Ade Mahmud
Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung
Jl Ranggagading No. 8, Bandung 40116
E-mail: ademahmud100@yahoo.com
Naskah diterima: 12 Oktober 2017; revisi: 13 November 2018; disetujui: 6 Desember 2018
http://dx.doi.org/10.29123/jy.v11i3.262
Problematika Asset Recovery dalam Pengembalian Kerugian Negara (Ade Mahmud) | 347
formulation of the problem in this study is whether Indragiri Hulu Regency due to conflicts between legal
the Court Decision Number 62/Pid.Sus/Tipikor/2013/ considerations and the final decision. The fact is there
PN.PBR has been able to restore state financial loss, are still hidden assets belonging to the convict, that have
and how the problem of asset recovery is caused by not been confiscated by law enforcement. As a result,
criminal acts of corruption. The research method asset recovery cannot be achieved because the convicts
used is a normative legal research. The results of the choose to undergo subsidies, and the state still loses.
study show that Court Decision Number 62/Pid.Sus/
Tipikor/2013/PN.PBR has not yet restored the state loss Keywords: corruption, assets recovery, state loss.
as for not providing recovery of assets losses suffered by
Problematika Asset Recovery dalam Pengembalian Kerugian Negara (Ade Mahmud) | 349
kekuasaan penjatuhannya sangat ditentukan kejahatan berdasi. Berbeda dengan kejahatan
oleh kehendak sang hakim yang mengadili, konvensional yang melibatkan pelaku jalanan
memeriksa, dan memutus. (street crime, blue collar crime, blue jeans
crime), terhadap white collar crime ini, pihak
Putusan ini dalam pandangan masyarakat
yang terlibat adalah mereka orang-orang yang
setempat tidak merefleksikan rasa keadilan dan
terpandang dalam masyarakat dan biasanya
tidak memberi maslahat bagi warga Kabupaten
berpendidikan tinggi. Modus operandi white
Indragiri Hulu karena sekalipun pelaku dijatuhi
collar crime ini dilakukan dengan cara-cara
pidana penjara, tetapi persoalan Sistem Informasi
canggih, bercampur dengan teori-teori ilmu
Administrasi Kependudukan (SIAK) di Kabupaten
pengetahuan seperti akuntansi dan statistik. Jika
Indragiri Hulu belum terselesaikan karena dalam
diukur dari canggihnya modus operandi, kelas
penganggarannya terjadi penyimpangan.
orang yang terlibat dan besaran dana yang dijarah,
jelas korupsi merupakan kejahatan kelas tinggi,
B. Rumusan Masalah yang sebenarnya dilatarbelakangi oleh prinsip
1. Apakah Putusan Nomor 62/Pid.Sus/ yang keliru yaitu gredy is beautiful (kerakusan
Tipikor/2013/PN.PBR telah berorientasi itu indah) (Fuady, 2004: 2).
pada pemulihan (restorasi) kerugian Korupsi berasal dari bahasa Latin yaitu
negara yang menjadi korban tindak pidana corruption dari kata kerja corrumpere berarti
korupsi? busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik,
2. Bagaimana problematika asset recovery menyogok. Menurut Transparency International,
dalam pengembalian aset akibat tindak korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik
pidana korupsi? politikus/politisi maupun pegawai negeri, yang
secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri
atau memperkaya mereka yang dekat dengannya,
C. Tujuan dan Kegunaan
dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang
1. Untuk mengetahui dan mengkaji Putusan dipercayakan kepada mereka (Shoim, 2009: 14).
Nomor 62/Pid.Sus/Tipikor/2013/PN.PBR
Baharudin Lopa mengemukakan tindak
telah berorientasi pada pemulihan
pidana korupsi adalah tindak pidana yang
(restorasi) kerugian negara yang menjadi
dilakukan dengan penyuapan manipulasi dan
korban tindak pidana korupsi.
perbuatan-perbuatan melawan hukum yang
2. Untuk mendeskripsikan problematika asset merugikan atau dapat merugikan keuangan
recovery dalam pengembalian aset akibat negara atau perekonomian negara, merugikan
tindak pidana korupsi. kesejahteraan atau kepentingan rakyat
(Berdiansyah, 2017: 92).
