemudian menusuknya

dengan jarum frankle hingga darah keluar.

Meneteskan darah hingga 2-3 tetes diatas kapas, kemudian meneteskan kembali tetesan

berikutnya diatas kaca objek.

Meletakkan kaca objek yang lain diatas kaca objek pertama bagian belakang dengan sudut

antara kedua kaca objek adalah ± 45˚.

Menarik kaca objek yang kedua dengan kekuatan dan kecepatan sama rata sehingga

mendapatkan film darah yang tipis dan rata.

Mengeringkan kaca objek berisi film darah di udara selama 30 menit.

Memfiksasi film darah yang telah kering dengan etanol 95%, Kemudian mengeringkannnya

kembali di udara selama 30 menit.

Mewarnai preparat film darah dengan meneteskan larutan giemsa 3 %, kemudian

mengeringkannya selama 30 menit.

Membuang larutan giemsa dengan cara memfiksasi fil darah dengan aquadest.

Mengeringkan film darah di udara.

10. Mengamati film darah dibawah mikroskop.

11. Mendokumentasikan hasil pengamatan menggunakan kamera.


DAFTAR PUSTAKA

Wuwungan, C., Edwin, D. Q. dan Defny, S. W., 2017, KUALITAS SPERMATOZOA TIKUS PUTIH JANTAN
GALUR WISTAR (Rattus norvegicus L.) SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH (Piper Betle
L.), jurnal ilmiah farmasi, 6 (3): 326-327

Lucas, H., 2016, perbandingan hasil pemeriksaan morfologi spermatozoa manusia menggunakan metode
pewarnaan papanicolaou, diff-quik dan safranin-kristal violet di rsud dr. Soetomo surabaya, tesis,
Program pendidikan dokter, spesialis andrologi, fakultas kedokteran, universitas airlangga, Rsud dr.
Soetomo surabaya, surabaya.

Lusiana, N., 2017, PENGARUH FITOESTROGEN DAGING BUAH KURMA RUTHAB (Phoenix dactylifera L.)
TERHADAP SINKRONISASI SIKLUS ESTRUS MENCIT (Mus musculus L.) BETINA, jurnal klorofil, 1 (1): 26

Dikjayanti, F. R., 2018, struktur sel-sel epitel pada ulas vagina fase proestrus dan fase estrus serta lama
waktu estrus mencit (mus musculus L.) Setelah pemberian ekstrak biji pepata (carica papaya L.), skripsi,
jurusan biologi, fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam, universitas lampung, bandar lampung.

Rachmawati, D., 2016, pengaruh lama penguapan larutan fiksasi terhadap hasil makroskopis dan
mikroskopis sediaan apus darah tepi, skripsi, Program studi Divisi analisis kesehatan, FAKUltas ilmu
keperawatan dan kesehatan universitas muhammmadyah semarang, semarang.

Kurniasih, Y. Dan Reskiani, M., 2018, GAMBARAN ERITROSIT PADA SEDIAAN DARAH TEPI PASIEN
MALARIA DI PUSKESMAS SUNGAI PANCUR, jurnal endurance, 3(2): 227

Anda mungkin juga menyukai