D. Tinjauan Pustaka Lubis & Scott memandang korupsi adalah
1. Tindak Pidana Korupsi tingkah laku yang menguntungkan kepentingan
Korupsi merupakan salah satu jenis diri sendiri dengan merugikan orang lain,
kejahatan kerah putih (white collar crime) atau oleh para pejabat pemerintah yang langsung
Problematika Asset Recovery dalam Pengembalian Kerugian Negara (Ade Mahmud) | 351
dan dihilangkan adalah hasil/keuntungan yang yang berakar pada esensi paling dalam dari
diperoleh dari tindak pidana korupsi; dan ketiga, hukum anti korupsi, terutama dalam fungsinya
salah satu tujuan pencabutan, perampasan, mengupayakan pengembalian aset hasil tindak
penghilangan adalah agar pelaku tindak pidana pidana korupsi kepada negara, mencegah
tidak dapat menggunakan hasil/keuntungan- pelaku melakukan tindak pidana lain dengan
keuntungan dari tindak pidana sebagai alat/sarana menggunakan aset tersebut. Teori pengembalian
untuk melakukan tindak pidana lainnya (Yanuar, aset adalah teori hukum yang menjelaskan
2015: 102). sistem hukum pengembalian aset berdasarkan
prinsip-prinsip keadilan sosial yang memberikan
Menurut Fleming, dari perspektif
kemampuan, tugas, dan tanggung jawab kepada
pemberantasan tindak pidana korupsi,
institusi negara dan institusi hukum untuk
pengembalian aset umumnya dianggap sebagai
memberikan perlindungan dan peluang kepada
alat atau sarana untuk memerangi tindak pidana
individu-individu dalam masyarakat untuk
yang berorientasi pada keuntungan, termasuk
mencapai kesejahteraan.
tindak pidana akuisitif (tindak pidana yang
didorong oleh nafsu keserakahan) dan tindak Teori ini dilandaskan pada prinsip dasar
pidana terorganisasi. Dalam praktik dan dalam “berikan kepada negara apa yang menjadi
istilah yang paling umum pengembalian aset haknya.” Dalam hak negara terkandung
hasil tindak pidana korupsi merupakan proses kewajiban yang menjadi hak individu warga
yang banyak tahapannya dan cabang dari negara, sehingga prinsip tersebut setara dengan
sejumlah kompleksitas, meliputi sejumlah prinsip “berikan kepada rakyat apa yang menjadi
lembaga, termasuk polisi (dalam pengertian yang haknya.” Pada hakiktanya adil bermakna
luas meliputi kepolisian, kejaksaan, pengadilan, menempatkan sesuatu pada tempatnya dan
kepabeanan, dan badan-badan investigasi memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi
lainnya). haknya. (Ravena & Kristian, 2017: 179)
Problematika Asset Recovery dalam Pengembalian Kerugian Negara (Ade Mahmud) | 353
hakim menjadi semakin besar, atau dapat Korupsi pada Pengadilan Negeri Pekanbaru
dikatakan bahwa hakim tidak hanya dapat yang memeriksa, mengadili, dan memutus kasus
menetapkan tentang hukumnya, tetapi tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh M
hakim dapat menemukan hukumnya. seorang pegawai negeri yang menjabat sebagai
Kasubbag. Umum pada Dinas Kependudukan
Hakim dalam menjatuhkan putusan,
dan Pencatatan Sipil Kabupaten Indragiri Hulu
akan menggunakan berbagai pendekatan
periode tahun 2011.
sebagaimana diuraikan di atas dan
berdasarkan alat bukti yang cukup serta M adalah Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
keyakinannya. Perlu diketahui bahwa yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan
sebelum mengeluarkan putusan, hakim harus Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan
mengetahui tingkat kesalahan pelaku dan Sipil Kabupaten Indragiri Hulu Nomor KEP/09/
akibat yang ditimbulkan dari kesalahannya. DKPS/XI/2011 tanggal 1 November 2011, yang
Asas “tidak dipidana jika tidak ada melakukan atau turut serta melakukan dengan
kesalahan,” merupakan dasar dipidananya saksi Z (penuntutan dilakukan secara terpisah/
si pembuat. Apabila pelaku tidak dapat mempunyai kekuatan hukum tetap/inkracht)
dipertanggungjawabkan, walaupun selaku Kepala Dinas Kependudukan dan
perbuatannya telah memenuhi unsur-unsur Pencatatan Sipil Kabupaten Indragiri Hulu yang
rumusan delik, pelaku harus dilepaskan dari diangkat berdasarkan Surat Keputusan Bupati
segala tuntutan hukum. Orang yang dapat Indragiri Hulu Nomor 225/X/2010 tanggal 6
dituntut di muka pengadilan dan dijatuhi Oktober 2010 selaku Pengguna Anggaran, dalam
pidana haruslah melakukan tindak pidana Kegiatan Pengembangan dan Pengoperasian
dengan “kesalahan.” Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
(SIAK) Secara Terpadu Kabupaten Indragiri
II. METODE Hulu pada APBD Kabupaten Indragiri Hulu
tahun 2011.
Metode penelitian ini menggunakan
penelitian hukum normatif (yuridis normatif) M selaku terdakwa dituntut oleh jaksa
dengan menganalisis Putusan Nomor 62/Pid.Sus/ penuntut umum dengan Pasal 2 dan 3 Undang-
Tipikor/2013/PN.PBR sebagai objek penelitian Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana
yang dikaji dengan menggunakan konsep, teori, diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, karena telah melakukan perbuatan
melawan hukum berupa penyalahgunaan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
kewenangan, kesempatan, atau sarana yang
A. Kajian Putusan Nomor 62/Pid.Sus/
ada padanya karena jabatan atau kedudukan
Tipikor/2013/PN.PBR Kaitannya
yang dapat merugikan keuangan negara atau
dengan Pengembalian Kerugian Daerah
perekonomian negara.
Sebagai Korban Tindak Pidana Korupsi
Pemikiran yang berhubungan dengan
Perjalanan kasus ini dimulai pada tahun
perbuatan melawan hukum dengan kerugian
2013 di lingkungan Pengadilan Tindak Pidana
Problematika Asset Recovery dalam Pengembalian Kerugian Negara (Ade Mahmud) | 355
Bahkan apabila penyidik dan jaksa penuntut Bahwa dalam pelaksanaan kegiatan
umum memiliki kemampuan untuk melakukan pengembangan dan pengoperasian KTP
SIAK ditemukan beberapa item pekerjaan
penghitungan, juga dapat menghitung sendiri dan pembelian alat yang sudah dianggarkan
kerugian negara akibat korupsi. ternyata tidak dilaksanakan oleh kontraktor
pelaksana, sementara dalam laporannya
Hal tersebut didasarkan pada Putusan alat-alat tersebut sudah dibeli dan dipasang.
Mahkamah Konstitusi Nomor 31/PUU-X/2012. Bahwa terdakwa M selaku Pejabat
Aswidjon menjelaskan putusan Mahkamah Pelaksana Kegiatan Teknis selaku panitia
penerima barang langsung menandatangani
Konstitusi itu membenarkan bahwa Komisi
berkas penerimaan barang yang sudah
Pemberantasan Korupsi bukan hanya dapat disiapkan pegawai Disdukcapil atas
berkoordinasi dengan Badan Pemeriksa perintah Z tanpa melakukan verifikasi data
terlebih dahulu.
Keuangan dan Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan dalam rangka pembuktian Bahwa menurut keterangan terdakwa
Z yang dilakukan penuntutan secara
tindak pidana korupsi, melainkan dapat terpisah, mantan Kadisdukcapil Kabupaten
pula berkoordinasi dengan instansi lain. Inhu mengakui bahwa dirinya bersama-
Bahkan Komisi Pemberantasan Korupsi bisa sama H selaku kontraktor sepakat untuk
mengurangi spesifikasi, yakni besi dan
membuktikan sendiri atau mengundang ahli. tinggi tower dari yang seharusnya 75
meter dan menggunakan besi 40 cm x 40
Penerapan hukum kerugian keuangan cm, sehingga pembangunan tower SIAK
negara dalam Putusan Nomor 62/Pid.Sus/ tidak sesuai spesifikasi yang ada dalam
kesepakatan.
Tipikor/2013/PN.PBR menurut penulis telah
terdapat kekhilafan secara nyata yang dilakukan Bahwa pada tanggal 19 Desember 2012
sesuai dengan Laporan Hasil Perhitungan
oleh hakim, karena menurut data dan informasi
Kerugian Keuangan Negara dari Badan
yang diperoleh dalam pertimbangan putusan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
tersebut menyatakan: Perwakilan Provinsi Riau Nomor SR-
4078/PW04/5/2012 yang ditandatangani
Bahwa akibat dari perbuatan terdakwa oleh M sebagai kepala perwakilan, K
M bersama-sama dengan saksi Z telah sebagai pembantu penanggung jawab,
mengakibatkan kerugian Keuangan Negara MH sebagai pengendali teknis, AS sebagai
Cq. Dinas Kependudukan dan Pencatatan ketua tim, dan HP sebagai anggota tim,
Sipil Kab. Indragiri Hulu sejumlah dengan kesimpulan sebagai berikut: jumlah
Rp960.386.000,- yaitu pada kegiatan kerugian negara atas dugaan tindak pidana
Belanja Modal Pengadaan Komputer korupsi sejumlah Rp960.386.000,- atau
untuk empat lokasi di Kec. Rengat, Kec. setidak-tidaknya sekitar jumlah tersebut.
Pasir Penyu, Kec. Peranap, Kec. Batang
Peranap dengan pagu anggaran sebesar Berdasarkan pertimbangan tersebut ada
Rp945.812.200,- (APBD murni tahun
beberapa fakta yang menunjukkan adanya
2011), terjadi kerugian negara sebesar
Rp533.136.000,- perbuatan pidana yang mengakibatkan kerugian
daerah yang muncul di persidangan yaitu:
Bahwa Belanja Modal Pengadaan Peralatan
Jaringan Komputer untuk empat lokasi
di Kec. Batang Gangsal, Kec. Lirik, Kec. 1. Beberapa item pekerjaan dan pembelian
Lubuk Batu Jaya dan Kec. SeiLala dengan alat sudah dianggarkan tetapi tidak
pagu anggaran sebesar Rp861.266.000,- dilaksanakan, sementara dalam laporan
(APBD perubahan tahun 2011) terjadi
kerugian negara sebesar Rp427.250.000,- item tersebut telah dibeli dan dipasang.
Problematika Asset Recovery dalam Pengembalian Kerugian Negara (Ade Mahmud) | 357
yang bersumber dari asas besar bahwa “geen Dengan pengalamannya seorang hakim
straf zonder schuld” atau (tiada pidana tanpa dapat mengetahui bagaimana dampak
kesalahan). Amar putusan berupa pemidanaan dari putusan yang dijatuhkan dalam suatu
terhadap terpidana sudah dijatuhkan, tetapi perkara pidana yang berkaitan dengan
persoalan yang berkaitan dengan kerugian pelaku, korban maupun masyarakat.
ekonomi negara sebesar Rp 960.386.000,- tidak Penulis berpendapat bahwa hakim tidak
dipandang sebagai sebuah fakta persidangan menggunakan pengalaman dan instuisinya
yang mendukung hakim untuk menjatuhkan untuk mengetahui siapa yang menikmati
pidana uang pengganti. Patut dicatat bahwa aliran dana sebesar Rp960.386.000,-
dalam teori yang dikemukakan Mackenzine ada yang menyebabkan negara merugi, yang
beberapa pertimbangan yang wajib diperhatikan berdampak pada buruknya pelayanan
hakim sebelum menjatuhkan putusan antara lain: administrasi di delapan kecamatan yang
memiliki proyek pengadaan komputer dan
1. Faktor keseimbangan yang menjelaskan
pengadaan jaringan komputer di Kabupaten
bahwa dalam menjatuhkan putusan hakim
Indragiri Hulu.
harus mempertimbangkan keseimbangan
kepentingan pihak-pihak yang ada dalam Dikaji dari perspektif teori kausalitas
perkara tersebut seperti pelaku, korban. dan (teori sebab akibat) munculnya kerugian
masyarakat. Penulis melihat dalam Putusan keuangan daerah di Kabupaten Indragiri Hulu
Nomor 62/Pid.Sus/Tipikor/2013/PN.PBR, disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang
hakim mengabaikan aspek keseimbangan yang dilakukan oleh terpidana sebagai pejabat
kepentingan pelaku dan korban (Kabupaten yang berwenang mengatur proyek pengadaan
Indragiri Hulu), karena mengabaikan fakta komputer dan pengadaan alat jaringan komputer
sekaligus bukti surat berupa laporan Badan (tower), sehingga sepatutnya terpidana harus
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dapat mempertanggungjawabkan dampak dari
tentang adanya kerugian yang riil. Padahal tindak pidana korupsi bukan hanya sebatas
seharusnya bukti tersebut menjadi dasar pidana penjara dan denda melainkan memulihkan
hakim untuk menjatuhkan putusan pidana (merestorasi) kerugian materiil Kabupaten
uang pengganti walaupun terpidana tidak Indragiri Hulu.
menikmatinya, karena undang-undang
Upaya pengembalian aset (asset recovery)
tidak mensyaratkan terpidana harus
tidak nampak dalam Putusan Nomor 62/Pid.
menikmatinya. Hal ini sebagai konsekuensi
Sus/Tipikor/2013/PN.PBR. Pengembalian aset
hukum akibat perbuatan melawan hukum
merupakan suatu upaya pemulihan hak korban
yang diperbuatnya.
dalam hal ini Kabupaten Indragiri Hulu untuk
2. Faktor pengalaman seorang hakim menerima kembali kerugian materiil yang
semestinya menggunakan pendekatan diderita pasca terjadi tindak pidana korupsi.
pengalaman untuk mengetahui modus Pengembalian aset berakar dari keadilan
dan strategi terpidana untuk mengalihkan restorative karena paradigma retributive justice
aset hasil korupsi agar ia lolos dari saat ini sudah mulai banyak ditinggalkan.
kewajiban membayar uang pengganti. Keadilan restorative menuntut adanya pemulihan
Problematika Asset Recovery dalam Pengembalian Kerugian Negara (Ade Mahmud) | 359
maka akan terasa adanya kejanggalan yang akan korupsi yang menegaskan sebagai berikut:
menimbulkan matinya akal sehat (Syamsudin, (1) Selain pidana tambahan sebagaimana
2012: 41). Lebih jauh dimungkinkan adanya dimaksud dalam Kitab Undang-Undang
dugaan judicial corruption (Rahman, 2016: Hukum Pidana, sebagai pidana tambahan
adalah:
4521).
a. Perampasan barang bergerak yang
Problematika yang muncul dalam upaya berwujud atau yang tidak berwujud
pemulihan aset (asset recovery) dalam perkara atau barang tidak bergerak yang
digunakan untuk atau yang diperoleh
tindak pidana korupsi adalah mengenai putusan dari tindak pidana korupsi, termasuk
hakim yang berupaya menjatuhkan pidana perusahaan milik terpidana di mana
tindak pidana korupsi dilakukan,
tambahan berupa pembayaran uang pengganti,
begitu pula harga dari barang
akan tetapi selalu dibenturkan dengan keadaan yang menggantikan barang-barang
ekonomi terpidana yang tidak mampu untuk tersebut.
b. Pembayaran uang pengganti yang
membayar lunas uang pengganti. Akibatnya jumlahnya sebanyak-banyaknya
pidana uang pengganti sebagai upaya asset dengan harta benda yang diperoleh
recovery disubsiderkan dengan pidana penjara, dari tindak pidana korupsi.
c. Penutupan seluruh atau sebagian
sehingga putusan hakim tidak dapat mewujudkan perusahaan untuk waktu yang paling
harapan mencapai keadilan ekonomi. lama satu tahun.
d. Pencabutan seluruh atau sebagian
Menurut data Litbang Komisi hak-hak tertentu atau penghapusan
seluruh atau sebagian keuntungan
Pemberantasan Korupsi nilai kerugian negara
tertentu yang telah atau dapat
akibat tindak pidana korupsi di Indonesia diberikan oleh pemerintah kepada
selama tahun 2003-2015 mencapai Rp153,01 terpidana.
(2) Jika terpidana tidak membayar uang
triliun. Sedangkan jumlah hukuman finansial pengganti sebagaimana dimaksud dalam
yang berhasil mengembalikan kerugian ayat (1) huruf b paling lama dalam waktu
negara berupa denda, penyitaan aset, dan satu bulan sesudah putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum
pembayaran uang pengganti hanya terkumpul tetap, maka harta bendanya dapat disita
Rp15.957.821.529.773,- atau sekitar 10,4%. oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi
Total kerugian negara itu berasal dari 2.321 uang pengganti tersebut.
(3) Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta
kasus yang melibatkan 3.109 terdakwa. Data ini benda yang mencukupi untuk membayar
menunjukkan bahwa hukuman finansial kepada uang pengganti sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf b, maka dipidana
para terpidana korupsi cenderung sub optimal,
dengan pidana penjara yang lamanya
lebih rendah dari kerugian negara yang muncul tidak melebihi ancaman maksimum dari
akibat korupsi (Mas, 2015: 146). pidana pokoknya sesuai ketentuan dalam
undang-undang ini dan lamanya pidana
Secara normatif ketentuan pembayaran tersebut sudah ditentukan dalam putusan
pengadilan.
pidana uang pengganti diatur dalam Pasal 18
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Kaidah ini menunjukkan bahwa dasar
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang hukum upaya pengembalian kerugian negara
mengatur tentang pidana tambahan sebagai usaha melalui pembayaran pidana uang pengganti
untuk pengembalian kerugian negara akibat telah ada. Kenyataan dalam praktik peradilan
Problematika Asset Recovery dalam Pengembalian Kerugian Negara (Ade Mahmud) | 361
3. Penutupan seluruh atau sebagian dari sistem keuangan itu sebagai uang yang halal
perusahaan. (Setiadi, 2010: 154).
Jenis pidana semacam ini akan lebih Problematika asset recovery tidak hanya
menghadirkan keadilan ekonomi dan kemanfaatan berhenti sampai pen-subsideran pidana uang
ekonomi bagi negara yang menderita kerugian pengganti, tetapi juga terjadi ketidakseimbangan
materiil. Namun demikian Pasal 18 ayat antara pidana uang pengganti yang harus dibayar
(3) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 dengan pidana subsider yang dijalani. Penyebab
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi munculnya ketidaksebandingan uang pengganti
memberikan ruang bagi terpidana untuk lolos dengan pidana subsider karena tidak adanya
dari kewajiban membayar uang pengganti. acuan yang menjadi panduan hakim dalam
memutuskan besar kecilnya pidana subsider yang
Ruang ini yang menjadi problematika
dijatuhkan, maka subjektivitas hakim merupakan
dalam upaya pemulihan asset recovery karena
satu-satunya ukuran. Realitas ini menimbulkan
secara empiris muncul berbagai putusan hakim
kekhawatiran terjadinya abuse of power akibat
yang disubsiderkan dengan pidana penjara,
adanya discretionary power yang sedemikian
padahal sesungguhnya terpidana memiliki uang/
besar akibat jaminan yang diberikan undang-
aset tersembunyi yang bisa dibayarkan untuk
undang atas kebebasan hakim dalam menangani
mengganti kerugian keuangan negara.
perkara pidana menjadi demikian terbuka (Zulfa,
Uang haram yang berasal dari kejahatan 2011: 40).
korupsi tersebut praktiknya banyak disamarkan
Beberapa contoh putusan Pengadilan
asal-usulnya untuk menghindari tindakan dari
Tindak Pidana Korupsi yang menunjukkan
otoritas yang berwenang, terutama memasukkan
ketidaksebandingan antara pidana uang pengganti
uang tersebut ke dalam sistem keuangan (financial
dengan pidana subsider yang dijalani, seperti
system) sehingga uang tersebut dapat dikeluarkan
terlihat pada bagan di bawah ini:
Problematika Asset Recovery dalam Pengembalian Kerugian Negara (Ade Mahmud) | 363
2. Problematika pemulihan aset (asset pada problematika yuridis Pasal 18 ayat
recovery) dalam putusan pengadilan (3) Undang-Undang Pemberantasan
tindak pidana korupsi dihadapkan pada Tindak Pidana Korupsi yang membolehkan
realitas ketidakmampuan terpidana untuk hakim untuk mensubsiderkan pidana
membayar pidana uang pengganti yang uang pengganti dengan pidana penjara,
secara normatif dimungkinkan dalam dan realitasnya terpidana lebih memilih
Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Nomor pidana subsider dibandingkan harus
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan mengembalikan kerugian keuangan
Tindak Pidana Korupsi. Kenyataannya negara. Mengatasi problem tersebut
masih ada aset tersembunyi milik terpidana disarankan hakim agar berhukum progresif
yang belum dilakukan penyitaan oleh dengan melakukan penemuan hukum
penegak hukum. Realitas ini tidak sejalan (rechtsvinding) atau terobosan hukum
dengan teori pengembalian aset (asset (rule breaking) untuk mengatasi kekakuan
recovery) yang setia pada prinsip “berikan hukum positif yang didasarkan pada
kepada negara apa yang menjadi haknya.” kejujuran, kemanfaatan, dan keadilan bagi
Akibatnya keadilan ekonomi tidak bisa pencari keadilan (justitiabelen).
dicapai karena terpidana memilih menjalani
pidana subsider dan negara tetap merugi.
Selain itu, terjadi ketidaksebandingan
antara pidana uang pengganti yang harus DAFTAR ACUAN
dibayar dengan pidana subsider yang
Alfitra. (2012). Hukum pembuktian dalam beracara
dijalani.
pidana, perdata & korupsi di Indonesia.
Jakarta: Raih Asa Sukses.
V. SARAN
Alkostar, A. (2008, Oktober). Kerugian keuangan
1. Hakim sebagai insan kekuasaan yudikatif negara dalam perspektif tindak pidana korupsi.
menjadi ujung tombak dalam memeriksa, Majalah Hukum Varia Peradilan, XXIII(275),
mengadili, dan memutus perkara tindak 33-41.
pidana korupsi. Demi mengembalikan
Anshar. (2018, Agustus). Infra petita putusan
kerugian negara disarankan kepada hakim pengadilan tindak pidana korupsi yang
sebelum memutus agar menggunakan menerobos ketentuan pemidanaan minimum.
pendekatan keseimbangan yang mendalam, Jurnal Yudisial, 11(2), 151-170.
bukan hanya menjatuhkan pidana penjara
dan denda, tetapi juga memperhatikan Arief, B.N. (2009, Desember). Pembaruan penegakan
hukum dengan nilai-nilai moral religius.
kepentingan ekonomi negara sebagai korban
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional
karena berkaitan dengan kepentingan hajat
Menembus Kebuntuan Legal Formal Menuju
hidup masyarakat luas.
Pembangunan Hukum dengan Pendekatan
2. Upaya memulihkan kerugian keuangan Hukum Progresif. Semarang: FH Undip.
negara (asset recovery) hakim dihadapkan
Berdiansyah. (2017, Desember). Analisis yuridis
Problematika Asset Recovery dalam Pengembalian Kerugian Negara (Ade Mahmud) | 365
Triningsih, A. (2015, Maret). Pengadilan sebagai
lembaga penegakan hukum. Jurnal Konstitusi,
12(1), 134-153.